Namun tujuan penulisan Alkitab bukan lah untuk mencatat peristiwa sejarah. Naskah Alkitab dipenuhi dengan penjelasan theologis mengenai arti dari berbagai peristiwa yang terjadi dalam sejarah bangsa Ibrani.
Mengingat timbulnya permasalahan akurasi sejarah dalam Alkitab, akibat tercampur dengan penafsiran theologi, membuat para ahli sejarah sangat bergembira menyambut penemuan dokumen kuno beraksara kuneiform milik bangsa Ashur, yang turut menyebut mengenai figur dan tempat yang terdapat dalam Alkitab.
Penemuan catatan sejarah ini, digunakan oleh para ahli untuk menganalisa naskah Alkitab, khususnya pada bagian kitab sejarah atau kitab Raja-Raja.
Dan dengan menggunakan berbagai metodologi studi, serta data arkeologi, mereka mulai mempertanyakan klaim sejarah dalam Alkitab.
Daftar Raja-Raja Ashur, Israel & Yehuda |
Israel dengan Nama Lain.
Salah satu referensi mengenai Israel, dalam naskah Ashur yang berasal dari masa pemerintahan raja Shalmanesser III (858-824 SM), adalah Ahab bin Omri dari Israel.
Ia tercatat dalam kelompok koalisi 12 negara-kota termasuk Damaskus, Orang Arab, Byblos dan Mesir, sedang terlibat dalam pertempuran dengan Shalmanasser III. Rujukan kepada Ahab ini adalah satu-satunya catatan Ashur yang menyebut kata Israel.
Hal ini tidak berarti jika bangsa Ashur di kemudian hari, tidak pernah lagi berhubungan dengan Israel, namun bangsa Ashur ternyata tidak lagi menggunakan kata Israel dalam naskah mereka, mereka menggantinya dengan istilah lain.
Prasasti Monolith milik Shalmanasser III yang memuat informasi tentang perang Qarqar (863 SM) |
Dalam 3 prasasti yang berbeda, Shalmanasser III menceritakan bahwa ia menerima upeti dari Tirus, Sidon, dan Yehu bin Omri, pada tahun ke-18 ia berkuasa, sekitar tahun 841 SM. Dengan demikian, Yehu bin Omri adalah raja Israel berikutnya, setelah rujukan sebelumnya (Ahab), dan urutan ini sesuai dengan catatan Alkitab. Namun Yehu dikenal sebagai penguasa pada lokasi yang berbeda, Bit Omri (dinasti Omri).
Prasasti terakhir milik Shalmanasser III adalah Obelisk Hitam, berisi referensi lain, dan itu adalah Yehu. Pada monumen tersebut tertulis: "Upeti dari Iaua (Yehu) bin Omri, perak, emas, mangkuk emas, piala emas, sloki emas, pitcher emas, timah, tongkat untuk raja, tombak, ku terima dari nya." Menurut Michele Marcus, penulisan Yehu pada monumen ini menunjukkan ia dianggap penting oleh Ashur, karena ia mewakili wilayah terjauh dari kerajaan Ashur. Nama baru ini adalah perubahan dari hubungan Israel kepada Ashur. Ketika Ahab memerintah Israel, ia sangat aktif dalam koalisi negara-kota untuk menentang Ashur secara militer. Dan pada prasasti kemudian, Yehu membawa upeti untuk Shalmanesser III. Dan pada catatan terakhir ini, posisi Yehu adalah seorang penguasa dari wilayah aman bagi perbatasan Ashur.
Dengan demikian ketika Ashur menggantian nama, ini adalah sebuah pertanda pergeseran dari sifat bermusuhan kepada ketundukan. Alkitab sama sekali tidak membuat referensi tentang hubungan Yehu dengan Ashur, namun beberapa kejadian pada pemerintahan Yehu yang disebut dalam Alkitab kemudian menjadi relevan. Yehu mencapai kekuasaan melalui kudeta berdarah, di mana ia membunuh raja Yehoram/Yoram dari dinasti Ahab (2 Raja 9:1-10, 20; 2 Raja 10). Ia bahkan turut membunuh raja Yehuda, Ahazia (2 Raja-Raja 9:27) yang merupakan kemenakan Yoram (kedua raja ini adalah keturunan Omri).
Prasasti Black Obelisk milik Shalmanasser III, yang menggambarkan Yehu memberi upeti. |
Walau dalam kudeta Yehu bertindak dengan kejam, ia memiliki reputasi yang relatif baik dalam Alkitab, setidaknya diantara raja-raja Israel (2 Raja 10:28-31), karena jasanya dalam memusnahkan dinasti Ahab di Israel. Dinasti Ahab adalah keluarga yang paling di benci oleh para penulis Alkitab, karena Ahab mengawini wanita asing, Izebel, anak dari raja Ethbaal dari Sidon, bahkan membangun kuil untuk Baal di Samaria (1 Raja 16:29-33). Mungkin karena Ashur lah yang bertanggung jawab atas penghancuran Israel, membuat penulis kitab Raja-Raja enggan terlalu mencela Yehu, dengan mengungkap hubungan nya dengan Ashur (ternyata Yehu mengamankan kekuasaannya dengan cara menjadi negeri vassa Ashur).
Setelah kematian Shalmanasser III, naskah Ashur tetap merujuk Israel sebagai Bit Omri hingga penghancuran Israel. Raja Ashur, Adad-nirari III (810-783 SM) yang pertama kali memperkenalkan nama Samaria, yang menjadi referensi berikut atas Israel karena ia adalah ibu kota dari Bit Omri, dalam catatan Ashur, Israel di mulai dari raja Omri (1 Raja 16:24). Adad-nirari III mencatat bahwa Yoahas dari Samaria (800-784 SM) membawa kepadanya upeti. Raja lain yang membayar upeti kepada Ashur dalam kampanye militer ini adalah raja dari negeri Damaskus, Tirus, dan Sidon. Peristiwa ini tidak disebut dalam Alkitab.
Tiglath-Pilesar III (745-727 SM), membawa era baru bagi perluasan negara Ashur, dan ia adalah raja Ashur berikutnya yang merujuk tentang Bit Omri, Samaria, dan Yehuda. Dalam 2 prasasti, kata Bit Omri mempertegas perbatasan dari negeri Aram. Pada 1 prasasti merangkum kejadian di tanah Bit Omri, namun informasi kejadian itu hilang karena kerusakan pada naskah. Namun akibat dari kejadian itu adalah Tiglath-Pelesar III membawa orang-orang dari Bit Omri ke Ashur, yang juga di konfirmasi pada prasasti ke-3.
Tiglath-Pilesar III juga menyebut bahwa seseorang telah membunuh Pekah, raja dari Bit Omri, dan mendudukan Hoshea sebagai raja Bit Omri. Di bagian lain Tiglath-Pilesar III juga mencatat, meskipun terjadi penghancuran kota-kota di Bit Omri, ia tidak menghancurkan Samaria, hanya raja Pekah yang mereka digulingkan. Dalam prasasti annals (catatan bersejarah sejarah) milik Tiglath-Pilesar III, tanpa merujuk pada Bit Omri, ia menyebut Menahem, raja Samaria dua kali diantara Rezin dari Damaskus dan Tuba'il dari Tirus. Rujukan pada prasasti III A ini sebagai raja-raja bangsa Hatti (Het) dan bangsa Aram di wilayah pantai bagian barat (Laut Mediterania); Yehuda tidak muncul pada daftar tersebut.
Masuknya Yehuda.
Ketika Tiglath-pilesar III menyebut mengenai tanah Yehuda dalam daftar pemberi upeti, ia berada pada zaman yang berbeda. Ringkasan pada prasasti ke-7 menulis raja Ahas (Jehoahaz = Ahas bin Yotham) dari Yehuda di antara Mitini dari Ashkelon dan Quashmalaka dari Edom. Pada prasasti lain di sebut raja-raja yang sezaman dengan Menahem (bin Gadi), seperti Hiram dari Tirus, Kushtashpi dari Kummuh, Urik dari QUe, dan Ussame dari Tabal, walau pun dalam prasasti ini tidak menyebut Menahem, Samaria atau Bit Omri.
Namun menurut Mordechai Cogan dan Hayim Tadmor, Tiglath-pilesar III mungkin mencatat negeri-negeri tersebut berdasarkan 2 kelompok: raja-raja Syro-Anatolian yang membayar upeti pada tahun 738 SM, dan raja-raja Syro-Palestinian yang membayar upeti pada waktu yang berbeda.
Dengan demikian, berdasarkan pemahaman Ashur, Samaria/Bit Omri dan Yehuda adalah berbeda lokasi, dan membayar upeti di tahun yang berbeda dan dihubungkan dengan kelompok negara-kota yang berbeda.
Sumber Ashur tidak menyebut mengapa dan dalam kondisi apa hingga Yehuda membayar upeti kepada Ashur. Namun dalam Eponym Chronicle atau sejarah peperangan Ashur, di sebut pada tahun 734 SM, Tiglath-pilesar III berkunjung ke Philistia. Namun tulisan pada prasasti ini rusak, dan tidak memberi rincian yang menjelaskan alasan Ashur ke wilayah ini.
Namun Alkitab memberi penjelasan pada :
2 Raja-Raja 15:17,19
17. Dalam tahun ketiga puluh sembilan zaman Azarya, raja Yehuda, Menahem bin Gadi menjadi raja atas Israel. Ia memerintah sepuluh tahun lamanya di Samaria.
...
19. Pul [nama panggilan untuk Tiglath-pilesar III], raja Asyur, datang menyerang negeri itu, lalu Menahem memberi seribu talenta perak kepada Pul, supaya dibantunya dia mengokohkan kerajaan itu di tangannya.
Kemungkinan, sumber Ashur tidak menyebut anak Menahem yang juga adalah penerusnya yakni Pekahya (bin Menahem) karena, ia dikudeta oleh Pekah bin Remalya, lalu Tiglath-Pilesar menyerang Israel.
2 Raja-Raja 15
25. Lalu perwiranya, yakni Pekah bin Remalya, mengadakan persepakatan melawan dia dan membunuh dia di Samaria di puri istana raja; beserta dia ada Argob dan Arye serta lima puluh orang dari bani Gilead; dibunuhnyalah Pekahya, kemudian menjadi raja menggantikan dia.
..
29. Dalam zaman Pekah, raja Israel, datanglah Tiglat-Pileser, raja Asyur; direbutnyalah Iyon, Abel-Bet-Maakha, Yanoah, Kedesh dan Hazor, Gilead dan Galilea, seluruh tanah Naftali, lalu diangkutnyalah penduduknya ke Asyur ke dalam pembuangan.
30. Hosea bin Ela mengadakan persepakatan melawan Pekah bin Remalya; dibunuhnyalah dia, kemudian dia menjadi raja menggantikannya dalam tahun kedua puluh zaman Yotam bin Uzia.
Peristiwa yang relevan dalam masa Pekah bin Remalya tertuang dalam :
2 Raja-Raja 16:5
5. Pada waktu itu majulah Rezin, raja Aram, dan Pekah bin Remalya, raja Israel, untuk memerangi Yerusalem. Dan mereka mengepung Ahas, tetapi mereka tidak dapat mengalahkan dia.
...
7. Ahas menyuruh utusan-utusan kepada Tiglat-Pileser, raja Asyur, mengatakan: "Aku ini hambamu dan anakmu. Majulah dan selamatkanlah aku dari tangan raja Aram dan dari tangan raja Israel, yang telah bangkit menyerang aku."
8. Ahas mengambil perak dan emas yang terdapat dalam rumah TUHAN dan dalam perbendaharaan istana raja, dan mengirimnya kepada raja Asyur sebagai persembahan.
9. Maka raja Asyur mendengarkan permintaannya dan maju melawan Damsyik, merebutnya dan mengangkut penduduknya tertawan ke Kir, tetapi Rezin dibunuhnya.
10. Sesudah itu pergilah raja Ahas menemui Tiglat-Pileser, raja Asyur, ke Damsyik. Setelah raja Ahas melihat mezbah yang ada di Damsyik, dikirimnyalah kepada imam Uria ukuran dan bagan mezbah itu, menurut buatannya yang tepat.
Yehuda & Israel Di Luar Alkitab
Rujukan dari Ashur dan Alkitab saling melengkapi mengenai alasan Tiglath-Pelesar III melakukan kampanya militer di wilayah Israel & Yehuda. Raja Ashur mengenal semua pemimpin di wilayah ini, dan komentar dari pihak Ashur tertulis dalam prasasti adalah satu suara dengan Alkitab. Menurut sumber Ashur, Menahem membayar sejumlah upeti kepada Tiglath-Pilesar III, dan jumlah ini adalah sama dengan raja Hulli dari Tabal, Metenna dari Tirus, kedua raja ini adalah perampas tahta, dan mereka membayar upeti ini sebagai imbalan untuk dukungan Ashur, dan melegitimasi kekuasaan mereka. Demikianlah bukti dari Ashur mendukung informasi dari Alkitab mengenai Menahem yang membayar sejumlah upeti untuk mengamankan tahta.
Sebaliknya, proses masuknya Yehuda menjadi negeri vassal Ashur atau pembayar upeti, tidak memiliki dukungan dokumentasi lain selain dari Alkitab. Keraguan bisa saja muncul dalam melihat penjelasan Alkitab, mengenai alasan kampanye militer Ashur ke wilayah ini adalah karena Israel menyerang Yehuda. Dan raja Yehuda, Ahas meminta perlindungan kepada Ashur.
Ahas berkata kepada Tiglath-Pilesar III: "Aku ini hambamu dan anakmu." Cogan dan Tadmor berpendapat bahwa kalimat itu adalah unik dalam Alkitab, dan jarang ditemukan dalam dokumen lain selain Alkitab. Selain itu, penulis Alkitab menggunakan istilah negatif "Sohad" atau sogokan pada kisah Ahaz membayar kepada Tiglath-Pilesar III.
Kitab Raja-Raja memberi penilaian negatif atas Ahas, dan ini sesuai menurut penulis Alkitab karena ia adalah penyebab Ashur melawan Israel. Contoh lain adalah:
2 Raja 16:3
3. tetapi ia hidup menurut kelakuan raja-raja Israel, bahkan dia mempersembahkan anaknya sebagai korban dalam api, sesuai dengan perbuatan keji bangsa-bangsa yang telah dihalau TUHAN dari depan orang Israel.
Dalam konteks ini para ahli berbeda pendapat mengenai permintaan Yehuda yang membawa Ashur ke wilayah ini, apakah ketika Yehuda meminta bantuan, Ashur sudah berada disana? Apakah Ahas membayar Ashur untuk melindungi diri dari Israel seperti yang dijelaskan Alkitab, atau merupakan bagian dari kewajiban pembayaran upeti dari negara-negara di kawan ini.
Mungkin penulis Alkitab menggambarkan pembayaran upeti untuk menyalahkan Ahas karena melibatkan Yehuda dengan Ashur, dan turut terlibat dalam penghancuran Israel, seperti melindungi Yehu dari kritik serupa.
Sangat sedikit informasi yang bisa di gali dari penerus Tiglath-Pilesar III, Salmanasser V (726-722 SM). Alkitab mencatat, Hosea yang diangkat raja atas Israel oleh Tiglath-Pilesar III, memberontak dan Shalmanasser V lalu mengepung Samaria selama 3 tahun.
2 Raja 17:1-6
1. Dalam tahun kedua belas zaman Ahas, raja Yehuda, Hosea bin Ela menjadi raja di Samaria atas Israel. Ia memerintah sembilan tahun lamanya.
2. Ia melakukan apa yang jahat di mata TUHAN, tetapi bukan seperti raja-raja Israel yang mendahului dia.
3. Salmaneser, raja Asyur maju melawan dia; Hosea takluk kepadanya serta membayar upeti.
4. Tetapi kedapatanlah oleh raja Asyur, bahwa di pihak Hosea ada persepakatan, karena Hosea telah mengirimkan utusan-utusan kepada So, raja Mesir, dan tidak mempersembahkan lagi upeti kepada raja Asyur, seperti biasanya tahun demi tahun; sebab itu raja Asyur menangkap dia dan membelenggu dia dalam penjara.
5. Kemudian majulah raja Asyur menjelajah seluruh negeri itu, ia menyerang Samaria dan mengepungnya tiga tahun lamanya.
6. Dalam tahun kesembilan zaman Hosea maka raja Asyur merebut Samaria. Ia mengangkut orang-orang Israel ke Asyur ke dalam pembuangan dan menyuruh mereka tinggal di Halah, di tepi sungai Habor, yakni sungai negeri Gozan, dan di kota-kota orang Madai.
Sumber di luar Alkitab mengenai insiden ini berasal dari sejarah bangsa Babel (Babylonian Chronicle), dokumen yang mencatat peristiwa pada pemerintahan raja-raja Babel, termasuk informasi tentang hubungan antara Babel dan Ashur. Dokumen itu hanya menulis "Dia [Shalmanasser V] menghancurkan Samaria."
Referensi berikut mengenai Israel berasal dari masa pemerintahan raja Sargon II (722-705 SM), yang mengklaim memusnahkan Bit-Omri (Israel) dan mengasingkan penduduknya. Dalam Obelisk Hitam (Black Obelisk) Sargon II berkata:
"ada permulaan pemerintahan kerajaanku, aku ... kota orang Samaria aku kepung, taklukan (2 baris rusak) [untuk dewa ...] yang mengizinkanku mencapai kejayaan ini. Aku membawa pergi sebagai tawanan [27.290 penduduknya (dan) mempekerjakan dari antara mereka (tentara sampai orang biasa)] 50 kereta untuk pasukan kerajaanku... Kota itu aku bangun kembali lebih baik daripada sebelumnya dan menempatkan di sana orang-orang dari negeri-negeri yang telah aku taklukkan. I menempatkan seorang pejabatku sebagai gubernur atas mereka dan membebankan atas mereka upeti sebagaimana biasa bagi penduduk Ashur."
Sargon II memberi latar belakang sejarah atas penaklukan Bit Omri:
"La'ubidi dari Hamath, si rakyat jelata yang mengklaim tahta raja, si orang Het (hittite) yang terkutuk, berencana kotor untuk menjadi raja Hamath, memaksa kota Arvad, Simirra, Damaskus dan Samaria untuk memberontak terhadapku, membuat mereka mengumpulkan tentara."
Penaklukan atas Samaria dan Bit Omri penting bagi Sargon II, hingga ia menuliskan klaim, "Properti milik Sargon, penakluk Samaria dan seluruh negeri dari Bit Omri."
Naskah Sejarah milik Sargon II juga mencatat, "Berdasarkan kepercayaan terhadap nubuat inspiratif yang diberikan oleh dewa Ashur, Saya menghancurkan suku Thamud, Ibadidi, Marsimanu dan Haiapa, orang-orang Arab yang hidup terpencil di gurun pasir, yang tidak mengenal petugas atau pejabat, dan yang belum pernah ditundukkan untuk membayar upeti kepada satu pun raja. Aku mendeportasi penduduknya yang selamat dan menempatkan mereka di Samaria."
Sargon II mendeportasi penduduk Samaria dan membawa tawanan dari kota lain yang dihancurkan ke Samaria. Berdasarkan 2 Raja 17:6, di mana lokasi "10 suku Israel yang hilang" di sebut kan berada: di Halah, di tepi sungai Habor, yakni sungai negeri Gozan, dan di kota-kota orang Madai.
Kisah Sargon II tidak berbeda jauh dengan laporan kitab 2 Raja-Raja 17. Alkitab memang melaporkan bahwa Shalmanesser V adalah raja Ashur ketika pengepungan Samaria di mulai, namun tidak menyebut siapa raja Ashur ketika Samariadi rebut dan penduduknya di deportasi. Alkitab juga menyebut alasan penyerangan ini karena raja Samaria, Hosea telah berkomplotan dengan raja So dari Mesir, hingga tidak mengirim upeti.
Perbedaan Sumber Ashur & Alkitab.
Perbedaan utama antara sumber Ashur dan Alkitab adalah pada siapa yang membuat Israel untuk memberontak. Jika Alkitab mengatakan raja Mesir yang membuat Israel memberontak, maka sumber Ashur mengatakan raja Aram lah. Akan tetapi berdasarkan sumber Mesir, mereka tidak memiliki raja dengan nama So, pemberontakan Mesir yang bergabung dengan raja Hanun dari Gaza kemudian di kalahkan oleh Sargon II pada tahun 720 SM di Raphia.
Sargon II menyebut Yehuda dalam 2 peristiwa. Yang pertama dalam tulisan attribut dirinya "sang penekuk negeri Yehuda, yang jauh, penghancur Hamath." Catatan ini memasangkan Yehuda dengan penguasa yang juga menyeret Samaria/Bit Omri kedalam penghancuran. Catatan ini tidak mengaitkan Yehuda dengan Bit Omri namun dengan Hamath.
Rujukan mengenai Yehuda yang kedua terdapat dalam pecahan prisma, yang menceritakan tentang bagaimana Ashur memadamkan pemberontakan yang dipelopori oleh Ashdod: "Bersama dengan raja-raja Filistin, Yehuda, Edom, Moab dan mereka yang tinggal di pulau-pulau dan membawa upeti .... mereka menyebarkan tak tehitung kebohongan jahat untuk menjauhkan (mereka) dari ku, dan mengirim sogokan kepada Pir'u, raja Musru..". Walau Yehuda tidak memberontak, ia tercantum dalam daerah di selatan dan timur seperti Filistin dan Edom, bukan dengan utara dengan Israel. Juga tidak ada catatan yang mencoba untuk menjelaskan mengenai hubungan antara Yehuda dan Samaria (Bit Omri atau Israel).
Yehuda di sebut oleh raja-raja Ashur berikutnya dalam hubungannya dengan negara-negara selatan seperti Filistin, Edom dan Moab. Mungkin juga karena Israel telah hancur dan tidak lagi dibicarakan oleh mereka. Namun dalam mata orang Ashur, Israel dan Yehuda tidak memiliki hubungan.
Menjelaskan Perbandingan.
Pertanyaan utama adalah mengapa bangsa Ashur tidak mengungkapkan hubungan khusus antara Israel dan Yehuda sebagaimana yang dilakukan Alkitab? Adalah sulit dipercaya jika Ashur tidak mengetahui tentang hubungan mereka, karena Ashur berhubungan dengan wilayah ini selama kurang lebih 130 tahun sebelum kehancuran Israel. Padahal mereka mampu mendeteksi pemberontakan internal dari para negeri vassal mereka, hingga mengetahui siapa-siapa saja yang berkomplotan.
Ashur mengungkapkan hubungan dekat antara Bit Omri (Israel) dan Aram, serta antara Yehuda dan negara selatan. Para negeri yang memberontak terhadap Ashur di kawasan ini selalu bersama Israel, mengapa Yehuda tidak ikut terlibat? Sebuah penjelasan yang mengejutkan namun namun mampu menjelaskan secara lebih baik adalah, mungkin tidak ada hubungan spesial di antara Israel dan Yehuda, atau hubungan yang tercatat dalam Alkitab lebih menekankan pada faktor theologi dan ideologi dari pada faktor historis, hingga hubungan ini tidak terlihat dari luar. Pilihan ini jelas menuntut penyelidikan yang lebih menyeluruh dengan menggunakan data arkeologi.
Sebuah catatan yang berasal dari abad ke-9 SM, di Tel dan, Israel, berisi referensi kepada Bit Daud (Dinasti Daud). Masalahnya adalah konteks dari referensi dalam catatan itu tidaklah jelas karena prasastinya terpecah-pecah. Tulisan ini nampaknya menunjukkan bahwa dinasti Daud (bukan Yehuda) memiliki hubungan dengan Israel pada satu titik.
Dengan semakin banyaknya naskah-naskah non-Alkitab yang terungkap, seperti naskah bangsa Ashur, terdapat konsensus di antara para ahli bahwa pernyataan-pernyataan Alkitab tidak semuanya didasarkan pada fakta sejarah. Para ahli sudah mempertanyakan hubungan antara Israel dan Yehuda berdasarkan naskah Alkitab itu sendiri. Mereka mengatakan bahwa Israel dan Yehuda tidaklah bergabung, sampai saat negara Israel itu hancur dan sebagian penduduknya diasingkan. Hal itu dianggap sebagai upaya Hizkia untuk merangkul sisa-sisa Israel kedalam kekuasaannya. Materi yang ditinggalkan oleh bangsa Ashur ini mungkin membantu kita memahami siapa orang-orang Samaria (Bit Omri).
Artikel ini ditulis oleh : Tammi J. Schneider, mendapat gelar doktor dalam bidang sejarah kuno, di Universitas Pennsylvania.
Judul artikel asli: Through Assyria's Eyes: Israels relationship with Judah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar