(Etimologi)
Kata Chaldean berasal dari kata latin Chaldea/Chaldaea, terjemahan dari bahasa Yunani Khaldaia, serta terjemahan dari bahasa Akkad mat Kaldu atau Kasdu, Ibrani "Kasdim", Aramaik "Kaldo".
(Sejarah Bangsa Kasdim)
Diperkirakan bangsa ini memasuki wilayah Mesopotamia sekitar tahun 940-860 SM, ketika penguasa Babel sedang dalam kondisi lemah dan tak berdaya untuk menghadapi berbagai penyusup asing dari barat (Levan/Suriah), seperti suku Chaldean, Sutean & Aramean. Bangsa Sutean & Aramean telah menyusup ke Mesopotamia lebih awal yakni sejak tahun 1100 SM.
Bangsa Kasdim menempati wilayah tenggara dari Babel hingga ke teluk Persia, setelah lama menetap dan mendominasi, wilayah ini kemudian dikenal sebagai "mat Kaldi" atau "tanah bangsa Kasdim" oleh pribumi Mesopotamia (Ashur & Babel). Sering juga disebut dengan Bit Yakin, yang sebenarnya adalah nama ibu kota dari negeri ini. Raja Kasdim sering disebut raja Bit Yakin. Dan teluk Persia kadang kala disebut sebagai "Lautan Bit Yakin" atau "Lautan negeri Kasdim."
Selama kurang lebih seratus tahun setelah menetap diwilayah ini, suku Kasdim, yang hanya komunitas penggembala semi-nomaden, tidak memiliki pengaruh politik yang penting dalam perjalanan sejarah, dan mereka takluk oleh raja-raja pribumi Akkad dari Babel dan Ashur, atau oleh Elam, bahkan tunduk pada suku Aramean yang lebih berpengaruh.
Pada tahun 850 SM, bangsa ini pertama kali tercatat dalam prasasti Black Obelisk & Annals Shalmanasser III (859-824 SM) yang berbunyi:
"Pada tahun ke-9 pemerintahanku, pada ekspedisi militer ke-2, ku merebut kota Genannate. Marduk-bel-usati yang hendak melarikan diri ke Aleppo. Ku kejar dan kutebas dengan pedang, ia bersama dengan para pemberontak yang mengikutinya. Kemudian saya menuju negeri Babel, dan ku persembahkan qurban di kota Babel, Borsippa dan Kutha. Saya berjalan turun ke wilayah bangsa Chaldean/Kasdim dan ku rebut kota-kota mereka dan ku lanjutkan perjalanan menuju teluk Persia. Di Babel saya menerima upei dari: Adini anak Dakuri, Mushallim-Marduk, anak Ukani - perak, emas, kayu...."
Shalmanasser III menginvasi wilayah Babel atas permintaan raja Babel, Marduk-zakir-shumi I (855-819 SM) yang terancam oleh pemberontakan yang dilakukan oleh adiknya Marduk-bel-usati. Setelah mengalahkan sang pemberontak, ia melanjutkan ekspedisi militer ke Teluk Persia, untuk menaklukkan para penguasa Chaldean, dan berhasil memperoleh upeti dari: Adini raja bit-Dakkuri, Musallim-Marduk raja bit-Amukani, dan dari para pemimpin suku bit-Yakin.
Peta Lokasi Bangsa Kasdim/Chaldean, Suku Bit-Yakin mendiami lokasi kuno bangsa Sumeria |
Para pemimpin suku Kasdim telah mengadopsi nama, agama, bahasa dan adat-istiadat Asyro-Babilonia, serta telah berasimilasi dengan orang Akkad. Bangsa Kasdim awalnya tunduk kepada para penguasa Mesopotamia, hingga kemudian pada tahun 780 SM, seorang bangsa Kasdim bernama Marduk-apla-usur merebut tahta raja Babel dari Marduk-bel-Zeri (790-780 SM). Marduk-bel-zeri adalah raja boneka dari raja Ashur Shalmanasser IV (783-773 SM).
Ini adalah peristiwa yang menandai aspirasi bangsa Kasdim di Babel selama imperium Neo-Ashur; mereka berada di posisi lemah dan tidak mampu menghadapi kekuatan bangsa Ashur. Bangsa Kasdim selalu menunggu waktu ketika, para raja Ashur sedang sibuk menghadapi pemberontakan di wilayah lain atau sedang terlibat konflik internal, maka bangsa Kasdim ini kemudian bersekutu dengan kekuatan lain terutama Elam, untuk mengendalikan Babel.
Shalmanasser IV kemudian menyerang dan mengalahkan Marduk-apla-usur, wilayah utara Babel direbut Ashur, dan terjadi perjanjian perbatasan yang merugikan Babel, namun ia dizinkan untuk tetap menjadi raja atas Babel, kemudian menjadi vassal Ashur. Eriba-Marduk, seorang Kasdim dari suku bit-Yakin, menggatikannya pada tahun 769 SM dan Nabu-shuma-ishkun dari suku bit-Dakkuri pada tahun 761 SM.
Negeri Babel pada masa ini sedang dalam keadaan kacau, wilayah utara diduduki Ashur, dan takhtanya diduduki oleh orang asing, serta kerusuhan sipil terus menerus terjadi di seluruh negeri.
Setelah 3 raja berturut-turut dari orang Kasdim (780-748 SM), seorang pribumi Babel bernama Nabonassar (748-734 SM) akhirnya berhasil merebut takhta Babel, serta menstabilkan situasi Babel.
Pada masa raja Ashur, Tiglath-Pileser III (745-727 SM) bahasa Aramean dijadikan lingua franca di wilayah ini, dan untuk sesaat ia membiarkan Nabonassar, dan penerusnya yang pribumi Babel yakni Nabu-nadin-zeri, Nabu-suma-ukin II dan Nabu-mukin-zeri menjadi raja atas Babel. Pada tahun 729 SM, Tiglath-Pileser III memutuskan untuk menjadi raja atas Ashur dan Babel. Kebijakan ini di-ikuti oleh anaknya Shalmanasser V (727-722 SM).
Penerus Shalmanasser V, yakni Sargon II (722-705 SM), disibukkan dengan kampanye militer ke berbagai wilayah, dan bangsa kasdim sekali lagi melihat kesempatan untuk menduduki tahta Babel, seorang dari suku Bit-Yakin bernama Marduk-apla-iddina II atau dalam Alkitab dikenal sebagai Merodakh-Baladan, meminta dukungan kerajaan Elam untuk merebut Babel pada tahun 721-710 SM.
/***
2 Raja-Raja 20:12-18
12. Pada waktu itu Merodakh-Baladan bin Baladan, raja Babel, menyuruh orang membawa surat dan pemberian kepada Hizkia, sebab telah didengarnya bahwa Hizkia sakit tadinya.
13. Hizkia bersukacita atas kedatangan mereka, lalu diperlihatkannyalah kepada mereka segenap gedung harta bendanya, emas dan perak, rempah-rempah dan minyak yang berharga, gedung persenjataannya dan segala yang terdapat dalam perbendaharaannya. Tidak ada barang yang tidak diperlihatkan Hizkia kepada mereka di istananya dan di seluruh daerah kekuasaannya.
14. Kemudian datanglah nabi Yesaya kepada raja Hizkia dan bertanya kepadanya: "Apakah yang telah dikatakan orang-orang ini? Dan dari manakah mereka datang?" Jawab Hizkia: "Mereka datang dari negeri yang jauh, dari Babel!"
15. Lalu tanyanya lagi: "Apakah yang telah dilihat mereka di istanamu?" Jawab Hizkia: "Semua yang ada di istanaku telah mereka lihat. Tidak ada barang yang tidak kuperlihatkan kepada mereka di perbendaharaanku."
16. Lalu Yesaya berkata kepada Hizkia: "Dengarkanlah firman TUHAN!
17. Sesungguhnya, suatu masa akan datang, bahwa segala yang ada dalam istanamu dan yang disimpan oleh nenek moyangmu sampai hari ini akan diangkut ke Babel. Tidak ada barang yang akan ditinggalkan, demikianlah firman TUHAN.
18. Dan dari keturunanmu yang akan kauperoleh, akan diambil orang untuk menjadi sida-sida di istana raja Babel."
Dipercaya Merodakh-Baladan dari Babel adalah sekutu Yehuda, dan yang memprovokasi Hizkiah untuk memberontak terhadap Ashur.
***/
Marduk-apla-iddina II terus terlibat konflik dengan raja Ashur berikutnya, yakni Sanherib (705-681 SM), anak dari Sargon II, ia kerap memprovokasi berbagai negeri vassal Ashur untuk memberontak. Pada tahun 703 SM, setelah menggulingkan Marduk-apla-iddina II, Sanherib sempat menunjuk Marduk-zakir-shumi II seorang pribumi Babel untuk menjadi raja di Babel.
Raja boneka Ashur ini hanya berkuasa beberapa bulan dan kembali digulingkan oleh Marduk-apla-iddina II. Raja Ashur kembali mengusir Marduk-apla-iddina II, dan menunjuk pribumi Babel lain yang telah mendapat didikan di istana Ashur, bernama Bel-ibni untuk menjadi raja Babel, pada tahun 703 SM. Namun raja boneka ini ternyata mengkhianati Ashur, dan bekerja sama dengan bangsa Kasdim dan Elam, menyatakan diri merdeka dari Ashur.
Pada tahun 700 SM, Sanherib mengasingkan Bel-ibni, dan mengangkat anaknya Ashur-nadin-shumi menjadi raja Babel, namun pada tahun 694 SM ia dibunuh oleh pasukan Elam yang menyerang Babel, mereka lalu mengangkat anak almarhum Marduk-apla-iddina II dari suku Kasdim, yang bernama Nergal-ushezib menjadi raja Babel, namun ia berkuasanya hanya sesaat dan raja Babel berikut dipegang oleh Mushezib-Marduk (693-689 SM).
Pada tahun 689 SM Sanherib kemudian menghancurkan ibu kota Babel.
Penerus Sanherib, yakni Esarhaddon (681-669 SM) kemudian membangun kembali kota Babel, dan menjadi raja atas Babel serta Ashur sekaligus, pihak Kasdim, Babel, dan Elam kali ini tidak melakukan pemberontakan.
Hingga kemudian, anak Esharhaddon yang bernama Shamash-shum-ukin (668-648 SM) ditunjuk menjadi raja Babel, dan adiknya Ashurbanipal (668-627 SM) menjadi raja Ashur. Selama 16 tahun Shamash-shum-ukin tunduk pada kekuasaan adiknya, kemudian ia memberontak, dan mengklaim kursi kekaisaran Ashur bukan di Nineveh (istana Ashurbanipal), namun di Babel.
Pada tahun 652 SM, ia mengumpulkan berbagai koalisi bangsa-bangsa untuk mendukungnya melawan Ashurbanipal. Pemberontakan terjadi bersamaan di wilayah Persia, Media, Elam, Israel, Arab dan Kanaan.
Pada tahun 648 SM pemberontakan ini berhasil ditumpas oleh Ashurbanipal. Shamash-shum-ukin, digulingkan, dan status Babel menjadi provinsi, Kandalanu ditunjuk menjadi gubernur. Selama 22 tahun, rakyat Babel, atau Kasdim tunduk dengan patuh pada kekuasaan Ashur.
Hingga kemudian pada tahun 627 SM, raja Ashurbanipal dan Kandalanu wafat, terjadi perselisihan diantara penerus takhta Ashur, yang memicu keruntuhan kekaisaran Neo-Ashur untuk selama-lamanya.
/***
Dalam Alkitab, wilayah Kasdim ini adalah tempat kelahiran Abraham.
Kejadian 11:27-28
27. Inilah keturunan Terah. Terah memperanakkan Abram, Nahor dan Haran, dan Haran memperanakkan Lot.
28. Ketika Terah, ayahnya, masih hidup, matilah Haran di negeri kelahirannya, di Ur-Kasdim.
***/
Daftar Raja-raja Neo-Babel (Dinasti ke-11)
1. Nabopolassar (626-605 SM; 21 thn)
2. Nebuchadnezzar II (605-562 SM; 43 thn)
3. Amel-Marduk (562-560 SM; 2 thn)
4. Neriglissar (560-556 SM; 4 thn)
5. Labasi-Marduk (556 SM)
6. Nabonidus (556-539 SM; 17 thn)
Nabopolassar (626-605 SM; 21 thn)
/***
Raja Ashur, Terdapat kesulitan dalam penanggalan raja-raja Ashur setelah Ashurbanipal ini adalah perkiraan:
Ashur-etil-ilani (627 SM), Sin-shumu-lishir (626 SM), Sin-shar-ishkun (627/626-612), Ashur-uballit II (612-609 SM).
Raja Yehuda: Yosia (641-609 SM), Yoahas (608/609 SM), Elyakim/Yoyakim (608-597 SM).
Firaun Mesir
Dinasti 26: Psamtik I (664-610 SM), Necho II (610-595 SM).
Raja Media/Medes: Cyaxares: 625-585 SM.
***/
Nabopolassar (Akkad: Nabu-apal-usur) adalah salah satu tokoh sentral dalam keruntuhan kekaisaran Neo-Ashur yang kemudian menjadi raja Neo-Babel, selain raja Medes/media, Cyaxares, yang merupakan sekutu utamanya.
(Karir Awal Nabopolassar dan Keruntuhan Ashur)
Setelah raja Ashurbanipal wafat, pada tahun 627 SM, anaknya Ashur-etil-illani menjadi raja, namun terdapat beberapa fraksi yang juga mengklaim takhta Ashur. Seorang jendral Ashur, bernama Sin-shumu-lisir mengklaim sebagai raja Ashur, dan berpusat di wilayah Babel. Adik Ashur-etil-illani, yang bernama Sin-shar-ishkun, berhasil mengalahkan Sin-shumu-lisir, kemudian menjadi raja Ashur berikutnya. Melihat terjadi konflik dipusat pemerintahan, para negeri vassal Ashur, beramai-ramai memberontak.
Pada tahun 626 SM di Babel, seorang pemimpin pemberontak dari suku Kasdim bernama Nabopolassar, berusaha merebut kota Nippur, sebuah pusat kekuatan Ashur di wilayah Babel, namun gagal. Mundur dari pengepungan Nippur, Nabopolassar kemudian berusaha merebut kota Babel, yang ternyata mendapat dukungan penuh dari penduduk kota. Ia kemudian diangkat menjadi raja Babel sekitar tahun 625 SM.
Pada tahun 624 SM, Raja Ashur, Sinsharishkun yang sedang dalam keadaan lemah akibat perang sipil internal, serta telah kehilangan wilayah di Babel, mengumpulkan kekuatan dan berhasil merebut kembali kota Uruk. Walau berhasil merebutnya, namun dengan cepat kota itu kembali lepas dari genggaman Ashur.
Pada tahun 623 SM, raja Ashur kembali mengumpulkan kekuatan yang lebih besar untuk menggempur kota Babel, namun ditengah perjalanan ia mendengar terjadi pemberontakan di Nineveh, ia mengirim separuh pasukan kembali ke Nineveh, namun pasukan tersebut justru bergabung dengan pemberontak. Sinsharishkun terpaksa kembali ke Nineveh untuk memadamkan pemberontakan tersebut.
Di Babel, kekuatan Nabopolassar semakin membesar, dan pada tahun 620/619 SM, Nabopolassar berhasil merebut kota Nipppur dan menjadi penguasa penuh wilayah Babel. Namun ia secara konsisten mendapat ancaman dari Ashur selama 4 tahun berikutnya.
Pada tahun 616 SM, Nabopolassar menyerang wilayah Ashur, dan mencoba untuk merebut kota Assur dan Arrapha (Kirkuk). Raja Sinsharishkun berhasil menghalaunya, kembali ke Babel, namun demikian Ashur tidak mampu menjungkalkan Nabopolassar dari takhta Babel.
Di wilayah Medes/Media, raja Cyaxares, kini telah berhasil menyatukan wilayah Iran (Persia & Parthian) yang terlepas dari genggaman Ashur, dan menjelma menjadi salah satu kekuatan besar. Pada tahun 615 SM, pasukan Media menyerang Ashur secara tiba-tiba, dan berhasil menjarah kota Arrapha, dan Kalhu (Nimrud).
Pada tahun 614 SM, Babel berkoalisi dengan Media, dan sebagai formalisasi dari aliansi ini, anak Nabopolassar yang bernama Nebuchadnezzar II dikawinkan dengan anak/cucu dari Cyaxares, yang bernama Amytis/Amuhia.
Pada tahun 613 SM, pasukan koalisi Media & Babel, bergabung dengan bangsa Schythian dan Cimmerian mengepung Nineveh. Pasukan Media berhasil merebut kota Tarbisu dekat Nineveh dan bermarkas disana, lalu sebagian pasukan koalisi ini menyerang kota Assur, yang merupakan tanah suci (kota relijius) dari bangsa Ashur. Dalam naskah Babel, ketika pasukan koalisi menaklukkan dan menjarah kota ini, pasukan Babel belum tiba dilokasi.
Pasukan Babel lalu bergabung dengan pasukan Medes dan berkemah mengepung kota Nineveh, selama 3 bulan dan pada bulan Agustus tahun 612 SM, pertahanan Nineveh berhasil diruntuhkan, dan pasukan koalisi menerobos melalui dinding terluar kota. Kuil-kuil di jarah dan istana akhirnya dibakar, kebakaran ini sebenarnya faktor utama yang turut mengawetkan tablet-tablet (naskah) kuno kerajaan, yang ditulis diatas tanah liat.
Raja Sin-shar-ishkun tewas dalam pertempuran, dan saudaranya, jendral Ashur-uballit II, diangkat menjadi raja Ashur oleh para pasukan koalisi, namun status Ashur adalah sebagai vassal dari negeri Media. Ia menolak status memalukan tersebut dan berhasil kabur dari Nineveh, kemudian menetap di kota Harran yang ia deklarasikan sebagai ibu kota Ashur yang baru.
Pada tahun 609 SM, pasukan koalisi menyerang dan berhasil merebut kota Harran dari tangan Ashur-uballit II, yang kini mengungsi ke kota terdekat yaitu, Karkemis (Charchemis).
Ia meminta bantuan dari penguasa Mesir (dinasti 26), yang raja nya diangkat oleh kakeknya, raja Esarhaddon. Firaun Necho II (610-595 SM), kini beraliansi dengan Ashur, mantan tuan mereka.
Ia memimpin sendiri pasukan Mesir, melalui perjalanan laut dan berlabuh di wilayah Phoenicia, ketika hendak menuju kota Karkemis, ia dicegat oleh raja Yehuda, Yosia - yang nampaknya beraliansi dengan Babel - di kota Megiddo. Dan pada tahun 609 SM, raja Yosia tewas pada pertempuran Megiddo melawan Firaun Necho II.
/***
Pertempuran Megiddo ini tercatat dalam Alkitab
2 Tawarikh 35:20-24
20. Kemudian dari pada semua ini, setelah Yosia memperbaiki rumah TUHAN, majulah Nekho, raja Mesir, hendak berperang di Karkemis di tepi sungai Efrat. Yosia keluar menghadapinya.
21. Ia mengirim utusan kepada Yosia, dengan pesan: "Apakah urusanmu dengan aku, raja Yehuda? Saat ini aku tidak datang melawan engkau, tetapi melawan keluarga raja yang sedang kuperangi. Allah memerintahkan aku supaya segera bertindak. Hentikanlah niatmu menentang Allah yang menyertai aku, supaya engkau jangan dimusnahkan-Nya!"
22. Tetapi Yosia tidak berpaling dari padanya, melainkan menyamar untuk berperang melawan dia. Ia tidak mengindahkan kata-kata Nekho, yang merupakan pesan Allah, lalu berperang di lembah Megido.
23. Maka pemanah-pemanah menembaki raja Yosia, dan raja berseru kepada orang-orangnya: "Bawa aku dari sini, karena aku luka parah!"
24. Orang-orangnya mengangkatnya dari keretanya, lalu mengangkutnya dengan kereta cadangannya lalu membawanya ke Yerusalem. Kemudian matilah ia, lalu dikuburkan di pekuburan nenek moyangnya. Seluruh Yehuda dan Yerusalem berkabung karena Yosia.
Yosia, nampak berusaha merebut kembali wilayah Israel, setelah kekacauan menimpa Ashur, hal ini nampak pada posisi Yosia yang berada di wilayah bekas Israel, sebuah provinsi Ashur.
***/
Pasukan Mesir dan Ashur kemudian bersama-sama menuju kota Harran dan mengepungnya. Namun mereka gagal mengambil kota tersebut yang dijaga oleh para prajurit Babel. Pasukan Mesir dan Ashur lalu mundur dari Harran.
Pada tahun 605 SM, pasukan Babel yang dipimpin oleh sang putra mahkota, Nebuchadnezzar II, berusaha menghancurkan kekuatan terakhir Ashur yang dibantu oleh Mesir. Mereka bertempur di kota Karkemis, dan Nebuchadnezzar II kini membuktikan dirinya sebagai pemimpin yang handal dengan mengalahkan gabungan Mesir dan Ashur.
Tidak diketahui nasib Ashur-uballit II, yang kemudian hilang dari catatan sejarah bersama dengan runtuhnya benteng terakhir kekaisaran Ashur. Firaun Necho II, kembali ke Mesir, dan pengaruh kekuatan Mesir tidak lagi terlihat di wilayah Levant (tergantikan dengan Babel).
Raja Nabopolassar wafat pada bulan Agustus tahun 605 SM. Mendengar kematian ayahnya, Nebuchadnezzar II yang sedang berada di wilayah Suriah, kembali ke Babel untuk menduduki takhta Babel.
/***
Mengenai kekalahan Mesir dan Ashur oleh Nebuchadnezzar II, Alkitab mencatatnya pada
Yeremia 46
1. Firman TUHAN yang datang kepada nabi Yeremia tentang bangsa-bangsa.
2. Mengenai Mesir. Terhadap tentara Firaun Nekho, raja Mesir, yang berkemah di tepi sungai Efrat dekat Karkemis dan yang dipukul kalah oleh Nebukadnezar, raja Babel, dalam tahun yang keempat pemerintahan Yoyakim bin Yosia, raja Yehuda:
....
13. Firman yang disampaikan TUHAN kepada nabi Yeremia tentang datangnya Nebukadnezar, raja Babel, untuk memukul kalah tanah Mesir:
14. "Beritahukanlah di Mesir, dan kabarkanlah di Migdol! Kabarkanlah di Memfis dan di Tahpanhes! Katakanlah: Ambillah tempat dan bersiaplah, sebab sekitarmu habis dimakan pedang!
15. Mengapa Apis melarikan diri, tidakkah sanggup sapi jantanmu bertahan? Sungguh, TUHAN telah menundukkan dia!
....
25. TUHAN semesta alam, Allah Israel, berfirman: "Sesungguhnya, Aku mendatangkan hukuman atas dewa Amon dari Tebe, atas Firaun beserta Mesir, dewa-dewanya dan raja-rajanya, yakni atas Firaun beserta orang-orang yang percaya kepadanya.
26. Aku akan menyerahkan mereka ke dalam tangan orang-orang yang berusaha mencabut nyawa mereka, yakni ke dalam tangan Nebukadnezar, raja Babel, dan para pegawainya. Tetapi sesudahnya negeri itu akan didiami seperti dalam zaman purbakala, demikianlah firman TUHAN.
Mengenai suksesi di Yehuda: Yosia (641-609 SM), Yoahas (608/609 SM), Elyakim/Yoyakim (608-597 SM).
berikut informasi dari Alkitab:
2Tawarikh 36
1. Rakyat negeri menjemput Yoahas anak Yosia, dan mengangkat dia menjadi raja di Yerusalem menggantikan ayahnya.
2. Yoahas berumur dua puluh tiga tahun pada waktu ia menjadi raja dan tiga bulan lamanya ia memerintah di Yerusalem.
3. Raja Mesir memecatnya dari pemerintahannya di Yerusalem dan mendenda negeri itu seratus talenta perak dan satu talenta emas.
4. Kemudian raja Mesir itu mengangkat Elyakim, saudara Yoahas, menjadi raja atas Yehuda dan Yerusalem, dan menukar namanya dengan Yoyakim. Tetapi Yoahas, saudaranya itu, ditawan oleh Nekho, dan dibawa ke Mesir.
5. Yoyakim berumur dua puluh lima tahun pada waktu ia menjadi raja dan sebelas tahun lamanya ia memerintah di Yerusalem. Ia melakukan apa yang jahat di mata TUHAN, Allahnya.
6. Nebukadnezar, raja Babel, maju melawan dia, membelenggunya dengan rantai tembaga untuk membawanya ke Babel.
7. Juga beberapa perkakas rumah TUHAN dibawa Nebukadnezar ke Babel dan ditempatkan di istananya di Babel.
8. Selebihnya dari riwayat Yoyakim, segala kekejian yang dilakukannya dan kesalahan yang ada padanya, sesungguhnya semuanya itu tertulis dalam kitab raja-raja Israel dan Yehuda. Maka Yoyakhin, anaknya, menjadi raja menggantikan dia.
***/
Nebuchadnezzar II (605-562 SM; 43 thn).
/***
Raja Yehuda: Elyakim/Yoyakim (608-597 SM), Yoyakhin (597 SM), Zedekia (597-586 SM).
Yoyakim - bin Yoshia (2 Taw 36:5) 608-597 SM
Nama aslinya adalah Elyakim, setelah saudaranya ditawan oleh firaun, ia diangkat untuk menjadi raja atas Yehuda pada usia 25 thn dan memerintah selama 11 thn. Ia digambarkan sebagai raja yang zalim dan pada masa ia memerintah, Nebucadnezzar raja Babilon menginvasi Yehuda dan menawan Yoyakim ke Babel.
Yoyakhin - bin Yoyakim (2 Taw 36:9) 597 SM
Ia diangkat oleh raja babilon untuk menjadi raja Yehuda menggantikan ayahnya, pada usia 18 thn dan memerintah selama 3 bulan 10 hari, lalu di oleh Nebucadnezzar ia turut ditawan ke babilon bersama-sama dengan penjarahan bait allah.
Zedekia - bin Yoshiah (2 Taw 36:11) 597-586 SM
Ia diangkat menjadi raja Yehuda menggantikan kemenakan nya oleh penguasa Babilon, pada usia 21 thn, dan memerintah selama 11 thn.
Ia dikabarkan sebagai raja zalim dan menghiraukan seruan nabi Yeremia, dan memberontak terhadap Nebucadnezzar.
Bait allah dikatakan dinajiskan oleh Zedekia.
Hingga akhirnya karena memberontak kepada raja Babilon, Yehuda diperangi, Yerusalem dikepung.
Penduduk Yerusalem yang selamat dari invasi ditawan ke Babilon.
Firaun Mesir
Dinasti 26: Psamtik I (664-610 SM), Necho II (610-595 SM), Psamtik II (595-589 SM), Apries/Hophra (589-570 SM).
Raja Media/Medes: Cyaxares: 625-585 SM, Astyages (585-550 SM).
Raja Anshan - Achaemenid: Cambyses I (580-559 SM), Cyrus II/Cyrus Agung (559-530 SM)
***/
Nebuchadnezzar II (Akkad: Nabu-khudurri-usur "O dewa Nabu, lindungi lah anak sulungku") adalah raja dinasti Neo-Babel yang memerintah paling lama. Pada agustus 605 SM setelah kembali dari ekspedisi ke wilayah barat untuk menaklukkan Ashur & Mesir, serta menundukkan berbagai provinsi Ashur di wilayah pantai Mediterania (Hamat & Phoenicia), Nebuchadnezzar II lalu menduduki takhta sebagai raja Neo-Babel menggantikan ayahnya yang wafat.
Sekitar Juni hingga Desember 604 SM, ia kembali ke wilayah Suriah & Palestina, untuk memperkuat pengaruh Babel di wilayah ini. Ia merebut kota Ashkelon, dan banyak raja yang menyatakan takluk kemudian menjadi negeri vassal, termasuk Yehuda. Selama 3 tahun ia sibuk untuk memperkuat genggaman Neo-Babel atas wilayah ini.
/***
Pada tahun 604 SM, Laozi lahir di provinsi Henan, China. Wafat pada tahun 531 SM.
***/
Sekitar tahun 601/600 SM, Nebuchadnezzar II bertempur dengan pasukan Mesir, dan ia mengalami kekalahan; hal ini memicu beberapa negeri vassal yang membelot mendukung Mesir, salah satunya adalah Yehuda. Peristiwa ini sempat menghentikan rangkaian kampanye militer selama 1 tahun, dan Nebuchadnezzar II sedang mempersiapkan armada perang barunya di Babel.
Sekitar tahun 599/598, Nebuchadnezzar II, kembali ke wilayah ini, dan ia berhasil menundukkan suku-suku Arab, kemudian menyerang Yehuda. Yerusalem akhirnya jatuh pada tahun 597 SM, dan raja Yoyakhin di deportasi ke Babel.
Pada tahun 596 SM, perhatian Nebuchadnezzar II teralihkan ke timur, yakni ke wilayah Elam, ia mencoba untuk mengusir usaha invasi dari timur.
Aktivitas militer Nebuchadnezzar II tidak diketahui lebih lanjut dalam naskah sejarah Babel, namun dari sumber lain, khususnya Alkitab, tercatat terjadinya serangan berikut atas Yerusalem dan pengepungan kota Tirus/Tyre (berlangsung selama 13 tahun, menurut Flavius Josephus) serta terjadinya invasi Mesir.
Pengepungan berikut atas Yerusalem tejadi pada tahun 587/586 SM, dan berakhir dengan deportasi penduduknya, kemudian deportasi ke-2 terjadi pada tahun 582 SM,
Nebuchadnezzar II mengontrol jalur perdagangan yang melintasi Mesopotamia, dari Teluk Persia hingga Laut Mediterania. Dan ia mengumpulkan banyak harta dari pajak dan upeti, hingga mampu membangun kota Babel menjadi termasyur.
Selama 43 tahun ia berkuasa, Nebuchadnezzar II menggunakan tenaga para budak untuk membangun tembok yang sangat tebal dan mengelilingi kota Babel. Sedemikian tebal hingga balap kereta dapat dilakukan diatas tembok, yang panjangnya 90 KM. Batu bata dari dinding tersebut di beri warna biru dan terdapat tulisan, "Saya Nebuchadnezzar, raja Babel."
Ia adalah raja yang sangat relijius, dan pemuja dewa Marduk, ia mengklaim sebagai "orang yang memerintahkan mulut manusia agar memuji para dewa," dan yang membuat para pendahulu dicibir karena hanya membangun istana di tempat lain bukan di kota Babel, dan hanya berziarah kesana (kota Babel) untuk perayaan tahun baru (Akitu).
Hanya sedikit yang diketahui tentang kehidupan keluarganya selain dari legenda bahwa ia menikahi putri Media, yang merindukan keindahan perbukitan yang hijau di kampung halamannya, sehingga Nebuchadnezzar II membangun sebuah taman yang mensimulasikan perbukitan. Bagaimana gambaran tentang taman gantung ini tidak dapat dikonfirmasi, baik dalam naskah cuneiform atau sisa-sisa arkeologis.
Meskipun Nebuchadnezzar II berperan penting dalam penghancuran Yehuda, ia dipandang positif dalam tradisi Yahudi. Ia di klaim memerintahkan pasukannya untuk melindungi Yeremia, dan Yeremia menganggapnya sebagai alat Yahweh untuk menghukum Israel yang tidak taat.
Nebuchadnezzar II adalah hamba Yahweh untuk menghukum bangsa-bangsa.
Yeremia 27:6-8
6. Dan sekarang, Aku menyerahkan segala negeri ini ke dalam tangan hamba-Ku, yakni Nebukadnezar, raja Babel; juga binatang di padang telah Kuserahkan supaya tunduk kepadanya.
...
8. Tetapi bangsa dan kerajaan yang tidak mau takluk kepada Nebukadnezar, raja Babel, dan yang tidak mau menyerahkan tengkuknya ke bawah kuk raja Babel, maka bangsa itu akan Kuhukum dengan pedang, kelaparan dan penyakit sampar, demikianlah firman TUHAN, sampai mereka Kuserahkan ke dalam tangannya.
Nebuchadnezzar II melindungi Yeremia
Yeremia 37:11-14
11. Mengenai Yeremia, Nebukadnezar, raja Babel, telah memberi perintah dengan perantaraan Nebuzaradan, kepala pasukan pengawal, bunyinya:
12. "Bawalah dan perhatikanlah dia, janganlah apa-apakan dia, melainkan haruslah kaulakukan kepadanya sesuai dengan permintaannya kepadamu!"
13. Maka Nebuzaradan, kepala pasukan pengawal, beserta Nebusyazban, kepala istana, dan Nergal-Sarezer, panglima, dan semua perwira tinggi raja Babel, mengutus orang--
14. mereka menyuruh mengambil Yeremia dari pelataran penjagaan, lalu menyerahkannya kepada Gedalya bin Ahikam bin Safan untuk membebaskannya, supaya pulang ke rumah. Demikianlah Yeremia tinggal di tengah-tengah rakyat.
Yehezkiel juga menganggap kejatuhan Tirus oleh Nebuchadnezzar II, akibat kesombongannya yang menghina Yerusalem.
Yehezkiel 26:2-7
2. "Hai anak manusia, oleh karena Tirus berkata mengenai Yerusalem: Syukur! Sudah rusak pintu gerbang bangsa-bangsa itu; ia akan beralih kepadaku, sehingga aku menjadi penuh, tetapi ia menjadi reruntuhan.
3. Oleh sebab itu beginilah firman Tuhan ALLAH: Lihat, Aku menjadi lawanmu, hai Tirus. Aku akan menyuruh bangkit banyak bangsa melawan engkau, seperti lautan menimbulkan gelombang-gelombangnya.
....
7. Sebab beginilah firman Tuhan ALLAH: Sungguh, Aku membawa dari utara raja Nebukadnezar, raja Babel, raja segala raja untuk melawan Tirus dengan memakai kuda, kereta, pasukan berkuda, dan sekumpulan tentara yang banyak.
Kitab Daniel, menggambarkan Nebuchadnezzar II sebagai manusia biasa yang terpengaruh oleh bujukan jahat, dan tidak ada naskah sejarah yang dapat membuktikan kisah Nebuchadnezzar II berada dalam kegilaan selama 7 tahun.
(Penghancuran Yerusalem 587 SM)
Setelah pengepungan Yerusalem pada tahun 597 SM, Nebuchadnezzar II mengangkat Zedekia menjadi raja Yehuda, pada usia 21 tahun. Namun kemudian, Zedekia memberontak terhadap Babel, dan bersekutu dengan Firaun Hophra/Apries. Nebuchadnezzar II lalu menginvasi Yehuda, dan memulai pengepungan pada bulan Desember 589 SM.
Pada tahun 586 SM, setelah genap 11 tahun masa pemerintahan Zedekia, tentara Babel berhasil menembus tembok Yerusalem, dan menaklukkannya. Zedekia dan pengikutnya mencoba melarikan diri namun berhasil ditangkap di dekat Yerikho dan di bawa ke Riblah (Hamat). Disana ia menyaksikan anaknya di sembelih, dan matanya lalu dibutakan, ia dirantai sebagai tawanan ke Babel, dan dipenjara hingga wafat. (Yeremia 52)
Setelah kejatuhan Yerusalem, jendral Babel, Nebuzaraddan di utus untuk meratakan Yerusalem serta Bait Allah. Para kaum elit dibawa ke pembuangan di Babylon, hanya beberapa orang yang diizinkan di negeri ini.
Gedaliah, di tunjuk sebagai gubernur atas provinsi Yehud, dan para tentara Kasdim/Neo-Babel tinggal di Mizpah. Mendengar berita ini, orang-orang Yehuda yang berada di Moab, Ammon, Edom, dan negeri lain kembali ke Yehuda. Gedaliah kemudian dibunuh 2 bulan kemudian, dan banyak rakyat Yehuda yang melarikan diri ke Mesir, mereka menetap di Migdol, Tahpanhes, Noph, dan Pathros.
/***
Pada tahun 563 SM, Siddharta Gautama/Buddha lahir di Lumbini, Nepal.
***/
Pada tahun 562 SM, Nebuchadnezzar II wafat, dan digantikan oleh anaknya Amel-Marduk.
Timeline Karir Nebuchadnezzar II
- 23 November 626 SM: Nabopolassar menjadi raja Babel; ia telah turut berperang melawan penguasa Ashur.
- 614 SM: Menurut Berossus, Nebuchadnezzar II, menikah dengan putri Media/Medes, Amythis.
- 612 SM: Penghancuran Nineveh.
- 605 SM: Mengalahkan raja Ashur-uballit II dan firaun Mesir, Necho II di Karkemis.
- Agustus 605 SM: Nabopolassar wafat, Nebuchadnezzar II menjadi raja.
- 604 SM: Ekspedisi ke wilayah Barat
- 598 SM: Memulai pengepungan kota Tirus/Tyre.
- 597 SM: Penaklukan pertama atas Yerusalem; pengangkatan Zedekiah menjadi raja Yehuda.
- 596 SM: Kampanye militer ke wilayah timur/Elam.
- 595 SM: Kempanye militer ke wilayah barat (Yerusalem).
- 587/586 SM: Kampanye ke-2 atas Yehuda, dan penaklukan Yerusalem; deportasi kaum Elit Yehuda.
- 582 SM: Penaklukan Moab dan Ammon.
- 562 SM: Wafat dan digantikan oleh anaknya, Amel-Marduk.
Peta Neo-Babel, Media, Lydia. Hubungan mereka adalah (Media-Lydia: raja mereka saling ber-Ipar, Media-NeoBabel: raja mereka Mantu dan Mertua) |
Amel-Marduk (562-560 SM; 2 thn)
Amel-Marduk (Akkad: dibaca Awil-Marduk "lelaki kepunyaan Marduk", Ibrani: Ewil-Merodakh) menjadi raja Babel setelah kematian ayahnya, namun kemudian ia dibunuh oleh ipar nya, Nergal-sharezer. Menurut catatan Berossus ia terbunuh karena melakukan perbuatan yang dipandang illegal dan menyinggung para imam, termasuk mengganti kebijakan yang dibuat oleh Nebuchadnezzar.
Menurut Alkitab, ia membebaskan raja Yoyakhin dari penjara dan membiayai hidupnya.
2 Raja-Raja 25:27-30
27. Kemudian dalam tahun ketiga puluh tujuh sesudah Yoyakhin, raja Yehuda dibuang, dalam bulan yang kedua belas, pada tanggal dua puluh tujuh bulan itu, maka Ewil-Merodakh, raja Babel, dalam tahun ia menjadi raja, menunjukkan belas kasihannya kepada Yoyakhin, raja Yehuda, dengan melepaskannya dari penjara.
28. Ewil-Merodakh berbicara baik-baik dengan dia dan memberi kedudukan kepadanya lebih tinggi dari pada kedudukan raja-raja yang bersama-sama dengan dia di Babel;
29. ia boleh mengganti pakaian penjaranya dan boleh selalu makan roti di hadapan raja selama hidupnya.
30. Dan tentang belanjanya, raja selalu memberikannya kepadanya, sekadar yang perlu tiap-tiap hari, selama hidupnya.
Pada proyek penggalian di situs Babel pada tahun 1899-1917, ditemukan ruangan arsip raja Babel. Dan disana terdapat tablet yang berasal dari tahun 595-570 SM, 4 dari tablet ini berisi daftar jatah minyak dan gandum dari raja untuk diberikan kepada beberapa individu, salah satunya adalah raja Yoyakhin.
Pada salah satu table berbunyi:
"10 (sila minyak) kepada raja Yehuda, Yaukin (Yoyakhin); 2,5 sila (minyak) kepada keturunan raja Yehuda; 4 sila kepada 8 orang dari Yehuda."
dan pada tablet lain:
"1,5 sila untuk 3 orang tukang kayu dari Arvad, masing-masing mendapat 1/2; 11,5 sila untuk 8 orang pemotong kayu dari Byblos....;3,5 sila untuk 7 orang pengrajin dari Yunani, masing-masing mendapat 1/2;...10 sila kepaa la-ku-u-ki-nu, putra raja Yehuda; 2,5 sila untuk 5 anak raja Yehuda."
Neriglissar (560-556 M; 4 thn)
Sering pula dikenal sebagai Nergal-sharezer (Akkad: Nergal-sar-usur, "dewa Nergal, lindungi lah sang raja") merupakan anak mantu dari Nebuchadnezzar II, tidak jelas apakah ia adalah suku Chaldean/Kasdim atau bukan. Dalam catatan sejarah Babel, ia dikisahkan melakukan peperangan di wilayah barat (negeri Cilicia/Kilikia) pada tahun 556 SM. Dalam Alkitab namanya tertulis sebagai panglima pada masa Nebuchadnezzar II.
Yeremia 39:11-14
11. Mengenai Yeremia, Nebukadnezar, raja Babel, telah memberi perintah dengan perantaraan Nebuzaradan, kepala pasukan pengawal, bunyinya:
12. "Bawalah dan perhatikanlah dia, janganlah apa-apakan dia, melainkan haruslah kaulakukan kepadanya sesuai dengan permintaannya kepadamu!"
13. Maka Nebuzaradan, kepala pasukan pengawal, beserta Nebusyazban, kepala istana, dan Nergal-Sarezer, panglima, dan semua perwira tinggi raja Babel, mengutus orang--
14. mereka menyuruh mengambil Yeremia dari pelataran penjagaan, lalu menyerahkannya kepada Gedalya bin Ahikam bin Safan untuk membebaskannya, supaya pulang ke rumah. Demikianlah Yeremia tinggal di tengah-tengah rakyat.
Labashi-Marduk (556 SM)
Dalam bahasa Akkad, Labashi-Marduk berarti "semoga aku tidak memalukan, O Marduk" dan ia merupakan anak dari Neriglissar. Menjadi raja dalam usia kanak-kanak, 9 bulan setelah di-inagurasi, ia terbunuh dalam sebuah konspirasi karena dianggap tidak pantas menjadi raja.
Nabonidus (556-539 SM; 17 thn)
Nabonidus (Akkad: Nabu-na'id, "terpujilah dewa Nabu") adalah raja terakhir dari kekaisaran Neo-Babel. Latar belakan Nabonidus tidaklah jelas, Hanya sedikit informasi tentang keluarganya, yang digali dari sebuah prasasti, ibunya bernama Addagoppe, merupakan imam kuil dewa Sin (dewa bulan), di kota Harran, yang merupakan benteng terakhir bangsa Ashur saat keruntuhan mereka. Hal ini menyiratkan dirinya kemungkinan berasal dari bangsa Ashur, dan bukan dari suku Kasdim. Ia merebut tahta dengan menggulingkan Labashi-Marduk.
Nabonidus sangat tertarik dengan masa lalu kerajaan Babel, ia menggali berbagai reruntuhan bangunan-bangunan kuno dan memamerkan artifak-artifaknya dalam sebuah "museum," ia sering disebut sebagai arkeolog pertama. Ia berhasil menggali pondasi dari kuil dewa Shamas (matahari) di kota Sippar, dan kuil yang didedikasikan untuk Naram-Sin, cucu dari raja Akkad, Sargon Agung, serta memperkirakan usia nya, 3200 tahun yang lampau, ia menempatkan Naram-Sin sekitar tahun 3750 SM -- Naram-Sin hidup pada tahun 2250 SM -- dalam silinder Nabonidus (Nabonidus Cylinder) yang ditemukan di reruntuhan kota Sippar.
Nabonidus terkenal lebih memuja dewa Sin, namun ia menghormati berbagai sekte dan agama di kekaisarannya. Gambaran negatif dirinya berasal dari para imam dewa Marduk, hal ini di karenakan Nabonidus sangat lama absen dalam perayaan keagamaan di Babel (festival tahun baru Akitu) ketika menetap di kota Tayma, di gurun Arab, pada masa awal pemerintahannya -- roda pemerintahan ditangani oleh anaknya Belshazzar, ia digambarkan menghabiskan belasan tahun masa pemerintahannya (17 thn) di Tayma, dan kembali di Babel pada masa akhir sebelum di kalahkan oleh Cyrus Agung dari Persia.
Tidak diketahui secara jelas alasan Nabonidus tinggal di Tayma dalam waktu yang sangat lama, diperkirakan ia hendak menguasai rute perdagangan di Arab yang menguntungkan, bangsa Ashur telah mencoba melakukan hal yang sama. Ada pula yang mengatakan hasratnya pemujaan atas dewa bulan, Sin lebih cocok di wilayah Tayma dibandingkan kota Babel yang memuja dewa Marduk. Ia membangun kembali kota Tayma dengan kompleks istana yang besar, hal ini terungkap dari penemuan arkeologi moderen.
(Penaklukan Persia atas Babylon)
Pada tahun 549 SM, Cyrus Agung (Cyrus II), seorang raja dari bangsa Persia dari dinasti Achaemenid/Akamenid (Persia: Haxamanis) di negeri Anshan di bekas wilayah Elam, menyatakan diri merdeka dari status vassal dari negeri Media. Di ibu kota Media, Ecbatana, raja Astyages dikhianati oleh para prajuritnya yang membelot mendukung Cyrus. Ia segera menjadi penguasa kekaisaran Media yang sangat besar. Ketika ia dalam ekspedisi militer untuk menundukkan pemberontakan di provinsi Ashur, ia mengalihkan perhatiannya kepada negeri Babel dan menaklukkannya pada tahun 539 SM.
Terdapat berbagai catatan tentang kejatuhan Babel:
- Menurut silinder Cyrus, penduduk kota Babel membuka gerbang kota dan menyambut Cyrus sebagai pembebas mereka.
- Menurut Alkitab, Yesaya menubuatkan jika bangsa Persia akan menawan para wanita Babel dan patung berhala mereka.
Yesaya 43:14
Beginilah firman TUHAN, Penebusmu, Yang Mahakudus, Allah Israel: "Oleh karena kamu Aku mau menyuruh orang ke Babel dan mau membuka semua palang-palang pintu penjara, dan sorak-sorai orang Kasdim menjadi keluh kesah.
Yesaya 45:1
Beginilah firman TUHAN: "Inilah firman-Ku kepada orang yang Kuurapi, kepada Koresh (Cyrus) yang tangan kanannya Kupegang supaya Aku menundukkan bangsa-bangsa di depannya dan melucuti raja-raja, supaya Aku membuka pintu-pintu di depannya dan supaya pintu-pintu gerbang tidak tinggal tertutup.
Yesaya 46:1-2
1. Dewa Bel (sebutan pribadi, dewa Marduk, yang berarti tuan) sudah ditundukkan, dewa Nebo (Nabu) sudah direbahkan, patung-patungnya sudah diangkut di atas binatang, di atas hewan; yang pernah kamu arak, sekarang telah dimuatkan sebagai beban pada binatang yang lelah,
2. yang tidak dapat menyelamatkan bebannya itu. Dewa-dewa itu bersama-sama direbahkan dan ditundukkan dan mereka sendiri harus pergi sebagai tawanan.
/***
Informasi diatas bertentangan dengan Silinder Cyrus (Cyrus Cylinder 30-34):
"Adapun dewa-dewa Sumeria dan Akkad yang diboyong oleh Nabonidus ke Babel diwarnai dengan murka para dewa, dan atas perintah Marduk, sang tuan besar, saya (Cyrus) membuat mereka berdiam kembali dengan damai dalam kuil-kuil mereka. Semoga para dewa yang telah ku kembalikan kembali ke dalam kuil suci mereka, dan pemujaan harian dihadapan Bel dan Nabu, akan tetap berlangsung disepanjang masa pemerintahanku, semoga mereka bersyafaat dengan baik atas nama saya."
atau pada Sejarah Babel (Babylonian Chronicles) pada tahun ke-17 pemerintahan Nabonidus:
"Pada bulan Kislimu hingga Addaru, para dewa Akkad (merujuk pada wilayah bangsa Babel) yang dikumpulkan oleh Nabonidus ke kota Babel, dikembalikan ke kota-kota suci mereka masing-masing."
***/
Yesaya 47:1-3
1. Turunlah dan duduklah di atas debu, hai anak dara, puteri Babel! Duduklah di tanah dengan tidak bertakhta, hai puteri Kasdim! Sebab engkau tidak akan disebutkan lagi manis dan genit.
2. Ambillah batu kilangan dan gilinglah tepung, bukalah kerudungmu; angkatlah sarungmu, singkapkanlah paha, seberangilah sungai-sungai!
3. Biarlah auratmu tersingkap dan aibmu kelihatan! Aku akan mengadakan pembalasan dan tidak menyayangkan seorangpun.
- Herodotus menulis, Cyrus awalnya mengalahkan pasukan Babel di luar kota mereka, lalu setelah melalui pengepungan dalam waktu yang lama, ia lalu mengalihkan aliran sungai Efrat yang mengalir ke dalam kota Babel, hingga pasukan mereka dapat berjalan memasuki kota melalui dasar sungai.
- Xenophon menulis, seperti halnya Herodotus, Cyrus mengalihkan aliran sungai Efrat dan memasuki kota melalui dasar sungai, mamun ia tidak menyinggung mengenai pertempuran.
- Berossus menulis jika Cyrus mengalahkan tentara Babel, dan Nabonidus melarikan diri ke kota Borsippa, lalu Cyrus mengambil alih kota Babel dengan menghancurkan tembok luar kota, setelah itu Cyrus lalu mengejar Nabonidus ke Borsippa dan Nabonidus menyerah.
- Catatan Sejarah Babel (Babylonian Chronicles) pada tahun ke-17 pemerintahan Nabonidus, dianggap lebih faktual menceritakan:
"Pada bulan Tasritu, Ketika Cyrus menyerang para tentara Akkad di Opis di tepi sungai Tigris, penduduk Akkad memberontak, dan ia [Nabonidus atau Cyrus?] membantai penduduk yang sedang dalam kebimbangan. Pada hari ke-15 [12 Oktober], kota Sippar menyerah tanpa pertempuran. Nabonidus melarikan diri. Pada hari ke-16, Gobryas [Ugbaru], sang gubernur Gutium, dan tentara Cyrus memasuki Babel tanpa pertempuran. Nabonidus ditangkap di kota Babel ketika ia kembali ke sana. Hingga akhir bulan, perisai-perisai milik tentara Gutium/Gutian tetap disandang ketika mereka memasuki kuil Esagila namun demikian mereka tidak membawa senjata tajam di dalam kuil. Upacara tetap dilaksanakan tepat pada waktunya.
Pada bulan Arahsamna, pada hari ke-3 [29 Oktober], Cyrus memasuki kota Babel, ranting hijau dihamparkan dihadapannya - pernyataan damai diterapkan di dalam kota. Cyrus mengirim salam kepada semua penduduk Babel. kota Babel dimasukkan dalam kendali sang gubernur negeri Media, Gobryas."
Namun demikian, sebuah prasasti ditemukan dan menyebut tentang adanya perbaikan gerbang Enlil di kota Babel setelah penaklukannya. Berdasarkan informasi ini, sebuah rekonstruksi diajukan oleh para sejarawan:
Ketika Cyrus bergerak bersama pasukannya menuju wilayah selatan Mesopotamia, ia bertemu dengan tentara Babel di dekat kota Opis (di tepi sungai Tigris). Persia berhasil memenangkan pertempuran ini, dan memicu menyerahnya kota terdekat seperti Sippar. Tentara Babel yang mundur bergerak ke arah selatan untuk membangun garis pertahanan di dekat sungai Efrat, untuk mencegah laju tentara Persia. Namun demikian tentara Cyrus tidak menghadapi tentara Babel secara langsung, ia mengirim sejumlah pasukan kecil yang dipimpin oleh Gobryas, menyusuri sungai Tigris untuk melancarkan serangan mengejutkan terhadap kota Babel. Di luar dugaan, pasukan ini tidak terdeteksi dan mereka berhasil merebut kota Babel, dan hanya terjadi pertempuran kecil di dekat salah satu gerbangnya. Selain itu mereka juga berhasil menangkap raja Babel, Nabonidus.
Hal tersebut membuat moril para tentara Babel runtuh dan menyerahkan diri. Sementara itu sang komandan pasukan Persia, Gobryas, yang telah merebut Babel tidak melakukan perbuatan destruktif seperti menjarah dan membunuh penduduk kota, ia bahkan memastikan ritual di kuil suci tetap berjalan. Sebulan kemudian Cyrus memasuki kota Babel, ia tidak membuat banyak perubahan pada struktur pejabat di kota Babel pada saat transisi kekuasaan. Hal serupa terjadi ketika raja Neo-Ashur, Sargon II serta raja Macedonia, Alexander Agung merebut kota Babel.
Tidak diketahui nasib Nabonidus setelah kejatuhan Babel, namun Cyrus dikenal banyak mengampuni raja-raja yang ditaklukkannya, serta menurut catatan Berossus, sejarawan Babylon pada periode Hellenistik, menyebut jika ia hidup dengan damai hingga akhir hayatnya di kota Carmania. Ashur dan Babel kini menjadi vassal dari negeri Persia.