Rabu, 23 November 2016

Pengantar Alkitab Ibrani (14)

Kuliah 14 - Kelompok Sejarawan Deutronomis : Reaksi Terhadap Bencana (I & II Raja-Raja) [Oktober 25, 2006]

Bab 1. Kejujuran Tanpa Kompromi Dari Kisah Daud.

Terakhir kita membahas tentang kisah pembentukan kerajaan di Israel, dan saya ingin bercerita sedikit tentang beberapa fitur dari kerajaan ini. Salah satu hal yang paling penting tentang kerajaan itu, adalah sang raja tidak memiliki fitur illahi, atau bahkan berstatus semi-illahi, tidak seperti raja di Mesir.

Sesekali, ia mempersembahkan qurban tapi ia tidak memainkan peran reguler dalam ritual kultus. Ideologi kerajaan Israel meminjam ideologi kerajaan di Kanaan. Raja dikatakan ditunjuk oleh dewa untuk mengakhiri kejahatan dan membawa pengharapan, ia adalah saluran kemakmuran dan sebuah berkat illahi bagi bangsa.

Mengenai konsep anak Allah, ia tidak berarti memiliki unsur ketuhanan, hal tersebut hanyalah sebuah adalah metafora. Hal ini seringkali digunakan kepada dewa-dewa Kanaan pula, untuk mengungkapkan hubungan khusus antara raja dan dewa. Sama seperti hubungan perjanjian antar negara berdaulat dan negeri vassal nya. Metafora ini seperti anak yang melayani bapa nya, secara setia, namun ia juga rentan mendapatkan hukuman dari bapa. Dan ini lah yang kita lihat pada pernyataan nubuat nabi Nathan kepada Daud.

2 Samuel 7:14
Aku akan menjadi Bapanya, dan ia akan menjadi anak-Ku. Apabila ia melakukan kesalahan, maka Aku akan menghukum dia dengan rotan yang dipakai orang dan dengan pukulan yang diberikan anak-anak manusia.

Michael Coogan menunjukkan bahwa gagasan dari konsep raja sebagai putera Yahweh adalah revolusioner. Ia adalah upaya yang disengaja untuk menggantikan pemahaman sebelumnya yang mana seluruh bangsa Israel adalah anak Yahweh. Anda mengingat pada peristiwa 7 tulah di Mesir, Yahweh berkata Firaun telah menindas anak sulung-Nya, Israel. Dan sekarang raja sebagai anak Yahweh berdiri diantara Yahweh dan seluruh bangsa secara keseluruhan.

Sekarang kita membahas tentang karakter Daud dan Salomon. Daud merupakan tokoh penting setelah Musa; Dalam Alkitab pembahasan tentang Daud adalah ke-2 terpanjang setelah Musa.

Terdapat 3 karakteristik Daud yang mencolok, yaitu ia sangat menonjol dalam bidang musik dan puisi; militer; Ia juga seorang politis yang handal. Kita akan melihat bahwa pada tradisi kemudian, kitab Mazmur diattributkan kepada Daud.

Daud dikatakan menjadikan simbol pemilihan Yahweh atas dirinya serta keturunannya untuk memerintah Israel untuk selama-lamanya. Serta Daud lah yang menciptakan gagasan ibukota kerajaan. Dia merebut kota Yerusalem dari orang Yebus - ia adalah sebuah kota perbatasan yang bebas dari asosiasi kesukuan Israel.

Ia menaklukkan dan menamainya sebagai kota Daud, dan dipahami sebagai kota pilihan, dimana Yahweh membuat namanya berdiam, ia menjadi simbol dari kerajaan Israel dan Dinasti Daud.

Tabut Perjanjian dipindahkan Daud ke Yerusalem, ia merencanakan sebuah kuil untuk menjadi tempat permanen bagi Tabernakel, namun kuil ini akan dibangun oleh Salomon. Jadi Daud lah yang memulai tradisi Yerusalem sebagai kota suci.

Hingga bagian ini penilaian Alkitab terhadap Daud relatif masih positif, namun perubahan akan terjadi setelah ia naik tahta yakni di sekitar 2 Samuel 9-20 dan pada bab awal dari kitab 1 Raja-Raja, ini adalah narasi yang dikenal sebagai Sejarah Istana.

Dalam kisah itu tersiratkan tentang peristiwa suksesi raja Israel setelah Daud. Ia mempunyai banyak anak, namun satu per satu anaknya terbunuh dalam berbagai peristiwa, hingga yang tersisa adalah Salomon.

Terdapat banyak karakter utama dan minor dalam drama ini, ia adalah drama yang sangat kompleks, terdapat banyak intrik dan konflik, dan disana terdapat juga potret lain dari karakter Daud. Ia adalah orang yang lemah, penuh keragu-raguan, dia seperti sesuatu yang anti-hero.

Daud sekarang tinggal di istana, dan bukan dia yang memimpin peperangan. Dia juga terlibat dalam hubungan terlarang dengan istri bawahannya, yakni Betsyeba istri Uria yang merupakan salah satu dari 37 pahlawan Daud.

Daud mengatur rencana agar Uria mati terbunuh dalam pertempuran untuk menutupi perselingkuhannya. Ini adalah tindakan perzinahan dan pembunuhan yang menyebabkan ia ditegur oleh nabi Nathan. Dan Yahweh menghukum Daud dengan kematian anak-anaknya. Dan ini adalah titik dalam cerita di mana Daud kehilangan kendali, dan akhirnya menuju kepada konflik dan pemberontakan.

Terdapat sebuah pemberontakan yang di pimpin oleh Absalom, anak Daud. Menurut sejarawan Deuteronomis pemberontakan ini adalah hukuman atas perselingkuhan Daud dan Betsyeba. Ketika pemberontakan terjadi, Daud melarikan diri dari musuh-musuhnya, mahkotanya direbut, ia dipermalukan.

Namun ketika Absalom terbunuh oleh perwira Daud, ia menangisi kematian Absalom dengan berlebihan, dan yang paling fatal ia malah menunjukkan kemarahannya kepada para pendukungnya, yang justru berjuang membantu mengatasi Absalom.

Dan Daud selebihnya menjadi raja yang impoten dan pikun. Bahkan Nabi Nathan dan Betsyeba berkomplotan untuk mengangkat Salomon, anak Betsyeba menjadi raja menggantikan Daud. Walau tidak ada indikasi illahi atas pemilihannya. Segala sesuatu terjadi berdasarkan intrik-intrik antar kelompok di istana. Serta terdapat tanda-tanda permusuhan dan perpecahan dari suku-suku di utara.

Sejarah di istana Daud adalah sebuah maha karya yang sangat indah, ia memiliki beberapa karakter yang menarik. Tokoh-tokohnya bertindak karena tergoda oleh kekuasaan, hasrat sexual, dan saling berseteru. Disana terdapat drama cinta dan kriminalitas.

Ia seperti drama psikologi yang realistis. Ia juga seakan menceritakan segala sesuatu apa adanya tanpa kompromi, kita tidak melihat hal seperti ini dalam karya para sejarawan lain di zaman tersebut. Daud digambarkan dengan penuh sifat manusiawi. Unsur-unsur sanjungan dan penyembunyian aib, biasa anda temukan dalam literatur sejarah di banyak dinasti Timur-Tengah kuno.

Ini mungkin adalah sebuah kritik atas klaim raja secara illahi, dan sang penulis ingin menekankan bahwa Daud, dan juga Salomon, tidaklah illahi, mereka tunduk pada kesalahan dan kelemahan yang menjadi ciri manusia.

Usaha sanjungan dan penyembunyian aib dapat anda temukan dalam kitab Tawarikh, ia berusaha menceritakan kembali dari materi ini, dan mereka membersihkan karakter Daud. Anda tidak menemukan kisah Batsyebah disana. Segala macam kelemahan Daud sang pahlawan nasional tersembunyi disana.

Bab 2. Kitab Raja-Raja I, II.

Dalam kitab Raja-Raja 1 & 2, kita melihat sejarah monarki Israel dari bertahtanya Daud hingga runtuhnya kerajaan Yehuda di 587/586 SM dan pengasingan ke Babel. Kitab ini nampaknya berdasarkan sumber-sumber yang lebih tua. Beberapa tertulis secara implisit seperti kitab riwayat Salomon, kitab sejarah raja-raja Israel & kitab sejarah raja-raja Yehuda.

Praktik pembuatan catatan tahunan dan sejarah serta pengarsipannya adalah hal umum dilakukan oleh banyak istana kerajaan di Timur-Tengah kuno. Tidak ada alasan untuk berasumsi bahwa hal ini tidak dilakukan di kerajaan Israel.

Catatan sejarah itu biasanya berupa peristiwa atau kejadian penting di masa pemerintahan seorang raja. Mereka umumnya tidak memiliki banyak narasi.
Dan pada kitab 1 Raja-Raja 1-16 memiliki kesamaan, ia merupakan serangkaian reportase dari peristiwa.

Dan pada 1 Raja-Raja 17 hingga 2 Raja-Raja 9, terdapat perbedaan gaya, dari gaya sejarah yang melaporkan berbagai peristiwa pada masa raja, menjadi narasi yang lebih berkembang dengan menampilkan karakter nabi-nabi.

Beberapa narasi ini akan beredar secara independen, menjadi kisah khusus, misalnya pada kisah Elia dan Elisa. Nabi-nabi ini adalah pemuja Yahweh yang fanatik. Mereka mungkin adalah para pahlawan lokal dan kisah ini beredar secara terpisah, namun mereka dimasukkan kedalam kitab ini karena memiliki kerangka yang sesuai dengan ideologi dan perspektif keagamaan dari sejarawan Deuteronomis.

Pada 1 Raja-Raja 2, diceritakan tentang pesan terakhir Daud sebelum meninggal, kepada anaknya Salomon. Ia memerintahkan Salomon utuk membunuh semua lawan-lawannya, dan pada ayat 12 kita membaca bahwa Salomon setelah meneruskan tahta dari ayahnya Daud, membuat kerajaan menjadi mapan.

Perubahan secara fundamental juga terjadi dalam masyarakat Israel. Dari konfederasi kesukuan yang disatukan oleh perjanjian, sekarang kita melihat sebuah bangsa dengan pemerintahan terpusat, yang dipimpin oleh seorang raja.

Dan raja tersebut memiliki perjanjian khusus dengan Allah. Jika dahulu seorang pemimpin kharismatik yang muncul dari berbagai suku, kini kita memiliki seorang raja dari satu suku atau keluarga. Dan Alkitab mewariskan peristiwa ini menjadi sebuah ketegangan antara gagasan kuno tentang perjanjian antar konferedasi, atau kita kenal sebagai theologi perjanjian, dan gagasan baru yaitu ideologi monarki. Ideologi ini mengkombinasinak loyalitas kepada Yahweh dan juga tahta raja, jadi pengkhianatan atau pemberontakan terhadap raja yang telah diurapi Yahweh adalah juga pemberontakan terhadap Allah.

Seorang ahli biblikal bernama Jon Levenson dalam bukunya "Sinai & Zion" membahas secara rinci tentang ideologi Sinai dan ideologi monarki (Zion). Ia mengatakan bahwa terdapat pertentangan antara ideologi ini.

Dimana dalam ideologi Sinai, Yahweh adalah raja. Selain itu Ideologi Sinai menyiratkan pandangan negatifnya terhadap ideologi monarki, itulah yang kita lihat pada kitab Hakim-Hakim dan Samuel. Monarki adalah penolakan terhadap Yahweh. Namun demikian monarki akhirnya berdiri di Israel, dan Levenson memandang ideologi monarki adalah hasil pengembangan untuk mendukung institusi kerajaan dan hal ini adalah sebuah revolusi keagamaan di Israel. Dimana terdapat perjanjian antara Yahweh dan Daud seorang, sang raja.

Perjanjian Daud menurut Moshe Weinfeld adalah sebuah perjanjian hibah. Model demikian juga dapat ditemukan di kebudayaan kuno Timur-Tengah. Hibah yang merupakan hadiah bagi sebuah loyalitas dan pelayanan. Dan Yahweh menghadiahi Daud dengan sebuah dinasti yang tak berkesudahan.

Hal ini kontras dengan perjanjian Sinai, dimana terdapat syarat antara Israel kepada Yahweh, jika terdapat pelanggaran, maka Yahweh akan menyingkirkan mereka dari Tanah Perjanjian. Namun pada Perjanjian Daud, keturunannya akan tetap mewarisi Israel. Ideologi monarki juga menciptakan beberapa kepercayaan lain, seperti keistimewaan dinasti Daud, Yerusalem, gunung Zion & Bait Allah.

Beberapa penjelasan lain tentang perbedaan Ideologi Sinai & Zion adalah dalam hal aspek geografi, dimana kerajaan utara, yang kemudian memisahkan diri dari kerajaan selatan, mereka menolak dinasti Daud dan menentang ideologi Monarki/Daud serta menekankan pada ideologi Sinai. Sementara kerajaan Selatan mengusung ideologi Zion.

Pendapat berbeda muncul dari Levenson yang menolak semua penjelasan diatas. Dia mengatakan bahwa baik ideologi Sinai dan Zion hidup secara berdampingan, dan ideologi Zion menyerap ideologi Sinai, dan dinasti Daud diharuskan untuk melaksanakan semua instruksi Torah. Raja sendiri tidak terlepas dari perjanjian Sinai, dan jika ia melanggarnya maka ia akan dihukum.

Salomon anak Daud, mendapatkan penilaian yang unik dari para sejarawan Deuteronomis. Ia mencapai tahta kerajaan melalui intrik, dan tidak ada indikasi pilihan illahi atasnya, namun dibawah kepemimpinan Salomon, Israel mencapai masa ke-emasan. Kerajaannya dikatakan membentang dari Mesir hingga sungai Efrat. Ia membuat aliansi politik dan ekonomi keseluruh wilayah perbatasan, menguatkan aliansi Israel - Mesir dengan menikahi putri Firaun, menikahi pula putri raja Tirus di Phoenicia/Fenesia dan seterusnya terhadap bangsa-bangsa lain.

Alkitab mengklaim bahwa ia membangun markas militer yang kuat: memperkokoh tembok kota Yerusalem, menciptakan kota berbenteng di Hazor, Megiddo dan Gezer dan dihuni oleh para tentara elit, yang dilengkapi dengan kereta perang. Ia juga meningkatkan bidang industri dan perdagangan, serta mengeksploitasi posisi Israel yang strategis yang menjadi pusat jalur perdagangan utara-selatan, dan ia mendapatkan banyak kekayaan.

Pengeluaran harian istana Salomon sangat mewah, hal ini menekankan kompleksitas dari situasi istana. Ia juga mengembangkan armada perdagangan laut dengan bantuan raja Hiram, ia nampak memiliki hubungan yang dekat dengan negeri Phoenician/Fenesia, dan mereka bersama-sama mengeksploitasi jalur perdagangan laut dibagian selatan yaitu Laut Merah. Segala macam produk eksotis memasuki Yerusalem dari negeri Arab dan afrika.

Juga terdapat kisah yang termasyur tentang kunjungan ratu Sheba, yang mungkin berasal dari wilayah Saba di selatan semenanjung Arab, dan mungkin saja terdapat fakta sejarah mengenai rute perdagangan pada masa itu. Dan juga ia terkenal dengan beberapa bangunan megahnya.

Beberapa dari para ahli berpendapat bahwa kekayaan yang didapat itu kemudian mendanai pembangunan di Yerusalem serta memajukan seni sastra, dan mungkin pada masa ini pencatatan sejarah nasional dimulai, mungkin sumber J. Mereka menanggalkannya pada abad ke-10 SM pada masa Solomon.

Namun kita harus bersifat skeptis mengenai gambar megah Israel dan Yerusalem, karena menurut para arkeolog, Yerusalem adalah sebuah kota kecil; Jumlah penduduk di Yehuda tidaklah besar, dan ia baru menjadi besar sekitar abad ke-8 SM, ketika mereka menampung banyak pengungsi dari negeri utara yang runtuh. Israel tumbang ke tangan bangsa Ashur pada tahun 722 SM, pengungsi inilah yang memperluas Yerusalem.

Sangat sedikit sekali materi arkeologi untuk menyokong gambaran kerajaan yang luar biasa seperti yang tertulis dalam Alkitab. Hazor, Megiddo dan Gezer, 3 kota yang disebut sebagai kota militer yang diperkuat, telah ditemukan dan digali.

Mereka memang menunjukkan adanya gerbang besar yang berongga dan menandakan sebuah benteng besar, juga ditemukan reruntuhan penangkaran kuda, namun para arkeolog berbeda pendapat tentang penanggalan reruntuhan ini. Beberapa mengajukan penanggalan pada zaman Salomon, namun ada yang melihatnya berasal dari masa setelah Salomon.

Kebanyakan bersepakat bahwa Israel mungkin saja pada periode ini, adalah salah satu kekuatan penting di kawasan ini, namun ia relatif kecil jika dibandingkan dengan kekuatan Mesir atau Mesopotamia. Israel mungkin berhasil mendominasi negeri kecil tentangga mereka (Ammon, Moab, Edom, Phoenician, Aram).

Ada 3 hal penting mengenai Salomon:
Ke-1 ia di puji akan kebijaksanaan nya, dan tradisi kemudian merasa cocok untuk menggunakan namanya sebagai penulis dari kitab Amsal dan Pengkhotbah, ini adalah 2 literatur yang termaksud dalam tema hikmat.

Ke-2 ia dipuji karena membangun kuil atau Bait Allah dan bait itu kemudian menjadi fokus dari materi Alkitab, pembangunan kuil itu didedikasikan untuk menyimpan Tabut Perjanjian. Ia meneruskan hubungan dekat antara ritual kultus dan monarki, dengan membangun kuil megah ini dalam kompleks istana dan ia sendiri yang menunjuk Imam Tinggi nya. Jadi menyamakan rumah raja dan rumah Yahweh di gunung Zion adalah kesengajaan. Dan bukit ini walau secara geografis relatif kecil, namun ia menjadi pusat imajinasi mistis Israel, ia menjulang tinggi disebuah gunung yang sulit ditaklukkan (dikelilingi tembok besar Yerusalem).

Levenson berpendapat bahwa gunung Zion sebenarnya mengambil fitur dari gunung Kosmik, yang merupakan simbol mitos yang banyak ditemukan dikebudayaan Timur-Tengah Kuno. Gunung Kosmik dalam tradisi kuno dipahami sebagai tempat pertemuan para dewa seperti Gunung Olympus.

Namun ia juga dipahami sebagai axis mundi, yang merupakan titik penghubung antara langit dan bumi, tempat pertemuan langit dan bumi, sumbu dari pusat dunia. Di Kanaan, dalam agama Kanaan, terdapat gunung Baal atau dikenal sebagai  gunung Zaphon (Baal-Zaphon). Dan Levenson menunjukkan kesamaan yang luar biasa dari sudut bahasa dan konsep yang berhubungan dengan Gunung Baal, Gunung El, dan Gunung Yahweh.

Jadi Gunung Zion dipahami sebagai wilayah pegungan sakral seperti pegunungan kosmik dalam tradisi lain. Ia digambarkan hampir seperti surga, hampir seperti Taman Eden, sebagai tempat di mana seluruh penciptaan dunia berasal. Ia semacam lambang bagi dunia, semacam mikrokosmos. Ia juga dipandang sebagai manifestasi duniawi dari sebuah kuil di surga. Kuil mewakili alam yang ideal dan suci, dan tempat kerinduan. Banyak dari ayat-ayat kitab Mazmur yang mengungkapkan kerinduannya akan gunung dan kuil di Zion.

Dedikasi dan tujuan dari kuil/Bait Allah itu terdapat dalam kitab 1 Raja-Raja 8 - Salomon menjelaskan bahwa kuil itu adalah tempat dimana orang-orang mendapatkan akses kepada Allah. Mereka membuat permohonan kepada Yahweh disana untuk mendapatkan penebusan terhadap dosa-dosa mereka, Ini adalah rumah doa, dan menjadi pusat ibadah bangsa Israel selama berabad-abad.

Hal ke-3 mengenai Salomon adalah berupa kritikan terhadap tradisi ibadah asing. Kompleks istana raja memiliki sejumlah besar kamar untuk para harem, yang dikatakan terdiri dari 700 istri dan 300 selir, banyak dari istri Salomon merupakan putri dari raja-raja asing, mereka dikawini untuk menguatkan aliansi politik atau bisnis.

Angka itu mungkin terlalu berlebihan, namun aliansi diplomatik Salomon mungkin membutuhkan hubungan kekeluargaan yakni melalui perkawinan, dan hal ini dikutuk oleh sejarawan Deuteronomis. Ia dikisahkan mencintai wanita asing, dari bangsa-bangsa yang telah dilarang oleh Yahweh dan ia turut beribadah dalam penyembahan dewa-dewi asing itu.

Dan ini lah titik penting yang ditakutkan dari pasangan yang berasal dari bangsa lain, yakni akan menyebabkan atau mendukung penyembahan dewa asing. Dan Salomon dikisahkan membangun kuil untuk dewa Moab, Ammon, dan lain-lain. Hal ini mungkin menggambarkan mengenai toleransi tinggi terhadap kepercayaan asing di Yerusalem pada abad ke-10 dan ke-9 SM. Namun ini adalah sebuah masalah besar bagi para penyunting Deuteronomis. Mereka tidak mentolerir hal demikian.

Jadi kesalahan utama Salomon dalam pandangan sejarawan Deuteronomis adalah ia penyebab sinkritisme di Yerusalem. Penyimpangan keagamaan dikatakan penyebab dari masalah besar yang menimpa Israel, yakni pecahnya kerajaan setelah kematiannya. Dalam rangka memenuhi segala kebutuhan mewah istana, tentara dan birokrasi, Salomon ternyata mengenakan pajak yang sangat berat serta mewajibkan kerja rodi bagi proyek infrastruktur.

Jadi selain terjadi pengembangan infrastruktur perkotaan, birokrasi, ternyata juga menyebabkan terganggu nya pola hidup tradisional yakni pola hidup pertanian, dan terjadi perbedaan dan pembagian kelas.

Tercipta kelas pejabat, birokrat, pedagang, pemilik tanah yang makmur, petani kecil, penggembala. Terdapat pula perbedaan besar antara kota dan desa, antara kaya dan miskin. Dan ini adalah perubahan besar dari pola hidup konferedasi kesukuan.

Dan kondisi sosial dan ekonomi ini yang diterangkan oleh Samuel dalam kitab 1 Samuel 8, ketika ia mencoba mencegah orang Israel untuk mendirikan monarki, bahwa akan terdapat militerisasi, yang mana rakyat akan diharuskan menjadi tentara dan bekerja untuk negara, akan muncul berbagai jenis pajak, akan muncul perbudakan, dan lain-lain. Dan inilah yang diterangkan oleh sejarawan Deuteromis terjadi pada masa pemerintahan Salomon.

Bab 3. Terpecahnya Kerajaan Setelah Kematian Salomon.

Jadi pada masa Salomon, suku-suku di utara merasa terasing dari dinasti Daud, dan mereka membenci kebijakan tirani Salomon. Dan mereka kemudian menuntut pemisahan. Namun kita terlebih dahulu membahas secara singkat tentang apa yang terjadi dari peristiwa kematian Salomon hingga penghancuran Israel.

Jadi ketika Salomon meninggal di sekitar tahun 922 SM, kerajaan yang didirikan oleh Daud dan Salomon, terpecah menjadi 2 negara, kerajaan utara dikenal sebagai Israel dan kerajaan selatan dikenal sebagai Yehuda, raja Israel adalah Yerobeam dan raja Yehuda adalah Rehabeam. Tidak ada satu negara mendominasi yang lain, kadang mereka bertikai dalam peperangan kadang mereka beraliansi sama satu sama lain. Namun selama 200 tahun, dari tahun 922 SM hingga 722 SM, kerajaan Israel akan jatuh ke tangan kekaisaran Ashur.

Kekuasaan bangsa Ashur mencapai Yehuda, namun ia takluk dan hanya menjadi negeri vassal. Dan akhirnya Yehuda hancur sekitar 150 tahun kemudian, pada tahun 587/586 SM, ditangan kekaisaran bangsa neo-Babilon/neo-Babel, yang berhasil menghancurkan bangsa Ashur dan menguasai seluruh Timur-Tengah.

Segala gambaran tentang kerajaan utara, Israel, yang terdapat dalam Alkitab, diwarnai oleh sudut pandang negeri Yehuda, dan tentu saja itu sangat negatif.

Salomon kemudian digantikan oleh putranya, Rehabeam, namun 10 suku di utara memberontak, ketika mereka meminta keringanan pajak kepada Rehabeam. Mereka mendirikan kerajaan utara, Israel yang terpisah dan mengangkat Yerobeam sebagai raja, pada akhir abad ke-10 SM.

Fokus kita sekarang kepada kerajaan utara, Israel. Wilayah ini lebih kaya namun terbagi-bagi kedalam kompetisi 10 suku Israel. Yerobeam nampaknya berusaha keras untuk menstabilkan wilayah ini, dalam 1 Raja-Raja 12, kita diberitahu bahwa ada upaya Yerobeam untuk memutuskan hubungan keagamaan tradisional dengan Yerusalem di selatan.

Pusat pemerintahan Israel berada di Sikhem/Shechem - ini adalah salah satu tempat yang dihormati dalam tradisi ibrani. Ini adalah tempat dimana Yosua melaksanakan pembaharuan perjanjian dengan Yahweh.

Yerobeam juga membangun 2 kuil di ujung utara (kota Dan) serta di ujung selatan (Bethel) Israel. Menurut Alkitab, patung anak sapi jantan dari emas ditempatkan pada kuil tersebut, dan ini adalah dosa besar dalam pandangan sejarawan Deuteronomis. Mungkin hal ini sengaja ditulis demikian, untuk mengingat dosa besar Harun dalam Keluaran 32.

Sebenarnya mungkin saja Yerobeam adalah seorang Yahwist yang setia, dan ia hanya membangun 2 buah kuil untuk menyaingi kuil Yerusalem, di Yehuda. Namun oleh sejarawan Deuteronomis, ini adalah salah satu bentuk penyimpangan, dan kritik mereka digambarkan ke dalam bentuk berhala, yakni patung anak sapi emas.

Namun dengan segala upaya ini, kerajaan Israel tetap tidak stabil, dalam 200 tahun sejarah kerajaan, Israel memiliki 7 dinasti yang berbeda yang saling memperebutkan tahta. Kemakmuran yang paling tinggi dicapai pada masa pemerintahan dinasti Omri, dan anaknya Ahab, yang berkuasa di awal abad ke-9 SM.

(Sejarah kehancuran Israel ditangan bangsa Ashur)

Dinasti Omri sangat menarik karena dia adalah dinasti pertama dari kerajaan Israel & Yehuda, yang disebut di luar Alkitab. Namanya tertulis dalam prasasti Mesha raja Moab, yang menceritakan tentang kemenangan militer raja Mesha terjadap raja Ahab bin Omri dari Israel.

Raja Omri lah yang mengembangkan kota baru di Samaria sebagai pusat pemerintahan dari kerajaan utara, Israel, dan bukti arkeologis mengungkapkan bahwa Samaria adalah sebuah kota megah pada masa itu.

Namun dalam pandangan sejarawan Deuteronomis, ia dipandang sebagai figur yang negatif dan jahat, karena ia tidak mentaati Yahweh. Demikian pula dengan anaknya Ahab juga mendapatkan pemberitaan yang buruk, namun nama Ahab juga disebut dalam prasasti raja Ashur, dimana namanya termasuk dalam koalisi yang melawan invasi Ashur.

Jadi jelas raja Omri dan Ahab adalah sebuah kekuatan yang cukup berpengaruh pada masa itu. Ahab dan istrinya Izebel yang berasal dari Phoenicia/Fenesia, nampaknya hidup dalam kemewahan di ibukota Samaria, dan hal ini juga dikutuk oleh kelompok Deuteronomis.

Izebel nampaknya juga membangun kuil di Samaria untuk memuja Baal dan menjadikannya sebagai ritual nasional. Nabi Elia dan Elisa mengobarkan perang suci melawan kebijakan kerajaan. Kita akan membahas nabi-nabi Yahweh yang fanatik ini pada kuliah mendatang.

Kehidupan Ahab dan Izebel mendapatkan akhir yang tragis dalam kudeta militer. Kudeta ini dipimpin oleh jenderal yang bernama Yehu sekitar 842 SM (Yehu berarti Yahweh yang Esa). Perlu diketahui tahun penanggalan ini adalah sebuah perkiraan, terdapat berbagai jenis penanggalan dikalangan ilmuwan.

Yehu memimpin kudeta militer setelah diurapi menjadi raja oleh nabi Elisa dan dia memiliki dendam kesumat terhadap Izebel. Ia menghabisi Izebel dan keturunannya beserta nabi-nabi Baal. Alkitab mengatakan ia membantai semua pemuja Baal di Samaria.


Pada abad ke-8 SM Kekaisaran Ashur sedang memasuki masa ke-emasan, dan pada tahun 722 SM raja Ashur, Sargon, menaklukkan Israel dan mengubah statusnya menjadi sebuah provinsi.

Terdapat prasasti tentang Sargon dan juga dilaporkan oleh Alkitab tentang peristiwa ini. Dalam prasasti (Sargon II Annals) tersebut Sargon mengatakan, ia mengepung dan menaklukkan Samaria, membawa sebagai tawanan 27.900 penduduk kota, lalu membangun kembali kota itu lebih baik dari sebelumnya, dan menempatkan ke sana orang-orang dari berbagai negara yang ditaklukkan nya.

Kisah Sargon II dari Ashur

Ia kemudian mengangkat seorang gubernur dan menarik pajak. Jadi terdapat kesamaan antara prasasti Sargon dan Alkitab. Dan orang-orang Israel yang diasingkan oleh Sargon adalah dari kalangan bangsawan-orang istana, pedagang kaya, dan jumlah mereka mencapai puluhan ribu, mereka diangkut ke Mesopotamia utara dan hilang di telan sejarah. Ini lah 10 suku Israel yang hilang.

(Sejarah Penduduk Samaria/Samaritan)

Yang tersisa dari rakyat Israel adalah para kelas petani dan gembala, mereka tetap menjalankan pola hidup lama mereka, bangsa Ashur kemudian mengimpor masyarakat baru ke daerah ini untuk mencegah perlawanan dari masyarakat lokal dan menjadikan daerah ini menjadi provinsi Samaria.

Kelompok etnis campuran provinsi Samaria ini kemudian menjalankan praktek keagamaan yang merupakan bentuk lain dari keagamaan Israel, namun penyunting Deuteronomis melihat mereka sebagai kelompok illegal dan orang-orang Samaria ini dibenci oleh orang-orang Yehuda di kerajaan selatan.

Mereka dianggap sebagai orang asing perusak kepercayaan. Mereka dipandang selalu membantu musuh-musuh Yehuda, jadi mereka tidak merasa memiliki kekerabatan dan sangat sering orang Samaria bergabung dengan para pasukan yang akan menyerang Yehuda.

Jadi terdapat perselisihan antara orang Yehuda dan Samaria. Sehingga kita dapat memahami mengapa dalam perjanjian baru diberitakan tentang kebencian orang Yahudi terdapat orang Samaria.

(Sejarah Yehuda)

Sekarang kita membahas tentang kerajaan Selatan, Yehuda, yang terdiri dari 2 suku yaitu Yehuda dan Benyamin. Mereka relatif lebih stabil secara internal, dan sangat loyal kepada dinasti Daud di Yerusalem. Tidak lama setelah kejatuhan Israel pada tahun 722 SM ke tangan bangsa Ashur, pada masa itu raja Yehuda, Hizkiah, sedang berkuasa, dan ia menyetujui perjanjian untuk menjadi negeri vassal bangsa Ashur.

Status Yehuda berubah menjadi sekutu dan pengikut Ashur, namun Hizkiah mempersiapkan sebuah pemberontakan dengan membuat aliansi dengan Mesir, dan hal ini membuat Ashur bangkit dan mengepung Yerusalem sekitar tahun 701 SM.

Pengepungan ini tertulis dalam prasasti di Ashur (Sennacherib Annals). Disana tertulis:

"dan Hizkiah si orang Yehuda, ia tidak tunduk kepada kuasaku, saya mengepung 46 kota kuat berbenteng nya...Ku bawa keluar ... 200.150 orang...dia ku buat sebagai tahanan di Yerusalam, di istana kerajannya, seperti burung dalam sangkar." 

Namun akhirnya Ashur kemudian menghentikan pengepungan dan mundur, Yehuda mampu bertahan menghadapi pengepungan, dan tetap melanjutkan kerajaan mereka.

Kerajaan Ashur kemudian runtuh pada tahun 612 SM, ini adalah peristiwa penghancuran ibu kota Nineveh (Niniwe), mereka jatuh ketangan kekaisaran neo-Babilonia, bangsa ini lah yang akhirnya meruntuhkan Yehuda dan Yerusalem di bawah raja Nebuchadnezzar II sekitar tahun 587-586 SM.

Dinding kota Yerusalem yang tangguh berhasil diretas, dan banyak dari kelas bangsawan kerajaan, para aparatur pemerintahan, dan para orang kaya di buang ke pengasingan di Babel/Babilon. Namun demikian, orang Yehuda ini tidak hilang ditelan sejarah walau kehilangan negara mereka.

Bab 4. Historiosophy dari Mazhab Deuteronomis

Sekarang kita sejenak membahas tentang sebuah ideologi dan mengapa hal tersebut mempunyai efek sejarah yang besar. Seperti yang telah kita bahas sebelumnya bahwa kitab Ulangan bukan hanya sebagai kitab penutup dari  Pentatukh ia juga sebagai bagian pertama dari sebuah literatur sejarah yang panjang.

Martin Noth adalah seorang ahli biblikal dari Jerman yang pertamakali mengajukan gagasan ini, bahwa komposisi maupun penulis dari kitab Ulangan memiliki banyak kesamaan dengan kitab berikutnya, dan kita harus memahami mereka sebagai sebuah kesatuan, dan produk dari sebuah mazhab tertentu.

Dikarenakan mazhab Deuteronomis menekankan sebuah tinjauan sejarah Israel hingga periode kehancuran dan pengasingan sekitar tahun 587 SM atau 586 SM, dan bentuk akhir produk mereka diperkirakan pada masa setelah tahun 586 SM.

Namun demikian kitab tersebut memiliki berbagai lapisan dalam skala waktu yang panjang, maka kita tidak dapat menentukan masa pembuatannya secara akurat.

(Kritik Redaksi)

Saya ingin mengatakan tentang sebuah metodologi ilmiah yang membawa pada kesimpulan bahwa terdapat sesuatu yang disebut sebagai mazhab Deuteronomis. Metodologi itu adalah bagian dari kritik redaksi.

Dan kritik ini menolak gagasan bahwa ada seseorang yang mengkompilasi naskah ini dari naskah-naskah yang lebih tua, seperti halnya proses mekanik "cut & paste (gunting & tempel)" dan tidak terlalu memikirkan efek dari proses peletakan itu.

Kritik redaksi berasumsi dan berfokus pada identifikasi tujuan dan rencana dibalik bentuk akhir dari berbagai sumber naskah yang dikompilasi. metode ini cenderung untuk  mengungkap niat dan motivasi dari   orang yang menghasilkan naskah Alkitab ini, jadi ia fokus pada proses pengembangan tahap awal.

Pertama, kita biasa melihat tentang sebuah ayat penghubung, yaitu semacam bagian yang menghubungkan sebuah narasi dengan narasi lain, yang merupakan upaya untuk membuat naskah terbaca dengan lebih lancar dan memudahkan sebuah transisi dari satu sumber ke sumber lain. Dan yang bertugas untuk menghubungkan narasi-narasi ini dikenal sebagai R atau redaktur.

R juga bertugas untuk membuat ayat-ayat yang bersifat penafsiran, semacam pihak yang berkomentar terhadap sebuah peristiwa dalam naskah. Dimana si narator akan berbicara kepada pembaca. Contohnya pada sebuah ayat si narator berkata, " Waktu itu orang Kanaan diam di negeri itu. (Kejadian 12:6)," yang nampaknya merupakan tanda dari sentuhan tangan redaktur ketika menggabungkan sebuah sumber.

Ketika kita melihat sebuah komentar etiologikal, seperti komentar berikut, "dan itulah sebabnya orang Israel melakukan ritual ini dan itu hingga hari ini," yang berupa perspektif dari kompiler ketika menyatukan sebuah naskah.

Terdapat juga ayat-ayat yang memberi sebuah justifikasi atau komentar tentang apa yang akan terjadi. Kita melihatnya pada 2 Raja-Raja 17; atau pada Hakim-Hakim. Dimana kita mememukan sebuah pernyataan perspektif yang berkata: inilah yang akan terjadi - ini adalah dosa, mereka meraung, akan ada, Yahweh akan membangkitkan seseorang, mereka akan jatuh kembali kedalam dosa, dan lain-lain. Ini adalah komentar yang berusaha memberitahu sesuatu kepada pembaca, dan jika kita merangkum ayat-ayat semacam ini bersama-sama, kita akan menemukan kesamaan gaya bahasa yang luar biasa.

Mereka menggunakan retorika yang sama berulang-ulang, atau kita akan melihat sebuah sudut pandang yang seragam dan kadang-kala sudut pandang itu tidak terdapat dalam sumber naskah yang mereka hubungkan. Dan inilah pemahaman tentang peran redaktur pada bentuk final dari sebuah naskah, bagaimana redaktur membingkai sebuah pemahaman bagi kita berdasarkan berbagai sumber naskah yang ia kumpulkan.

Dan kelompok sejarawan Deuteronomis adalah yang berperan untuk redaksi kitab Ulangan, Yosua, Hakim-Hakim, Samuel, Raja-Raja, tidak hanya memberikan informasi sejarah dalam arti dokumentasi tentang sebuah peristiwa yang terjadi, namun mereka memberikan kita sebuah penafsiran tentang peristiwa sejarah, filsafat sejarah.

Mereka mencoba untuk meyakinkan sebuah makna yang terkandung dari sebuah peristiwa, tentang adanya sebuah tujuan dan desain yang besar, yang kita kenal sebagai historiosophy. Dan kita menemukan penafsiran mazhab Deuteronomis dalam kata pengantar kitab Ulangan, kita menemukan pula pada komentar editorial yang berupa "bumbu" di sepanjang Yosua hingga Raja-Raja, terutama pada sebuah ringkasan dari keseluruhan unit pada 2 Raja-Raja 17.


Sebelum kita membaca ayat ini kita perlu memahami apa yang mendorong Deuteronomis untuk mengadopsi penafsiran tertentu dari catatan sejarah Israel.
Para Sejarawan Deuteronomis mencoba untuk menanggapi sebuah tantangan besar bagi kelangsungan bangsa Ibrani dan keagamaan mereka. Dan itu adalah sebuah fakta tentang runtuhnya secara total entitas bangsa Ibrani, penghancuran tempat kudus Yahweh, dan kekalahan serta pembuangan orang-orang pilihan (penyembah) Yahweh.

Bencana besar sejak tahun 722 SM (Kejatuhan Samaria) serta yang terutama tahun 587 SM (kejatuhan Yerusalem), mengangkat dilema theologi yang penting. Yahweh telah berjanji kepada para leluhur serta keturunan mereka bahwa mereka akan hidup di tanah-Nya. Yahweh telah berjanji kepada para leluhur dan keturunan mereka bahwa mereka akan mendiami tanah perjanjian, bahwa dinasti Daud akan berdiri selamanya.

Namun yang kita temukan adalah monarki telah runtuh, dan mereka adalah orang-orang kalah yang terbuang di pengasingan. Jadi penyajian atas tantangan ini adalah sebuah simpul sejarah yang bermakna ganda: Apakah Yahweh berkuasa atas perjalanan sejarah? Apakah Yahweh mahakuasa? Apakah kehendak Yahweh bisa dibatalkan? Bagaimana dengan janji Yahweh terhadap para leluhur dan Daud? Apakah Yahweh mengingkari perjanjian?

Jawabannya pastilah tidak! Lalu jika Yahweh tidak mengingkari perjanjian dengan umat-Nya dan Daud, ia pasti bukanlah Allah yang berkuasa atas perjalanan sejarah, Allah yang universal. Ia tidak mampu menyelamatkan umat-Nya.

Tidak satupun dari gagasan di atas di terima oleh mazhab Deuteronomis. Prinsip mereka adalah dasar monotheisme Israel, bahwa Yahweh adalah Allah yang berkuasa atas waktu (sejarah), maha kuasa, kehandaknya adalah mutlak, yang janji-Nya adalah nyata dan pada saat yang sama ia adalah setia dan tidak meninggalkan umat-Nya, ia adalah baik dan kuat.

Jadi bagaimana cara mendamaikan hal ini dengan bencana yang ada didepan mata? Historiosophy adalah respon mereka, dan ini menjadi populer dalam komunitas Israel, kita akan melihat respon lain ketika membahas kitab Nabi-Nabi Kemudian (Later Prophets). Namun gagasan dasar dari mazhab Deuteronomis yaitu perjanjian Yahweh kepada para leluhur dan Daud, adalah tidak bersyarat dan kekal, namun tidak menghilangkan kemungkinan akan adanya hukuman atas dosa sebagaimana persyaratan yang ditentukan dalam perjanjian Musa.

Jadi kita akan melihat bagaimana 2 gagasan ini menjadi penting dan terus menerus menjadi ketegangan dalam dialetik theologi, baik theologi perjanjian kepada leluhur (patriakh Abraham, Yakub) maupun theologi monarki.

Walau Yahweh adalah maha kuasa, namun manusia memiliki kehendak bebas, mereka dapat merusak rencana illahi. Dan dalam pandangan Deuteronomis para pemimpin Israel digambarkan memiliki pilihan untuk menerima atau menolak Yahweh. Yahweh mencoba untuk membantu mereka, dengan terus-menerus mengutus nabi-nabi kepada para raja dan memberitakan kehendak Yahweh terhadap mereka, namun mereka terus membuat kesalahan. Dan dosa tersebut akhirnya membawa mereka kepada kejatuhan, pertama Israel kemudian Yehuda, dan dosa itu adalah penyembahan berhala yang dilakukan oleh para raja-raja.

Dengan eksekusi mati keturunan terakhir dari dinasti Daud, Raja Zedekia, mazhab Deuteronomis menafsirkan perjanjian Daud mengandung persyaratan seperti Perjanjian Sinai, atau Perjanjian Musa, yang mana Yahweh akan memberkati raja tergantung dari loyalitas raja terhadap Yahweh, dan kejatuhan dinasti Daud di pandang sebagai hukuman terhadap ketidak-taatan para raja, seperti raja Manasseh (kita akan membahasnya). Ingat Perjanjian Daud lewat nabi Nathan dalam 2 Samuel 7:14 yang secara eksplisit mengatakan bahwa Yahweh akan menghukum yang diurapi-Nya seperti orang tua kepada anaknya, yang memberi koreksi, disiplin dan hukuman.

Kembali ke Index Artikel

Rabu, 16 November 2016

Pengantar Alkitab Ibrani (13)

Kuliah 13 - Kelompok Sejarawan Deutronomis : Nabi-Nabi dan Raja-Raja (Hakim-Hakim -> Samuel 1 & 2) [Oktober 23, 2006]

Bab 1. Perbedaan bangsa Israel Moderen (Israelis) dan Bangsa Israel Purba (Israelites).

Satu hal yang sering disinggung dalam kuliah ini adalah istilah bangsa Israel. Bangsa Israel moderen mengacu pada warga negara Israel setelah tahun 1948. Dan bangsa Israel yang kita bahas, adalah bangsa pada zaman kerajaan Israel & Yehuda, di masa lampau. Kita belum berbicara tentang bangsa Yahudi, karena istilah ini tidak akurat secara historis jika berurusan dengan yang dibicarakan dalam Alkitab.

Ketika kita mencapai masa akhir dari periode biblikal, kita akan melihat bangsa Persia menaklukkan dan berkuasa atas wilayah ini, mereka kemudian menamai wilayah bekas kerajaan Israel dan Yehuda, sebagai provinsi "YEHUD." Mereka mengizinkan bangsa Israel yang hidup di pengasingan, untuk kembali ke kampung halaman nya, dan mereka menjadi penduduk Yehud atau Yehudites (Yahudi).

Dan ini belum akurat sebelum akhir abad ke-6 SM. Juga istilah orang Yahudi belum menjadi istilah untuk etnis tertentu, namun sebagai sebutan untuk penduduk provinsi Yehud. Ibrani (Hebrew) pada dasarnya adalah istilah untuk orang-orang yang berbicara bahasa Ibrani. Walau Ibrani juga bermakna merujuk pada etnis, namun pada dasarnya ia mengacu kepada orang yang berbahasa Ibrani.

Bab 2. Aliansi Kesukuan.

Kita mencapai akhir dari Yosua, dan pembahasan berikut nya adalah kitab Hakim-Hakim. Alkitab menggambarkan situasi sosio-politik orang Israel adalah sebuah kesukuan. Dan ini lah yang ditonjolkan dalam bagian terakhir dari kitab Yosua, kita akan melihat bahwa kesukuan ini berdasarkan wilayah.

Di dalam setiap suku terdapat para tetua klan, dan mereka adalah orang yang mengatur masalah keadilan. Mereka membuat keputusan mengenai regulasi sosial. Dan pada bagian ke-2 kitab Yosua - bagian ke-1 menceritakan tentang penaklukan - berbicara mengenai pembagian tanah/wilayah antara ke-12 suku Israel, yang diklaim sebagai ke-12 anak Yakub. Detail dari 12 anak Yakub, dari istrinya: Leah (6 anak), Rahel (2 anak; Yusuf & Benyamin), Bilha (2 anak), Zilpah (2 anak).

Namun dalam pembagian tanah, suku Lewi tidak mendapatkan bagian, karena mereka berfungsi sebagai kelas imam dalam komunitas Israel, dan tidak memiliki tanah. Lalu tidak ada tanah atas nama suku Yusuf, hal ini dikarenakan Yusuf memiliki 2 orang anak yaitu Efraim & Manasye dan keduanya mendapatkan jatah tanah. Jadi tanah untuk Lewi diberikan kepada anak ke-2 Yusuf.

Dan konsensus diantara para ahli tentang kesukuan di Kanaan adalah, mereka terdiri dari aliansi kesukuan, mungkin tidak tepat 12 suku, karena pada masa yang berbeda mungkin terdapat perbedaan jumlah.

Namun kemudian terdapat suku-suku yang menyembah Yahweh, mungkin tidak secara eksklusif seperti dalam kisah Alkitab. Dan mereka memiliki beberapa kewajiban aliansi bersama untuk mempertahankan diri. Kitab Yosua berfungsi untuk menggambarkan dalam sudut pandang ideal dari realitas ke-12 suku ini.

Di mana ketika mereka memasuki tanah Kanaan, mereka telah terdiri dari 12 suku. Dan Mereka bersatu satu sama lain dalam perjanjian dengan Yahweh, dan menaklukkan tanah Kanaan dalam sebuah koordinasi yang apik.

Namun demikian terdapat unsur kerjasama yang sedikit berbeda dalam kitab Hakim-Hakim, aliansi mereka cenderung terlihat sporadis. Dan tidak telihat lebih dari 2 suku yang saling bekerja-sama dalam sebuah koordinasi yang solid. Dan hal ini menunjukkan bahwa tidak pernah ada sebuah bentuk aliansi kesukuan yang solid dalam tahap awal sejarah Israel.

Tabut perjanjian dikisahkan disirkulasi pada wilayah suku-suku, ia tidak berdiam secara permanen di sebuah wilayah, fenomena tersebut muncul dalam masa belakangan, dimana ia menetap disebuah tempat bernama Shiloh.

Kerjasama hanya muncul dalam kasus yang luar biasa, berdasarkan keputusan para tetua suku. Namun otoritas kadang kala berada pada individu yang inspiratif dibandingkan tetua suku, dan ini dikenal sebagai "Hakim," dan inilah yang tercatat dalam kitab Hakim-Hakim.

Bab 3. Kitab Hakim-Hakim

Kitab Hakim-Hakim diposisikan berada dalam periode transisi antara masa setelah wafatnya Yosua hingga pembentukan sistem monarki. Ini terjadi dalam masa 200 tahun, sekitar tahun 1200-1000 SM atau lebih. Ini adalah rekonstruksi imajinatif yang sarat akan kepentingan menyebarkan ideologis, dalam penggambaran tentang periode transisi.

Jadi kisahnya adalah tentang berbagai pertempuran oleh beberapa suku di wilayah Israel, Dan secara realitas, ini adalah periode ketika wilayah Kanaan mengalami masa transisi dari negera-kota menjadi monarki Israel-Filistin-Aram. Jadi, kita memiliki berbagai bangsa baru yang muncul dari berbagai wilayah Kanaan.

Seperti Yosua, kitab Hakim-Hakim juga terdiri dari berbagai sumber yang digabungkan bersama ke dalam sudut pandang Deuteronomis. Sumber tersebut berupa kumpulan kisah heroik dari tokoh-tokoh lokal, dan yang menarik adalah beberapa dari karakter tokohnya berlatar belakang orang-orang yang terpinggirkan (kelompok marjinal). Kita melihat anak haram dari seorang pelacur dan juga seorang  bandit. Kita akan melihat kisah ini, sangat menarik dan penuh warna, kisah ini bernuansa kisah rakyat yang nyata, ia mengandung berbagai macam informasi.

Jika kita merinci tentang berbagai macam hakim, terdapat 7 hakim utama, dan 6 hakim minor.

Pada bab 1, hakim ini dimulai dengan Otniel,

pada bab 3 muncullah Ehud, yang memimpin Israel melawan Moab; banyak kisah lucu dalam kisah Ehud.

Pada bab 4-5, terdapat kisah Deborah, yang menolong Israel berperang dengan kelompok Kanaan tertentu.

Bab 6-9, bercerita tentang petualangan Gideon berperang dengan orang Midian.

Bab 11-12, kisah tentang Yefta yang berperang dengan orang Amon, serta nasib anak gadisnya yang kemudian ia jadikan korban bakaran, hal ini mirip dengan legenda kuno Yunani, Idomeneus.

Bab 13-16, tentang kisah Samson melawan bangsa Filistin, dimana ia digambarkan memiliki kelemahan yaitu kesukaannya pada perempuan Filistin.

Bab 17-18 tentang Mikah dan patung berhalanya.

Bab 19-21 tentang perang saudara Israel karena masalah gundik suku Lewi. Ini adalah tema utama dari Kitab ini.

Beberapa dari cerita ini nampaknya berasal dari legenda masa lampau dan tidak mengalami interpolasi dari pandangan teologi penyunting kitab. Pandangan teologi penyunting terlihat pada bagian pengantar, yang berfungsi untuk memberi sudut pandang bagi kitab ini.

Hakim-Hakim 1 tersebut menceritakan tentang ringkasan mengenai situasi pada akhir penaklukan Yosua, memberi daftar daerah-daerah yang gagal diambil Yosua dari orang Kanaan. Yang dimulai dari daerah Yehuda hingga ke utara. Mereka cenderung untuk selalu memulai dari daerah selatan yaitu Yehuda.

Kemudian pada Hakim-Hakim 2:1-5, malaikat muncul sebelum kematian Yosua, dan malaikat itu menceritakan tentang penebusan Yahweh terhadap orang Israel dari Mesir dan mengutip perkataan Yahweh: "Aku tidak akan membatalkan perjanjian-Ku dengan kamu untuk selama-lamanya, tetapi janganlah kamu mengikat perjanjian dengan penduduk negeri ini; mezbah mereka haruslah kamu robohkan. Tetapi kamu tidak mendengarkan firman-Ku. Mengapa kamu perbuat demikian?" Kalimat yang sama dapat anda temukan pada Ulangan 12, dan banyak frasa-frasa dalam kitab ini ditemukan pada kitab Ulangan/Deuterunomi: Allah setia terhadap perjanjian-Nya, namun Israel harus pula demikian, jika tidak ia akan dihukum.

Penyunting telah memberi kita gambaran, bahkan sebelum kita mulai membaca kitab ini, tentang apa yang terjadi. Malaikat itu  menceritakan kepada Yosua karena Israel tidak taat, maka Yahweh memutuskan bahwa Ia menunda menghalau orang Kanaan dari hadapan orang Israel. Dia membuat orang kanaan menjadi jerat dan perangkap untuk menguji loyalitas Israel. Jadi ini berbeda dengan gambaran ideal yang kita miliki di bagian pertama dari kitab Yosua.

Pada bagian Hakim-Hakim 2:11 hingga 3:6, merupakan sebuah ringkasan sebelum menceritakan tentang realitas dari masalah Israel. Dan ini adalah bagian yang merupakan ungkapan dari penilaian penulis pada bangsa Israel di periode ini.

Hakim-Hakim 2:10-12
10. Setelah seluruh angkatan itu dikumpulkan kepada nenek moyangnya, bangkitlah sesudah mereka itu angkatan yang lain, yang tidak mengenal TUHAN ataupun perbuatan yang dilakukan-Nya bagi orang Israel. 11. Lalu orang Israel melakukan apa yang jahat di mata TUHAN dan mereka beribadah kepada para Baal. 12. Mereka meninggalkan TUHAN, Allah nenek moyang mereka yang telah membawa mereka keluar dari tanah Mesir, lalu mengikuti allah lain, dari antara allah bangsa-bangsa di sekeliling mereka, dan sujud menyembah kepadanya, sehingga mereka menyakiti hati TUHAN.

Hakim-Hakim 2:18-19
18. Setiap kali apabila TUHAN membangkitkan seorang hakim bagi mereka, maka TUHAN menyertai hakim itu dan menyelamatkan mereka dari tangan musuh mereka selama hakim itu hidup; sebab TUHAN berbelas kasihan mendengar rintihan mereka karena orang-orang yang mendesak dan menindas mereka. 19. Tetapi apabila hakim itu mati, kembalilah mereka berlaku jahat, lebih jahat dari nenek moyang mereka, dengan mengikuti allah lain, beribadah kepadanya dan sujud menyembah kepadanya; dalam hal apapun mereka tidak berhenti dengan perbuatan dan kelakuan mereka yang tegar itu.

Jadi singkatnya, ini adalah pandangan sejarah dari kaum Deuteronomis yang diungkapkan dalam kitab ini, bahwa setiap krisis yang di alami oleh bangsa Israel, disebabkan oleh perselingkuhan mereka dari Yahweh. Dimana mereka menyembah dewa Kanaan, dan karena dosa ini, Yahweh menyerahkan bangsa Israel kepada musuh-musuh mereka, tetapi kemudian Ia berubah mengasihi mereka ketika mendengar tangisan mereka di bawa penindasan, Ia pun lalu mengangkat pemimpin untuk membebaskan Israel. Inilah pola dosa-hukuman-pertobatan-pembebasan yang berulang dalam kitab ini.

Ini adalah sudut pandang dan ideologi Deutronomis, namun dalam kisah ini terdapat sebuah materi kuno yaitu kisah populer dari para pahlawan lokal di masa lampau, dari periode pra-deuteronomis. Salah satu contoh adalah Gideon, kita membaca ia membangun sebuah altar di desanya, meski kita tahu bahwa dalam kitab Ulangan terdapat larangan untuk mendirikan altar ditempat lain  selain di tempat yang ditetapkan Yahweh.

Dan kita juga mengetahui bahwa nama lain dari Gideon adalah Yerubaal, yang berarti Baal akan berjuang. Setelah kematian Gideon, orang-orang di Shechem/Sikhem melanjutkan pemujaan terhadap "Baal Berit" atau Perjanjian Baal, yang juga menarik bahwa terdapat penyatuan antara pemujaan Baal dan agama Perjanjian. Jadi disini kita memiliki beberapa unsur yang ditentang oleh kelompok Deuteronomis.

Kisah Samson juga nampaknya sebagian besar berasal dari masa pra-Deuteronomis. Mungkin ia adalah kisah rakyat yang sangat populer, dan menghibur, tentang legenda seorang pria yang sangat kuat. Di mana ia memiliki kemampuan untuk mengangkat gerbang kota, dia bisa mengikat 300 ekor anjing hutan dan membakarnya dengan api dan seterusnya.

Namun lelaki perkasa ini memiliki kelemahan besar, yaitu kesukaannya terhadap wanita asing, terutama para wanita Filistin. Jadi kita dapat melihat bagaimana kisah ini menjadi materi bagi editor dari kelompok Deuteronomis, yang menegaskan bahwa penyembahan dewa-dewa asing berasal dari pernikahan dengan wanita asing, dan ini adalah fatal bagi Israel.

Dan ini adalah ketidakmampuan untuk menahan jerat penyembahan berhala yang pada akhirnya akan membawa kepada kehancuran. Anda harus menyadari bahwa penyuntingan terakhir akan narasi sejarah ini ditulis di pengasingan, di Babel. Pengasingan lah yang akan terjadi apabila orang-orang tersebut melakukan penyembahan berhala.

Jadi para pemimpin yang diangkat oleh Yahweh disebut sebagai Hakim. Ini adalah istilah yang juga sering digunakan dalam naskah-naskah samawi lain untuk merujuk kepada para pemimpin, kadang ia adalah manusia dan kadang illahi.

Jadi dalam naskah Alkitab ini merujuk pada seorang pemimpin, dan memiliki berbagai macam kewenangan, tidak selalu berkaitan dengan hal-hal peradilan/hukum. Ia juga berfungsi sebagai pemimpin militer pada masa kritis. Mereka memiliki kualitas karismatik, yang kadang disebut dengan kalimat, "Roh Yahweh menghinggapi dia." Para Hakim ini kadang kala mengerahkan pasukan dari 2 atau 3 suku, kadang-kadang terdiri dari 1 atau 2 klan, yang menunjukkan bahwa tidak terdapat entitas nasional yang riil pada saat itu.

Setiap Hakim memiliki latar belakang dan kelas sosial yang berbeda, bahkan terdapat Hakim wanita yaitu Deborah. Para Hakim ini dipilih Yahweh bukan berdasarkan kesalehan mereka, beberapa dari para hakim tampaknya berkarakter penipu, mirip dengan Yakub. Gideon dipilih karena kelemahannya, bukan karena kekuatannya. Namun demikian ia berubah menjadi pejuang yang tangguh, dan ia jelas-jelas bukan seorang pemuja Yahweh yang taat. Yefta adalah seorang kriminal, penjahat. Samson hampir pasti tidak bisa dijadikan sebagai panutan moral. Jadi mereka tidak di maksud kan untuk menjadi pahlawan ideal, namun pahlawan populer.

Terdapat tema perselisihan dalam kitab Hakim-Hakim yang berlanjut hingga kitab Samuel, yaitu mengenai raja dan sistem monarki. Dalam Hakim-Hakim 8, orang-orang meminta kepada Gideon, untuk menjadi raja, namun ia menjawab:

Hakim-Hakim 8:23
Jawab Gideon kepada mereka: "Aku tidak akan memerintah kamu dan juga anakku tidak akan memerintah kamu tetapi YAHWEH yang memerintah kamu."

Namun setelah Gideon wafat, anaknya yang bernama Abimelekh yang berarti "Ayahku ada adalah raja," menjadi raja yang kejam, dan merupakan bencana bagi Israel. Posisi Hakim bersifat sementara.

Yahweh lah yang dipandang sebagai raja abadi Israel. Otoritas sementara dari para hakim berasal dari kerajaan Allah. Penulis kitab Hakim-Hakim mempunyai gagasan untuk menentang sistem monarki di Israel, namun fakta yang ia tampilkan adalah Israel lambat laun akan menuju pada sistem monarki.

Pada bagian akhir dari kitab Hakim-Hakim digambarkan bahwa Israel secara lambat-laun menuju pada kekacauan dan akhirnya terlibat perang saudara. Bab 18 dibuka dengan pernyataan tak menyenangkan, yang terus berulang-ulang dipaparkan: "Pada zaman itu tidak ada raja di antara orang Israel", lalu pada bab 19:1, 21:25. Kalimat tambahan yang berulang adalah: "setiap orang berbuat apa yang benar menurut pandangannya sendiri," pada bab 21:25.

Pada akhir kitab Hakim-Hakim, orang Israel menemukan sebagian dari kaum mereka menjadi bertingkah diluar kendali, mereka melakukan pesta seks disertai kekerasan dan pemerkosaan masal, dan terjadilah perang saudara.

Gundik seorang kaum Lewi di perkosa massal dan dibunuh oleh kaum Benyamin. Dan kekejaman ini dibalaskan oleh semua suku-suku lain. Orang Lewi itu mengambil mayat gundiknya, memotongnya menjadi 12 bagian, dan mengirimkan bagian tubuhnya kepada semua suku sebagai panggilan untuk berperang dan memusnahkan suku Benyamin.

Banyak dari para ahli mengamati bahwa ini adalah kisah ironis dan tragis, karena pada suatu waktu, suku-suku Israel bersama-sama membantai salah satu dari mereka. Namun mereka akhirnya menyadari kekeliruan ini, ketika menyaksikan suku Benyamin mendekati kepunahan. Sehingga suku-suku lainnya kemudian mengatur untuk menculik wanita di Shiloh untuk menjadi pasangan bagi kaum Benyamin yang tersisa.


Mutilasi gundik, imam Lewi yang memicu perang Gibeah yaitu pemusnahan suku Benyamin.

Jadi sebagai penutup atas kisah tragis dan biadab, pemerkosaan, pembunuhan, perang saudara, penculikan, kawin paksa, sejarawan Deuteruomis menutup Kitab Hakim-Hakim dengan kalimat: "Pada zaman itu tidak ada raja di antara orang Israel; setiap orang berbuat apa yang benar menurut pandangannya sendiri."

Kelompok Deutronomis menjelaskan tentang kemerosotan moral dan sosial Israel pada periode akhir para hakim sebagai masa senja, dan sistem monarki sebagai fajar - walau pada masa monarki Israel tetap jatuh dalam penyembahan berhala. Solusi pada situasi periode Hakim-Hakim nampaknya adalah kehadiran seorang raja.

Pandangan Deutronomis mengenai institusi dari struktur kerajaan Allah - adalah semacam "theokrasi" yang mana orang Yahudi menggambarkan periode ini sebagai, sebuah kerajaan di mana Allah adalah raja, dan masyarakat yang dipimpin oleh hakim yang mendapat karunia - namun struktur tersebut gagal dalam menegakkan stabilitas.

Ia gagal untuk memberi kepemimpinan melawan musuh-musuh Israel baik dari dalam atau dari luar. Kita melihat bangsa Amon dan Moab di timur, Filistin di barat, dan Aram di utara, kemudian berhasil menundukkan hampir seluruh Israel. Jadi suku-suku ini nampaknya menyadari kebutuhan atas otoritas yang terpusat yang kuat, dan permintaan seorang raja muncul di Israel menguat.

Bab 4. Samuel, Figur Transisi dan Hakim Terakhir.

Dalam pencarian tatanan politik terbaru, orang Israel berpaling kepada nabi Samuel. Samuel adalah nabi dan Hakim terakhir Israel, mereka memintanya untuk mengangkat & mengurapi seorang raja bagi mereka. Hal ini terdapat dalam kitab Samuel, yang menceritakan masa transisi menuju periode monarki.

(I Samuel)

Dalam kitab 1 Samuel, kita memiliki bab pembuka pada 1-4 yang menceritakan kelahiran dan karir dari hakim terakhir Israel. Bab 5-7 menceritakan krisis akibat invasi bangsa Filistin, dan pada masa ini Tabut Perjanjian direbut dan dibawa ke daerah Filistin. Bab 8-15 menceritakan tentang Samuel dan Saul yang akan menjadi raja pertama Israel. Dan kemudian bagian terakhir bab 16-31, yang berisi tentang Saul dan Daud.

Jadi 1 Samuel dibuka dengan kisah kelahiran Samuel oleh Hannah, dan ia mendedikasikan anaknya bagi Yahweh di sebuah kuil di  Shiloh. Pada periode sebelum monarki, Shiloh merupakan tempat terpenting dalam kehidupan keagamaan Israel. Nabi Yeremiah menyebut Shiloh adalah tempat pertama Yahweh menetapkan namanya berdiam. Anda mengingat Deuteronomis selalu berbicara tentang sebuah tempat dimana nama Yahweh berdiam. Jadi awalnya adalah Shiloh.

Ada 3 krisis di Israel setelah masa kelahiran Samuel. Imam pada masa itu adalah Eli - ia mungkin bertindak sebagai hakim, jika mengikuti pola kepemimpinan Israel pada periode ini - yang digambarkan telah memasuki masa tua nya, dan semua keturunannya berakhlak rendah. Dan ini terlihat dari tulisan di Alkitab, "pada masa itu firman Yahweh jarang." Jadi terdapat semacam krisis kepemimpinan keagamaan (krisis ke-1).

Terdapat juga krisis dalam kepemimpinan politik (krisis ke-2). Kedua anak Eli, yaitu Hofni dan Pinehas menurut naskah adalah orang dursila, mereka menodai qurban untuk Yahweh, dan berzinah dengan perempuan di pintu kuil. Akibatnya Yahweh mematikan keduanya di hari yang sama ketika berperang dengan bangsa Filistin. Yahweh lalu mengangkat imam kepercayaan-Nya yakni Samuel yang juga bertindak sebagai nabi. Dan pada saat itu tidak ada kelanjutan imam dari suku Lewi dari imam Eli.

Krisis ke-3, adalah krisis militer. Bangsa Israel menderita kekalahan besar di tangan bangsa Filistin. Tabut Perjanjian direbut oleh bangsa Filistin. Imam Eli ketika mendengar berita hilangnya Tabut serta kematian ke-2 anaknya, lalu meninggal.

Jadi ketika kita melihat sosok Samuel, ia adalah penjawab dari semua krisis ini. Pada Bab 3 terdapat pernyataan bahwa firman Yahweh kepada Israel muncul melalui Samuel. Dan ini menimbulkan beberapa harapan. Bab 7, Samuel melarang Israel untuk menyembah dewa asing dan Asteroth, serta melayani Yahweh, dengan demikian Yahweh akan membebaskan mereka dari penderitaan.

Orang Israel merespon perkataan Samuel, dan menjadikannya sebagai pemimpin. Dan Samuel juga menjadi pemimpin militer bagi Israel, melalui doa dan qurban, dan ia berhasil membawa kemenangan atas bangsa Filistin, Yahweh menebarkan ketakutan di hati bangsa Filistin.

Jadi sosok Samuel memiliki banyak fungsi, ia adalah Imam, ia berada di kuil, mempersembahkan qurban, membangun altar. Ia juga seorang peramal dan nabi. Dia menerima firman Yahweh. Ia yang bertugas untuk mengurapi seorang raja atas Israel. Dia juga seorang hakim dalam arti pemimpin Israel.

Ia berpindah-pindah tempat dalam menegakkan keadilan, namun sebagian besar berada dalam wilayah Benyamin. Walau Samuel memberikan sedikit rasa aman, namun ancaman bangsa Filistin tetap muncul. Dan karena akibat berbagai macam masalah, perwakilan 12 suku Israel lalu mendatangi Samuel untuk meminta diangkat seorang raja. Jadi Samuel adalah semacam tokoh transisi dari periode konferedasi kesukuan menjadi Israel sebagai bangsa dengan sistem monarki.

Pada bab 8 terdapat contoh klasik dari perspektif anti-monariki. Samuel awalnya menentang gagasan monarki, namun Yahweh berfirman

1 Samuel 8:7-9
7. YAHWEH berfirman kepada Samuel: "Dengarkanlah perkataan bangsa itu dalam segala hal yang dikatakan mereka kepadamu, sebab bukan engkau yang mereka tolak, tetapi Akulah yang mereka tolak, supaya jangan Aku menjadi raja atas mereka. 8. Tepat seperti yang dilakukan mereka kepada-Ku sejak hari Aku menuntun mereka keluar dari Mesir sampai hari ini, yakni meninggalkan Daku dan beribadah kepada allah lain, demikianlah juga dilakukan mereka kepadamu. 9. Oleh sebab itu dengarkanlah permintaan mereka, hanya peringatkanlah mereka dengan sungguh-sungguh dan beritahukanlah kepada mereka apa yang menjadi hak raja yang akan memerintah mereka."

Dan Samuel lalu memperingatkan tentang tirani dari para raja-raja

1 Samuel 8:11-18
11. katanya: "Inilah yang menjadi hak raja yang akan memerintah kamu itu: anak-anakmu laki-laki akan diambilnya dan dipekerjakannya pada keretanya dan pada kudanya, dan mereka akan berlari di depan keretanya;
12. ia akan menjadikan mereka kepala pasukan seribu dan kepala pasukan lima puluh; mereka akan membajak ladangnya dan mengerjakan penuaian baginya; senjata-senjatanya dan perkakas keretanya akan dibuat mereka.
13. Anak-anakmu perempuan akan diambilnya sebagai juru campur rempah-rempah, juru masak dan juru makanan.
14. Selanjutnya dari ladangmu, kebun anggurmu dan kebun zaitunmu akan diambilnya yang paling baik dan akan diberikannya kepada pegawai-pegawainya
15. dari gandummu dan hasil kebun anggurmu akan diambilnya sepersepuluh dan akan diberikannya kepada pegawai-pegawai istananya dan kepada pegawai-pegawainya yang lain.
16. Budak-budakmu laki-laki dan budak-budakmu perempuan, ternakmu yang terbaik dan keledai-keledaimu akan diambilnya dan dipakainya untuk pekerjaannya.
17. Dari kambing dombamu akan diambilnya sepersepuluh, dan kamu sendiri akan menjadi budaknya.
18. Pada waktu itu kamu akan berteriak karena rajamu yang kamu pilih itu, tetapi YAHWEH tidak akan menjawab kamu pada waktu itu."

Namun Israel menolak peringatan Samuel,

1 Samuel 8:19-20
19. Tetapi bangsa itu menolak mendengarkan perkataan Samuel dan mereka berkata: "Tidak, harus ada raja atas kami;
20. maka kami pun akan sama seperti segala bangsa-bangsa lain; raja kami akan menghakimi kami dan memimpin kami dalam perang."

Jadi ini adalah penolakan secara nyata, tidak hanya Yahweh tetapi juga ciri khas Israel dari bangsa-bangsa lain. Yaitu menjadi bangsa yang kudus, dan memiliki sistem hukum yang berbeda dengan negara lain. Dalam bab 12, Samuel menyatakan pengunduran dirinya, dan mengangkat seorang raja untuk Israel, dan ia memperingati Israel agar mereka melayani Yahweh dengan sepenuh hati, dan jika mereka berbuat jahat dan tidak mematuhi perintah Yahweh, maka Yahweh akan melenyapkan Israel dan raja nya.

Beberapa ahli berpendapat bahwa penyunting yang menyusun naskah ini menggunakan sudut pandang anti-monarki, dalam menarasikan perjalanan sejarah Israel dalam menuju sistem monarki. Penulis memberikan implikasi dan evaluasi dari sejarah para raja Israel, dari sudut pandang masa kemudian, yaitu mereka yang berada dalam pengasingan, dan itu berarti sistem monarki adalah bencana bagi Israel. Penilaian negatif yang dinarasikan oleh para penyunting Deuteronomis tentang asal-asul dari institusi monarki: bahwa Yahweh sendiri telah memperingatkan pada masa transisi, pada saat permintaan ini diajukan, bahwa permintaan Israel berpotensi untuk menjadi bencana.

Bab 5. Saul dan Daud sebagai Perwakilan Dari Pertentangan Dalam Monarki.

Tidak hanya terjadi pertentangan dalam istitusi negara, terdapat juga pertentangan tentang raja pertama. Mengenai Saul, terjadi 3 kisah berbeda tentang pengangkatannya menjadi raja. Pada 1 Samuel 9,10 pemilihan Saul oleh Samuel hanya diketahui oleh mereka berdua, Samuel mengurapi Saul sebagai raja dengan minyak, dan hal ini dilakukan di rumah Samuel di tanah Zuf pegunungan Eframim.

Prosesi pengurapan atas raja juga ditemukan dalam banyak budaya di Timur-Tengah kuno, misalnya bangsa Het. Di Israel, hal ini menjadi ritual sebagai dedikasi atau proses pen-kudusan seseorang bagi Allah. Hal ini dilakukan oleh imam tinggi dengan menggunakan minyak suci. Kemudian pada bagian 1 Samuel 10, pada pertemuan semua suku Israel di Mizpah, Samuel memilih Saul berdasarkan semacam undian dari antara seluruh rakyat. Namun pada 1 Samuel 11, Saul memimpin pertempuran Israel atas bangsa Ammon, dan ia dipilih berdasarkan pengakuan terpopuler di Gilgal.

3 Kisah diatas bisa dipandang sebagai sebuah proses dimana Saul secara perlahan-lahan menuju posisi raja. Namun bisa juga dipandang sebagai kisah yang berbeda tentang Saul dan merupakan hasil pelestarian dari berbagai sumber kuno. Dan secara keseluruhan Saul digambarkan dengan sangat positif, tubuhnya tinggi besar, tampan, kharismatik, memimpin kemenangan.

Bahkan ia dikatakan turut bernubuat bersama para nabi, dan roh Yahweh bersemayam padanya. Bernubuat disini dimana ia dalam keadaan semacam mengoceh sambil menari dengan riang gembira. Dia membela suku nya yakni Benyamin dari serangan bangsa Ammon. Dia dipuji oleh semua suku sebagai pemimpin di masa perang. Sebagai raja ia mendapatkan beberapa kemenangan militer.

Namun ketika tokoh Daud masuk dalam kisah ini, yakni di 1 Samuel 16, penilaian atas Saul berubah menjadi negatif. Mungkin hal ini karena penulis kitab berasal dari kalangan yang setia kepada dinasti Daud (dari kalangan Yehuda). Dan Daud akan menggantikan Saul sebagai raja ke-2. Mungkin juga penilaian negatif ini dikarenakan kegagalan Saul dalam peperangan yang menyebabkan ia bunuh diri. Dan hal ini dipandang sebagai kesalahan fatal.

1 Samuel 16:14-15
14. Tetapi Roh TUHAN (Yahweh) telah mundur dari pada Saul, dan sekarang ia diganggu oleh roh jahat yang dari pada TUHAN (Yahweh). 
15. Lalu berkatalah hamba-hamba Saul kepadanya: "Ketahuilah, roh jahat yang dari pada Allah (Elohim) mengganggu engkau; 

Demikianlah jika dahulu roh Yahweh dikatakan bersemayam atas nya, sekarang dikatakan dikuasai oleh roh jahat dari Yahweh. Dia lalu dikatakan selalu melakukan kesalahan. Hal ini dimulai ketika ia tidak mematuhi instruksi Samuel, hingga ia tidak mendapat dukungan dari Samuel dan akhirnya oleh Yahweh. Hal ini dimulai pada bab 13. Ketika dalam sebuah pertempuran dia melihat semangat dari pasukannya yang menurun, ia kemudian melakukan sebuah ritual persembahan qurban.

Dia seharusnya menunggu kedatangan Samuel, dan ritual itu dilakukan oleh Samuel. Namun Saul merampas fungsi dari seorang Imam, dan hal ini memancing kemarahan Samuel. Hingga Samuel kemudian bernubuat bahwa Yahweh tidak akan membangun sebuah dinasti Saul atas Israel, meskipun di masa kemudian, banyak raja-raja melakukan ritual persembahan qurban namun tidak mendapatkan hukuman.

Ini adalah sebuah hal yang menarik karena Daud juga akan melakukan hal yang sama namun itu tidak menjadi masalah. Jadi tindakan Saul ini memicu kemarahan pertama Samuel dan mengatakan bahwa dinasti Saul tidak akan terbentuk.

Pada bab 15, terdapat kejadian ke-2 mengenai ketidaktaatan dan penolakan Samuel. Saul melawan perintah Samuel, ketika ia tidak membunuh Agag raja kaum Amalek, musuh Israel, serta mengambil rampasan perang berupa ternak yang gemuk. Tindakan Saul ini bertentangan dengan perintah Yahweh yaitu: pemusnahan secara masal, dimana seluruh kaum Amalek dan jarahan dimusnahkan untuk Yahweh. Samuel lalu menyampaikan kepada Saul bahwa Yahweh telah menyesal untuk memilih Saul sebagai raja. Dan telah memutuskan untuk memilih orang lain sebagai raja atas Israel.

1 Samuel 15
2. Beginilah firman TUHAN semesta alam: Aku akan membalas apa yang dilakukan orang Amalek kepada orang Israel, karena orang Amalek menghalang-halangi mereka, ketika orang Israel pergi dari Mesir.
3. Jadi pergilah sekarang, kalahkanlah orang Amalek, tumpaslah segala yang ada padanya, dan janganlah ada belas kasihan kepadanya. Bunuhlah semuanya, laki-laki maupun perempuan, kanak-kanak maupun anak-anak yang menyusu, lembu maupun domba, unta maupun keledai."
...
10. Lalu datanglah firman TUHAN kepada Samuel, demikian:
11. "Aku menyesal, karena Aku telah menjadikan Saul raja, sebab ia telah berbalik dari pada Aku dan tidak melaksanakan firman-Ku." Maka sakit hatilah Samuel dan ia berseru-seru kepada TUHAN semalam-malaman.
...
28. Kemudian berkatalah Samuel kepadanya: "TUHAN telah mengoyakkan dari padamu jabatan raja atas Israel pada hari ini dan telah memberikannya kepada orang lain yang lebih baik dari padamu.

Akibat keputusan tersebut, Saul tampaknya tenggelam dalam depresi dan paranoia. Menjelang akhir hidupnya ia digambarkan terobsesi untuk membunuh Daud, karena dianggapnya sebagai ancaman. Saul juga marah terhadap anaknya sendiri yakni Yonathan sang penerus tahta Saul, yang memiliki persahabatan dekat dengan Daud, bahkan sangat mendukung Daud.

Pada suatu saat Saul bahkan membunuh 85 imam yang dia percaya memberi perlindungan untuk Daud. Jadi semua peristiwa antara Saul dan Daud, menggambarkan Saul sebagai orang yang paranoid, dan Daud dipandang sebagai korban yang tak berdosa, karena ia sebenarnya sangat loyal kepada Saul.

Daud memiliki 2 kesempatan untuk menghabisi Saul namun ia mengatakan bahwa ia tidak akan mengangkat tangannya melawan orang yang diurapi Yahweh. Dipercaya oleh para ahli bahwa penggambaran Saul dan Daud ini adalah cerminan dari pandangan penulis yang bersifat apologis kepada dinasti Daud.

Kemunculan Daud dalam narasi ini dikisahkan dalam 3 versi:

kisah Ke-1 Samuel, secara diam-diam mengurapi Daud sebagai raja. Samuel juga digambarkan melakukan hal yang sama pada Saul. Daud juga adalah anak termuda dari saudaranya, ini melangkahi hak kesulungan - kasus peninggian derajat dari orang rendah sering terjadi dalam Alkitab.

kisah Ke-2 kita pertama kali melihat Daud ketika ia dipanggil untuk bermain musik bagi Saul.

Kisah ke-3, Daud diperkenalkan dalam pertempuran legendaris dengan Goliat.

Pandangan positif dari karakter Saul tidak sepenuhnya dihilangkan oleh penulis Alkitab. Dalam ratapan Daud, ketika ia mendengar tentang kematian Saul, ia memerintahkan orang-orang Yehuda untuk menyanyikan pujian untuk Saul.

2 Samuel 1
19. Kepermaianmu, hai Israel, mati terbunuh di bukit-bukitmu! Betapa gugur para pahlawan!
..
23. Saul dan Yonatan, orang-orang yang dicintai dan yang ramah, dalam hidup dan matinya tidak terpisah. Mereka lebih cepat dari burung rajawali, mereka lebih kuat dari singa.
24. Hai anak-anak perempuan Israel, menangislah karena Saul, yang mendandani kamu dengan pakaian mewah dari kain kirmizi, yang menyematkan perhiasan emas pada pakaianmu.
25. Betapa gugur para pahlawan di tengah-tengah pertempuran! Yonatan mati terbunuh di bukit-bukitmu.
26. Merasa susah aku karena engkau, saudaraku Yonatan, engkau sangat ramah kepadaku; bagiku cintamu lebih ajaib dari pada cinta perempuan.
27. Betapa gugur para pahlawan dan musnah senjata-senjata perang!

Namun, penggambaran Daud yang meratapi Saul dan Yonathan dalam hal ini, juga berfungsi sebagai apologis. Daud dibersihkan dari segala sesuatu yang menginginkan kematian Saul. Bagian berikut dari kitab Samuel, adalah mengenai pertemuan Saul dan Daud, dan berlangsung hingga akhir dari kitab 1 Samuel.

Bagian pertama dari kisah Daud, memiliki nuansa novel historis. Terdapat banyak pidato dan dialog. Sehingga memiliki nuansa novel fiksi. Jika dilihat dari klaim raja-raja dari negeri Yehuda disebut sebagai Dinasti Daud selama berabad-abad, dan ditemukannya sebuah catatan arkeologi dari abad ke-9 SM yang tertulis mengenai dinasti Daud. Saya rasa sebagaian dari ilmuwan mungkin melihat figur Daud adalah tokoh yang nyata. Daud digambarkan dengan cara yang manusiawi, dia tidak memiliki karakter illahi, bahkan tidak pula memiliki karakter orang saleh.

(II Samuel)

Pada 2 Samuel 1-5, terlihat penggambaran yang bersimpati dan menguntungkan Daud. Namun tidak sepenuhnya berupa sanjungan, terdapat beberapa kritikan halus terhadapnya. Ia jelas adalah tokoh pahlawan, namun terkesan memiliki jiwa oportunis. Dia juga adalah seorang penjahat, ia melayani bangsa Filistin sebagai tentara bayaran (mercenary), dan bertindak dengan tidak patut. Jadi catatan ini bukan murni sebuah propaganda istana, walau mengandung pembelaan untuk Daud. Pada bagian berikut Daud digambarkan dengan buruk, yaitu pada bagian kitab 2 Samuel.

Setelah kematian Saul (suku Benyamin), Daud dinobatkan sebagai raja di Hebron atas sukunya sendiri, Yehuda. Ia kemudian berhasil memenangkan perebutan kekuasaan dari keturunan Saul yaitu Isyboshet, yang berkuasa di wilayah utara. Dan akhirnya kesemua suku memilihnya menjadi raja, dan terbentuklah kerajaan yang bersatu antara Israel dan Yehuda.

Ketika pemerintahannya telah aman, dan semua suku telah mendukungnya, Daud kemudian merebut Yerusalem dari orang Yebus, serta meluncurkan serangan kepada bangsa-bangsa disekitar Israel.

Narasi Alkitab menggambarkan dia sebagai tuan dari sebuah kerajaan besar yang membentang dari wilayah pegunungan hingga ke laut dan gurun pasir. Namun sedikit sekali bukti yang bisa menunjukkan bahwa bangsa Israel pernah berkuasa secara penuh pada kawasan ini. Tetapi mungkin saja Daud mampu mengambil keuntungan dari kekosongan kekuasaan pada saat cengkraman Mesir pada tanah Kanaan mengendur, sewaktu migrasi dari orang-orang laut di seluruh wilayah ini, serta tekanan dari orang-orang yang hidup di gurun pasir yang bermigrasi ke wilayah adi daya pada saat itu sedang mengalami guncangan, yaitu Mesopotamia dan Mesir. (Pada saat Daud kemungkinan berkuasa 1000 SM, wilayah Mesopotamia dan Mesir sedang mengalami kemunduran - dark ages)

Jadi Daud dan Israel mengambil keuntungan dari kekacauan dan mendirikan sebuah negara merdeka, dan mungkin saja Daud mampu mendominasi daerah ini untuk sementara waktu, mengakhiri ancaman bangsa Filistin misalnya, atau bahkan mendapatkan upeti dari beberapa negara tentangga seperti Ammon, Moab dan Edom.

Bab 6. Perjanjian Daud.

Nabi Nathan adalah perantara dari janji yang diberikan Yahweh kepada Daud, sebuah janji yang menjadi dasar keimanan dalam keabadian kerajaan Daud. Ini adalah bagian yang sangat penting dalam pembangunan sebuah ideologi kerajaan;

2 Samuel 7:8-16
8. Oleh sebab itu, beginilah kaukatakan kepada hamba-Ku Daud: Beginilah firman TUHAN semesta alam: Akulah yang mengambil engkau dari padang, ketika menggiring kambing domba, untuk menjadi raja atas umat-Ku Israel.9. Aku telah menyertai engkau di segala tempat yang kaujalani dan telah melenyapkan segala musuhmu dari depanmu. Aku membuat besar namamu seperti nama orang-orang besar yang ada di bumi. 10. Aku menentukan tempat bagi umat-Ku Israel dan menanamkannya, sehingga ia dapat diam di tempatnya sendiri dengan tidak lagi dikejutkan dan tidak pula ditindas oleh orang-orang lalim seperti dahulu, 11. sejak Aku mengangkat hakim-hakim atas umat-Ku Israel. Aku mengaruniakan keamanan kepadamu dari pada semua musuhmu. Juga diberitahukan TUHAN kepadamu: TUHAN akan memberikan keturunan kepadamu. 12. Apabila umurmu sudah genap dan engkau telah mendapat perhentian bersama-sama dengan nenek moyangmu, maka Aku akan membangkitkan keturunanmu yang kemudian, anak kandungmu, dan Aku akan mengokohkan kerajaannya. 13. Dialah yang akan mendirikan rumah bagi nama-Ku dan Aku akan mengokohkan takhta kerajaannya untuk selama-lamanya. 14. Aku akan menjadi Bapanya, dan ia akan menjadi anak-Ku. Apabila ia melakukan kesalahan, maka Aku akan menghukum dia dengan rotan yang dipakai orang dan dengan pukulan yang diberikan anak-anak manusia. 15. Tetapi kasih setia-Ku tidak akan hilang dari padanya, seperti yang Kuhilangkan dari pada Saul, yang telah Kujauhkan dari hadapanmu.16. Keluarga dan kerajaanmu akan kokoh untuk selama-lamanya di hadapan-Ku, takhtamu akan kokoh untuk selama-lamanya."

Ini adalah sebuah bagian yang mengandung gagasan tentang perjanjian yang kekal dan tanpa ada syarat antara Yahweh dan Dinasti Daud. Dan ini adalah perjanjian ke-4 setelah: Perjanjian Nuh, Perjanjian Patriakh Abraham, Perjanjian Sinai.

Perhatikan, bahwa Yahweh berkata bahwa Daud dan keturunannya dapat dihukum karena dosa, namun tidak akan diambil hak kerajaan dari mereka seperti yang dilakukan terhadap Saul.

Jadi Yahweh berjanji untuk melestarikan Dinasti Daud, dan implikasinya akan kita lihat kemudian, pada keyakinan Yerusalem sebagai sebuah kota suci. Selain itu pada keyakinan dalam pembebasan Israel dari musuh-musuh karena Yahweh terikat pada Daud dan dinastinya.

Daud menjadi figur ideal dalam tradisi biblikal dan pasca-biblikal. Bahkan setelah kerajannya jatuh ketangan bangsa Babel pada tahun 586 SM, janji akan dinasti Daud diyakini kekal. Orang-orang melihat ke masa depan untuk pemulihan garis keturunan Daud, atau mesias. Kata Ibrani untuk Mesias berarti "yang diurapi dengan minyak suci."

Jadi raja Daud adalah Mesias Yahweh, raja yang diurapi. Dan di pengasingan, Israel akan berdoa untuk munculnya Mesias baru, yang berarti raja baru dari dinasti Daud, yang ditunjuk dan diurapi Yahweh untuk menyelamatkan mereka dari musuh dan membangun kembali bangsa mereka dalam kedamaian seperti yang pernah dilakukan Daud.

Illustrasi Mesias


Jadi pengharapan bangsa Yahudi untuk Mesias, kita berbicara dalam sudut pandang periode pasca-biblikal dimana adalah benar untuk mengatakan istilah "bangsa Yahudi". Mesias dalam terminologi politik dan nasionalisme, yang melibatkan restorasi bangsa di tanah Kanaan di bawah seorang raja keturunan Daud.

Di kuliah mendatang kita akan membahas mengenai ideologi kerajaan yang muncul untuk menentang ideologi Sinai dan perjanjian-perjanjian lain yang lebih tua.

Kembali ke Index Artikel

Sabtu, 12 November 2016

Pengantar Alkitab Ibrani (12)

Kuliah 12 - Kelompok Sejarawan Deutronomis : Kehidupan di Tanah Kanaan (Yosua -> Hakim-Hakim) [Oktober 18, 2006]

Bab 1. Deutronomis : Batu Loncatan Kepada Narasi Pentatukh.

Dalam pembahasan terakhir kita membahas tentang konsep pemilihan Yahweh terhadap Israel, dan Israel adalah bangsa pilihan tertuang dalam kitab Ulangan. Ini mengandung gagasan bahwa Israel adalah bangsa yang kudus, suci dalam arti dipisahkan untuk Allah.

Jadi pemisahan ini memerlukan faktor pembeda terhadap budaya bangsa asing dan pola hidup mereka, yang tidak sesuai dengan pemujaan terhadap Yahweh. Dengan demikian perkawinan dengan penduduk asli Kanaan dilarang dalam kitab Ulangan. Malah mereka harus dihancurkan. Semua bentuk kebudayaan asing yang tidak sesuai dengan perjanjian harus dimusnahkan.

Dipercaya pada saat komposisi kitab Ulangan, penduduk asli Kanaan sebenarnya sudah musnah. Dan menurut beberapa ahli biblikal, naskah tersebut dapat dipahami sebagai wujud dari konflik internal dalam komunitas Israel itu sendiri, yang mana cara hidup sebagian dari mereka, tidak sesuai dengan idealisme nilai-nilai Yahweisme menurut kelompok Deutronomis.

Hal ini memerlukan pemisahan dalam tata cara ibadah kepada Yahweh, ketaatan hukum, penolakan paganisme, dan sebagainya. Namun hak istimewa sebagai bangsa pilihan Yahweh memerlukan kewajiban dan tanggung jawab.

Pada saat yang sama kaum Deutronomis nampaknya menyadari beberapa bahaya dalam gagasan tersebut, bahaya laten superioritas kompleks. Hingga mereka berulangkali memperingatkan: pemilihan tersebut bukanlah karena hasil upaya kebajikan atau perbuatan yang membuat Israel menjadi bangsa terpilih, Musa mengingatkan bangsa Israel untuk tidak menganggap bahwa hak waris mereka atas tanah Kanaan adalah karena kekuatan mereka sendiri, atau karena kebajikan yang mereka miliki. Namun Israel dipilih oleh Yahweh karena kasih Allah;

Ulangan 7:6-8
6. Sebab engkaulah umat yang kudus bagi TUHAN, Allahmu; engkaulah yang dipilih oleh TUHAN, Allahmu, dari segala bangsa di atas muka bumi untuk menjadi umat kesayangan-Nya. 7. Bukan karena lebih banyak jumlahmu dari bangsa manapun juga, maka hati TUHAN terpikat olehmu dan memilih kamu--bukankah kamu ini yang paling kecil dari segala bangsa? -- 8. tetapi karena TUHAN mengasihi kamu dan memegang sumpah-Nya yang telah diikrarkan-Nya kepada nenek moyangmu, maka TUHAN telah membawa kamu keluar dengan tangan yang kuat dan menebus engkau dari rumah perbudakan, dari tangan Firaun, raja Mesir.

Ulangan 8:17
17. Maka janganlah kaukatakan dalam hatimu: Kekuasaanku dan kekuatan tangankulah yang membuat aku memperoleh kekayaan ini.

Pemilihan tersebut dilakukan oleh Allah karena kefasikan yang sedemikian besar dari bangsa Kanaan, hingga Yahweh memberi kesempatan kepada Israel.

Ulangan 9:4
4. Janganlah engkau berkata dalam hatimu, apabila TUHAN, Allahmu, telah mengusir mereka dari hadapanmu: Karena jasa-jasakulah TUHAN membawa aku masuk menduduki negeri ini; padahal karena kefasikan bangsa-bangsa itulah TUHAN menghalau mereka dari hadapanmu.

Dan yang sering ditegaskan oleh deutronomis adalah janganlah kalian mengecewakan Yahweh karena ia akan mengusir kalian dari tanah Kanaan, ini adalah pandangan penting kelompok sejarawan deutronomis.

Tema lain dalam Kitab Ulangan adalah tentang takdir keberuntungan, hal ini nampak pada Ulangan 8, dimana Allah mentakdirkan Israel untuk dikasihi dan dirawat oleh Nya, hal ini diungkapkan melalui berbagai metafora dalam Alkitab.

Kitab Hosea nampaknya memiliki hubungan yang kuat dengan kitab Ulangan, nabi Hosea akan mengembangkan lebih lanjut tentang metafora orang tua dan anak, yang kemudian berkembang pula gambaran tentang hubungan suami-istri, dimana satu pihak mencintai pihak lain, bukan karena mereka sempurna, namun itu karena pilihannya. Juga ada metafora tentang seekor induk elang dan anaknya pada:

Ulangan 32:10-12
10. Didapati-Nya dia di suatu negeri, di padang gurun, di tengah-tengah ketandusan dan auman padang belantara. Dikelilingi-Nya dia dan diawasi-Nya, dijaga-Nya sebagai biji mata-Nya. 11. Laksana rajawali menggoyangbangkitkan isi sarangnya, melayang-layang di atas anak-anaknya, mengembangkan sayapnya, menampung seekor, dan mendukungnya di atas kepaknya, 12. demikianlah TUHAN sendiri menuntun dia, dan tidak ada allah asing menyertai dia.

Nampak seperti induk elang yang mengajarkan anaknya untuk terbang, sang induk akan mendorong mereka keluar sarang, dan menangkap mereka jika jatuh, dan dilakukan berulang-ulang sampai mereka dapat terbang. Jadi Yahweh berulang kali menguji dan mengoreksi Israel sampai mereka siap untuk memasuki Tanah Perjanjian.

Jadi ini dari kitab Ulangan, yang merupakan khotbah perpisahan, serta kisah kematian dan penguburan Musa, adalah sebuah batu loncatan untuk menyerasikan narasi dari Pentatukh. Namun pada saat yang sama, kitab Ulangan masih menggantungkan nasib Israel, karena janji Yahweh belum terpenuhi, bangsa Israel masih belum memasuki Tanah Perjanjian.

Beberapa ahli biblikal berpendapat bahwa hal ini disegaja. Dan sebenarnya hal ini juga menjadi petunjuk mengenai masa di pembuangan, yaitu masa akhir dari  penyusunan kitab Ulangan: ketika penyuntingan akhir atau sang redaktur sedang berada atau hidup di pengasingan.

Dan Deutronomis ingin mempertegas bahwa kesetiaan kepada Taurat adalah lebih penting dibandingkan tinggal di Tanah Perjanjian. Namun demikian kitab Ulangan bukan hanya sebagai buku penutup dari Pentatukh, ia adalah bagian penghubung untuk rangkaian saga yang jauh lebih besar. Sebuah literatur yang akan berlanjut dari Ulangan hingga 2 Raja-Raja. Dan kita akan memahami rangkaian kitab tersebut sebagai buah karya kelompok Deutronomis.

Bab 2. Teori Sumber dan Pentatukh.

Sebagai penutup tentang Pentatukh, berikut kesimpulan singkatnya: kita telah membahas tentang teori sumber dari Pentatukh, yaitu pada  Hipotesis Dokumenter. Dan telah juga saya sebutkan bahwa terjadi perdebatan pada kesimpulan penanggalan materi sumber itu.

Satu masalah yang menurutku cukup sulit pada masalah tentang penanggalan sumber Priestly/Paderi. Melihat materi dari kelompok P, kita mendapat gambaran tentang transformasi dari ritual bangsa Israel kuno dan tradisi mereka menjadi praktik simbolis yang berhubungan dengan moralitas dan kesucian. Serta nuansa tentang etika komunal, dimana setiap tindakan individu akan berdampak terhadap masyarakat secara keseluruhan.

Namun sentimen anti-paderi, anti-kultus yang muncul pada kalangan Protestan di Eropa, dan para ahli biblikal pada beberapa abad terakhir. Nampaknya memiliki penilaian negatif akan sumber Priestly. Bagi Wellhausen, sumber P yang menekankan kultus dan ritual, adalah representasi dari tahap kemerosotan dari evolusi agama Israel, karena ritual pemujaan kaum imam ini, menjauh dari semangat spritual-keagamaan.

Menurut Wellhausen, periode awal Israel kuno seharusnya keagamaan mereka berkarakter lugas, dan alami, memiliki hubungan yang intim dengan Yahweh, tidak terbebani atau ternoda oleh obsesi legalitas sebuah kultus dari para imam. Lanjutnya pada tahun 586 SM, dimasa kehancuran Yerusalem dan orang Yehuda ditawan di Babel, saat itulah, di Babel, para imam mengambil kendali, dan mereka mampu mempermainkan perasaan bersalah dan gagal dari para orang-orang terbuang.

Para imam mampu membangun identitas baru dan agama, yang berfokus untuk menekankan dosa dari rakyat Yehuda, dan keinginan untuk pemurnian, khususnya pada askpek kemurnian ritual dan legalistiknya sebagai jalan kembali kepada Allah. Dan mereka kemudian menulis sejarah bangsa Israel dimasa lampau..

Namun menurutku, rekonstruksi dari evolusi sejarah Israel, dan keagamaan Israel, menurut Wellhausen lebih didorong oleh prasangka negatif atas nilai teologis dari pada berdasarkan bukti sejarah. Dan ini didorong oleh sudut pandang Ke-Kristenan, dimana Yahudi dipandang sebagai agama yang sedang sekarat pada masa Yesus, dan Yesus datang untuk menghidupkan kembali nilai spiritual dari keagamaan Isrel, yang sudah seperti kayu yang membusuk dan layu seperti pohon mati.

Namun ini tidak berarti bahwa semua ahli biblikal yang memberi penanggalan materi P di periode yang sama termotivasi oleh asumsi yang sama dengan Wellhausen. Pandangan lain dari para ahli menanggalkan P ke periode yang lebih akhir (sebelum pembuangan), dan ada beberapa bukti obyektif untuk menganggalkan beberapa bagian dari materi P ke masa setelah pembuangan, seperti halnya pada materi Deutronomis.

Namun pada umumnya sebagain besar ahli biblikal akan sepakat bahwa materi dari Priestly/Paderi mencapai bentuk finalnya pada masa pembuangan atau setelah pembuangan, dan ini adalah pada abad ke-6 SM. Masa pembuangan adalah sekitar 530 SM, dan masa setelah pembuangan, yaitu ketika penduduk Yehuda kembali dari Babel. Hal ini termasuk penanggalan untuk seluruh kitab Pentatukh/Torah secara umum.

Namun demikian ada banyak data yang menunjukkan bahwa sumber P mempertahankan materi yang sangat awal, seperti halnya sumber D berisikan materi dari sebelum pengasingan atau bahkan lebih awal lagi. Materi P (paderi) mempromosikan etika komunal, dan para imam setelah masa pembuangan kemudian berubah haluan mendukung etika individu.

Banyak bagian dari materi P, nampaknya tidak mementingkan konsep 1 kuil yang terpusat. Ingat jika gagasan tentang rumah ibadah yang terpusat pada satu kuil terjadi pada tahun 622 SM pada zaman raja Yosia dengan reformasinya (abad ke-7 SM).

Hingga untuk memilah penanggalannya: naskah yang cenderung mendukung keberadaan banyak kuil di seluruh Israel mungkin berasal dari pra-Yosia, sebelum tahun 622 SM, sebelum pembuangan. Naskah yang cenderung kepada keberadaan 1 kuil terpusat kemungkinan pada masa Yosia atau setelahnya.

Namun hal yang signifikan adalah materi P tidak melarang perkawinan dengan bangsa lain. Ia tidak mengimplementasikan aspek kemurnian pada kasus tersebut. Penggunaan aspek kemurnian mengenai Israel dan bangsa lain adalah karakteristik periode setelah pembuangan.

Jadi pemikiran tentang evolusi JE yang berisi spriritual, kepada D yang menjunjung nilai kemanusian dan etika, hingga P yang berisi obsesifitas kultus dan legalisme, sepertinya adalah pemikiran beberap pihak, adalah lebih baik melihat 3 hal ini sebagai perwakilan dari 3 kubu kontemporer dari tradisi Israel kuno, yang menggambarkan pengalaman dan narasi dari berbagai perspektif mazhab pemikiran mereka.

Materi tersebut ditransmisikan dan berkembang dalam berbagai lingkaran komunitas masyarakat Israel yang berbeda selama beberapa ratus tahun, dan mereka kemudian mengkristal pada beberapa masa yang berbeda.

JE memiliki fragmen yang cukup tua, namun mungkin mencapai bentuk final sebelum sentralisasi kuil. Mereka tidak mempermasalahkan eksistensi berbagai tempat ibadah di seluruh tanah Israel, jadi mungkin sebelum tahun 622 SM.

D mengandung banyak tradisi dari negeri Israel di utara, sebelum kejatuhan mereka pada tahun 722 SM, namun jelas mencapai bentuk final setelah di pengasingan di Babel. Ada banyak bagian-bagian dalam literatur mereka yang menunjukkan bahwa ia ditulis dari perspektif masyarakat di pengasingan.

P mengandung banyak tradisi kuno, namun mencapai bentuk final pada akhir masa pengasingan atau setelah masa pengasingan.

Jadi masing-masing lapisan dari sumber yang saling bersusun dan kompleks ini, memiliki agenda, perspektif, penekanan yang berdiri sendiri-sendiri. Kadang-kadang mereka berkontradiksi satu sama lain, namun mereka tidak dimaksudkan untuk dipandang dalam cara linear, seperti halnya sebuah kisah linear tentang sejarah Israel dan keagamaannya. Keanekaragaman mereka sengaja tidak dihilangkan oleh editor terakhir dari kitab itu.

Bab 3. Pengenalan Kitab Nabi-Nabi Terdahulu (Awal).

Setelah kesimpulan singkat mengenai Torah atau Pentatukh, sekarang kita berpindah kebagian lain dari Alkitab Ibrani, yaitu kitab Nabi-Nabi (Nevim). Bagian ini terbagi atas 2 bagian yaitu :

1. Nabi-Nabi Terdahulu (Awal) yang terdiri dari Yosua, Hakim-Hakim, Samuel, dan Raja-Raja, mereka dibentuk sebagai narasi sejarah. 

2. Nabi-Nabi Kemudian (Akhir).

Pembahasan kita saat ini adalah kitab Nabi-Nabi Terdahulu. Dan secara theologis, bagian ini berorientasi pada kisah sejarah Israel dari penaklukan Tanah Kanaan hingga kejatuhan bangsa mereka ditangan bangsa Babel pada tahun 597-586 SM.

Materi ini penting bagi kita agar mampu memahami bagian berikut dari Nevim, yaitu Kitab Nabi-Nabi Kemudian. Kitab Nabi-Nabi Kemudian adalah sebuah koleksi kitab yang masing-masingnya menyandang nama sang nabi, yang berisi nubuat. Nabi-Nabi tersebut menyampaikan nubuat atau khobah mereka pada saat-saat kritis dalam sejarah bangsa Israel.

Jadi untuk memahami kata-kata dalam kitab Nevim, kita terlebih dahulu harus memahami alur sejarah Israel, terutama pada saat-saat kritis yang dibicarakan oleh mereka. Dan informasi sejarah itu dapat kita pelajari dari narasi Yosua hingga Raja-Raja.

Kitab Nabi-Nabi Terdahulu, atau kitab sejarah, seperti halnya kitab lain dalam Alkitab yang telah kita pelajari, mengandung berbagai materi kuno yang disatukan melalui sentuhan tangan dari penyunting di masa kemudian.

Terdapat satu atau sekelompok editor yang anonim, yang mengerjakan ulang berbagai materi-materi kuno. Mereka merajutnya kedalam bentuk yang kita miliki saat ini, dan itu adalah sebuah proses yang disebut sebagai redaksi atau penyuntingan.

Mereka mengkomposisi dengan menyisipkan ayat-ayat, khotbah-khotbah, menyambungkan mereka kedalam satu alur ideologi, dan ideologi tersebut memiliki kesamaan dengan Deutronomis.

Seorang ahli biblikal dari Jerman bernama Martin Noth, berkesimpulan bahwa kitab Ulangan dan Kitab Sejarah sebenarnya membentuk sebuah kesatuan, dan Kitab Ulangan tidak saja merupakan kesimpulan atas Pentatukh, namun juga sebagai pembuka untuk Kitab Sejarah.

J,E dan P nampak berakhir disini; namun ada perdebatan tentang itu, karena penafsiran sejarah yang membentang dari Yosua hingga Raja-Raja mencerminkan gagasan dari kitab Ulangan, kita berkesimpulan bahwa orang-orang yang menyunting seluruh unit ini (Pentatukh) adalah kelompok sejarawan Deutronomis, atau ber-mazhab Deutronomis.

Keseluruhan unit ini jelasnya diredaksikan setelah 622 SM. Diasumsikan dari kecenderungan sentralisasi kultus. Peristiwa terakhir yang disebutkan dalam 2 Raja-Raja adalah kejadian yang terjadi pada tahun 562 SM, yaitu ketika raja Yoyakhin dibebaskan dari penjara di Babel.

Jadi pengerjaan kitab ini kemungkinan tidak lama setelah tahun 562 SM, ketika dipengasingan atau menjelang akhir dari masa pengasingan. Marthin Noth berasumsi bahwa terdapat 1 editor. Ahli lain berasumsi terdapat 2 atau bahkan lebih, yang bertanggungjawab dalam narasi sejarah ini, karena terdapat beberapa perspektif yang mewakili pandangan editor. Namun yang mayoritas adalah perspektif orang-orang yang berdiam di pengasingan Babel.

Beberapa kitab dari koleksi besar ini, nampaknya berisi elemen dan materi yang tidak dipengaruhi oleh ideologi Deutronomis. Hal ini dibahas secara mendalam oleh Marc Brettler dalam bukunya "The Prophets," ini buku yang menarik untuk  menjelaskan kompleksitas dari materi kitab ini.

Fitur yang paling menonjol dari mazhab Deutronomis adalah keyakinan bahwa hak Israel untuk mendiami Tanah Kanaan adalah tergantung dari ketaatan atau tidaknya kepada Perjanjian dengan Yahweh. Dan keyakinan ini akan mewarnai gambaran, evaluasi dan penafsiran atas Sejarah Bangsa Israel.

Yehezkel Kaufmann menggunakan istilah "historiosophy" untuk menggambarkan materi kitab ini. Jika seorang sejarawan mungkin hanya merekam sebuah peristiwa, historiosophy lebih dari sekedar itu, ia lebih menekankan unsur filosifis. Ia mencoba untuk mencari makna filosofis atau kesimpulan ideologis dari sebuah peristiwa sejarah - dan mengarah kepada sebuah tujuan yang lebih besar yaitu sebuah desain.

Ia tidak hanya mengatakan apa yang telah terjadi, namun ia menekankan pada: mengapa hal itu terjadi, dan apa artinya bagi orang hari ini, tentang kejadian dimasa lampau.

Jadi sejarah bagi Deutronomis tidak hanya tentang sejarah Israel hingga penghancuran Yerusalem, ia adalah historiosophy. Mereka membuat sebuah argumen dan mencoba untuk mengkomunikasikan makna dari sebuah peristiwa, dan hal itu dilakukan melalui sebuah pola, kita akan melihat pola sastra tentang penghargaan dan hukuman (reward and punishment).

Ada beberapa fitur penting Deutronomis dalam kisah Yosua hingga 2 Raja-Raja. Keyakinan tentang Yerusalem adalah kota pilihan illahi. Ia adalah kota yang dimaksud dalam Ulangan ketika Yahweh mengatakan akan memilih tempat untuk membuat namanya berdiam.

Selain itu terdapat pemilihan illahi atas Daud sebagai raja Israel dan keturunannya. Sekarang, menjadi menarik karena 4 buku dalam Pentatukh tidak pernah menyebut seorang raja. Tidak ada pernyataan bahwa jika anda akan memiliki seorang raja ini adalah yang mesti dilakukan.

Pernyataan demikian hanya ada dalam kitab Ulangan yang mengasumsikan atau mempersiapkan berdirinya monarki dan undang-undang dan tugas yang berkaitan dengan raja. Jadi kitab Ulangan ditulis dan diredaksikan pada saat telah ada monarki berdiri di Israel. Dan ia memberikan dasar hukum yang ideal untuk sebuah kerajaan. Jadi Daud sebagai raja terpilih, adalah raja yang ideal sesuatu yang merupakan tema kitab ini.

Tema lain dalam kitab ini yang ber-mazhab Deutronomis adalah penekanan tentang nabi Yahwist, contohnya Elia dan Elisa. Nabi tersebut adalah figur utama dalam usaha pemurnian agama, mereka berjuang melawan segala jenis unsur asing dalam penyembahan Yahweh, dan segala bentuk sinkretisme. Pandangan Deutronomis lain adalah status favorit kerajaan Yehuda, kerajaan selatan, dibandingkan penggambaran yang negatif atas kerajaan Israel di utara.

Kerajaan Israel di utara ditulis dengan sudut pandang yang sangat, sangat buruk oleh para penulis Deutronomis, hal ini menunjukkan kemungkinan mereka berasal dari Yehuda. Sehingga raja-raja utara akan mendapat pandangan yang negatif. Mereka direndahkan karena mereka mempertahankan kultus yang menyaingi tempat kudus terpusat di Yerusalem. Selain itu mereka juga merendahkan segala sesuatu yang berbau Kanaan, kita akan membahas hal ini lebih dalam dan melihat kompleksitas dari gambaran itu.

Bab 4. Latar Belakang Geografis dan Implikasi Sejarah.

Kitab Yosua dan Hakim-Hakim berisi tentang proses penaklukan Tanah Kanaan oleh suku-suku Israel, dan masa-masa awal mereka berdiam di Tanah Perjanjian. Untuk memahami isu-isu yang muncul, dan proses terjadinya struktur kesukuan di negeri itu, adalah sangat penting untuk mengetahui geografi Tanah Kanaan. Selama 4000 tahun, telah terjadi banyak peperangan untuk merebut sebuah kavling kecil tanah yang dikenal sebagai Kanaan, atau Israel, atau Palestina, dari pada peperangan untuk merebut daerah lain di dunia ini.

Di dunia kuno, alasan untuk merebut wilayah yang kecil ini - sekitar 240 KM panjang dan 112 KM lebar; sebenarnya tanah ini sangat kecil -  karena wilayah ini berfungsi sebagai penghubung berbagai wilayah di Timur-Tengah kuno. Ia adalah penghubung Mesir, Asia Minor dan Mesopotamia. Tidak ada hasil bumi yang bernilai yang bisa di dapat dari wilayah ini, namun ia strategis secara lokasi, karena sebagai penghubung rute perdagangan utama, ia dilalui oleh para karavan/kafilah yang membawa emas, biji-bijian, rempah dan tekstil dan barang lainnya antara Mesir dan ke seluruh daerah lain dari Asia Minor hingga Mesopotamia.

Jadi mengontrol wilayah yang menjadi jalan raya internasional ini, berarti dapat membawa banyak kekayaan, namun lokasi yang strategis ini seperti pedang bermata dua, jika pada masa damai ia membawa kemakmuran, namun pada masa perang, wilayah tersebut akan terus-menerus di invasi oleh berbagai kekuatan militer dalam skala besar. Dan hal ini menjelaskan mengapa wilayah ini sering menjadi ajang penguasaan antara Mesir, Amorit, Israel, Ashur, Babilon, Persia, Yunani, Ptolemi dan Seleucid, Romawi, dan seterusnya.

Lembah Jezreel
Lembah Jezreel dari gunung Carmel
Danau (laut) Galilea

Sungai Yordan
Kontur Geografi Israel

Peta Tanah Kanaan

Walau wilayah ini sangat sempit, ia memiliki keragaman geografis yang sangat ekstrim. Terdapat 3 bagian geografis utama. Jika kita berjalan dari utara ke selatan pada wilayah ini, di sebelah barat kita menemukan dataran rendah dan pesisir pantai. Wilayah dataran rendah ini lebarnya sekitar 45 KM, dan ini adalah jalan raya utama menuju Mesir.

Wilayah pesisir ini dikendalikan oleh Mesir, pada saat diklaim sebagai masa keluar nya bangsa Israel dari Mesir. Dari wilayah dataran rendah ini menuju ke timur terdiri dari daerah perbukitan. Namun pada daerah perbukitan ini terdapat sebuah lembah yang dikenal sebagai lembah Jezreel/Yizreel, lembah yang memotong jalur perbukitan ini sangatlah subur.

Dataran rendah Megiddo juga bersambung dengan lembah Jezreel. Ia adalah bagian tersubur di wilayah ini, dan disini juga adalah situs dari berbagai pertempuran berdarah dalam sejarah Israel.

Di Wilayah pegunungan terdapat lembah Yordan, dan di sana juga mengalir sungai Yordan, yang bermuara di Laut/Danau Galilea, dan mengalir lagi hingga terperangkap di Laut Mati.

Di sebelah utara titik tertinggi berada pada gunung Hermon, yang tertutup salju, ketinggiannya 3.048 Meter diatas permukaan laut. Pada wilayah pegunungan ketinggiannya bervariasi antara 1200-3000 Meter diatas permukaan laut, namun jika anda bergerak ketimur menuju wilayah lembah, daerahnya akan turun secara dramatis, sehingga ketika mencapai Laut Galilea, kita telah berada 210 Meter dibawah permukaan air laut, dan pada Laut Mati posisinya berada disekitar 400 Meter dibawah permukaan air laut, ini adalah wilayah terendah di permukaan bumi.

Di sebelah utara terdapat sungai yang dikelilingi oleh berbagai vegetasi di kedua sisinya, tapi tidak ada kehidupan di bagian selatan yang hanya berjarak 100 KM yakni di Laut Mati. Hal ini karena air danau nya mengandung 25% garam dan mineral. Jadi ini adalah daerah yang sangat terpencil. Kisah dalam Alkitab mengindentifikasi wilayah ini sebagai situs dari Sodom dan Gomorrah. Daerah disekitar Laut Mati adalah wilayah semi-gurun pasir, dan sering disebut padang gurun Yudea (diantara Yerusalem dan Laut Mati).

Jadi dalam wilayah yang relatif kecil ini terdapat berbagai macam wilayah geografis yang radikal, dan fakta ini memiliki implikasi penting bagi sejarah Israel. Persatuan dan kesatuan adalah sangat sulit untuk dicapai. Wilayahnya yang saling terisolasi, menjadikan penduduknya memiliki karakter ekonomi dan budaya yang berbeda. Ada kelompok petani yang menetap di wilayah yang lebih subur, kelompok gembala semi-nomaden, penduduk perkotaan, kelompok pedagang yang bersentuhan dengan berbagai kebudayaan. Dan inilah latar belakang geografis dari wilayah yang akan anda temukan dalam kitab Yosua.

Bab 5. Struktur Kitab Yosua.

Strutur kitab Yosua sangat sederhana, ia terbagi atas 2 bagian besar, bab 1-12 membentuk unit yang menceritakan tentang proses invasi dan penaklukan. Element pentingnya: dalam bab 2 Yoshua mengirim mata-mata ke Kanaan, bab 3 Yosua menyeberangi sungai Yordan, bab 6 pertempuran Yerikho, bab 8 tentang penaklukan kota Ai, dekat Yerikho, bab 9 tentang bergabungnya penduduk Gibeon bersama Israel; mereka adalah penduduk asli Kanaan yang bergabung dengan Isael, dan bab 10-11 tentang kampenye militer berikutnya.

Dan pada Yosua 10:40, kita membaca: "Demikianlah Yosua mengalahkan seluruh negeri itu, Pegunungan, Tanah Negeb," - ini adalah wilayah gurun pasir di sebelah selatan, - " Daerah Bukit dan Lereng Gunung, beserta semua raja mereka. Tidak seorangpun yang dibiarkannya lolos, tetapi ditumpasnya semua yang bernafas, seperti yang diperintahkan TUHAN, Allah Israel"

Bab 11 mengisahkan tentang bagaimana Yosua menyelesaikan tugas yang dimulai oleh Musa.

Yosua 11:15
Seperti yang diperintahkan TUHAN kepada Musa, hamba-Nya itu, demikianlah diperintahkan Musa kepada Yosua dan seperti itulah dilakukan Yosua: tidak ada sesuatu yang diabaikannya dari segala yang diperintahkan TUHAN kepada Musa.

Yosua 11:23
Demikianlah Yosua merebut seluruh negeri itu sesuai dengan segala yang difirmankan TUHAN kepada Musa. Dan Yosua pun memberikan negeri itu kepada orang Israel menjadi milik pusaka mereka, menurut pembagian suku mereka. Lalu amanlah negeri itu, berhenti dari berperang.

Jadi pada bab 13-21 menceritakan tentang pembagian tanah di antara suku-suku Israel. Bab sisa adalah semacam lampiran: bab 23 berisi perpisahan, bab 24 pembaharuan Perjanjian di Sikhem.

Dalam narasi bab 2-12, digambarkan Israel menyerang sebagai kekuatan konfederasi 12 suku yang terorganisir, dan penaklukan ini di bawah kepemimpinan Yosua. Dan situasi orang Kanaan yang tercerai-berai, tidak memberi perlawanan yang berarti: mereka menjadi lumpuh oleh ketakutan yang dikirim oleh Yahweh. Semua yang orang Kanaan yang ditaklukkan, dibunuh oleh Israel sebagaimana perintah Yahweh. Jadi bagian pertama Kitab Yosua mengandung kisah ideal tentang bagaimana bangsa Israel mampu menaklukkan wilaya perbukitan Kanaan, dan menyisakan bangsa Filistin yang hidup di pesisir pantai.

Kisah penaklukan Yosua ini adalah wahana untuk mengekspresikan gagasan dasar tentang kemenangan Israel tidak akan mungkin terjadi tanpa bantuan Yahweh yang begitu menakjubkan. Adalah Yahweh yang membelah sungai Yordan agar mereka dapat menyeberanginya. Yahweh yang meruntuhkan tembok Yerikho. Yahweh yang menimbulkan ketakutan di hati orang Kanaan. Yahweh hadir di setiap pertempuran. Tabut Perjanjian adalah tanda yang terlihat bagi kehadiran Yahweh dan ikut berbaris di depan mereka.

Setelah penaklukan selesai seluruh perwakilan dari suku-suku Israel berkumpul dan bertemu di Sikhem (Shechem) untuk membuat Perjanjian Suci untuk menjadi jemaat Yahweh, untuk menyembah-Nya tanpa ada illahi lain. Dan menurut kitab Yosua, struktur kesukuan Israel terbentuk pada saat ini.

Ini adalah gambaran yang sangat sempurna tentang penaklukan secara kilat tanah Kanaan, namun hal ini bertentangan dengan pernyataan di bagian lain dari kitab Yosua itu sendiri atau pun dalam kitab Hakim-Hakim. Contohnya pada berbagai kemenangan di bab 2-10 ini, nampaknya hanya terbatas pada daerah yang sangat kecil, hal ini nampak dalam :

Yosua 13:1
Setelah Yosua menjadi tua dan lanjut umurnya, berfirmanlah TUHAN kepadanya: "Engkau telah tua dan lanjut umur, dan dari negeri ini masih amat banyak yang belum diduduki.

Yosua 10:36-39
36. Kemudian Yosua dengan seluruh Israel bergerak maju dari Eglon ke Hebron, lalu berperang melawannya. 37. Negeri itu direbut mereka dan dipukul dengan mata pedang, juga rajanya dan segala kotanya dan semua makhluk yang ada di dalamnya, tidak seorangpun yang dibiarkannya lolos, tepat seperti yang dilakukannya terhadap Eglon. Kota itu dan semua makhluk yang ada di dalamnya ditumpasnya. 38. Kemudian Yosua dengan seluruh Israel kembali ke Debir, lalu berperang melawannya. 39. Negeri itu beserta rajanya dan segala kotanya direbutnya, dan dipukul dengan mata pedang. Semua makhluk yang ada di dalamnya ditumpas mereka, tidak seorangpun yang dibiarkannya lolos; seperti yang dilakukannya terhadap Hebron, demikianlah dilakukan terhadap Debir beserta rajanya, sama seperti yang dilakukannya terhadap Libna beserta rajanya.

Yosua dilaporkan menaklukkan Hebron dan Debir, namun dalam Yosua 15:15-17 dan Hakim-Hakim 1:11-13, kita membaca bahwa debir belum direbut, dan direbut dimasa yang akan datang, setelah kematian Yosua, oleh Kaleb bin Yefune dan Otniel, dan Hebron di rebut oleh suku Yehuda setelah wafatnya Yosua.

Yosua 15:15-17
13. Tetapi kepada Kaleb bin Yefune diberikan Yosua sebagian di tengah-tengah bani Yehuda itu, yakni Kiryat-Arba, seperti yang dititahkan TUHAN kepadanya; Arba ialah bapa Enak. Itulah Hebron. 14. Dan Kaleb menghalau dari sana ketiga orang Enak, yakni Sesai, Ahiman dan Talmai, anak-anak Enak. 15. Dari sana ia maju menyerang penduduk Debir. Nama Debir itu dahulu ialah Kiryat-Sefer (city of book).

Hakim-Hakim 1:1
Sesudah Yosua mati, orang Israel bertanya kepada TUHAN: "Siapakah dari pada kami yang harus lebih dahulu maju menghadapi orang Kanaan untuk berperang melawan mereka?"

Hakim-Hakim 1:10-12
10. Lalu suku Yehuda bergerak menyerang orang Kanaan yang diam di Hebron--nama Hebron dahulu adalah Kiryat-Arba--dan memukul kalah Sesai, Ahiman dan Talmai. 11. Dari sana mereka bergerak menyerang penduduk Debir. Nama Debir dahulu adalah Kiryat-Sefer. 12. Berkatalah Kaleb: "Siapa yang mengalahkan dan merebut Kiryat-Sefer, kepadanya akan kuberikan Akhsa, anakku, menjadi isterinya." 

Pada Yosua 12:10 di laporkan tentang penaklukan raja Yerusalem. Namun dalam Hakim-Hakim 1:8 dan 21, kita membaca adalah suku Yehuda yang menaklukkan raja Yerusalem, dan walau mereka merebutnya mereka tidak mengusir penduduknya yakni orang Yebus, hingga 200 tahun kemudian pada zaman raja Daud, barulah dilaksanakan penaklukan Yerusalem (lagi). Hakim-Hakim 1 memberi daftar wilayah yang mana orang Kanaan tidak di usir.

Hakim-Hakim 1:8
Sesudah itu bani Yehuda berperang melawan Yerusalem, merebutnya lalu memukulnya dengan mata pedang dan memusnahkan kota itu dengan api.

Hakim-Hakim 1:21
Tetapi orang Yebus, penduduk kota Yerusalem, tidak dihalau oleh bani Benyamin, jadi orang Yebus itu masih diam bersama-sama dengan bani Benyamin di Yerusalem sampai sekarang.

2 Samuel 5:6
Lalu raja dengan orang-orangnya pergi ke Yerusalem, menyerang orang Yebus, penduduk negeri itu. Mereka itu berkata kepada Daud: "Engkau tidak sanggup masuk ke mari; orang-orang buta dan orang-orang timpang akan mengenyahkan engkau!" Maksud mereka: Daud tidak sanggup masuk ke mari.

Kisah Yosua juga bertentangan dengan bukti arkeologi. Di Timur-Tengah Kuno, kota yang hancur cenderung diratakan, kemudian kota baru akan berdiri diatas reruntuhan kota lama, akibat kejadian yang berlangsung terus menerus, tumpukan reruntuhan kota akan membentuk sebuah gundukan dan disebut "tell" (mungkin anda pernah mendengan situs bernama Tell Dor).

Lapisan dalam gundukan itu mewakili kota-kota yang hancur pada masa tertentu. Jadi berdasarkan kisah Yosua kita berharap akan menemukan bukti dari kehancuran kota-kota Kanaan dari abad ke-13 SM. Dan para arkeolog selama beberapa waktu sangat yakin bahwa mereka akan menemukan lapisan kehancuran ini. Namun mereka berakhir dengan kekecewaan, tidak pernah ada bukti penaklukan yang luas dan kehancuran pada abad ke-13 dan ke-12 SM, dalam lapisan arkeologi reruntuhan kota.

Beberapa situs pernah diasumsikan sebagai kota yang dihancurkan oleh Yosua dan bangsa Israel kuno, namun ternyata kota tersebut telah hancur jauh sebelum bangsa Israel mendiami Kanaan.

Bangsa Israel mendiami wilayah Kanaan pada akhir Zaman Perunggu hingga awal Zaman Besi, sekitar tahun 1200 SM. Penggalian pada situs Yeriko dan Ai menunjukkan bahwa kedua kota tersebut telah berupa reruntuhan pada saat itu, setidaknya 200 tahun sebelum kemungkinan waktu Yosua; sehingga tidak ada yang namanya tembok Yerikho pada masa Yosua hidup (jika ia adalah figur historis).

Dari 20 situs yang awalnya dipercaya sebagai kota yang ditaklukkan oleh Yoshua dan generasi sesudahnya, hanya 2 yang menunjukkan lapisan kehancuran pada masa figur Yoshua seharusnya hidup, yakni Hazor dan Beth-el. Dan yang menarik adalah, kisah Hazor yang direbut oleh Yosua berkontradiksi dengan kisah lain dalam Alkitab, karena pada Hakim-Hakim 4 dan 5, ia masih berupa kota Kanaan. Ia diceritakan masih merupakan kota Kanaan dan tidak direbut oleh Yosua.

Yosua 11:1
Setelah hal itu terdengar kepada Yabin, raja Hazor, diutusnyalah orang kepada Yobab, raja Madon, dan kepada raja negeri Simron, kepada raja negeri Akhsaf, .....

Yosua 11:10-11
10. Pada waktu itu Yosua kembali, direbutnya Hazor, dan rajanya dibunuhnya dengan mata pedang. Sebab Hazor pada waktu dahulu adalah yang terutama di antara segala kerajaan itu. 11. Semua makhluk yang ada di dalamnya dibunuhnya dengan mata pedang, sambil menumpas orang-orang itu. Tidak ada yang tinggal hidup dari semua yang bernafas dan Hazor dibakarnya.

Hakim-Hakim 4:2
Lalu TUHAN menyerahkan mereka ke dalam tangan Yabin, raja Kanaan, yang memerintah di Hazor. Panglima tentaranya ialah Sisera yang diam di Haroset-Hagoyim....

Kontroversi kisah Yosua dapat anda baca di artikel ini :
Penaklukan Yoshua Atas Tanah Kanaan vs Arkeologi

Bab 6. Tiga Model Ilmiah Untuk Menjelaskan Munculnya Negara & Bangsa Israel.

Jadi kesimpulan yang dapat ditarik dari kisah pada Yosua 2-12 adalah, narasi ini dimaksudkan sebagai usaha atas sebuah konstruksi ideologis. Kita akan kembali membahasnya. Namun yang jelas pembentukan negara dan bangsa Israel, adalah jauh lebih kompleks dibandingkan gambaran yang disajikan dalam kitab Yosua 2-12. Para ahli telah mengajukan 3 model yang mungkin bisa digunakan untuk menjelaskan pembentukan Israel.

Model ke-1, adalah "Model Imigrasi" yang diajukan oleh ilmuwan Jerman. Karena negara kota Kanaan pada saat itu berupa kota berbenteng/berdinding dan berada di daerah dataran rendah, orang Israel berdasarkan model ini adalah orang-orang yang memasuki wilayah di dataran tinggi dan berdiam disana, tingkat kepadatan penduduk di wilayah pegunungan sangatlah rendah dibandingkan kota Kanaan (city states).

Namun secara perlahan-lahan orang Israel ini mulai turun gunung dan merebut kota-kota di dataran rendah. Kita mengetahui bahwa pada akhir Zaman Perunggu, dan permulaan Zaman Besi, sekitar tahun 1200 SM, terjadi pergolakan besar di seluruh wilayah Mediterania. Kita menemukan bukti-buktinya dari reruntuhan peradaban Mycenaean (dikepulauan Yunani), terjadi perang Trojan di Yunani, bangsa Het/Hittite menginvasi Asia Kecil - moderen Turki. Gejolak ini menyebabkan migrasi massal. Banyak dari mereka berlayar dari Yunani, ke pesisir pantai di Kanaan, Phoenicia/Fenesia dan Mesir. Dan orang-orang ini tercatat dalam naskah kuno sebagai "Orang Dari Laut - Sea Peoples", berasal dari pulau-pulau dan wilayah pantai di utara Mediterania (Yunani).

Satu kelompok dari orang laut ini mendiami sebuah wilayah di Kanaan dan dikenal sebagai wilayah "Perasta" atau "Pelasta" atau "Philistine/Filistin" yang kemudian dikenal sebagai "Palestina", mereka mendiami wilayah yang sekarang disebut Jalur Gaza. Disana mereka mendirikan kota-kota Filistin yang akan kita baca dalam kitab Hakim-Hakim sebagai kota Gaza, Ashkelon, Gath, Ashdod dan Ekron (dikenal sebagai Pentapolis).

Penjelasan dari Model Imigrasi adalah pemukiman orang Ibrani/Israel mungkin terjadi bersamaan pada akhir abad ke-13. Orang Israel ini mengambil kesempatan dari gejolak yang terjadi, dan melemahnya cengkraman Mesir pada wilayah Kanaan. Ingat Mesir mengendalikan wilayah ini selama berabad-abad, dan cengkraman mereka melemah setelah menghadapi gempuran "Orang Laut" dan migrasi lainnya dari bangsa sekeliling Mesir.

Masalah yang muncul dari Model Imigrasi adalah, pada bukti arkeologi. Para arkeolog memang menemukan beberapa situs di pegunungan tengah dan berasal dari abad ke-13, ke-12, ke-11 SM. Jadi jelas terjadi proses pemukiman di dataran tinggi dan semakin lama semakin meluas. Dan mereka dipercaya sebagai orang-orang Israel, hal ini karena mereka muncul ditempat-tempat yang dalam Alkitab di kenal sebagai sebagai kota berbenteng milik Israel. Disamping itu kita juga memiliki bukti dari prasasti Merneptah yang berasal dari tahun 1204, dimana Firaun Mesir, yang membual telah memusnahkan Israel dalam kampanye militer ke Tanah Kanaan.

Namun pemukim yang berasal dari abad ke-13 SM ini di lihat dari peninggalan mereka yaitu guci dan peralatan keramik mereka, seluruhnya identik dengan kebudayaan Kanaan. Para penduduknya tampaknya adalah golongan petani sama seperti penduduk Kanaan di wilayah daratan rendah. Dan salah satu perbedaan menarik adalah tidak ada tulang babi diperkampungan mereka, nampaknya mereka mentabukan konsumsi babi di dalam komunitas. Dan bukti arkeologis juga menunjukkan bahwa para pemukim ini rupanya terbentuk dengan cara damai, bukan oleh kelompok yang melakukan penaklukan. Jadi penduduk ini kemungkinan berasal dari dalam bangsa Kanaan itu sendiri bukannya dari bangsa lain yang berimigrasi ke Kanaan.

Model ke-2, adalah "Model Pemberontakan" yang menjelaskan bahwa orang Israel adalah bagian dari sebuah revolusi sosial dalam masyarakat Kanaan. Kita memiliki bukti arkeologis berupa catatan surat-surat dalam bentuk loh batu (Surat Amarna), yang berasal dari abad ke-14 SM. Mereka ditulis oleh orang-orang Kanaan kepada Firaun di Mesir, ingat Mesir masih memegang kendali atas wilayah Kanaan pada masa itu.

Surat tersebut ditulis oleh beberapa penguasa Kanaan (gubernur dinegeri Kanaan) yang mengeluh tentang sekelompok orang yang menyebabkan kekacauan dan gejolak di banyak negara kota Kanaan. Mereka menantang penguasa Mesir, dan mereka menyebut kelompok tersebut sebagai Habiru atau Apiru. Mereka bukan sekelompok etnis tertentu, namun sekelompok orang yang terpinggirkan secara sosial yang memberontak. Beberapa ahli berpendapat bahwa sekelompok orang yang melarikan diri dari Mesir kemungkinan bergabung dengan kelompok Habiru dalam pemberontakan di Kanaan, kelompok ini kemudian mendirikan pemukiman mereka sendiri dan menyembah dewa pembebas, Yahweh, daripada mengikuti aturan Firaun.

Model ke-3, adalah "Model Kemunculan Bertahap" yang menjelaskan bahwa orang Israel pada dasarnya adalah orang Kanaan yang telah mengembangkan identitas terpisah dan mereka memisahkan diri dengan menetap di daerah dataran tinggi. Hipotesis ini tidak menjelaskan alasan mengapa mereka memisahkan diri. Kita tidak tahu secara pasti, mungkin karena ketidakpuasan, mungkin juga didorong karena kekacauan yang terjadi ketika orang laut menyerang, atau karena alasan lain.

Namun mereka memisahkan diri dari pemukiman negara kota Kanaan karena alasan tertentu. Dan mengapa akhirnya mereka memuja kepercayaan Yahwisme tidaklah benar-benar jelas; namun yang pasti hal ini telah menjadi ciri khas pembeda mereka dengan orang Kanaan lainnya. Kultus Yahweh mungkin diperkenalkan oleh orang-orang yang melarikan diri dari perbudakan Mesir. Sebagian besar para ahli melihat kisah Keluaran adalah bukti dari kehadiran beberapa budak yang melarikan diri di dalam komunitas tersebut.

Jadi yang penting dalam hal ini adalah Ibrani/Orang Israel pada tahap ini adalah mungkin bukan sekelompok orang yang bersatu. Berbagai elemen ini akhirnya menyatu dan muncul sebagai indentitas baru yaitu bangsa Israel : kita memiliki orang Kanaan yang karena hal tertentu memisahkan diri, menciptakan pemukiman sendiri, membawa kebudayaannya, dan mendirikan gaya hidup pertanian.

Ada pula budak yang melarikan diri dari Mesir, bahkan mungkin terdapat orang asing dari tetangga Kanaan, seperti komunitas dari Midian yang bergabung dan mengadakan perjanjian damai dengan komunitas baru ini, kita memiliki naskah tentang orang Keni/Kenites yang membuat perjanjian dengan Israel.

Dan bukti arkeologi juga mendukung gambar penggabungan berbagai elemen masyarakat ini, dibandingkan dengan model penaklukan atau migrasi dalam skala besar, karena pemukiman baru di periode ini menunjukkan sebuah pola kontinuitas, bukannya pemutusan kultural secara radikal.

Dan juga beberapa kelompok dari komunitas ini mungkin membawa kisah pelarian secara supranatural dari Mesir, dan mungkin dipahami oleh karena pertolongan Yahweh, dewa yang dikenal dari daerah selatan. Dan percampuran berbagai elemen dalam komunitas ini, kemudian bergabung bersama dan menerima Yahweh, meskipun bukan dalam bentuk eksklusif "monotheis", dan mengadopsi kisah-kisah tertentu menjadi kisah nasional, yang kemudian dikenal dalam kitab Keluaran.

Suku-suku Ibrani/Israel ini sendiri, mungkin dalam proses pembentukan. Dan struktur kesukuan masyarakat Israel lambat-laun terbentuk melalui adaptasi kondisi geografi. Kita telah melihat Yahweh yang digambarkan menetap di dalam tenda, demikian juga dengan El, dewa kelompok semi-nomaden yang juga menetap dalam tenda.

Kita juga telah melihat Yahweh yang digambarkan memiliki kemiripan dengan Baal dewa bangsa Kanaan, dewa dari penduduk negara kota Kanaan. Dan pencampuran berbagai elemen itu lah yang nantinya akan membentuk entitas politik Israel.

Jika demikian, mengapa kitab Yosua memberi keterangan yang berbeda, yang mana mereka berasal dari luar Kanaan dan menaklukkan wilayah tersebut melalui peperangan yang dipimpin oleh Yosua dan Yahweh? Jika melihat dalam kisah ini yang lebih menekankan persiapan ritual dan kesuciannya dibandingkan dengan kecakapan militer, dimana Israel berbaris mengelilingi Yerikho selama 7 hari dengan 7 imam membawa 7 tanduk dan Tabut Perjanjian, dan pada hari ke-7 mereka mengelilingi kota sebanyak 7 kali. Dan tembok kota pun runtuh. Penaklukan ini digambarkan sebagai kemenangan ajaib oleh Yahweh. Inilah yang ditekankan dalam

Yosua 24:12
Kemudian Aku melepaskan tabuhan mendahului kamu dan binatang-binatang ini menghalau mereka dari depanmu, seperti kedua raja orang Amori itu. Sesungguhnya, bukan oleh pedangmu dan bukan pula oleh panahmu.

Dan mengapa klaim penghancuran total bangsa Kanaan bertentangan dengan bukti arkeologis?

Klaim semacam ini tidaklah unik untuk kasus Israel. Dalam prasasti raja Mesha dari Moab, yang berasal dari abad ke-9 SM, menulis klaim hiperbola: "Dan dewa Chemosh/Kamos berfirman kepada ku, pergi, rebutlah Nebo dari Israel. Dan aku pun berangkat pada malam hari, dan berperang melawan mereka dari subuh hingga siang, aku rampas dan menumpas 7000 lelaki, anak-anak, wanita, dan gadis-gadis, serta budak, dan ku persembahkan kehancuran mereka untuk kemuliaan dewa Ashtar Chemosh", penumpasan ini adalah klaim hiperbolik dari Moab, dan hal ini sama seperti kisah Yosua oleh orang Israel.

Namun pertanyaan penting disini mengapa penulis Alkitab atau penyunting bersikeras pada pandangan bahwa Kanaan harus musnah? Menurutku ini diakibatkan oleh penekanan pada aspek identitas nasional dan kemandirian yang terpisah dari bangsa lain.

Jika orang Israel, pada dasarnya orang Kanaan, yang telah memisahkan diri dari kelompok asal mereka, dan bersikeras untuk memuja Yahweh, maka orang Kanaan yang tidak bergabung dengan mereka akan dipandang sebagai ancaman bagi gerakan Yahwenisme itu.

Dinamika persaingan antar saudara ini muncul kembali pada abad ke-1 Masehi, ketika beberapa orang Yahudi memisahkan diri dan membentuk identitas Kristen, mereka merasa perlu untuk membuat retorika untuk merontokkan atau mengutuk sesama Yahudi mereka.

Hal yang menarik adalah, kita tidak boleh mengabaikan suara lain dari naskah Alkitab, walau suara ini menambah level kompleksitas dari gambaran ini. Karena disamping menciptakan gambaran ideal tentang penaklukan Israel dengan menghancurkan semua orang Kanaan, dalam bagian pertama kitab Yosua, kita juga menemukan kisah-kisah menarik dari aliansi atau bergabungnya beberapa kelompok Kanaan. Salah satu figur pahlawan dalam penaklukan Yerikho adalah seorang pelacur Kanaan bernama Rahab. Dia menyatakan ke-imanannya kepada Yahweh dan membiarkan kota nya jatuh kedalam tangan Yosua. Kita juga membaca tentang orang Gibeon, yang mengelabui orang Israel ke dalam perjanjian dengan mereka, dan dari perjanjian tersebut Israel kemudian terikat untuk mematuhinya.

Michael Coogan menegaskan bahwa kisah seperti ini adalah sebuah legenda etiologi. Mereka dimaksudkan untuk menjelaskan fakta tentang beberapa kelompok Kanaan yang menetap dalam wilayah Israel; namun secara realitas ideologis, seluruh orang Kanaan harus dilenyapkan. Kisah Yosua merupakan penggambaran tentang motivasi penulis Alkitab yang bernuansa "sastra subversi", yang kita akan lihat lebih banyak lagi.

"Sastra subversi adalah sebuah literatur yang bertujuan untuk mentransformasi tatanan sosial yang telah mapan dan isinya banyak menyerang moral umum yang berlaku."

Keharusan untuk melestarikan sebuah identitas yang berbeda - dengan prinsip untuk menghilangkan penyembahan berbagai macam dewa-dewa, atau dewa-dewa lama, dan melaksanakan segala yang tertulis dalam hukum Musa - hal ini yang ditegaskan dalam ucapan perpisahan :

Yosua 23:7-13
7. dan supaya kamu jangan bergaul dengan bangsa-bangsa yang masih tinggal di antaramu itu, serta mengakui nama allah mereka dan bersumpah demi nama itu, dan beribadah atau sujud menyembah kepada mereka. 8. Tetapi kamu harus berpaut pada TUHAN, Allahmu, seperti yang kamu lakukan sampai sekarang. 9. Bukankah TUHAN telah menghalau bangsa-bangsa yang besar dan kuat dari depanmu, dan akan kamu ini, seorangpun tidak ada yang tahan menghadapi kamu sampai sekarang.
10. Satu orang saja dari pada kamu dapat mengejar seribu orang, sebab TUHAN Allahmu, Dialah yang berperang bagi kamu, seperti yang dijanjikan-Nya kepadamu. 11. Maka demi nyawamu, bertekunlah mengasihi TUHAN, Allahmu. 12. Sebab jika kamu berbalik dan berpaut kepada sisa bangsa-bangsa ini yang masih tinggal di antara kamu, kawin-mengawin dengan mereka serta bergaul dengan mereka dan mereka dengan kamu, 13. maka ketahuilah dengan sesungguhnya, bahwa TUHAN, Allahmu, tidak akan menghalau lagi bangsa-bangsa itu dari depanmu. Tetapi mereka akan menjadi perangkap dan jerat bagimu, menjadi cambuk pada lambungmu dan duri di matamu, sampai kamu binasa dari tanah yang baik ini, yang telah diberikan kepadamu oleh TUHAN, Allah mu.

Kembali ke Index Artikel

Apakah Abraham Berasal Dari Ur atau Haran?

Abraham berasal dari kota Haran dan bukan dari kota Ur-Kasdim, ya itulah pendapat beberapa para ahli biblikal moderen, mengapa mereka berpen...