/***
Raja Yehuda: Manasseh (698/697-642 SM), Amon (642-641 SM), Yosia (641-609 SM).
Firaun Mesir
Dinasti 25 dari Nubia/Ethiopia: Taharqa (690-664 SM), Tantamani (664-659 SM).
Dinasti 26 pribumi Mesir: Necho I (672-664 SM), Psamtik I (664-610).
Raja Media/Medes: Cyaxares: 625-585 SM.
***/
Ashurbanipal (Akkad: Assur-bani-apli, "Ashur sang pencipta si ahli waris"; Ibrani: Asenappar, Latin: Sardanapalus), dalam Alkitab namanya terdapat pada kitab:
Ezra 4:10
dan bangsa-bangsa lain, yang oleh Asnapar yang agung dan mulia itu dipindahkan dan disuruh menetap di kota Samaria dan di daerah yang lain sebelah barat sungai Efrat.
Ia adalah raja terakhir pada puncak kegemilangan kekaisaran Ashur, dan terkenal dengan koleksi dokumen cuneiform di istana Nineveh, yang dikenal dengan perpustakaan Ashurbanipal, yang saat ini di simpan di British Museum, juga terkenal dengan ukiran "Perburuan Singa, Ashurbanipal."
Ashurbanipal lahir pada masa akhir dari 1500 tahun kekuasaan bangsa Ashur, dan dibesarkan di istana kecil yang bernama Bit Reduti (rumah pewaris), di bagian utara dari kompleks Nineveh. Di istana ini pula raja Sanherib dibunuh oleh anaknya, Arad-Ninlil.
Awalnya ia bukanlah seorang pewaris Ashur, dan Ashurbanipal disibukkan dengan pendidikan umum seperti berkuda, berburu, mengendarai kereta perang, ketentaraan, seni kerajinan, matematika, membaca dan menulis; ia dapat membaca dan menulis dalam bahasa Sumeria, Akkad dan Aramaik.
(Penaklukan Mesir)
Meskipun ia adalah raja yang populer dimata rakyatnya, namun ia terkenal kejam terhadap musuh-musuhnya. Beberapa ukiran menggambarkan ia mengenakan rantai anjing kepada tawanannya (dan dibiarkan hidup dikandang anjing), banyak gambaran yang menggambarkan kebrutalan Ashurbanipal, namun itu hanya ditujukan pada mereka yang memberontak terhadap raja Ashur.
Ketika Ashurbanipal naik tahta, di Mesir sedang terjadi penggulingan kekuasaan oleh firaun Tiharka (dinasti 25 - dari Nubia) kepada firaun Necho I (dinasti 26), yang merupakan raja boneka Ashur.
Pada tahun 667/666 SM, Ashurbanipal mengutus tentara Ashur dan berhasil mengusir kekuatan Nubia/Ethiopia dari Mesir, Necho I dan beberapa pejabat Mesir yang dinilai berniat memberontak kemudian di deportasi ke Ashur, namun Ashurbanipal memafkan Necho I, dan mengembalikan posisi firaun kepadanya - (ibu kota Mesir berada di Sais), anak Necho I yaitu Psamtik I (Akkad: Nabu-sezibanni) yang mendapat pendidikan di Istana Nineveh kemudian diangkat menjadi gubernur Mesir.
Pada tahun 664 SM, firaun Taharqa/Tiharka wafat dan perjuangannya diteruskan oleh kemenakannya yang bernama Tantamani, ia berhasil merebut kota Thebes & Memphis, serta membunuh firaun Pribumi Mesir, Necho I.
Ashurbanipal kembali mengutus tentara Ashur ke Mesir, dan mampu mengusir pasukan Nubia dan tidak pernah lagi kembali ke Mesir. Ashur menjarah kota Thebes, dan anak Necho I, yaitu Psammetichus/Psamtik I diangkat menjadi firaun Mesir- ia tercatat mengundang bangsa Yunani untuk menetap dan membuat koloni di kota Tahpanhes (Daphnae). (Pada tahun ini terjadi invasi oleh bangsa Elam, ke wilayah koloni Ashur di Babel)
Pada tahun 653 SM, firaun Psamtik I, meminta bantuan Kerajaan Lydian (raja Gyges) di Anatolia untuk mengusir tentara Ashur dari Mesir. Tidak diketahui reaksi Ashurbanipal terhadap pemberontakan ini, namun tidak terdapat catatan adanya pergerakan tentara Ashur yang berusaha merebut Mesir, mungkin karena ancaman bangsa Elam, yang lebih dekat dari Ashur menjadi prioritas utama, dan pada tahun 652 SM kakaknya di Babel juga berkoalisi dengan berbagai bangsa menyatakan merdeka.
Terdapat sebuah catatan di istana Nineveh, mengenai raja Gyges, yang mendapat mimpi dari dewa Ashur, yang memberi nubuat jika ia tunduk pada Ashurbanipal ia akan menaklukkan musuh-musuhnya. Setelah Gyges mengirim utusan ke Ashur untuk menyatakan diri menjadi vassal Ashur, ia segera mengalahkan musuh utamanya yaitu bangsa Cimmerian. Namun kemudian ketika ia membantu pemberontakan di Mesir, negerinya di taklukkan oleh bangsa Cilician.
Ashur pada masa ini adalah kekaisaran terbesar yang pernah disaksikan oleh orang-orang di masa ini, membentang dari wilayah Kaukus di utara hingga Mesir/Nubia & Semenanjung Arab di selatan, dari Cyprus di barat hingga ke wilayah Iran di timur. Ashurbanipal menyaksikan berbagai bangsa dan negara tunduk kepadanya, termasuk: Babylon/Babel, Chaldea/Kasim, Media/Mede, Persia, Mesir, Libya, Elam, Gutium, Parthia, Cissia, Phrygia, Mannea, Aramean, Urartu, Lydia, Cilicia, Commagene, Phoenicia, Kanaan, Sutean, Yehuda, Moab, Edom, Ammon, Nabatea, Arab, Nubia, Sycthia, Cimmeria, Armenia/Urartu. Hanya terdapat beberapa masalah kecil yang timbul dan dapat dikedalikan oleh Ashurbanipal.
(Penaklukan Elam & Babel)
Pada masa awal pemerintahan Ashurbanipal, bangsa Elam nampak dalam keadaan damai, bahkan Ashurbanipal mengirim bantuan makanan ke Elam ketika dilanda kelaparan.
Namun pada tahun 664 SM, situasi berubah. Raja Urtaku, dari Elam, melakukan serangan mendadak ke koloni Ashur di Babel. Setelah beberapa saat Ashur kemudian mengirim pasukan ke Babel, namun bangsa Elam telah mundur kembali ke negerinya, dan pada saat yang sama raja Urtaku kemudian wafat. Ia digantikan oleh Teumman yang dianggap bukanlah penerus yang sah, dan banyak pangeran Elam kemudian melarikan diri ke istana Nineveh, termasuk putra tertua Urtaku, Humban-nikash.
Pada tahun 658/657 SM, Ashur dan Elam kembali terlibat dalam pertempuran, dan Ashur keluar sebagai pemenang, raja Teumann mati bunuh diri. Ashurbanipal kemudian mengangkat Humban-nikash sebagai raja Elam. Para tentara Ashur mengarak kepala raja Teumann dan menjadikannya sebagai hiasan di pelabuhan Nineveh. Pada suatu saat para duta dari negeri Elam melihat kepala ini, seorang mencabut janggutnya dan yang lain bunuh diri, karena tidak tahan melihat penghinaan ini.
Pada tahun 652 SM, kakak Ashurbanipal, yakni Shamash-shum-ukin yang menjadi raja Babel, telah lelah menjadi raja boneka. Ia secara terbuka menyatakan kemerdekaan, dengan di dukung oleh sejumlah suku seperti Sutean, Chaldean/Kasdim, Aram, Arab, Gutium bahkan Elam. Ia bahkan menginvasi beberapa wilayah Ashur dan mengklaimnya sebagai milik Babel.
Ashur menunda memberi reaksi atas pemberontakan Babel, dipercaya hal ini karena kepercayaan Ashurbanipal akan tanda-tanda para dewa. Pada tahun 648 SM, Ashur menjawab pemberontakan Babel dengan mengepung Bosippa dan Babel.
Shamash-shum-ukin dikepung dalam kota Babel selama 4 tahun. Dan terdapat sebuah prasasti yang menggambarkan situasi di dalam kota Babel: "Mereka memakan daging anaknya yang laki-laki dan perempuan karena kelaparan." Ketika kota ini akhirnya jatuh, orang-orang yang bertahan ditebas oleh para tentara Ashur, Ashurbanipal menulis, "Mereka yang tersisa saya tumpas.. dan mayat mereka yang tercabik ku beri kepada anjing-anjing, babi, srigala, burung elang, burung dilangit, dan ikan di sungai."
Sebelum kejatuhan kota Babel, Shamash-shun-ukin mati bunuh diri dengan membakar istana nya. Penguasa Babel selanjutnya dipegang oleh seorang gubernur dari Ashur yang bernama Kandalanu.
/***
Situasi penghancuran Babel ini juga dialami oleh Yerusalem seperti yang ditulis dalam Alkitab:
Yeremia 19
7. Aku akan menggagalkan rancangan Yehuda dan Yerusalem di tempat ini dan Aku akan membuat mereka rebah oleh pedang di depan musuh mereka dan oleh tangan orang-orang yang ingin mencabut nyawa mereka. Aku akan membiarkan mayat-mayat mereka dimakan oleh burung-burung di udara dan oleh binatang-binatang di bumi.
...
9. Aku akan membuat mereka memakan daging anak-anaknya laki-laki dan daging anak-anaknya perempuan, dan setiap orang memakan daging temannya, dalam keadaan susah dan sulit yang ditimbulkan musuhnya kepada mereka dan oleh orang-orang yang ingin mencabut nyawa mereka.
atau
Imamat 26:29
29. dan kamu akan memakan daging anak-anakmu lelaki dan anak-anakmu perempuan.
***/
(Penaklukan Elam ke-2)
Penghancuran Susa, ibu kota bangsa Elam. |
Pada tahun 648/647 SM, bersamaan dengan kejatuhan Babel, di Elam terjadi perang sipil. Raja Elam telah wafat dan berbagai pihak dalam istana mengklaim sebagai penerus tahta. Ashurbanipal melihat kesempatan ini sebagai waktu yang tepat untuk menghancurkan musuh bebunyutan Ashur ini untuk selama-lamanya. Ia lalu menginvasi negeri Elam, ibukota Susa di jarah, dan dibakar hingga hancur, Ashurbanipal juga memerintahkan agar seluruh kuburan para raja Elam dibongkar dan tulang belulang para raja di bungkus dan dibawa ke Ashur. Ia meninggalkan sebuah tablet yang mencatat tentang kemenangn atas Elam:
"Susa, kota suci yang agung, tempat tinggal para dewa mereka, kota yang penuh misteri, ku taklukkan. Saya memasuki istananya, ku buka perbendaharaan negeri di mana segala emas, dan perak serta kekayaan dikumpulkan.... saya menghancurkan ziggurat Susa. Ku hancurkan tanduk tembaga mereka. Ku musnahkan kuil Elam; dewa-dewi mereka ku serakkan ke angin. Makam raja-raja kuno maupun baru saya hancurkan, ku buat terpapar sinar matahari, dan ku bawa tulang mereka ke tanah Ashur. Ku hancurkan provinsi-provinsi Elam dan tanah mereka ku taburi garam."
Map Elam, dengan 2 kota pentingnya yakni Susa dan Anshan |
Siapa saja yang memiliki potensi untuk mengklaim posisi tahta Elam ditangkap dan dibuang ke Nineveh sebagai budak. Sesuai dengan kebijakan Ashur, Ashurbanipal kemudian mendeportasi sejumlah besar populasi Elam ke wilayah lain dan membiarkan kota nya menjadi kosong serta ladang-ladang terbengkalai.
Ashurbanipal tidak bermaksud untuk membangun kembali serta memasang gubernur untuk wilayah ini, ia bermaksud menjadikannya gurun pasir. Namun kebijakan Ashurbanipal ini adalah kesalah besar, karena bangsa Persia secara perlahan mengambil alih wilayah ini, dan membangun kembali kota-kotanya, hingga suatu saat mereka membantu menggulingkan kekaisaran Ashur.
/***
Pada tahun 675-640 SM Teispes, seorang keturunan Achaemenid dari wilayah Persia, merebut kota Anshan dan akan menjadi basis Kekaisaran Persia dibawah pemerintahan Cyrus Agung.
***/
(Periode Akhir Ashurbanipal)
Selama 20 tahun terakhir dari pemerintahan Ashurbanipal, kekaisaran Ashur memasuki masa yang damai dan dominasinya tidak tertandingi, namun fundamental kekaisaraan ini sangat rapuh, hal ini karena proses ekspansi yang berlebihan, dan mengakibatkan Ashur mrnjadi kekurangan dana akibat banyak koloni yang hancur (yang berarti berkurang nya sumber upeti), selain itu jumlah pasukan tidak cukup banyak untuk mengontrol wilayah kekaisaran yang demikian luas. Dokumentasi kerajaan pada masa-masa akhir Ashurbanipal sangat sedikit.
(Perpustakaan Ashurbanipal)
Setelah menaklukkan musuh-musuh bebunyutannya seperti Urartu dan Elam kekaisaran Ashur telah tenang, walau Mesir berhasil merdeka, namun mereka relatif bersahabat dengan Ashur. Ashurbanipal lalu mengalihan perhatiannya pada dunia seni. Ia adalah orang yang terdidik dan mengklaim dapat membaca dan menulis dalam berbagai bahasa, serta telah membaca semua naskah dari era sebelum banjir besar. Ia lalu mendirikan perpustakaan dan memiliki koleksi 30,000 tablet tanah liat di Nineveh, yang merupakan hasil pengumpulan dari berbagai naskah di seluruh penjuru kekaisaran Ashur, khususnya dari negeri Babel.
Perpustakaan ini berada di reruntuhan istana Nineveh, yang dikenal dengan "Ruangan Perburuan Singa." Diantara dokumen tersebut terdapat naskah Enuma Elish, atau yang dikenal sebagai "Epos Penciptaan," sebuah legenda dari Babel yang menceritakan bagaimana dewa Marduk membinasakan Tiamat - personafikasi dari lautan purba, dan dunia ini terbentuk dari sisa tubuhnya. Dalam versi tablet ini, dikisahkan jika manusia terbentuk dari darah dewa Qingu.
Selain itu ditemukan pula Epos Gilgamesh yang menceritakan tentang petualangan Gilgamesh dan sahabatnya Enkidu untuk menghancurkan kekuatan setan, Humbaba. Setelah kematian Enkidu, Gilgamesh mencari Utnapishtim, yang merupakan salah satu manusia yang selamat dari bencana banjir besar, untuk mencari rahasia hidup abadi (pohon kehidupan).
Di perpustakaan ini juga ditemukan berbagai naskah lagu pujian dan doa-doa keagamaan, medis, matematika, ritua, nubuat dan astrologi, astronomi, dan dokumen administrasi negara yang berupa surat-surat dan dokumen kontrak.
Sebuah naskah penting yang ditemukan adalah semacam kamus, yang berisi daftar kosa-kata dalam versi bilingual, yang membantu para ilmuwan untuk menterjemahkan berbagai dokumen dari berbagai periode di Mesopotamia.
British Musium, di London kini memiliki koleksi dari relief "Perburan Singa Ashurbanipal" di istana Nineveh, yang menggambarkan Ashurbanipal sedang berburu singa, yang dipandang sebagai olahraga para kaisar; penggambaran tersebut dipandang sebagai simbol kemampuan raja untuk menjaga kekaisaran Ashur.
Selain itu juga terdapat relief "Pesta Taman" yang menggambarkan raja dan ratu sedang mengadakan pesta kemenangan Ashur atas raja Teumman dari Elam. Ukiran dengan nilai seni tinggi ini merupakan bukti penghormatan Ashurbanipal terhadap seni, serta sebagai wahana komunikasi kepada anak cucunya.
(Kematian)
Pada tahun 627/629/631 SM, Ashurbanipal wafat di kota Harran, ia telah menetapkan Ashur-etil-illani (626-623 SM) sebagai raja Ashur, dan memerintah di Nineveh. Perang sipil kemudian terjadi dan kerajaan Ashur kemudian runtuh untuk selama-lamanya.
Peta Kekaisaran Ashur pada masa Ashurbanipal: Hijau tua: provinsi Hijau Muda: negeri vassal Kuning: Babel |
(Kehancuran Ashur)
Setelah Ashurbanipal wafat, Kekaisaran Ashur diteruskan oleh anaknya Ashur-etil-illani, namun kemudian terjadi pemberontakan oleh jendralnya yang bernama Sin-shumu-lishir yang memerintah dari kota Ur di Babel pada tahun 626 SM. Anak Ashurbanipal lain yang bernama Sin-shar-ishkun (627-612 SM) mengalahkan sang jendral dan memerintah dari wilayah Babel melawan Ashur-etil-illani di Nineveh. Terjadinya perang saudara di Ashur membuat negeri vassalnya mulai memberontak, koalisi Babel-Media-Persia-Cimmerian-Scythian kemudian mengepung dan menghancurkan Nineveh beserta kota Ashur lainnya. Salah satu anak Ashurbanipal, yang awalnya adalah seorang jendal/Tartan diangkat menjadi menjadi raja Ashur, posisi Ashur bagian utara (Nineveh) kini adalah sebuah provinsi dari negeri Media bernama Athura. Dan Ashur bagian selatan menjadi milik Babel.
Posisi Ashur kini dikuasai oleh kerajaan Media |
(Perkembangan Bahasa Aram)
Sejak abad ke-8 SM, bahasa Aram/Aramaik secara bertahap telah menjadi lingua franca di kekaisaran. Ditemukan dua tablet yang mencatat tentang penjualan budak wanita, dalam bahasa Aramaik namun ditulis dalam huruf Akkad, menunjukkan bagaimana pengaruh bahasa Aram yang telah menjadi bahasa umum diantara rakyat dibidang perdagangan. Namun demikian bahasa resmi di kalangan administrasi negara tetap bahasa Akkad (dialek Ashur). Bahasa dalam tablet banyak yang merupakan pencampuran Aramaik dan Akkad.
Pada abad ke-6 SM, bahasa Aram telah menyingkirkan bahasa Akkad, dan menjadi bahasa resmi kekaisaran Achaemenid. Pada masa kekaisaran Ashur, para raja sering melakukan deportasi, kolonisasi dan kawin campur antar orang Aram dan berbagai bangsa di Ashur & Babel. Pada abad ke-7 SM, rakyat di kekaisaran Ashur fasih dalam 2 bahasa sekaligus. Bahasa Aram yang populer di kalangan pedagang juga telah mencapai wilayah di luar kekaisaran Ashur.
Ketika kekaisaran Ashur runtuh, hanya kelompok elit yang tahu bagaimana membaca dan menulis dalam naskah Akkad. Para kaum elit ini banyak menjadi korban dalam pembantaian di kota-kota Ashur, dan hanya sedikit dari kelompok ini yang selamat dan mewariskan kemampuannya, terutama di kota Arrapkha.
Catatan terakhir dalam bahasa Akkad (dengan bentuk cuneiform) berasal dari abad ke 1 Masehi, dan penulisan dalam bahasa Akkad, namun dengan huruf Aramaik terakhir pada abad ke-3 Masehi.
Detail mengenai detik-detik terakhir kejatuhan bangsa Ashur dapat anda baca pada bagian Mengenal bangsa Neo-Babel/Neo-Babylonia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar