Bab 1. Deutronomis : Batu Loncatan Kepada Narasi Pentatukh.
Dalam pembahasan terakhir kita membahas tentang konsep pemilihan Yahweh terhadap Israel, dan Israel adalah bangsa pilihan tertuang dalam kitab Ulangan. Ini mengandung gagasan bahwa Israel adalah bangsa yang kudus, suci dalam arti dipisahkan untuk Allah.
Jadi pemisahan ini memerlukan faktor pembeda terhadap budaya bangsa asing dan pola hidup mereka, yang tidak sesuai dengan pemujaan terhadap Yahweh. Dengan demikian perkawinan dengan penduduk asli Kanaan dilarang dalam kitab Ulangan. Malah mereka harus dihancurkan. Semua bentuk kebudayaan asing yang tidak sesuai dengan perjanjian harus dimusnahkan.
Dipercaya pada saat komposisi kitab Ulangan, penduduk asli Kanaan sebenarnya sudah musnah. Dan menurut beberapa ahli biblikal, naskah tersebut dapat dipahami sebagai wujud dari konflik internal dalam komunitas Israel itu sendiri, yang mana cara hidup sebagian dari mereka, tidak sesuai dengan idealisme nilai-nilai Yahweisme menurut kelompok Deutronomis.
Hal ini memerlukan pemisahan dalam tata cara ibadah kepada Yahweh, ketaatan hukum, penolakan paganisme, dan sebagainya. Namun hak istimewa sebagai bangsa pilihan Yahweh memerlukan kewajiban dan tanggung jawab.
Pada saat yang sama kaum Deutronomis nampaknya menyadari beberapa bahaya dalam gagasan tersebut, bahaya laten superioritas kompleks. Hingga mereka berulangkali memperingatkan: pemilihan tersebut bukanlah karena hasil upaya kebajikan atau perbuatan yang membuat Israel menjadi bangsa terpilih, Musa mengingatkan bangsa Israel untuk tidak menganggap bahwa hak waris mereka atas tanah Kanaan adalah karena kekuatan mereka sendiri, atau karena kebajikan yang mereka miliki. Namun Israel dipilih oleh Yahweh karena kasih Allah;
Ulangan 7:6-8
6. Sebab engkaulah umat yang kudus bagi TUHAN, Allahmu; engkaulah yang dipilih oleh TUHAN, Allahmu, dari segala bangsa di atas muka bumi untuk menjadi umat kesayangan-Nya. 7. Bukan karena lebih banyak jumlahmu dari bangsa manapun juga, maka hati TUHAN terpikat olehmu dan memilih kamu--bukankah kamu ini yang paling kecil dari segala bangsa? -- 8. tetapi karena TUHAN mengasihi kamu dan memegang sumpah-Nya yang telah diikrarkan-Nya kepada nenek moyangmu, maka TUHAN telah membawa kamu keluar dengan tangan yang kuat dan menebus engkau dari rumah perbudakan, dari tangan Firaun, raja Mesir.
Ulangan 8:17
17. Maka janganlah kaukatakan dalam hatimu: Kekuasaanku dan kekuatan tangankulah yang membuat aku memperoleh kekayaan ini.
Pemilihan tersebut dilakukan oleh Allah karena kefasikan yang sedemikian besar dari bangsa Kanaan, hingga Yahweh memberi kesempatan kepada Israel.
Ulangan 9:4
4. Janganlah engkau berkata dalam hatimu, apabila TUHAN, Allahmu, telah mengusir mereka dari hadapanmu: Karena jasa-jasakulah TUHAN membawa aku masuk menduduki negeri ini; padahal karena kefasikan bangsa-bangsa itulah TUHAN menghalau mereka dari hadapanmu.
Dan yang sering ditegaskan oleh deutronomis adalah janganlah kalian mengecewakan Yahweh karena ia akan mengusir kalian dari tanah Kanaan, ini adalah pandangan penting kelompok sejarawan deutronomis.
Tema lain dalam Kitab Ulangan adalah tentang takdir keberuntungan, hal ini nampak pada Ulangan 8, dimana Allah mentakdirkan Israel untuk dikasihi dan dirawat oleh Nya, hal ini diungkapkan melalui berbagai metafora dalam Alkitab.
Kitab Hosea nampaknya memiliki hubungan yang kuat dengan kitab Ulangan, nabi Hosea akan mengembangkan lebih lanjut tentang metafora orang tua dan anak, yang kemudian berkembang pula gambaran tentang hubungan suami-istri, dimana satu pihak mencintai pihak lain, bukan karena mereka sempurna, namun itu karena pilihannya. Juga ada metafora tentang seekor induk elang dan anaknya pada:
Ulangan 32:10-12
10. Didapati-Nya dia di suatu negeri, di padang gurun, di tengah-tengah ketandusan dan auman padang belantara. Dikelilingi-Nya dia dan diawasi-Nya, dijaga-Nya sebagai biji mata-Nya. 11. Laksana rajawali menggoyangbangkitkan isi sarangnya, melayang-layang di atas anak-anaknya, mengembangkan sayapnya, menampung seekor, dan mendukungnya di atas kepaknya, 12. demikianlah TUHAN sendiri menuntun dia, dan tidak ada allah asing menyertai dia.
Nampak seperti induk elang yang mengajarkan anaknya untuk terbang, sang induk akan mendorong mereka keluar sarang, dan menangkap mereka jika jatuh, dan dilakukan berulang-ulang sampai mereka dapat terbang. Jadi Yahweh berulang kali menguji dan mengoreksi Israel sampai mereka siap untuk memasuki Tanah Perjanjian.
Jadi ini dari kitab Ulangan, yang merupakan khotbah perpisahan, serta kisah kematian dan penguburan Musa, adalah sebuah batu loncatan untuk menyerasikan narasi dari Pentatukh. Namun pada saat yang sama, kitab Ulangan masih menggantungkan nasib Israel, karena janji Yahweh belum terpenuhi, bangsa Israel masih belum memasuki Tanah Perjanjian.
Beberapa ahli biblikal berpendapat bahwa hal ini disegaja. Dan sebenarnya hal ini juga menjadi petunjuk mengenai masa di pembuangan, yaitu masa akhir dari penyusunan kitab Ulangan: ketika penyuntingan akhir atau sang redaktur sedang berada atau hidup di pengasingan.
Dan Deutronomis ingin mempertegas bahwa kesetiaan kepada Taurat adalah lebih penting dibandingkan tinggal di Tanah Perjanjian. Namun demikian kitab Ulangan bukan hanya sebagai buku penutup dari Pentatukh, ia adalah bagian penghubung untuk rangkaian saga yang jauh lebih besar. Sebuah literatur yang akan berlanjut dari Ulangan hingga 2 Raja-Raja. Dan kita akan memahami rangkaian kitab tersebut sebagai buah karya kelompok Deutronomis.
Bab 2. Teori Sumber dan Pentatukh.
Sebagai penutup tentang Pentatukh, berikut kesimpulan singkatnya: kita telah membahas tentang teori sumber dari Pentatukh, yaitu pada Hipotesis Dokumenter. Dan telah juga saya sebutkan bahwa terjadi perdebatan pada kesimpulan penanggalan materi sumber itu.
Satu masalah yang menurutku cukup sulit pada masalah tentang penanggalan sumber Priestly/Paderi. Melihat materi dari kelompok P, kita mendapat gambaran tentang transformasi dari ritual bangsa Israel kuno dan tradisi mereka menjadi praktik simbolis yang berhubungan dengan moralitas dan kesucian. Serta nuansa tentang etika komunal, dimana setiap tindakan individu akan berdampak terhadap masyarakat secara keseluruhan.
Namun sentimen anti-paderi, anti-kultus yang muncul pada kalangan Protestan di Eropa, dan para ahli biblikal pada beberapa abad terakhir. Nampaknya memiliki penilaian negatif akan sumber Priestly. Bagi Wellhausen, sumber P yang menekankan kultus dan ritual, adalah representasi dari tahap kemerosotan dari evolusi agama Israel, karena ritual pemujaan kaum imam ini, menjauh dari semangat spritual-keagamaan.
Menurut Wellhausen, periode awal Israel kuno seharusnya keagamaan mereka berkarakter lugas, dan alami, memiliki hubungan yang intim dengan Yahweh, tidak terbebani atau ternoda oleh obsesi legalitas sebuah kultus dari para imam. Lanjutnya pada tahun 586 SM, dimasa kehancuran Yerusalem dan orang Yehuda ditawan di Babel, saat itulah, di Babel, para imam mengambil kendali, dan mereka mampu mempermainkan perasaan bersalah dan gagal dari para orang-orang terbuang.
Para imam mampu membangun identitas baru dan agama, yang berfokus untuk menekankan dosa dari rakyat Yehuda, dan keinginan untuk pemurnian, khususnya pada askpek kemurnian ritual dan legalistiknya sebagai jalan kembali kepada Allah. Dan mereka kemudian menulis sejarah bangsa Israel dimasa lampau..
Namun menurutku, rekonstruksi dari evolusi sejarah Israel, dan keagamaan Israel, menurut Wellhausen lebih didorong oleh prasangka negatif atas nilai teologis dari pada berdasarkan bukti sejarah. Dan ini didorong oleh sudut pandang Ke-Kristenan, dimana Yahudi dipandang sebagai agama yang sedang sekarat pada masa Yesus, dan Yesus datang untuk menghidupkan kembali nilai spiritual dari keagamaan Isrel, yang sudah seperti kayu yang membusuk dan layu seperti pohon mati.
Namun ini tidak berarti bahwa semua ahli biblikal yang memberi penanggalan materi P di periode yang sama termotivasi oleh asumsi yang sama dengan Wellhausen. Pandangan lain dari para ahli menanggalkan P ke periode yang lebih akhir (sebelum pembuangan), dan ada beberapa bukti obyektif untuk menganggalkan beberapa bagian dari materi P ke masa setelah pembuangan, seperti halnya pada materi Deutronomis.
Namun pada umumnya sebagain besar ahli biblikal akan sepakat bahwa materi dari Priestly/Paderi mencapai bentuk finalnya pada masa pembuangan atau setelah pembuangan, dan ini adalah pada abad ke-6 SM. Masa pembuangan adalah sekitar 530 SM, dan masa setelah pembuangan, yaitu ketika penduduk Yehuda kembali dari Babel. Hal ini termasuk penanggalan untuk seluruh kitab Pentatukh/Torah secara umum.
Namun demikian ada banyak data yang menunjukkan bahwa sumber P mempertahankan materi yang sangat awal, seperti halnya sumber D berisikan materi dari sebelum pengasingan atau bahkan lebih awal lagi. Materi P (paderi) mempromosikan etika komunal, dan para imam setelah masa pembuangan kemudian berubah haluan mendukung etika individu.
Banyak bagian dari materi P, nampaknya tidak mementingkan konsep 1 kuil yang terpusat. Ingat jika gagasan tentang rumah ibadah yang terpusat pada satu kuil terjadi pada tahun 622 SM pada zaman raja Yosia dengan reformasinya (abad ke-7 SM).
Hingga untuk memilah penanggalannya: naskah yang cenderung mendukung keberadaan banyak kuil di seluruh Israel mungkin berasal dari pra-Yosia, sebelum tahun 622 SM, sebelum pembuangan. Naskah yang cenderung kepada keberadaan 1 kuil terpusat kemungkinan pada masa Yosia atau setelahnya.
Namun hal yang signifikan adalah materi P tidak melarang perkawinan dengan bangsa lain. Ia tidak mengimplementasikan aspek kemurnian pada kasus tersebut. Penggunaan aspek kemurnian mengenai Israel dan bangsa lain adalah karakteristik periode setelah pembuangan.
Jadi pemikiran tentang evolusi JE yang berisi spriritual, kepada D yang menjunjung nilai kemanusian dan etika, hingga P yang berisi obsesifitas kultus dan legalisme, sepertinya adalah pemikiran beberap pihak, adalah lebih baik melihat 3 hal ini sebagai perwakilan dari 3 kubu kontemporer dari tradisi Israel kuno, yang menggambarkan pengalaman dan narasi dari berbagai perspektif mazhab pemikiran mereka.
Materi tersebut ditransmisikan dan berkembang dalam berbagai lingkaran komunitas masyarakat Israel yang berbeda selama beberapa ratus tahun, dan mereka kemudian mengkristal pada beberapa masa yang berbeda.
JE memiliki fragmen yang cukup tua, namun mungkin mencapai bentuk final sebelum sentralisasi kuil. Mereka tidak mempermasalahkan eksistensi berbagai tempat ibadah di seluruh tanah Israel, jadi mungkin sebelum tahun 622 SM.
D mengandung banyak tradisi dari negeri Israel di utara, sebelum kejatuhan mereka pada tahun 722 SM, namun jelas mencapai bentuk final setelah di pengasingan di Babel. Ada banyak bagian-bagian dalam literatur mereka yang menunjukkan bahwa ia ditulis dari perspektif masyarakat di pengasingan.
P mengandung banyak tradisi kuno, namun mencapai bentuk final pada akhir masa pengasingan atau setelah masa pengasingan.
Jadi masing-masing lapisan dari sumber yang saling bersusun dan kompleks ini, memiliki agenda, perspektif, penekanan yang berdiri sendiri-sendiri. Kadang-kadang mereka berkontradiksi satu sama lain, namun mereka tidak dimaksudkan untuk dipandang dalam cara linear, seperti halnya sebuah kisah linear tentang sejarah Israel dan keagamaannya. Keanekaragaman mereka sengaja tidak dihilangkan oleh editor terakhir dari kitab itu.
Bab 3. Pengenalan Kitab Nabi-Nabi Terdahulu (Awal).
Setelah kesimpulan singkat mengenai Torah atau Pentatukh, sekarang kita berpindah kebagian lain dari Alkitab Ibrani, yaitu kitab Nabi-Nabi (Nevim). Bagian ini terbagi atas 2 bagian yaitu :
1. Nabi-Nabi Terdahulu (Awal) yang terdiri dari Yosua, Hakim-Hakim, Samuel, dan Raja-Raja, mereka dibentuk sebagai narasi sejarah.
2. Nabi-Nabi Kemudian (Akhir).
Pembahasan kita saat ini adalah kitab Nabi-Nabi Terdahulu. Dan secara theologis, bagian ini berorientasi pada kisah sejarah Israel dari penaklukan Tanah Kanaan hingga kejatuhan bangsa mereka ditangan bangsa Babel pada tahun 597-586 SM.
Materi ini penting bagi kita agar mampu memahami bagian berikut dari Nevim, yaitu Kitab Nabi-Nabi Kemudian. Kitab Nabi-Nabi Kemudian adalah sebuah koleksi kitab yang masing-masingnya menyandang nama sang nabi, yang berisi nubuat. Nabi-Nabi tersebut menyampaikan nubuat atau khobah mereka pada saat-saat kritis dalam sejarah bangsa Israel.
Jadi untuk memahami kata-kata dalam kitab Nevim, kita terlebih dahulu harus memahami alur sejarah Israel, terutama pada saat-saat kritis yang dibicarakan oleh mereka. Dan informasi sejarah itu dapat kita pelajari dari narasi Yosua hingga Raja-Raja.
Kitab Nabi-Nabi Terdahulu, atau kitab sejarah, seperti halnya kitab lain dalam Alkitab yang telah kita pelajari, mengandung berbagai materi kuno yang disatukan melalui sentuhan tangan dari penyunting di masa kemudian.
Terdapat satu atau sekelompok editor yang anonim, yang mengerjakan ulang berbagai materi-materi kuno. Mereka merajutnya kedalam bentuk yang kita miliki saat ini, dan itu adalah sebuah proses yang disebut sebagai redaksi atau penyuntingan.
Mereka mengkomposisi dengan menyisipkan ayat-ayat, khotbah-khotbah, menyambungkan mereka kedalam satu alur ideologi, dan ideologi tersebut memiliki kesamaan dengan Deutronomis.
Seorang ahli biblikal dari Jerman bernama Martin Noth, berkesimpulan bahwa kitab Ulangan dan Kitab Sejarah sebenarnya membentuk sebuah kesatuan, dan Kitab Ulangan tidak saja merupakan kesimpulan atas Pentatukh, namun juga sebagai pembuka untuk Kitab Sejarah.
J,E dan P nampak berakhir disini; namun ada perdebatan tentang itu, karena penafsiran sejarah yang membentang dari Yosua hingga Raja-Raja mencerminkan gagasan dari kitab Ulangan, kita berkesimpulan bahwa orang-orang yang menyunting seluruh unit ini (Pentatukh) adalah kelompok sejarawan Deutronomis, atau ber-mazhab Deutronomis.
Keseluruhan unit ini jelasnya diredaksikan setelah 622 SM. Diasumsikan dari kecenderungan sentralisasi kultus. Peristiwa terakhir yang disebutkan dalam 2 Raja-Raja adalah kejadian yang terjadi pada tahun 562 SM, yaitu ketika raja Yoyakhin dibebaskan dari penjara di Babel.
Jadi pengerjaan kitab ini kemungkinan tidak lama setelah tahun 562 SM, ketika dipengasingan atau menjelang akhir dari masa pengasingan. Marthin Noth berasumsi bahwa terdapat 1 editor. Ahli lain berasumsi terdapat 2 atau bahkan lebih, yang bertanggungjawab dalam narasi sejarah ini, karena terdapat beberapa perspektif yang mewakili pandangan editor. Namun yang mayoritas adalah perspektif orang-orang yang berdiam di pengasingan Babel.
Beberapa kitab dari koleksi besar ini, nampaknya berisi elemen dan materi yang tidak dipengaruhi oleh ideologi Deutronomis. Hal ini dibahas secara mendalam oleh Marc Brettler dalam bukunya "The Prophets," ini buku yang menarik untuk menjelaskan kompleksitas dari materi kitab ini.
Fitur yang paling menonjol dari mazhab Deutronomis adalah keyakinan bahwa hak Israel untuk mendiami Tanah Kanaan adalah tergantung dari ketaatan atau tidaknya kepada Perjanjian dengan Yahweh. Dan keyakinan ini akan mewarnai gambaran, evaluasi dan penafsiran atas Sejarah Bangsa Israel.
Yehezkel Kaufmann menggunakan istilah "historiosophy" untuk menggambarkan materi kitab ini. Jika seorang sejarawan mungkin hanya merekam sebuah peristiwa, historiosophy lebih dari sekedar itu, ia lebih menekankan unsur filosifis. Ia mencoba untuk mencari makna filosofis atau kesimpulan ideologis dari sebuah peristiwa sejarah - dan mengarah kepada sebuah tujuan yang lebih besar yaitu sebuah desain.
Ia tidak hanya mengatakan apa yang telah terjadi, namun ia menekankan pada: mengapa hal itu terjadi, dan apa artinya bagi orang hari ini, tentang kejadian dimasa lampau.
Jadi sejarah bagi Deutronomis tidak hanya tentang sejarah Israel hingga penghancuran Yerusalem, ia adalah historiosophy. Mereka membuat sebuah argumen dan mencoba untuk mengkomunikasikan makna dari sebuah peristiwa, dan hal itu dilakukan melalui sebuah pola, kita akan melihat pola sastra tentang penghargaan dan hukuman (reward and punishment).
Ada beberapa fitur penting Deutronomis dalam kisah Yosua hingga 2 Raja-Raja. Keyakinan tentang Yerusalem adalah kota pilihan illahi. Ia adalah kota yang dimaksud dalam Ulangan ketika Yahweh mengatakan akan memilih tempat untuk membuat namanya berdiam.
Selain itu terdapat pemilihan illahi atas Daud sebagai raja Israel dan keturunannya. Sekarang, menjadi menarik karena 4 buku dalam Pentatukh tidak pernah menyebut seorang raja. Tidak ada pernyataan bahwa jika anda akan memiliki seorang raja ini adalah yang mesti dilakukan.
Pernyataan demikian hanya ada dalam kitab Ulangan yang mengasumsikan atau mempersiapkan berdirinya monarki dan undang-undang dan tugas yang berkaitan dengan raja. Jadi kitab Ulangan ditulis dan diredaksikan pada saat telah ada monarki berdiri di Israel. Dan ia memberikan dasar hukum yang ideal untuk sebuah kerajaan. Jadi Daud sebagai raja terpilih, adalah raja yang ideal sesuatu yang merupakan tema kitab ini.
Tema lain dalam kitab ini yang ber-mazhab Deutronomis adalah penekanan tentang nabi Yahwist, contohnya Elia dan Elisa. Nabi tersebut adalah figur utama dalam usaha pemurnian agama, mereka berjuang melawan segala jenis unsur asing dalam penyembahan Yahweh, dan segala bentuk sinkretisme. Pandangan Deutronomis lain adalah status favorit kerajaan Yehuda, kerajaan selatan, dibandingkan penggambaran yang negatif atas kerajaan Israel di utara.
Kerajaan Israel di utara ditulis dengan sudut pandang yang sangat, sangat buruk oleh para penulis Deutronomis, hal ini menunjukkan kemungkinan mereka berasal dari Yehuda. Sehingga raja-raja utara akan mendapat pandangan yang negatif. Mereka direndahkan karena mereka mempertahankan kultus yang menyaingi tempat kudus terpusat di Yerusalem. Selain itu mereka juga merendahkan segala sesuatu yang berbau Kanaan, kita akan membahas hal ini lebih dalam dan melihat kompleksitas dari gambaran itu.
Bab 4. Latar Belakang Geografis dan Implikasi Sejarah.
Kitab Yosua dan Hakim-Hakim berisi tentang proses penaklukan Tanah Kanaan oleh suku-suku Israel, dan masa-masa awal mereka berdiam di Tanah Perjanjian. Untuk memahami isu-isu yang muncul, dan proses terjadinya struktur kesukuan di negeri itu, adalah sangat penting untuk mengetahui geografi Tanah Kanaan. Selama 4000 tahun, telah terjadi banyak peperangan untuk merebut sebuah kavling kecil tanah yang dikenal sebagai Kanaan, atau Israel, atau Palestina, dari pada peperangan untuk merebut daerah lain di dunia ini.
Di dunia kuno, alasan untuk merebut wilayah yang kecil ini - sekitar 240 KM panjang dan 112 KM lebar; sebenarnya tanah ini sangat kecil - karena wilayah ini berfungsi sebagai penghubung berbagai wilayah di Timur-Tengah kuno. Ia adalah penghubung Mesir, Asia Minor dan Mesopotamia. Tidak ada hasil bumi yang bernilai yang bisa di dapat dari wilayah ini, namun ia strategis secara lokasi, karena sebagai penghubung rute perdagangan utama, ia dilalui oleh para karavan/kafilah yang membawa emas, biji-bijian, rempah dan tekstil dan barang lainnya antara Mesir dan ke seluruh daerah lain dari Asia Minor hingga Mesopotamia.
Jadi mengontrol wilayah yang menjadi jalan raya internasional ini, berarti dapat membawa banyak kekayaan, namun lokasi yang strategis ini seperti pedang bermata dua, jika pada masa damai ia membawa kemakmuran, namun pada masa perang, wilayah tersebut akan terus-menerus di invasi oleh berbagai kekuatan militer dalam skala besar. Dan hal ini menjelaskan mengapa wilayah ini sering menjadi ajang penguasaan antara Mesir, Amorit, Israel, Ashur, Babilon, Persia, Yunani, Ptolemi dan Seleucid, Romawi, dan seterusnya.
Lembah Jezreel |
Lembah Jezreel dari gunung Carmel |
Danau (laut) Galilea |
Sungai Yordan |
Kontur Geografi Israel |
Peta Tanah Kanaan |
Walau wilayah ini sangat sempit, ia memiliki keragaman geografis yang sangat ekstrim. Terdapat 3 bagian geografis utama. Jika kita berjalan dari utara ke selatan pada wilayah ini, di sebelah barat kita menemukan dataran rendah dan pesisir pantai. Wilayah dataran rendah ini lebarnya sekitar 45 KM, dan ini adalah jalan raya utama menuju Mesir.
Wilayah pesisir ini dikendalikan oleh Mesir, pada saat diklaim sebagai masa keluar nya bangsa Israel dari Mesir. Dari wilayah dataran rendah ini menuju ke timur terdiri dari daerah perbukitan. Namun pada daerah perbukitan ini terdapat sebuah lembah yang dikenal sebagai lembah Jezreel/Yizreel, lembah yang memotong jalur perbukitan ini sangatlah subur.
Dataran rendah Megiddo juga bersambung dengan lembah Jezreel. Ia adalah bagian tersubur di wilayah ini, dan disini juga adalah situs dari berbagai pertempuran berdarah dalam sejarah Israel.
Di Wilayah pegunungan terdapat lembah Yordan, dan di sana juga mengalir sungai Yordan, yang bermuara di Laut/Danau Galilea, dan mengalir lagi hingga terperangkap di Laut Mati.
Di sebelah utara titik tertinggi berada pada gunung Hermon, yang tertutup salju, ketinggiannya 3.048 Meter diatas permukaan laut. Pada wilayah pegunungan ketinggiannya bervariasi antara 1200-3000 Meter diatas permukaan laut, namun jika anda bergerak ketimur menuju wilayah lembah, daerahnya akan turun secara dramatis, sehingga ketika mencapai Laut Galilea, kita telah berada 210 Meter dibawah permukaan air laut, dan pada Laut Mati posisinya berada disekitar 400 Meter dibawah permukaan air laut, ini adalah wilayah terendah di permukaan bumi.
Di sebelah utara terdapat sungai yang dikelilingi oleh berbagai vegetasi di kedua sisinya, tapi tidak ada kehidupan di bagian selatan yang hanya berjarak 100 KM yakni di Laut Mati. Hal ini karena air danau nya mengandung 25% garam dan mineral. Jadi ini adalah daerah yang sangat terpencil. Kisah dalam Alkitab mengindentifikasi wilayah ini sebagai situs dari Sodom dan Gomorrah. Daerah disekitar Laut Mati adalah wilayah semi-gurun pasir, dan sering disebut padang gurun Yudea (diantara Yerusalem dan Laut Mati).
Jadi dalam wilayah yang relatif kecil ini terdapat berbagai macam wilayah geografis yang radikal, dan fakta ini memiliki implikasi penting bagi sejarah Israel. Persatuan dan kesatuan adalah sangat sulit untuk dicapai. Wilayahnya yang saling terisolasi, menjadikan penduduknya memiliki karakter ekonomi dan budaya yang berbeda. Ada kelompok petani yang menetap di wilayah yang lebih subur, kelompok gembala semi-nomaden, penduduk perkotaan, kelompok pedagang yang bersentuhan dengan berbagai kebudayaan. Dan inilah latar belakang geografis dari wilayah yang akan anda temukan dalam kitab Yosua.
Bab 5. Struktur Kitab Yosua.
Strutur kitab Yosua sangat sederhana, ia terbagi atas 2 bagian besar, bab 1-12 membentuk unit yang menceritakan tentang proses invasi dan penaklukan. Element pentingnya: dalam bab 2 Yoshua mengirim mata-mata ke Kanaan, bab 3 Yosua menyeberangi sungai Yordan, bab 6 pertempuran Yerikho, bab 8 tentang penaklukan kota Ai, dekat Yerikho, bab 9 tentang bergabungnya penduduk Gibeon bersama Israel; mereka adalah penduduk asli Kanaan yang bergabung dengan Isael, dan bab 10-11 tentang kampenye militer berikutnya.
Dan pada Yosua 10:40, kita membaca: "Demikianlah Yosua mengalahkan seluruh negeri itu, Pegunungan, Tanah Negeb," - ini adalah wilayah gurun pasir di sebelah selatan, - " Daerah Bukit dan Lereng Gunung, beserta semua raja mereka. Tidak seorangpun yang dibiarkannya lolos, tetapi ditumpasnya semua yang bernafas, seperti yang diperintahkan TUHAN, Allah Israel"
Bab 11 mengisahkan tentang bagaimana Yosua menyelesaikan tugas yang dimulai oleh Musa.
Yosua 11:15
Seperti yang diperintahkan TUHAN kepada Musa, hamba-Nya itu, demikianlah diperintahkan Musa kepada Yosua dan seperti itulah dilakukan Yosua: tidak ada sesuatu yang diabaikannya dari segala yang diperintahkan TUHAN kepada Musa.
Yosua 11:23
Demikianlah Yosua merebut seluruh negeri itu sesuai dengan segala yang difirmankan TUHAN kepada Musa. Dan Yosua pun memberikan negeri itu kepada orang Israel menjadi milik pusaka mereka, menurut pembagian suku mereka. Lalu amanlah negeri itu, berhenti dari berperang.
Jadi pada bab 13-21 menceritakan tentang pembagian tanah di antara suku-suku Israel. Bab sisa adalah semacam lampiran: bab 23 berisi perpisahan, bab 24 pembaharuan Perjanjian di Sikhem.
Dalam narasi bab 2-12, digambarkan Israel menyerang sebagai kekuatan konfederasi 12 suku yang terorganisir, dan penaklukan ini di bawah kepemimpinan Yosua. Dan situasi orang Kanaan yang tercerai-berai, tidak memberi perlawanan yang berarti: mereka menjadi lumpuh oleh ketakutan yang dikirim oleh Yahweh. Semua yang orang Kanaan yang ditaklukkan, dibunuh oleh Israel sebagaimana perintah Yahweh. Jadi bagian pertama Kitab Yosua mengandung kisah ideal tentang bagaimana bangsa Israel mampu menaklukkan wilaya perbukitan Kanaan, dan menyisakan bangsa Filistin yang hidup di pesisir pantai.
Kisah penaklukan Yosua ini adalah wahana untuk mengekspresikan gagasan dasar tentang kemenangan Israel tidak akan mungkin terjadi tanpa bantuan Yahweh yang begitu menakjubkan. Adalah Yahweh yang membelah sungai Yordan agar mereka dapat menyeberanginya. Yahweh yang meruntuhkan tembok Yerikho. Yahweh yang menimbulkan ketakutan di hati orang Kanaan. Yahweh hadir di setiap pertempuran. Tabut Perjanjian adalah tanda yang terlihat bagi kehadiran Yahweh dan ikut berbaris di depan mereka.
Setelah penaklukan selesai seluruh perwakilan dari suku-suku Israel berkumpul dan bertemu di Sikhem (Shechem) untuk membuat Perjanjian Suci untuk menjadi jemaat Yahweh, untuk menyembah-Nya tanpa ada illahi lain. Dan menurut kitab Yosua, struktur kesukuan Israel terbentuk pada saat ini.
Ini adalah gambaran yang sangat sempurna tentang penaklukan secara kilat tanah Kanaan, namun hal ini bertentangan dengan pernyataan di bagian lain dari kitab Yosua itu sendiri atau pun dalam kitab Hakim-Hakim. Contohnya pada berbagai kemenangan di bab 2-10 ini, nampaknya hanya terbatas pada daerah yang sangat kecil, hal ini nampak dalam :
Yosua 13:1
Setelah Yosua menjadi tua dan lanjut umurnya, berfirmanlah TUHAN kepadanya: "Engkau telah tua dan lanjut umur, dan dari negeri ini masih amat banyak yang belum diduduki.
Yosua 10:36-39
36. Kemudian Yosua dengan seluruh Israel bergerak maju dari Eglon ke Hebron, lalu berperang melawannya. 37. Negeri itu direbut mereka dan dipukul dengan mata pedang, juga rajanya dan segala kotanya dan semua makhluk yang ada di dalamnya, tidak seorangpun yang dibiarkannya lolos, tepat seperti yang dilakukannya terhadap Eglon. Kota itu dan semua makhluk yang ada di dalamnya ditumpasnya. 38. Kemudian Yosua dengan seluruh Israel kembali ke Debir, lalu berperang melawannya. 39. Negeri itu beserta rajanya dan segala kotanya direbutnya, dan dipukul dengan mata pedang. Semua makhluk yang ada di dalamnya ditumpas mereka, tidak seorangpun yang dibiarkannya lolos; seperti yang dilakukannya terhadap Hebron, demikianlah dilakukan terhadap Debir beserta rajanya, sama seperti yang dilakukannya terhadap Libna beserta rajanya.
Yosua dilaporkan menaklukkan Hebron dan Debir, namun dalam Yosua 15:15-17 dan Hakim-Hakim 1:11-13, kita membaca bahwa debir belum direbut, dan direbut dimasa yang akan datang, setelah kematian Yosua, oleh Kaleb bin Yefune dan Otniel, dan Hebron di rebut oleh suku Yehuda setelah wafatnya Yosua.
Yosua 15:15-17
13. Tetapi kepada Kaleb bin Yefune diberikan Yosua sebagian di tengah-tengah bani Yehuda itu, yakni Kiryat-Arba, seperti yang dititahkan TUHAN kepadanya; Arba ialah bapa Enak. Itulah Hebron. 14. Dan Kaleb menghalau dari sana ketiga orang Enak, yakni Sesai, Ahiman dan Talmai, anak-anak Enak. 15. Dari sana ia maju menyerang penduduk Debir. Nama Debir itu dahulu ialah Kiryat-Sefer (city of book).
Hakim-Hakim 1:1
Sesudah Yosua mati, orang Israel bertanya kepada TUHAN: "Siapakah dari pada kami yang harus lebih dahulu maju menghadapi orang Kanaan untuk berperang melawan mereka?"
Hakim-Hakim 1:10-12
10. Lalu suku Yehuda bergerak menyerang orang Kanaan yang diam di Hebron--nama Hebron dahulu adalah Kiryat-Arba--dan memukul kalah Sesai, Ahiman dan Talmai. 11. Dari sana mereka bergerak menyerang penduduk Debir. Nama Debir dahulu adalah Kiryat-Sefer. 12. Berkatalah Kaleb: "Siapa yang mengalahkan dan merebut Kiryat-Sefer, kepadanya akan kuberikan Akhsa, anakku, menjadi isterinya."
Pada Yosua 12:10 di laporkan tentang penaklukan raja Yerusalem. Namun dalam Hakim-Hakim 1:8 dan 21, kita membaca adalah suku Yehuda yang menaklukkan raja Yerusalem, dan walau mereka merebutnya mereka tidak mengusir penduduknya yakni orang Yebus, hingga 200 tahun kemudian pada zaman raja Daud, barulah dilaksanakan penaklukan Yerusalem (lagi). Hakim-Hakim 1 memberi daftar wilayah yang mana orang Kanaan tidak di usir.
Hakim-Hakim 1:8
Sesudah itu bani Yehuda berperang melawan Yerusalem, merebutnya lalu memukulnya dengan mata pedang dan memusnahkan kota itu dengan api.
Hakim-Hakim 1:21
Tetapi orang Yebus, penduduk kota Yerusalem, tidak dihalau oleh bani Benyamin, jadi orang Yebus itu masih diam bersama-sama dengan bani Benyamin di Yerusalem sampai sekarang.
2 Samuel 5:6
Lalu raja dengan orang-orangnya pergi ke Yerusalem, menyerang orang Yebus, penduduk negeri itu. Mereka itu berkata kepada Daud: "Engkau tidak sanggup masuk ke mari; orang-orang buta dan orang-orang timpang akan mengenyahkan engkau!" Maksud mereka: Daud tidak sanggup masuk ke mari.
Kisah Yosua juga bertentangan dengan bukti arkeologi. Di Timur-Tengah Kuno, kota yang hancur cenderung diratakan, kemudian kota baru akan berdiri diatas reruntuhan kota lama, akibat kejadian yang berlangsung terus menerus, tumpukan reruntuhan kota akan membentuk sebuah gundukan dan disebut "tell" (mungkin anda pernah mendengan situs bernama Tell Dor).
Lapisan dalam gundukan itu mewakili kota-kota yang hancur pada masa tertentu. Jadi berdasarkan kisah Yosua kita berharap akan menemukan bukti dari kehancuran kota-kota Kanaan dari abad ke-13 SM. Dan para arkeolog selama beberapa waktu sangat yakin bahwa mereka akan menemukan lapisan kehancuran ini. Namun mereka berakhir dengan kekecewaan, tidak pernah ada bukti penaklukan yang luas dan kehancuran pada abad ke-13 dan ke-12 SM, dalam lapisan arkeologi reruntuhan kota.
Beberapa situs pernah diasumsikan sebagai kota yang dihancurkan oleh Yosua dan bangsa Israel kuno, namun ternyata kota tersebut telah hancur jauh sebelum bangsa Israel mendiami Kanaan.
Bangsa Israel mendiami wilayah Kanaan pada akhir Zaman Perunggu hingga awal Zaman Besi, sekitar tahun 1200 SM. Penggalian pada situs Yeriko dan Ai menunjukkan bahwa kedua kota tersebut telah berupa reruntuhan pada saat itu, setidaknya 200 tahun sebelum kemungkinan waktu Yosua; sehingga tidak ada yang namanya tembok Yerikho pada masa Yosua hidup (jika ia adalah figur historis).
Dari 20 situs yang awalnya dipercaya sebagai kota yang ditaklukkan oleh Yoshua dan generasi sesudahnya, hanya 2 yang menunjukkan lapisan kehancuran pada masa figur Yoshua seharusnya hidup, yakni Hazor dan Beth-el. Dan yang menarik adalah, kisah Hazor yang direbut oleh Yosua berkontradiksi dengan kisah lain dalam Alkitab, karena pada Hakim-Hakim 4 dan 5, ia masih berupa kota Kanaan. Ia diceritakan masih merupakan kota Kanaan dan tidak direbut oleh Yosua.
Yosua 11:1
Setelah hal itu terdengar kepada Yabin, raja Hazor, diutusnyalah orang kepada Yobab, raja Madon, dan kepada raja negeri Simron, kepada raja negeri Akhsaf, .....
Yosua 11:10-11
10. Pada waktu itu Yosua kembali, direbutnya Hazor, dan rajanya dibunuhnya dengan mata pedang. Sebab Hazor pada waktu dahulu adalah yang terutama di antara segala kerajaan itu. 11. Semua makhluk yang ada di dalamnya dibunuhnya dengan mata pedang, sambil menumpas orang-orang itu. Tidak ada yang tinggal hidup dari semua yang bernafas dan Hazor dibakarnya.
Hakim-Hakim 4:2
Lalu TUHAN menyerahkan mereka ke dalam tangan Yabin, raja Kanaan, yang memerintah di Hazor. Panglima tentaranya ialah Sisera yang diam di Haroset-Hagoyim....
Kontroversi kisah Yosua dapat anda baca di artikel ini :
Bab 6. Tiga Model Ilmiah Untuk Menjelaskan Munculnya Negara & Bangsa Israel.
Jadi kesimpulan yang dapat ditarik dari kisah pada Yosua 2-12 adalah, narasi ini dimaksudkan sebagai usaha atas sebuah konstruksi ideologis. Kita akan kembali membahasnya. Namun yang jelas pembentukan negara dan bangsa Israel, adalah jauh lebih kompleks dibandingkan gambaran yang disajikan dalam kitab Yosua 2-12. Para ahli telah mengajukan 3 model yang mungkin bisa digunakan untuk menjelaskan pembentukan Israel.
Model ke-1, adalah "Model Imigrasi" yang diajukan oleh ilmuwan Jerman. Karena negara kota Kanaan pada saat itu berupa kota berbenteng/berdinding dan berada di daerah dataran rendah, orang Israel berdasarkan model ini adalah orang-orang yang memasuki wilayah di dataran tinggi dan berdiam disana, tingkat kepadatan penduduk di wilayah pegunungan sangatlah rendah dibandingkan kota Kanaan (city states).
Namun secara perlahan-lahan orang Israel ini mulai turun gunung dan merebut kota-kota di dataran rendah. Kita mengetahui bahwa pada akhir Zaman Perunggu, dan permulaan Zaman Besi, sekitar tahun 1200 SM, terjadi pergolakan besar di seluruh wilayah Mediterania. Kita menemukan bukti-buktinya dari reruntuhan peradaban Mycenaean (dikepulauan Yunani), terjadi perang Trojan di Yunani, bangsa Het/Hittite menginvasi Asia Kecil - moderen Turki. Gejolak ini menyebabkan migrasi massal. Banyak dari mereka berlayar dari Yunani, ke pesisir pantai di Kanaan, Phoenicia/Fenesia dan Mesir. Dan orang-orang ini tercatat dalam naskah kuno sebagai "Orang Dari Laut - Sea Peoples", berasal dari pulau-pulau dan wilayah pantai di utara Mediterania (Yunani).
Satu kelompok dari orang laut ini mendiami sebuah wilayah di Kanaan dan dikenal sebagai wilayah "Perasta" atau "Pelasta" atau "Philistine/Filistin" yang kemudian dikenal sebagai "Palestina", mereka mendiami wilayah yang sekarang disebut Jalur Gaza. Disana mereka mendirikan kota-kota Filistin yang akan kita baca dalam kitab Hakim-Hakim sebagai kota Gaza, Ashkelon, Gath, Ashdod dan Ekron (dikenal sebagai Pentapolis).
Penjelasan dari Model Imigrasi adalah pemukiman orang Ibrani/Israel mungkin terjadi bersamaan pada akhir abad ke-13. Orang Israel ini mengambil kesempatan dari gejolak yang terjadi, dan melemahnya cengkraman Mesir pada wilayah Kanaan. Ingat Mesir mengendalikan wilayah ini selama berabad-abad, dan cengkraman mereka melemah setelah menghadapi gempuran "Orang Laut" dan migrasi lainnya dari bangsa sekeliling Mesir.
Masalah yang muncul dari Model Imigrasi adalah, pada bukti arkeologi. Para arkeolog memang menemukan beberapa situs di pegunungan tengah dan berasal dari abad ke-13, ke-12, ke-11 SM. Jadi jelas terjadi proses pemukiman di dataran tinggi dan semakin lama semakin meluas. Dan mereka dipercaya sebagai orang-orang Israel, hal ini karena mereka muncul ditempat-tempat yang dalam Alkitab di kenal sebagai sebagai kota berbenteng milik Israel. Disamping itu kita juga memiliki bukti dari prasasti Merneptah yang berasal dari tahun 1204, dimana Firaun Mesir, yang membual telah memusnahkan Israel dalam kampanye militer ke Tanah Kanaan.
Namun pemukim yang berasal dari abad ke-13 SM ini di lihat dari peninggalan mereka yaitu guci dan peralatan keramik mereka, seluruhnya identik dengan kebudayaan Kanaan. Para penduduknya tampaknya adalah golongan petani sama seperti penduduk Kanaan di wilayah daratan rendah. Dan salah satu perbedaan menarik adalah tidak ada tulang babi diperkampungan mereka, nampaknya mereka mentabukan konsumsi babi di dalam komunitas. Dan bukti arkeologis juga menunjukkan bahwa para pemukim ini rupanya terbentuk dengan cara damai, bukan oleh kelompok yang melakukan penaklukan. Jadi penduduk ini kemungkinan berasal dari dalam bangsa Kanaan itu sendiri bukannya dari bangsa lain yang berimigrasi ke Kanaan.
Model ke-2, adalah "Model Pemberontakan" yang menjelaskan bahwa orang Israel adalah bagian dari sebuah revolusi sosial dalam masyarakat Kanaan. Kita memiliki bukti arkeologis berupa catatan surat-surat dalam bentuk loh batu (Surat Amarna), yang berasal dari abad ke-14 SM. Mereka ditulis oleh orang-orang Kanaan kepada Firaun di Mesir, ingat Mesir masih memegang kendali atas wilayah Kanaan pada masa itu.
Surat tersebut ditulis oleh beberapa penguasa Kanaan (gubernur dinegeri Kanaan) yang mengeluh tentang sekelompok orang yang menyebabkan kekacauan dan gejolak di banyak negara kota Kanaan. Mereka menantang penguasa Mesir, dan mereka menyebut kelompok tersebut sebagai Habiru atau Apiru. Mereka bukan sekelompok etnis tertentu, namun sekelompok orang yang terpinggirkan secara sosial yang memberontak. Beberapa ahli berpendapat bahwa sekelompok orang yang melarikan diri dari Mesir kemungkinan bergabung dengan kelompok Habiru dalam pemberontakan di Kanaan, kelompok ini kemudian mendirikan pemukiman mereka sendiri dan menyembah dewa pembebas, Yahweh, daripada mengikuti aturan Firaun.
Model ke-3, adalah "Model Kemunculan Bertahap" yang menjelaskan bahwa orang Israel pada dasarnya adalah orang Kanaan yang telah mengembangkan identitas terpisah dan mereka memisahkan diri dengan menetap di daerah dataran tinggi. Hipotesis ini tidak menjelaskan alasan mengapa mereka memisahkan diri. Kita tidak tahu secara pasti, mungkin karena ketidakpuasan, mungkin juga didorong karena kekacauan yang terjadi ketika orang laut menyerang, atau karena alasan lain.
Namun mereka memisahkan diri dari pemukiman negara kota Kanaan karena alasan tertentu. Dan mengapa akhirnya mereka memuja kepercayaan Yahwisme tidaklah benar-benar jelas; namun yang pasti hal ini telah menjadi ciri khas pembeda mereka dengan orang Kanaan lainnya. Kultus Yahweh mungkin diperkenalkan oleh orang-orang yang melarikan diri dari perbudakan Mesir. Sebagian besar para ahli melihat kisah Keluaran adalah bukti dari kehadiran beberapa budak yang melarikan diri di dalam komunitas tersebut.
Jadi yang penting dalam hal ini adalah Ibrani/Orang Israel pada tahap ini adalah mungkin bukan sekelompok orang yang bersatu. Berbagai elemen ini akhirnya menyatu dan muncul sebagai indentitas baru yaitu bangsa Israel : kita memiliki orang Kanaan yang karena hal tertentu memisahkan diri, menciptakan pemukiman sendiri, membawa kebudayaannya, dan mendirikan gaya hidup pertanian.
Ada pula budak yang melarikan diri dari Mesir, bahkan mungkin terdapat orang asing dari tetangga Kanaan, seperti komunitas dari Midian yang bergabung dan mengadakan perjanjian damai dengan komunitas baru ini, kita memiliki naskah tentang orang Keni/Kenites yang membuat perjanjian dengan Israel.
Dan bukti arkeologi juga mendukung gambar penggabungan berbagai elemen masyarakat ini, dibandingkan dengan model penaklukan atau migrasi dalam skala besar, karena pemukiman baru di periode ini menunjukkan sebuah pola kontinuitas, bukannya pemutusan kultural secara radikal.
Dan juga beberapa kelompok dari komunitas ini mungkin membawa kisah pelarian secara supranatural dari Mesir, dan mungkin dipahami oleh karena pertolongan Yahweh, dewa yang dikenal dari daerah selatan. Dan percampuran berbagai elemen dalam komunitas ini, kemudian bergabung bersama dan menerima Yahweh, meskipun bukan dalam bentuk eksklusif "monotheis", dan mengadopsi kisah-kisah tertentu menjadi kisah nasional, yang kemudian dikenal dalam kitab Keluaran.
Suku-suku Ibrani/Israel ini sendiri, mungkin dalam proses pembentukan. Dan struktur kesukuan masyarakat Israel lambat-laun terbentuk melalui adaptasi kondisi geografi. Kita telah melihat Yahweh yang digambarkan menetap di dalam tenda, demikian juga dengan El, dewa kelompok semi-nomaden yang juga menetap dalam tenda.
Kita juga telah melihat Yahweh yang digambarkan memiliki kemiripan dengan Baal dewa bangsa Kanaan, dewa dari penduduk negara kota Kanaan. Dan pencampuran berbagai elemen itu lah yang nantinya akan membentuk entitas politik Israel.
Jika demikian, mengapa kitab Yosua memberi keterangan yang berbeda, yang mana mereka berasal dari luar Kanaan dan menaklukkan wilayah tersebut melalui peperangan yang dipimpin oleh Yosua dan Yahweh? Jika melihat dalam kisah ini yang lebih menekankan persiapan ritual dan kesuciannya dibandingkan dengan kecakapan militer, dimana Israel berbaris mengelilingi Yerikho selama 7 hari dengan 7 imam membawa 7 tanduk dan Tabut Perjanjian, dan pada hari ke-7 mereka mengelilingi kota sebanyak 7 kali. Dan tembok kota pun runtuh. Penaklukan ini digambarkan sebagai kemenangan ajaib oleh Yahweh. Inilah yang ditekankan dalam
Yosua 24:12
Kemudian Aku melepaskan tabuhan mendahului kamu dan binatang-binatang ini menghalau mereka dari depanmu, seperti kedua raja orang Amori itu. Sesungguhnya, bukan oleh pedangmu dan bukan pula oleh panahmu.
Dan mengapa klaim penghancuran total bangsa Kanaan bertentangan dengan bukti arkeologis?
Klaim semacam ini tidaklah unik untuk kasus Israel. Dalam prasasti raja Mesha dari Moab, yang berasal dari abad ke-9 SM, menulis klaim hiperbola: "Dan dewa Chemosh/Kamos berfirman kepada ku, pergi, rebutlah Nebo dari Israel. Dan aku pun berangkat pada malam hari, dan berperang melawan mereka dari subuh hingga siang, aku rampas dan menumpas 7000 lelaki, anak-anak, wanita, dan gadis-gadis, serta budak, dan ku persembahkan kehancuran mereka untuk kemuliaan dewa Ashtar Chemosh", penumpasan ini adalah klaim hiperbolik dari Moab, dan hal ini sama seperti kisah Yosua oleh orang Israel.
Namun pertanyaan penting disini mengapa penulis Alkitab atau penyunting bersikeras pada pandangan bahwa Kanaan harus musnah? Menurutku ini diakibatkan oleh penekanan pada aspek identitas nasional dan kemandirian yang terpisah dari bangsa lain.
Jika orang Israel, pada dasarnya orang Kanaan, yang telah memisahkan diri dari kelompok asal mereka, dan bersikeras untuk memuja Yahweh, maka orang Kanaan yang tidak bergabung dengan mereka akan dipandang sebagai ancaman bagi gerakan Yahwenisme itu.
Dinamika persaingan antar saudara ini muncul kembali pada abad ke-1 Masehi, ketika beberapa orang Yahudi memisahkan diri dan membentuk identitas Kristen, mereka merasa perlu untuk membuat retorika untuk merontokkan atau mengutuk sesama Yahudi mereka.
Hal yang menarik adalah, kita tidak boleh mengabaikan suara lain dari naskah Alkitab, walau suara ini menambah level kompleksitas dari gambaran ini. Karena disamping menciptakan gambaran ideal tentang penaklukan Israel dengan menghancurkan semua orang Kanaan, dalam bagian pertama kitab Yosua, kita juga menemukan kisah-kisah menarik dari aliansi atau bergabungnya beberapa kelompok Kanaan. Salah satu figur pahlawan dalam penaklukan Yerikho adalah seorang pelacur Kanaan bernama Rahab. Dia menyatakan ke-imanannya kepada Yahweh dan membiarkan kota nya jatuh kedalam tangan Yosua. Kita juga membaca tentang orang Gibeon, yang mengelabui orang Israel ke dalam perjanjian dengan mereka, dan dari perjanjian tersebut Israel kemudian terikat untuk mematuhinya.
Michael Coogan menegaskan bahwa kisah seperti ini adalah sebuah legenda etiologi. Mereka dimaksudkan untuk menjelaskan fakta tentang beberapa kelompok Kanaan yang menetap dalam wilayah Israel; namun secara realitas ideologis, seluruh orang Kanaan harus dilenyapkan. Kisah Yosua merupakan penggambaran tentang motivasi penulis Alkitab yang bernuansa "sastra subversi", yang kita akan lihat lebih banyak lagi.
"Sastra subversi adalah sebuah literatur yang bertujuan untuk mentransformasi tatanan sosial yang telah mapan dan isinya banyak menyerang moral umum yang berlaku."
Keharusan untuk melestarikan sebuah identitas yang berbeda - dengan prinsip untuk menghilangkan penyembahan berbagai macam dewa-dewa, atau dewa-dewa lama, dan melaksanakan segala yang tertulis dalam hukum Musa - hal ini yang ditegaskan dalam ucapan perpisahan :
Yosua 23:7-13
7. dan supaya kamu jangan bergaul dengan bangsa-bangsa yang masih tinggal di antaramu itu, serta mengakui nama allah mereka dan bersumpah demi nama itu, dan beribadah atau sujud menyembah kepada mereka. 8. Tetapi kamu harus berpaut pada TUHAN, Allahmu, seperti yang kamu lakukan sampai sekarang. 9. Bukankah TUHAN telah menghalau bangsa-bangsa yang besar dan kuat dari depanmu, dan akan kamu ini, seorangpun tidak ada yang tahan menghadapi kamu sampai sekarang.
10. Satu orang saja dari pada kamu dapat mengejar seribu orang, sebab TUHAN Allahmu, Dialah yang berperang bagi kamu, seperti yang dijanjikan-Nya kepadamu. 11. Maka demi nyawamu, bertekunlah mengasihi TUHAN, Allahmu. 12. Sebab jika kamu berbalik dan berpaut kepada sisa bangsa-bangsa ini yang masih tinggal di antara kamu, kawin-mengawin dengan mereka serta bergaul dengan mereka dan mereka dengan kamu, 13. maka ketahuilah dengan sesungguhnya, bahwa TUHAN, Allahmu, tidak akan menghalau lagi bangsa-bangsa itu dari depanmu. Tetapi mereka akan menjadi perangkap dan jerat bagimu, menjadi cambuk pada lambungmu dan duri di matamu, sampai kamu binasa dari tanah yang baik ini, yang telah diberikan kepadamu oleh TUHAN, Allah mu.
Kembali ke Index Artikel
Tidak ada komentar:
Posting Komentar