Minggu, 05 Februari 2017

Pengantar Alkitab Ibrani (22)

Kuliah 22 - Restorasi : 1 & 2 Tawarikh, Ezra & Nehemia [November 29, 2006]Bab

1. Bentuk Lain dan Tema dalam Kitab Mazmur.

Sekarang kita akan melihat sebuah mazmur yang secara tegas menolak penafsiran Deuteronomis terhadap sejarah dan tragedi bangsa, dan menggambarkan Israel sebagai tidak bersalah dan menegur Allah karena berdiam diri. Tema ini terdapat pada :

Mazmur 44 (ayat selektif)
8. (44-9) Karena Allah kami nyanyikan puji-pujian sepanjang hari, dan bagi nama-Mu kami mengucapkan syukur selama-lamanya.
9. (44-10) Namun Engkau telah membuang kami dan membiarkan kami kena umpat, Engkau tidak maju bersama-sama dengan bala tentara kami.
11. (44-12) Engkau menyerahkan kami sebagai domba sembelihan dan menyerakkan kami di antara bangsa-bangsa.
12. (44-13) Engkau menjual umat-Mu dengan cuma-cuma dan tidak mengambil keuntungan apa-apa dari penjualan itu.
17. (44-18) Semuanya ini telah menimpa kami, tetapi kami tidak melupakan Engkau, dan tidak mengkhianati perjanjian-Mu.
18. (44-19) Hati kami tidak membangkang dan langkah kami tidak menyimpang dari jalan-Mu,
19. (44-20) walaupun Engkau telah meremukkan kami di tempat serigala, dan menyelimuti kami dengan kekelaman.
20. (44-21) Seandainya kami melupakan nama Allah kami, dan menadahkan tangan kami kepada allah lain,
21. (44-22) masakan Allah tidak akan menyelidikinya? Karena Ia mengetahui rahasia hati!
22. (44-23) Oleh karena Engkau kami ada dalam bahaya maut sepanjang hari, kami dianggap sebagai domba-domba sembelihan.
23. (44-24) Terjagalah! Mengapa Engkau tidur, ya Tuhan? Bangunlah! Janganlah membuang kami terus-menerus!
24. (44-25) Mengapa Engkau menyembunyikan wajah-Mu dan melupakan penindasan dan impitan terhadap kami?
25. (44-26) Sebab jiwa kami tertanam dalam debu, tubuh kami terhampar di tanah.
26. (44-27) Bersiaplah menolong kami, bebaskanlah kami karena kasih setia-Mu!

Jadi, inilah mazmur yang penuh dengan kemarahan dan mengandung penolakan terhadap tuduhan retoris atas Israel yang telah kita baca pada bagian Neviim.

Protes tidak bersalah ini sangat mengejutkan karena disertai tuduhan bahwa Allah sedang tertidur dari pekerjaan-Nya, dan mengingatkan kita pada Ayub.

Hal ini seakan memberi kita 2 perspektif, seakan penderitaan Ayub berada pada level individu, dan sekarang kita melihat pada level bangsa. Apa yang kita lihat adalah sebuah pandangan yang menyatakan bahwa Allah telah lalai, dan Israel tidak bersalah.

Dilain pihak pada Mazmur 44, 74, 78, 106, yang termasuk dalam kategore himne yang memuji tindakan Allah dalam sejarah Israel - semacam ulasan sejarah singkat akan segala perbuatan Allah terhadap Israel - hal ini sejalan dengan pandangan Deuteronomistik - dari penciptaan, keluaran dan penaklukan Tanah Perjanjian, menekankan utang budi Israel kepada Allah. Allah yang dengan sabar bertahan menghadapi ketidakloyalan Israel. Jadi jika kita menyandingkan 2 jenis mazmur ini, mereka terlihat sangat berbeda.

Mazmur 78:12-22
12. Di hadapan nenek moyang mereka dilakukan-Nya keajaiban-keajaiban, di tanah Mesir, di padang Zoan;
13. dibelah-Nya laut, diseberangkan-Nya mereka; didirikan-Nya air sebagai bendungan,
14. dituntun-Nya mereka dengan awan pada waktu siang, dan semalam suntuk dengan terang api;
15. dibelah-Nya gunung batu di padang gurun, diberi-Nya mereka minum banyak air seperti dari samudera raya;
16. dibuat-Nya aliran air keluar dari bukit batu, dan dibuat-Nya air turun seperti sungai.
17. Tetapi mereka terus berbuat dosa terhadap Dia, dengan memberontak terhadap Yang Mahatinggi di padang kering.
18. Mereka mencobai Allah dalam hati mereka dengan meminta makanan menuruti nafsu mereka.
19. Mereka berkata terhadap Allah: "Sanggupkah Allah menyajikan hidangan di padang gurun?
20. Memang, Ia memukul gunung batu, sehingga terpancar air dan membanjir sungai-sungai; tetapi sanggupkah Ia memberikan roti juga, atau menyediakan daging bagi umat-Nya?"
21. Sebab itu, ketika mendengar hal itu, TUHAN gemas, api menyala menimpa Yakub, bahkan murka bergejolak menimpa Israel,
22. sebab mereka tidak percaya kepada Allah, dan tidak yakin akan keselamatan dari pada-Nya.

Yang menarik disini adalah sudut pandang ayat diatas adalah sebagai orang ke-3; dan menyebut Israel melakukan segala dosa diatas.

Mazmur yang memprotes bahwa Israel tidak bersalah menggunakan sudut pandang orang pertama. Selanjutnya pada Mazmur 106, juga mengandung sudut pandang Deuteronomistis, yang menjelaskan mengenai akhir dari Israel yang tragis.

Terdapat mazmur yang menggambarkan Taurat sebagai materi berharga untuk dipelajari dengan sungguh-sungguh, yang mana akan menhasilkan kebijaksanaan dan kebahagiaan;

Mazmur 19:7-9
7. (19-8) Taurat TUHAN itu sempurna, menyegarkan jiwa; peraturan TUHAN itu teguh, memberikan hikmat kepada orang yang tak berpengalaman.
8. (19-9) Titah TUHAN itu tepat, menyukakan hati; perintah TUHAN itu murni, membuat mata bercahaya.
9. (19-10) Takut akan TUHAN itu suci, tetap ada untuk selamanya; hukum-hukum TUHAN itu benar, adil semuanya,

Penyanjungan atas Taurat/Torah mencerminkan sebuah pergeseran dan ini dimulai sejak Periode Kuil Kedua. Pada saat itu peranan Taurat semakin penting dan tersentraliasi serta mempelajari Taurat menjadi bagian dari ibadah.

Terdapat banyak cara yang berbeda untuk mengkategorikan Mazmur. Dan banyak terdapat mazmur individu yang digabungkan kedalam berbagai kategori. Contoh pada ratapan yang terkenal yang diucapkan oleh Yesus diatas kayu salib.:

Mazmur 22:1
"Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan aku (Eli, Eli, lama sabachthani)? Aku berseru, tetapi Engkau tetap jauh dan tidak menolong aku."

Dari berbagai contoh syair diatas, kita dapat melihat kitab Mazmur sebagai mikrokosmos dari wawasan keagamaan orang-orang Israel kuno. Hal ini mungkin terjadi karena banyak dari mereka tidak mengalami peristiwa historis tersebut - beberapa dari mereka cukup dekat dengan peristiwa sejarah; beberapa lagi sedang menceritakan sejarah dalam nuansa pujian kepada Allah, dan banyak dari mereka tidak pernah mengalaminya.

Meski syair-syair ini disusun ribuan tahun silam, namun mereka tetap mampu menginspirasi dan relevan dengan pembaca saat ini. Mereka memberi menginspirasi seseorang mengakui kegagalan, menyuarakan kebaikan, menghibur dari kemalangan, pengharapan, atau sekedar mengekspresikan keimanan dan memuji Allah.

Bab 2. Kidung Agung.

Sebuah kitab puisi lain dalam antologi Alkitab adalah karya pendek yang bernama Kidung Agung. Bagi beberapa orang, mungkin buku ini yang paling mengejutkan karena dimasukkan kedalam kanon Ibrani. Kitab ini adalah sebuah lagu cinta yang indah dan berbau erotis, yang mengeksplorsi seksualitas dan gairah fisik manusia.

Kalimat pembuka nampaknya muncul dari belakangan, dan disematkan pada kitab ini sebagai usaha untuk menghubungkannya dengan raja Salomon. Kitab ini kemungkinan sebuah lirik cinta yang sensual pada periode setelah pembuangan. Penghubungan kepada Salomon didorong oleh fakta pada :

1 Raja-Raja 4:32-33
32. Ia menggubah tiga ribu amsal, dan nyanyiannya ada seribu lima.
33. Ia bersajak tentang pohon-pohonan, dari pohon aras yang di gunung Libanon sampai kepada hisop yang tumbuh pada dinding batu; ia berbicara juga tentang hewan dan tentang burung-burung dan tentang binatang melata dan tentang ikan-ikan.

Jadi nampak masuk akal jika syair ini disusun oleh komposer lagu paling produktif dalam sejarah Israel - menurut tradisi.

Pembicara dalam puisi ini, yang paling sering adalah seorang wanita, yang sedang berbicara dengan kekasihnya. Kadang-kadang ia membahas tentang wanita lain, anak-anak perempuan Yerusalem.

Namun saat pembicara adalah pihak pria, tidak terdapat petunjuk untuk mengidentifikasi ia sebagai Raja Salomon. Memang nama Salomon disebut sebanyak 6 kali, namun Salomon tidak disebut sebagai si pembicara dan pada banyak bagian sang wanita adalah pembicara utama.

Kitab ini berlatar belakang kehidupan penggembala. Kedua pasang kekasih mengekspresikan kegairahan mereka melalui keindahan alam. Terdapat referensi akan sebuah taman, kebun anggur, buah-buahan, bunga, parfurm, serta ternak kambing dan domba. Terdapat penggambaran yang sangat jelas tentang kecantikan fisik dari keduanya. Mereka digambarkan dalam ayat-ayat yang sangat erotis, seperti kutipan berikut :

Kidung Agung 5:2-6
2. Aku tidur, tetapi hatiku bangun. Dengarlah, kekasihku mengetuk. "Bukalah pintu, dinda, manisku, merpatiku, idam-idamanku, karena kepalaku penuh embun, dan rambutku penuh tetesan embun malam!"
3. "Bajuku telah kutanggalkan, apakah aku akan mengenakannya lagi? Kakiku telah kubasuh, apakah aku akan mengotorkannya pula?"
4. Kekasihku memasukkan tangannya melalui lobang pintu, berdebar-debarlah hatiku.
5. Aku bangun untuk membuka pintu bagi kekasihku, tanganku bertetesan mur; bertetesan cairan mur jari-jariku pada pegangan kancing pintu.
6. Kekasihku kubukakan pintu, tetapi kekasihku sudah pergi, lenyap. Seperti pingsan aku ketika ia menghilang. Kucari dia, tetapi tak kutemui, kupanggil, tetapi tak disahutnya.

Menurut tradisi Yahudi, para Rabbi di masa lampau berdebat apakah kitab ini harus dimasukkan kedalam kanon atau tidak. Namun Rabbi Akiva, seorang bijak pada abad ke-2 masehi, memenangkan pendapatnya. Ia menyatakan kitab itu sebagai "yang tersuci dari suci." Namun bagi beberapa ahli agama selama berabad-abad, penggambaran mengenai gairah cinta dirasa terlalu berlebihan, serta isi kitab yang tidak menyebut nama Allah, di rasa sebagai sebuah syair sekuler.

Dengan demikian kita sekarang memiliki sebuah trend dalam tradisi Yahudi tentang membaca buku sebagai sebuah metafora atau ungkapan kasih Allah bagi umat pilihan-Nya, Israel. Dan bagi orang Kristen, kitab ini adalah sebuah kiasan mengenai kasih Kristus kepada pengantinnya yaitu gereja secara spiritual.

Bab 3. Restorasi - Kitab Tawarikh I, II, Ezra dan Nehemia.

Sekarang kita akan membahas latar belakang sejarah untuk beberapa kitab pada masa restorasi. Yaitu pada masa kekaisaran telah Babylon ditaklukkan oleh bangsa Persia dibawah kepemimpinan Raja Cyrus.

Pada tahun 539 SM bangsa Persia berhasil membangun sebuah kerajaan terbesar yang pernah dilihat oleh orang-orang di Timur-Tengah Kuno, yang membentang dari Mesir hingga Asia Kecil (moderen Turki) di utara, dan dari laut Mediterania sampai wilayah Iran.

Tidak seperti kekaisaran sebelumnya, kekaisaran Persia memberi kebebasan terhadap berbagai bentuk kebudayaan dan keagamaan dari wilayah taklukkan nya. Sebuah artifak dari tanah liat berbentuk silinder sepanjang 9 inci (23 cm), yang dikenal sebagai Cyrus Cylinder, yang pada permukaan nya terdapat tulisan cuneiform, menceritakan, bagaimana Cyrus raja Persia, diperintahkan oleh dewa Marduk, dewa nasional bangsa Babel, untuk menaklukkan kekaisaran Babel.

Dikisahkan pula mengenai berbagai penaklukan Cyrus, serta kebijakannya yang mengizinkan semua tawanan dari berbagai bangsa untuk kembali ke tanah air mereka, dan membangun kembali semua kuil-kuil suci mereka dan beribadah kepada dewa mereka masing-masing. Hal ini konsisten dengan temuan arkeologi dan gambaran yang disajikan dalam Alkitab.

Beberapa bagian dari isi Cyrus Cylinder:

"Penyembahan terhadap Marduk, raja para dewa, telah diubahnya [Nabonidus] menjadi kekejian. Setiap hari digunakannya untuk berbuat jahat terhadap kotanya. Karena keluhan mereka, penguasa para dewa menjadi amat murka. Ia memandang dan meneliti di semua negeri, mencari penguasa yang benar. Kemudian dia mengumumkan nama Koresh dan menetapkannya menjadi raja seluruh dunia
...
Saya mengembalikan kepada kota-kota kudus ini di seberang Tigris, bait-bait yang telah menjadi puing untuk waktu yang lama, gambar-gambar yang [tadinya] tinggal di dalamnya dan menegakkan mereka sebagai bait-bait permanen. Saya [juga] mengumpulkan semua penghuni mereka [yang dulu] dan mengembalikan mereka ke tempat asal mereka."

https://id.wikipedia.org/wiki/Silinder_Koresh

Berdasarkan naskah Alkitab yang akan kita bahas nanti, raja Cyrus pada tahun 538 SM memberi izin, bagi orang buangan dari Yehuda untuk kembali ke Yerusalem dan membangun kembali kuil mereka. Banyak dari orang buangan ini kembali ke wilayah yang kini bernama provinsi Yehud; Yehud adalah sebutan untuk Yehuda, dan dari istilah ini kita mengenal kata Yahudi. Periode sejarah Yahudi dimulai sejak peristiwa ini, sehingga periode sebelumnya, yaitu dari tahun 586-538 SM dikenal sebagai periode pembuangan.

Sebagian ahli biblikal meyakini jika tradisi P (Priestly-Paderi), D (Deuteronomistik) telah mencapai bentuk akhir pada permulaan masa Persia ini.

Periode post-exilic atau pasca-pembuangan juga di kenal sebagai periode Persia. Namun bangsa Persia juga tidak memerintah dalam waktu yang lama.

Alexander Agung akan menginvasi wilayah Mesopotamia dari Yunani pada tahun 332 SM, dan kita akan mengenalnya sebagai periode Hellenisktik. Masa 200 tahun pemerintahan Persia ini dikenal juga sebagai periode restorasi atau pemulihan, juga dikenal sebagai periode kuil ke-2 karena pada tahun 520 SM, Bait Allah dibangun kembali; dan Bait Allah ke-2 ini akan berdiri selama 590 tahun, hingga dihancurkan pada tahun 70 Masehi oleh bangsa Romawi. Kuil Pertama hancur pada tahun 586 SM.

Kitab Tawarikh adalah laporan ke-2 dari sejarah Israel. Laporan pertama dapat kita baca dari kitab Kejadian hingga Raja-Raja. Kitab 1 Tawarikh dimulai dengan Adam dan berakhir dengan pembuangan ke Babel pada kitab 2 Tawarikh. Mereka mendaur-ulang materi dari berbagai kitab sebelumnya, namun memiliki pandangan bias kepada mazhab Priestly, mereka menghilangkan banyak hal-hal negatif dari para figur di kitab sebelumnya. Contohnya anda tidak akan menemukan kisah Daud dan Betsyeba dalam Tawarikh.

Dapat dikatakan kitab Tawarikh itu sendiri adalah sebuah hasil penafsiran, atas beberapa bagian dari Alkitab. Ia adalah sebuah jenis tradisi dari masa kemudian yang merupakapan cerminan dari tradisi sebelumnya yang berusaha untuk menyajikan ulang materi lama dalam sudut pandang baru.

Kitab Tawarikh tidak terlalu tertarik dengan kejeniusan Daud dalam berpolitik, ia lebih memfokuskan pembahasannya tentang bagaimana Daud menetapkan Yerusalem sebagai ibukota relijius, perencanaan akan sebuah kuil, mengorganisir musik dalam ibadah.

Kitab 2 Tawarikh ditutup dengan dekrit Cyrus yang mengizinkan orang Yehuda untuk kembali ke tanah air dan membangun kuil mereka. Kita memiliki dekrit ini dalam bentuk yang lebih lengkap, yang konsisten dengan kebijakan kekaisaran Persia yang kita ketahui.

2 Tawarikh 36:22-23
22. Pada tahun pertama zaman Koresh, raja negeri Persia, YAHWEH menggerakkan hati Koresh, raja Persia itu untuk menggenapkan firman yang diucapkan oleh Yeremia, sehingga disiarkan di seluruh kerajaan Koresh secara lisan dan tulisan pengumuman ini:
23. "Beginilah perintah Koresh, raja Persia: Segala kerajaan di bumi telah dikaruniakan kepadaku oleh YAHWEH, Allah semesta langit. Ia menugaskan aku untuk mendirikan rumah bagi-Nya di Yerusalem, yang terletak di Yehuda. Siapa di antara kamu termasuk umat-Nya, YAHWEH, Allahnya, menyertainya, dan biarlah ia berangkat pulang!"

Ezra 1:
2. "Beginilah perintah Koresh, raja Persia: Segala kerajaan di bumi telah dikaruniakan kepadaku oleh YAHWEH, Allah semesta langit. Ia menugaskan aku untuk mendirikan rumah bagi-Nya di Yerusalem, yang terletak di Yehuda.
3. Siapa di antara kamu termasuk umat-Nya, Allahnya menyertainya! Biarlah ia berangkat pulang ke Yerusalem, yang terletak di Yehuda, dan mendirikan rumah YAHWEH. Allah Israel, yakni Allah yang diam di Yerusalem.
4. Dan setiap orang yang tertinggal, di manapun ia ada sebagai pendatang, harus disokong oleh penduduk setempat dengan perak dan emas, harta benda dan ternak, di samping persembahan sukarela bagi rumah Allah yang ada di Yerusalem."

Perhatikan pada bagian dekrit Cyrus pada kitab Tawarikh, disebutkan bahwa hal itu menggenapkan nubuat nabi Yeremia. Kita mengingat jika Yeremia bernubuat tentang pembuangan Babel akan berakhir setelah 70 tahun. Pembuangan pertama terjadi pada tahun 597 SM, dan mereka kembali ke tanah Yehuda pada tahun 538 SM, sekitar 61 tahun - ini cukup dekat. Jika kita melihat kehancuran kuil pertama pada tahun 586 SM, dan selesai dibangun kembali untuk ke-2 kali sekitar tahun 520-515 SM, maka ini sudah masuk 70 tahun. Hal tersebut dalam mata penulis Tawarikh adalah penggenapan akan nubuat Yeremia.

Ezra & Nehemia


Kitab Ezra dan Nehemia menceritakan kisah tentang orang-orang yang kembali dari pembuangan di Babel sekitar abad ke-6 SM. Kedua kitab ini dahulu hanya terdiri dari 1 kitab, hingga kemudian pada abad pertengahan, dipecah menjadi 2 kitab. Di percaya jika Tawarikh - Ezra & Nehemia adalah sebuah karya sejarah yang berasal dari penulis tunggal. Yang disusun pada akhir abad ke-5 SM, atau awal abad ke-4 SM, ketika provinsi Yehuda berada dalam kekaisaran Persia.

Kitab Ezra dan Nehemia mengandung informasi yang bertentangan mengenai waktu kembali ke Yehuda, dan hal ini menyulitkan kita untuk menentukan penanggalan dari berbagai peristiwa. Tidak jelas siapa yang pertama kali kembali untuk membangun Bait Allah, apakah Ezra, sang Imam ataukah Nehemia sang gubernur.

Walaupun Tawarikh menentukan penanggalan atas sebuah peristiwa berdasarkan masa pemerintahan dari raja Persia, Artaxerxes, namun sayangnya ada 2 raja yang bernama Artaxerxes, yang hidup pada abad ke-5 SM serta ke-4 SM, sehingga akan sulit untuk menentukan waktu dari peristiwa ini. Selain itu rentetan peristiwa juga tidak disajikan dalam urutan kronologis.

Kitab Ezra dibuka dengan dekrit raja Cyrus serta daftar panjang dari orang-orang yang kembali ke Yehuda, pada tahun 538 SM. Mereka dipimpin oleh Sesbazar; dan diantara orang-orang ini terdapat Imam Yeshua dan Zerubabbel cucu dari raja Yoyakim yang merupakan keturunan Daud terakhir, anda dapat membayangkan bagaimana pengharapan di hati banyak orang Yehuda.

Pada bab 3 Ezra menceritakan tentang persembahan qurban dilakukan pada altar yang telah dibangun kembali, dan dimulai proses pembangunan Bait Allah, kemungkinan pada tahun 521 SM :

Ezra 3:10
10. Pada waktu dasar bait suci YAHWEH diletakkan oleh tukang-tukang bangunan, maka tampillah para imam dengan memakai pakaian jabatan dan membawa nafiri, dan orang-orang Lewi, bani Asaf, dengan membawa ceracap, untuk memuji-muji YAHWEH, menurut petunjuk Daud, raja Israel.
11. Secara berbalas-balasan mereka menyanyikan bagi YAHWEH nyanyian pujian dan syukur: "Sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya kepada Israel!" Dan seluruh umat bersorak-sorai dengan nyaring sambil memuji-muji YAHWEH, oleh karena dasar rumah YAHWEH telah diletakkan.
12. Tetapi banyak di antara para imam, orang-orang Lewi dan kepala-kepala kaum keluarga, orang tua-tua yang pernah melihat rumah yang dahulu, menangis dengan suara nyaring, ketika perletakan dasar rumah ini dilakukan di depan mata mereka, sedang banyak orang bersorak-sorai dengan suara nyaring karena kegirangan.
13. Orang tidak dapat lagi membedakan mana bunyi sorak-sorai kegirangan dan mana bunyi tangis rakyat, karena rakyat bersorak-sorai dengan suara yang nyaring, sehingga bunyinya kedengaran sampai jauh.

Para generasi tua yang pernah menyaksikan kemegahan Bait Allah yang dibangun oleh raja Salomon meneteskan air mata, generasi muda berseru dengan gembira pada saat proses pembentukan Bait Allah yang baru.

Namun pembangunan ini tidak berjalan lancar, hal ini disebabkan oleh sikap permusuhan yang ditunjukkan oleh masyarat sekitar. Masyarakat ini disebut musuh dari Yehuda dan Benyamin. Dalam Bab 4,5,6 orang-orang Samaria menawarkan bantuan untuk proyek rekonstruksi, namun tawaran mereka ditolak, dan akibatnya orang-orang Samaria menunjukkan sikap permusuhan, dan membujuk pihak Persia untuk menghentikan proyek tersebut, Persia mendengar bujukan ini dan memerintahkan penghentian pembangunan.

Terdapat 2 nabi pada periode ini, yaitu Hagai dan Zakharia, dan ini adalah nabi kategori yang ke-4, yaitu nabi pasca-pembuangan. (Sebelumnya adalah nabi krisis Ashur - nabi krisis Babel - nabi di pembuangan).

Orang Yehuda ini lalu menghadap kepada raja Persia, Darius. Mereka memohon untuk diperiksa kembali dekrit Cyrus, setelah dektrit asli ditemukan, Darius menghormati kewajiban kerajaan, ia juga mensponsori secara finansial proyek tersebut, juga ikut menyumbangkan qurban. Hal ini terjadi sekitar tahun 515 SM dan perayaan Paskah dirayakan di Bait Allah.

Berikut Timeline Pada Periode Persia
539 sm : Raja Persia Cyrus Agung (Cyrus II, memerintah dari 550-530 sm) menaklukkan Babylon
538 sm : Cyrus mengizinkan bangsa Yehudah untuk kembali ke Yerusalem.
530 sm : Cambyses II (memerintah 530-522 sm) menggantikan Cyrus
525 sm : Cambyses II menaklukkan Mesir
522 sm : Darius I (memerintah 522-486 sm) menggantikan Cambyses II
520 sm : Zerubbabel diangkat menjadi gubernur atas provinsi Yehud Medinata, dan Joshua sebagai Imam Besar.
520-515 sm : Pembangunan Bait Allah yang ke-2 (Second Temple)
458 sm : Ezra kembali ke Yerusalem (tahun ke 7 Artaxerxes I (465-424 sm)
445/444 sm : Nehemiah kembali ke Yerusalem (tahun ke 20 Artaxerxes I)
387 sm : Alternatif tahun kembali Ezra jika Artaxerxes II (404-385 sm)
333/332 sm : Alexander Agung menaklukkan Mesopotamia - Permulaan zaman Hellenistik

Terdapat perselisihan sosial dalam komunitas restorasi ini, khususnya antara mereka yang tertinggal di Yehuda selama periode pembuangan dan orang-orang buangan yang kembali, yang meskipun jumlah mereka sedikit, namun mendapatkan dukungan kekaisaran Persia.

Orang-orang buangan ini menyebut diri mereka sebagai anak-anak pengasingan dan mereka menyebut penduduk lokal di Yehuda sebagai "penduduk negeri." Ini adalah sebuah istilah yang merendahkan, dan berkesan kasar. Mereka dianggap sama seperti bangsa-bangsa lain (non-Yahudi), dan mereka dianggap sebagai orang lain. Kita akan melihat beberapa pandangan yang berbeda mengenai identitas Yahudi yang akan muncul pada periode ini.

Pada pertengahan abad ke-5 SM terdapat figur baru yang bernama Nehemia - dia adalah seorang pejabat kekaisaran, seorang juru minuman kaisar (pejabat tinggi) Artaxerxes/Artahsasta di Susa, ibukota kerajaan, yang mungkin adalah seorang kasim.

Kitab Nehemia dibuka dengan penggambaran bagaimana Nehemia sangat sedih mendengar laporan mengenai kondisi orang-orang di Yerusalem, ia lalu meminta persetujuan kaisar untuk pergi ke Yerusalem dan membantu membangun kembali kota tersebut. Diperkirakan Nehemia ke Yerusalem sekitar tahun 445 SM, ia yang bertanggung jawab atas pembangunan kembali tembok kota. Namun ia mendapatkan pertentangan, dalam internal komunitas Yahudi, seorang nabi perempuan bernama Noaja/Noadiah, menentang hal tersebut.

Nehemia 6:14
Ya Allahku, ingatlah bagaimana Tobia dan Sanbalat masing-masing telah bertindak! Pun tindakan nabiah Noaja dan nabi-nabi yang lain yang mau menakut-nakutkan aku.

Selain itu terdapat pertentangan eksternal, dari tetangga orang-orang Yahudi, mereka adalah orang Samaria, orang Amon, dan orang Arab. Mereka menentang pembangunan tembok ini, mereka melihat hal itu sebagai usaha pembangkangan terhadap kekuasaan Persia. Nehemia bersikeras, dan mempersenjatai para pekerja tembok kota untuk melindungi diri dari serangan musuh. Pendirian tembok kota membantu Yerusalem berubah menjadi pusat perkotaan, dan akhirnya Nehemia ditunjuk menjadi gubernur Yehuda.

Nehemia diceritakan melakukan berbagai reformasi baik ekonomi maupun sosial, memperbaiki taraf kehidupan orang miskin dan ketertiban umum. Peran gubernur dari Nehemia bertumpang tindih dengan misi dari Ezra, dan aktivitas Ezra diceritakan baik dalam kitab Ezra maupun Nehemia. Beberapa ahli percaya jika sebenarnya mereka tidak tumpang tindih, namun hanya sebuah ilusi yang diciptakan oleh penulis.

Bab 4. Ezra: Pembubaran Ikatan Perkawinan Dengan Bangsa Asing & Pembaharuan Perjanjian.

Pada kitab Ezra bab 7, figur Ezra barulah diperkenalkan. Dia adalah seorang Yahuda yang menetap di Babel, dan berasal dari keluarga imam (Kohen), namun juga seorang juru tulis dan ahli dalam Taurat Musa. Ia di utus oleh kaisar Persia, Artaxerxes, melalui sebuah surat yang berbunyi :

Ezra 7:12-26
12. "Artahsasta, raja segala raja, kepada Ezra, imam dan ahli Taurat Allah semesta langit, dan selanjutnya. Maka sekarang,
13. olehku telah dikeluarkan perintah, bahwa setiap orang di dalam kerajaanku yang termasuk orang Israel awam, atau para imamnya atau orang-orang Lewi, dan yang rela pergi ke Yerusalem, boleh turut pergi dengan engkau.
14. Oleh karena engkau disuruh raja serta ketujuh orang penasihatnya untuk mengadakan penyelidikan mengenai Yehuda dan Yerusalem dengan berpedoman kepada hukum Allahmu yang menjadi peganganmu,
15. dan untuk membawa perak dan emas, yang diberikan raja serta para penasihatnya sebagai persembahan sukarela kepada Allah Israel, yang tempat kediaman-Nya di Yerusalem,
16. beserta segala perak dan emas yang akan kauperoleh di seluruh propinsi Babel, dengan persembahan sukarela yang akan dipersembahkan oleh rakyat dan para imam bagi rumah Allah mereka yang ada di Yerusalem,
17. maka oleh karena itu haruslah engkau dengan seksama memakai uang itu untuk membeli lembu-lembu jantan, domba-domba jantan, anak-anak domba dengan korban sajiannya dan korban curahannya, dan haruslah semuanya itu kaupersembahkan di atas mezbah di rumah Allahmu yang ada di Yerusalem.
18. Tetapi apa yang dianggap baik olehmu dan oleh saudara-saudaramu untuk diperbuat dengan perak dan emas yang selebihnya, boleh kamu perbuat sesuai dengan kehendak Allahmu.
19. Hanya perlengkapan-perlengkapan yang diserahkan kepadamu untuk ibadah di rumah Allahmu, sampaikanlah itu ke hadapan Allah di Yerusalem.
20. Dan yang lain yang masih diperlukan untuk rumah Allahmu, yang pembayarannya menjadi tanggunganmu, itu boleh kaubayar dari perbendaharaan kerajaan.
21. Kemudian aku, raja Artahsasta, telah mengeluarkan perintah kepada semua bendahara di daerah seberang sungai Efrat, begini: segala yang diminta dari padamu oleh imam Ezra, ahli Taurat Allah semesta langit, haruslah dilaksanakan dengan seksama,
22. dengan memakai perak sampai jumlah seratus talenta, gandum sampai jumlah seratus kor, anggur sampai jumlah seratus bat, minyak sampai jumlah seratus bat, dan garam tidak terbatas.
23. Segala sesuatu yang berdasarkan perintah Allah semesta langit, harus dilaksanakan dengan tekun untuk keperluan rumah Allah semesta langit, supaya jangan pemerintahan raja serta anak-anaknya kena murka.
24. Lagipula kami beritahukan kepadamu, bahwa tidaklah sah bila para imam, orang Lewi, penyanyi, penunggu pintu gerbang, budak di bait Allah dan para hamba rumah Allah dikenakan pajak, upeti atau bea.
25. Maka engkau, hai Ezra, angkatlah pemimpin-pemimpin dan hakim-hakim sesuai dengan hikmat Allahmu yang menjadi peganganmu, supaya mereka menghakimi seluruh rakyat yang diam di daerah seberang sungai Efrat, yakni semua orang yang mengetahui hukum Allahmu; dan orang yang belum mengetahuinya haruslah kauajar.
26. Setiap orang, yang tidak melakukan hukum Allahmu dan hukum raja, harus dihukum dengan seksama, baik dengan hukuman mati, maupun dengan pembuangan, dengan hukuman denda atau hukuman penjara."

Kaisar menugaskan ia untuk ke Yerusalem guna mengawasi pembangunan kuil, serta memastikan agar hukum Musa ditegakkan di provinsi Yudea. Ia diangkat sebagai hakim dan ahli Taurat untuk menjaga ketertiban sipil dan moralitas warga. Dia mendapatkan dukungan dari kekaisaran Persia untuk melembagakan hukum Musa sebagai standar dan norma bagi masyarakat di Yerusalem.

Ini adalah prosedur standar dalam kekaisaran Persia untuk mencari bawahan yang loyal, yang bertugas untuk mengatur kehidupan ibadah (kultus) serta tradisi turun-temurun masyarakat setempat, dan figur Ezra harus dipahami seperti hal tersebut.

Ezra juga ditugaskan untuk membawa sejumlah harta benda berupa perak dan emas untuk kuil Yerusalem. Naskah Alkitab menulis bahwa Ezra membawa salinan taurat Musa yang menjadi sumber pengatur dan penyatu kehidupan masyarakat Yahudi.

Reformasi yang di bawa oleh Ezra bertujuan untuk memperkuat identitas keagamaan dari orang-orang Yehuda. Dia ingin merevitasalisasi semangat dan mencegah penurunan standar hukum Musa. Dan kebijakan utama yang ia perintahkan adalah untuk memisahkan segala perkawinan campur dengan orang asing serta memperbaharui perjanjian.

Ezra dituliskan sangat tertekan ketika menemukan banyak dari orang-orang yang kembali dari pengasingan menikah dengan wanita asing, kita mengasumsikan sebagai orang non-Israel, walau ini juga tidaklah jelas. Karena kadang kala kata "penduduk negeri" merujuk pada orang Yehuda yang tertinggal dan tidak ikut diasingkan, mungkin mereka di mata Ezra telah kehilangan standar hukum Musa, dan mungkin pula karena para wanita ini mempraktekkan penyembahan berhala.

Pada bab 9 dan 10, diceritakan tentang usaha ini, ia berdoa pada Yahweh untuk mengampuni orang-orang atas pelanggaran tersebut, dan kemudian pada sebuah pertemuan besar, ia memerintahkan orang-orang untuk menceraikan istri asing mereka. Hal ini sebenarnya bukan hukum yang jelas terbaca dalam Taurat. Pelarangan untuk menikahi wanita asing adalah inovasi dari Ezra, dan hal ini akan kita lihat kemudian, bahwa konsep ini tidak diterima secara universal.

Insiden perkawinan campur ini mungkin sangat tinggi, hal ini terlihat dari fakta bahwa dibutuhkan masa hingga beberapa bulan guna mengidentifikasi orang-orang yang telah kawin campur, guna mengusir istri dan anak mereka. Bahkan para imam turut terlibat dalam praktek perkawinan campur ini (mereka tidak melihatnya sebagai sebuah pelanggaran). Pada 2 kuliah berikutnya kita akan melihat perspektif lain mengenai integrasi kelompok asing dalam masyarakat Yahudi.

Pada bagian doa Ezra kepada Allah dianggap merupakan sebuah presentasi menarik mengenai interpretasi tokoh Ezra terhadap sejarah Israel serta naskah-naskah kuno sebelumnya, yang juga merupakan sebuah respon tentang bencana yang menimpa Israel. Dan hal itu merupakan contoh lain dari penafsiran dari lingkaran dalam Alkitab itu sendiri: dari lapisan generasi yang lebih baru yang mencoba menggali tradisi kuno dalam naskah Alkitab kemudian menafsirkan mereka, atau menafsirkan ulang kitab tersebut.

Ezra 9:1-15
1. Sesudah semuanya itu terlaksana datanglah para pemuka mendekati aku dan berkata: "Orang-orang Israel awam, para imam dan orang-orang Lewi tidak memisahkan diri dari penduduk negeri dengan segala kekejiannya, yakni dari orang Kanaan, orang Het, orang Feris, orang Yebus, orang Amon, orang Moab, orang Mesir dan orang Amori.
2. Karena mereka telah mengambil isteri dari antara anak perempuan orang-orang itu untuk diri sendiri dan untuk anak-anak mereka, sehingga bercampurlah benih yang kudus dengan penduduk negeri, bahkan para pemuka dan penguasalah yang lebih dahulu melakukan perbuatan tidak setia itu."
3. Ketika aku mendengar perkataan itu, maka aku mengoyakkan pakaianku dan jubahku dan aku mencabut rambut kepalaku dan janggutku dan duduklah aku tertegun.
4. Lalu berkumpullah kepadaku semua orang yang gemetar karena firman Allah Israel, oleh sebab perbuatan tidak setia orang-orang buangan itu, tetapi aku tetap duduk tertegun sampai korban petang.
5. Pada waktu korban petang bangkitlah aku dan berhenti menyiksa diriku, lalu aku berlutut dengan pakaianku dan jubahku yang koyak-koyak sambil menadahkan tanganku kepada Yahwe, Allahku,
6. dan kataku: "Ya Allahku, aku malu dan mendapat cela, sehingga tidak berani menengadahkan mukaku kepada-Mu, ya Allahku, karena dosa kami telah menumpuk mengatasi kepala kami dan kesalahan kami telah membubung ke langit.
7. Dari zaman nenek moyang kami sampai hari ini kesalahan kami besar, dan oleh karena dosa kami maka kami sekalian dengan raja-raja dan imam-imam kami diserahkan ke dalam tangan raja-raja negeri, ke dalam kuasa pedang, ke dalam penawanan dan penjarahan, dan penghinaan di depan umum, seperti yang terjadi sekarang ini.
8. Dan sekarang, baru saja kami alami kasih karunia dari pada Yahweh, Allah kami yang meninggalkan pada kami orang-orang yang terluput, dan memberi kami tempat menetap di tempat-Nya yang kudus, sehingga Allah kami membuat mata kami bercahaya dan memberi kami sedikit kelegaan di dalam perbudakan kami.
9. Karena sungguhpun kami menjadi budak, tetapi di dalam perbudakan itu kami tidak ditinggalkan Allah kami. Ia membuat kami disayangi oleh raja-raja negeri Persia, sehingga kami mendapat kelegaan untuk membangun rumah Allah kami dan menegakkan kembali reruntuhannya, dan diberi tembok pelindung di Yehuda dan di Yerusalem.
10. Tetapi sekarang, ya Allah kami, apa yang akan kami katakan sesudah semuanya itu? Karena kami telah meninggalkan perintah-Mu,
11. yang Kauperintahkan dengan perantaraan hamba-hamba-Mu, para nabi itu, dengan berfirman: Negeri yang kamu masuki untuk diduduki adalah negeri yang cemar oleh karena kecemaran penduduk negeri, yakni oleh karena kekejian yang mereka lakukan dengan segala kenajisan mereka di segenap negeri itu dari ujung ke ujung.
12. Jadi sekarang janganlah kamu memberikan anak-anak perempuanmu kepada anak lelaki mereka, ataupun mengambil anak-anak perempuan mereka untuk anak-anak lelakimu. Janganlah kamu mengikhtiarkan kesejahteraan dan kebahagiaan mereka untuk selama-lamanya, supaya kamu menjadi kuat, mengecap hasil tanah yang baik, dan mewariskan tanah itu kepada anak-anakmu untuk selama-lamanya.
13. Sesudah semua yang kami alami oleh sebab perbuatan kami yang jahat, dan oleh sebab kesalahan kami yang besar, sedangkan Engkau, ya Allah kami, tidak menghukum setimpal dengan dosa kami, dan masih mengaruniakan kepada kami orang-orang yang terluput sebanyak ini,
14. masakan kami kembali melanggar perintah-Mu dan kawin-mengawin dengan bangsa-bangsa yang keji ini? Tidakkah Engkau akan murka kepada kami sampai kami habis binasa, sehingga tidak ada yang tinggal hidup atau terluput?
15. Ya Yahweh, Allah Israel, Engkau maha benar, sebab kami masih dibiarkan tinggal sebagai orang-orang yang terluput, seperti yang terjadi sekarang ini. Lihatlah, kami menghadap hadirat-Mu dengan kesalahan kami. Bahwasanya, dalam keadaan demikian tidak mungkin orang tahan berdiri di hadapan-Mu."

Jadi argumen Ezra, pada awalnya mengikuti pandangan Deuteronomistis. Perjalanan sejarah Israel yang tragis mencerminkan penghakiman Allah atas dosa mereka, walau mereka telah diberi berkah serta penangguhan penghukuman, bahkan hukuman tersebut belum sepenuhnya layak. Kemudian ia mengikuti juga pandangan kenabian dipembuangan. Perjanjian Allah belum sepenuhnya dibatalkan. Namun ia melihat sesuatu yang ia identifikasi sebagai dosa yang menyebabkan Israel di hukum. Israel telah bercampur - ini adalah istilah yang sering ia ungkapkan - Benih kudus Israel telah tercampur melalui perkawinan dengan penduduk negeri, yang mungkin berarti orang asing, namun mungkin juga dengan beberapa orang Yehuda yang tidak ikut dipembuangan dan telah mengadopsi adat-istiadat tetangga mereka.

Dan jika memandang perjalanan sejarah sebagai panduan, ia memperingatkan komunitas Yahudi, akan resiko yang akan menimpa mereka, dari praktik kawin campur dengan orang-orang yang akan menjatuhkan mereka ke dalam penyembahan dewa-dewa lain serta prilaku menjijikan lainnya.

Ia menegaskan saat ini Allah tidak akan lagi bermurah hati terhadap sisa-sisa Israel. Jadi belajarlah dari sejarah. Kita pernah berdosa melalui kawin campur, dan hal tersebutlah yang membuat kita diasingkan. Jika kita mengulangnya, kali ini kita akan di hukum dan tidak lagi memiliki pengharapan.

Jadi penafsiran akan peraturan Musa tentang pernikahan adalah sebuah perluasan. Taurat tidak melarang perkawinan campur dengan penduduk asli Kanaan pada saat penaklukkan, dasar pemikiran seperti itu adalah mereka akan menjatuhkan Israel kedalam praktik pagan yang menjijikkan, pengorbanan anak, dan sebagainya. Namun demikian terdapat ketentuan hukum tentang bagaimana menikahi seorang tawanan wanita Kanaan.

Taurat juga melarang perkawinan campur dengan orang asing dengan menyebut secara spesifik etnisitas mereka, yaitu Moab dan Amon, hal ini dikarenakan perlakuan kejam mereka terhadap orang Israel, ketika melintasi negeri tersebut dalam perjalanan dari  Mesir menuju tanah Kanaan.

Pelarangan dengan wanita Mesir hanya sampai generasi ke-3. Namun tidak ada larangan menikah dengan orang asing lainnya - Fenesia/Phoenician, Arab - asalkan mereka ikut memasuki perjanjian dengan Yahweh, serta tidak membujuk Israel kepada penyembahan dewa-dewa lain. Alasan dalam Taurat adalah selalu karena prilaku dan moralitas. Jika seseorang akan menyesatkanmu ke dalam praktik terlaran, namun kawin campur tidaklah secara total dilarang.

Namun demikian para raja-raja Israel kerap kali mengawini perempuan asing. Banyak dari raja Israel adalah keturunan dari wanita asing ini. Identitas mereka masih sepenuhnya Israel yang berasal dari garis lelaki. Dan Ezra kini berusaha untuk melindungi identitas keagamaan Israel, fanatik terhadap Yahweh akan menghindarkan mereka dari murka-Nya. Ia membuat penafsiran dan menyebarkan pelarangan ini terhadap segala jenis perkawinan campur. Israel tidak boleh membuat kesalahan yang sama dua kali.

Identitas Israel dalam pemahaman Ezra sangat ketat, Seseorang disebut Israel jika ibu dan ayahnya adalah Israel, kedua orang tuanya harus berasal dari "benih suci." Istilah benih suci diciptakan pada masa Ezra dan menjadi dasar untuk pelarangan perkawinan dan hal ini bersifat permanen dan universal.

Hal kedua yang dilakukan Ezra adalah memperbaharui Perjanjian Musa. Hal ini dituliskan pada kitab

Nehemia 8
1. (8-2) maka serentak berkumpullah seluruh rakyat di halaman di depan pintu gerbang Air. Mereka meminta kepada Ezra, ahli kitab itu, supaya ia membawa kitab Taurat Musa, yakni kitab hukum yang diberikan Yahweh kepada Israel.
2. (8-3) Lalu pada hari pertama bulan yang ketujuh itu imam Ezra membawa kitab Taurat itu ke hadapan jemaah, yakni baik laki-laki maupun perempuan dan setiap orang yang dapat mendengar dan mengerti.
3. (8-4) Ia membacakan beberapa bagian dari pada kitab itu di halaman di depan pintu gerbang Air dari pagi sampai tengah hari di hadapan laki-laki dan perempuan dan semua orang yang dapat mengerti. Dengan penuh perhatian seluruh umat mendengarkan pembacaan kitab Taurat itu.
4. (8-5) Ezra, ahli kitab itu, berdiri di atas mimbar kayu yang dibuat untuk peristiwa itu...
....
13. (8-14) Pada hari yang kedua kepala-kepala kaum keluarga seluruh bangsa, juga para imam dan orang-orang Lewi berkumpul pada Ezra, ahli hukum Taurat itu, untuk menelaah kalimat-kalimat Taurat itu.
14. (8-15) Maka didapatinya tertulis dalam hukum yang diberikan Yahweh dengan perantaraan Musa, bahwa orang Israel harus tinggal dalam pondok-pondok pada hari raya bulan yang ketujuh,
15. (8-16) dan bahwa di semua kota mereka dan di Yerusalem harus disampaikan berita dan pengumuman yang berbunyi: "Pergilah ke gunung, ambillah daun pohon zaitun, daun pohon minyak, daun pohon murad, daun pohon korma dan daun dari pohon-pohon yang rimbun guna membuat pondok-pondok sebagaimana tertulis."
16. (8-17) Maka pergilah orang mengambil daun-daun itu, lalu membuat pondok-pondok, masing-masing di atas atap rumahnya, di pekarangan mereka, juga di pelataran-pelataran rumah Allah, di lapangan pintu gerbang Air dan di lapangan pintu gerbang Efraim.
17. (8-18) Seluruh jemaah yang pulang dari pembuangan itu membuat pondok-pondok dan tinggal di situ. Memang sejak zaman Yosua bin Nun sampai hari itu orang Israel tidak pernah berbuat demikian. Maka diadakanlah pesta ria yang amat besar.
18. (8-19) Bagian-bagian kitab Taurat Allah itu dibacakan tiap hari, dari hari pertama sampai hari terakhir. Tujuh hari lamanya mereka merayakan hari raya itu dan pada hari yang kedelapan ada pertemuan raya sesuai dengan peraturan.

Mungkin orang-orang yang berkumpul tersebut, tidak lagi memahami bahasa Ibrani klasik dari kitab yang dibacakan, dan dengan bantuan Ezra serta asistennya diterjemahkan kedalam bahasa Aramaik yang saat itu adalah lingua franca (bahasa nasional) di kekaisaran Persia. Kita tidak dapat memastikan apa yang Ezra tampilkan sebagai Taurat Musa, mungkin saja itu adalah yang kita miliki saat ini. Paham Deuteronomistis (D) dan Priestly (P) sangat kuat tercermin dalam karakter Ezra. Ia mengutip dan merujuk pada pemahaman ini, kemudian menafsirkan serta menerapkan pemahaman tersebut dalam cara baru.

Dalam banyak hal, Taurat telah menjadi dasar dan standar - tentu saja hal ini dengan dukungan penuh dari kekaisaran Persia - bagi masyarakat Yahudi pada masa kemudian. Berdasarkan naskah diatas, perayaan festival diadakan beberapa minggu kemudian yang disertai dengan pengajaran secara terbuka mengenai hukum Taurat, serta pembacaan mengenai sejarah Israel yang sekali lagi meletakkan penekanan khusus akan kewajiban dan hutang Israel kepada Yahweh.

Bab 5. Bencana Sebagai Peringatan Dalam Kitab Ezra dan Nehemia.

Pembacaan sejarah seperti yang tertulis pada Nehemia 9 adalah sebuah penafsiran akan musibah yang siap Israel hadapi; hal ini konsisten dengan isi doa Ezra. Yahweh telah memberikan berkah bagi Israel, namun Israel menantang dan memberontak terhadap Yahweh, membunuh nabi-nabi Yahweh (Nehemia 9:26) yang telah memperingati mereka untuk kembali kepada perjanjian; dan Yahweh akhirnya menghukum mereka, namun karena belas kasih-Nya, Ia tidak meninggalkan Israel.

Hal tersebut adalah awal untuk menegaskan komitmen baru untuk sebuah perjanjian yang akan dijabarkan secara rinci dalam Nehemia 10. Bagian ini dibuka dengan daftar pejabat: orang-orang Lewi, para imam dan pemuka masyarakat, yang mana mereka kemudian dikatakan pada

Nehemia 10:29-30
29. menggabungkan diri dengan saudara-saudara mereka, yakni pemuka-pemuka mereka itu. Mereka bersumpah kutuk untuk hidup menurut hukum Allah yang diberikan dengan perantaraan Musa, hamba Allah itu, dan untuk tetap mengikuti dan melakukan segala perintah Yahweh, yakni Tuhan kami, serta segala peraturan dan ketetapan-Nya.
30. Pula kami tidak akan memberi anak-anak perempuan kami kepada penduduk negeri, ataupun mengambil anak-anak perempuan mereka bagi anak-anak lelaki kami.

Kemudian kita melihat berbagai kewajiban seperti mentaati hari serta tahun Sabat, menjaga kelangsungan Kuil Yerusalem. Ezra dan Nehemia sangat bersemangat dalam pekerjaan mereka untuk membuat sebuah perjanjian baru, dan dalam pandangan mereka, yang menjadi inti dari perjanjian adalah pelarangan kawin campur dan keutamaan hari Sabat. Satu hal yang yang penting adalah praktik sunat, 3 fitur tersebut yang mengidentifikasi seorang sebagai etnis Yahudi di dunia kuno.

Dalam tulisan-tulisan bangsa Yunani ketika mereka membicarakan tentang orang Yahudi maka akan terdapat 3 fitur ini :
mereka adalah orang-orang bersunat, terdapat 1 hari dalam seminggu dimana mereka tidak akan bekerja, dan mereka tidak menikah di luar kelompok mereka.

Reformasi yang dilakukan Ezra dan Nehemia adalah respon dari perjalanan sejarah yang menimpa Israel. Apa yang telah terjadi sebelumnya tidak boleh dibiarkan kembali terjadi, kisah tragis tersebut dipandang sebagai peringatan. Hal tersebut memicu orang-orang untuk membuat perubahan untuk terhindar dari bencana yang terulang.

Hanya ada satu cara untuk menjamin kelangsungan Israel dan tidak lagi dihancurkan. Mereka harus hidup sesuai dengan perjanjian, dan mendedikasikan diri mereka untuk perjanjian serta tulus dalam pengabdian kepada Yahweh, Allah mereka. Israel harus dicegah dari kesesatan terhadap keyakinan dan praktik berhala bangsa tetangga mereka, dan kebijakan ketat serta pemisahan harus ditegakkan.

Satu hal yang menarik adalah dalam tradisi Yahudi, di mana mereka sering menyebut mengenai fenomena penyembahan berhala melanda Israel pada Periode Bait Allah Pertama, namun pada Periode Bait Allah Kedua hal ini tidak terjadi sekali pun. Dan orang-orang Yahudi  juga memperoleh reputasi di dunia kuno akan paham monotheisme mereka yang sangat ketat. Anda akan menemukan dalam tulisan kuno pada periode ini kalimat : "mereka tidak akan menyembah dewa lain, serta kepada raja kita."

Reformasi Ezra dan Nehemia ini, mendapat dukungan penuh oleh kaisar Persia, dan hal tersebut sangat membantu untuk menciptakan serta melestarikan, identitas nasional dan keagamaan bagi orang-orang Yahudi pada masa genting. Walau demikian reformasi ini tidak diterima secara universal, kita akan melihat berbagai penolakan dan ketidakpuasan.

Terdapat karya lain yang mengungkapkan sebuah sikap oposisi dari praktik pemisahan ini. Yesaya 56:1-7, pasal ini menyatakan secara eksplisit tentang orang asing yang telah menggabungkan diri kepada Yahweh dan tidak dilarang. Mereka diterima di kuil; mereka bahkan dapat melayani dihadapan Yahweh.

Ada banyak bukti sejarah untuk asimilasi asing dalam komunitas Yahudi yang terjadi sepanjang waktu. Kita mengenal sebuah keluarga yang bernama Tobiad, mereka awalnya adalah orang Amon lalu menjadi Yahudi. Dan etnis ini secara eksplisit dilarang untuk masuk menjadi jemaat pada kitab Ulangan. Dalam kuliah terakhir kita akan berfokus pada berbagai ragam pendekatan mengenai identitas Israel atau Yahudi serta hubungannya dengan dunia luar.

Dengan jerih payah Ezra, Taurat menjadi norma resmi dan menjadi otoritas bagi Israel, demikian pula Yudaisme menjadi selangkah lebih maju untuk menjadi agama berdasarkan Kitab Suci. Walau demikian hal ini tidak disertai dengan timbulnya satu set keyakinan dan praktik keagamaan yang tunggal.

Mengadopsi Taurat sebagai norma komunal hanya berada pada level tertentu dan terdapat banyak variasi penafsiran akan Kitab Suci yang cukup dramatis. Pada masa Periode Persia hingga Helenistik banyak terdapat kelompok berbeda yang mengklaim praktik dan kepercayaan mereka berdasarkan kitab suci. (Contoh yang terkenal adalah kelompok Saduki dan Farisi)

Jadi singkatnya, Ezra telah menyatukan Israel dalam sebuah naskah umum, namun ia tidak menyatukan mereka dalam interpretasi akan naskah tersebut.

Kembali ke Index Artikel

Apakah Abraham Berasal Dari Ur atau Haran?

Abraham berasal dari kota Haran dan bukan dari kota Ur-Kasdim, ya itulah pendapat beberapa para ahli biblikal moderen, mengapa mereka berpen...