Kamis, 27 Oktober 2016

Pengantar Alkitab Ibrani (9)

Kuliah 9 - Warisan Kaum Paderi: Kultus dan Kurban, Kemurnian dan Kekudusan dalam Kitab Imamat dan Bilangan [Oktober 9, 2006]

Bab 1. Pengenalan Tempat Kudus Bangsa Israel.

Sekarang kita akan membahas Imamat. Ia adalah dokumen utama dari kelompok Paderi (Priestly atau kelompok Imam), kita mengidentifikasi literatur ini sebagai karya mereka karena berhubungan dengan hal-hal yang menjadi yurisdiksi para paderi (imam): tempat kudus, ritual pemujaan, tata cara qurban, perbedaan antara kekudusan dan ragawi serta suci dan najis. Jadi materi Priestly ditemukan sebagai sebuah kesatuan dalam Imamat, dan sebagian besar kitab Bilangan, dan tersebar secara sporadis pada kitab Kejadian dan Keluaran.

Hipotesis akan kelompok Priestly ini tidak cukup jelas dipahami tentang siapa mereka dan kapan tepatnya mereka muncul. Yang jelas materi ini muncul selama berabad-abad, dan mencapai bentuk akhir mereka di masa pembuangan atau paska-pembuangan. Dan yang pasti adalah mereka melestarikan tradisi pemujaan yang sangat tua.

Kitab ini dapat diringkas menjadi seperi berikut :
Bab 1 - 7 : tata cara qurban.

Bab 8 - 10 : kisah penetapan Harun sebagai imam tertinggi dan keturunannya sebagai klan imam dalam masyarakat Israel.

Bab 11 - 15 : hukum yang berkaitan dengan makanan, dan kemurnian sebuah ritual.

Bab 16 : menjelaskan prosedur yang harus diikuti pada hari Yom Kippur.

Bab 17 - 16 : sebuah kesatuan mengenai "kode Kekudusan" karena terdapat penekanan khusus pada kesucian. Beberapa ahli berpendapat bahwa materi pada bab ini berasal dari kelompok paderi yang berbeda, dan dinamakan sebagai H (Holy - Kudus).

Beberapa pendapat mengatakan bahwa materi H terdapat pada bab 17 - 26, dan tersebar pada seluruh bagian lain dari Alkitab, dan ia adalah salah satu redaktur atau editor.

Materi Priestly dalam waktu yang lama sering dipandang sebelah mata, dan seringkali diabaikan dalam Alkitab. Dan para ahli pada abad ke-19 umumnya mempunyai pandangan bias dalam memandang hukum-hukum kesucian sebagai hal yang primitif dan irrasional. Dan qurban adalah sebuah bentuk kebiadaban dan hampa dari makna spiritual. Agama yang tidak memiliki ritual semacam itu dianggap sebagai superior; lebih mimiliki makna spiritual. Dan pola pikir demikian membuat kitab Imamat cenderung diremehkan.

Namun pada akhir abad ke-20 pandangan ini berubah. Beberapa antropolog dan etnografer mulai mempelajari berbagai jenis praktik pentabuan dan ritual pada banyak budaya, termasuk pada budaya barat moderen, terdapat cara baru untuk memahami sistem tabu dalam Alkitab.

Seperti halnya bangsa lain pada dunia kuno, Israel memiliki sistem pemujaan, dengan tempat kudus atau kuil, ruang suci dan benda-benda suci; di mana para imam melakukan berbagai praktek ritual. Keagamaan Israel-Yehuda memiliki kesamaan dengan ritual bangsa Kanaan dan secara umum dengan kebudayaan di Timur-Tengah kuno.

Pada masa lampau Kuil dipercaya menjadi tempat kediaman para dewa. Kurban dilaksanakan pada kuil tersebut. P menggambarkan sebuah tenda suci yang portabel, pada masa pengembaraan sebagai pusat pemujaan. Pada tenda tersebut terdapat halaman yang luas untuk berkumpulnya orang-orang Israel, serta terdapat altar qurban di halaman dan terdapat pula cekungan untuk mengambil air wudhu. Serta terdapat sebuah ruang yang bertirai yang merupakan area khusus bagi para imam. Pada area ini terdapat altar untuk membakar dupa. Dan pada sisinya terdapat Menorah atau sebuah tempat lilin bercabang 7. Dan pada sisi lain terdapat meja untuk menaruh roti yang diganti setiap minggunya.

Dan ruang yang paling belakang adalah yang paling suci atau maha kudus, dan hanya bisa di akses oleh imam besar dan hanya pada hari Yom Kippur setelah melalui serangkaian ritual pemurnian diri. Di ruang inilah terdapat Tabernakel, sebuah kotak dari kayu yang dilapisi dengan emas. Penutup Tabernakel disebut Ha-Kapporeth, diterjemahkan sebagai "penutup perdamaian", yang berupa patung kerub bersayap.

Lalu apa makna kalimat singgasana (Yahweh) kuil ini? Berdasarkan ikonografi dari Timur-Tengah Kuno kita menemukan tahta seperti model ini. Kita menemukan para dewa dan raja duduk pada kursi dengan patung malaikat bersayap dengan sayap besarnya, dan kakinya diletakkan pada bangku kecil.

Demikian juga, dalam beberapa ayat Alkitab, Yahweh digambarkan bertahta diatas para Kerub. Dan Tabernakel adalah bangku kecil untuk kaki-Nya, jadi ia semacam kotak untuk meletakkan kaki Yahweh, dan Tabernakel itu berisi loh batu Perjanjian, ia adalah sebuah bukti perjanjian antara Yahweh dan bangsa Israel.


Ruangan Menorah dan Maha Kudus

Tabernakel dengan Ha-Kapporeth

Menariknya, tidak seperti kebanyakan tempat suci di masa lampau, kuil bangsa Israel tidak mengandung patung dewa. Menurutku ini adalah bukti akan kecenderungan aniconic yang sangat kuat dari agama Israel. Namun demikian, Allah diyakini hadir pada tempat kudus tersebut. Seringkali dalam bentuk awan atau kabut, yang akan turun ke tabernakel, yang bermakna membuat suci Tabernakel. Dan untuk memahami hal ini kita harus mempelajari konsep kesucian dari para kelompok Priestly/Paderi.

Bab 2. Konsep Kesucian Menurut Priestly.

Kata Ibrani untuk "suci" berakar dari kata "terpisah". Atau kesucian itu terpisah dari umum, penggunaan sehari-hari. Dalam pemahaman kaum imam hanya Allah yang secara intrinsik suci. Segala sesuatu yang akan dihubungkan dengan Allah haruslah suci atau disucikan, hubungan ini seperti hubungan kepemilikan. Yang suci adalah segala sesuatu yang berada di ranah Allah, sesuatu itu harus berbeda. Sesuatu yang berada di luar ranah Allah adalah sesuatu yang umum. Kata Ibrani untuk "umum" diterjemahkan kedalam bahasa Inggris sebagai profane/najis. Istilah profane mengandung konotasi yang negatif, namun sebenarnya ia hanya berarti umum.

Status barang umum atau "yang tidak suci" secara natural melekat pada segala benda. Contohnya meja, yang biasa dipakai sehari-hari maka ia berstatus "umum." Ia tidak dipisahkan atau ditandai sebagai benda khusus, untuk itu ia harus diberi perlakuan khusus jika ingin didedikasikan untuk Allah (misalnya pada benda-benda yang digunakan pada bait Allah).

Benda menjadi suci jika ia telah dipisahkan dari ranah umum dengan melalui cara atau perlindungan yang membatasi mereka sebagai benda khusus. Status suci ini tergantung pada aturan pelindungnya, dan ia bisa saja menjadi tercemar, jika demikian statusnya kembali menjadi barang umum.

Demikianlah tingkat kesucian semakin tinggi jika anda bergerak lebih dalam, mendekati tempat kudus. Sesuai dengan prinsip bahwa kesucian harus meningkat jika kedekatan dengan Allah meningkat. Jadi dalam pandangan Alkitab, wilayah di luar tenda Israel adalah umum, tanah yang tidak suci. Kemah Israel memiliki derajat kesucian. Wilayah halaman dari tenda kudus, adalah yang dapat diakses oleh orang-orang Israel murni. Kemah suci yang lebih dekat derajatnya kepada Allah, hanya dapat diakses oleh para imam, yang dikatakan sebagai orang-orang kudus. Dan bagian terdalam dari tenda atau tempat kudus hanya dapat diakses oleh yang tersuci dari bangsa Israel, Imam Besar.

Jika yang kita bahas itu adalah suci dalam konsep ruang, maka terdapat pula konsep suci dalam waktu, terdapat waktu umum, hari kerja, lalu ada pula hari-hari suci tertentu: Tahun Baru dan Paskah - dari sinilah konsep holiday berasal (holy day), mereka dipisahkan dari hari biasa dengan aturan khusus yang menandakan mereka berbeda. Hari yang suci adalah hari Sabath, yang dibatasi oleh ketaatan aturan. Dan yang hari tersuci dari suci adalah Yom Kippur, yang juga dikenal sebagai Sabat dari Sabat. Hari ini dipisahkan dari hari lainnya dengan aturan tambahan dan ibadah. Segala dari orang yang suci, benda, dan hari berkumpul pada Yom Kippur, karena hanya hari inilah orang tersuci atau Imam Besar dapat memasuki Tempat Kudus yang tersuci, yang terdalam dari Tenda Kudus, dan melakukan ritual pada benda paling suci, Tabernakel, yang terjadi sekali dalam setahun.


Bab 3. Kesucian, Kemurnian, Moral dan Kejanisan dalam ritual.

Sekarang kita harus memahami hubungan antara kesucian dan kemurnian. Karena keduanya tidak identik, banyak yang sering menganggap keduanya adalah sama, namun hal itu keliru. Menjadi suci berarti masuk kedalam ranah Allah. Untuk menjadi suci atau berada di ranah Allah, untuk itu ia harus di murnikan.

Kemurnian berarti tidak adanya pengotor, dan ini adalah prasyarat untuk status suci. Mencapai status suci berarti ia memenuhi syarat untuk terhubung dengan sesuatu yang suci: memasuki Kemah Suci atau Bait Allah, memegang atau menangani benda-benda suci, dan sebagainya.

Jika sesuatu bersinggungan dengan benda pengotor, maka ia kehilangan status suci, dan untuk mengembalikan statusnya, pertama-tama ia harus melalui ritual pemurnian atau pembersihan. Namun demikian statusnya masih berupa umum, untuk menjadi suci kembali ia harus kembali didedikasikan atau diserahkan kepada Allah, yang biasa berupa urapan atau tuangan minyak, yang merupakan sarana pengudusan; mengangkat sesuatu ke arah Allah adalah cara lain untuk mengsucikan sesuatu.

Menurut Jonathan Klawan, Alkitab mempunyai 2 jenis pengotor: pengotor ritual dan pengotor moral. Pengotor ritual timbul dari benda-benda tertentu, dan tidak berhubungan dengan dosa. Bahkan banyak pengotor ritual yang tidak dapat dihindari, misalnya kontak seksual yang membuat orang kotor secara ritual, namun Allah memerintahkan manusia untuk berkembang biak. Bersentuhan dengan mayat dalam penguburan adalah pengotor ritual, namun Allah memerintahkan untuk menguburkan orang mati.

Konsep kesucian ritual adalah fitur utama dari banyak agama-agama kuno. Dan hukum-hukum kesucian dalam Alkitab memiliki kesamaan yang kuat dengan kebudayaan Mesir, Mesopotamia,  Hittite/Het, dan Kanaan, dan dianggap kebudayaan itu adalah akar dari praktek orang Israel kuno. Sistem yang terdapat dalam literatur kaum Paderi dipercaya sebagai upaya untuk memonotheiskan konsep kesucian orang-orang Israel kuno, dan menciptakan sesuatu yang berbeda dengan negeri tetangga mereka.

Menurut Klawan, dalam literatur P (Priestly/Paderi) ada 3 sumber utama yang menajiskan secara ritual:
ke-1 adalah mayat,

ke-2 bangkai tertentu yang sering disebut: Sara'at, yang diterjemahkan sebagai 'tingkat penyakit', sering juga diterjemahan sebagai 'kusta', namun makna sebenarnya adalah sejenis penyakit kulit, pengelupasan kulit atau bisul, yang dalam benak orang Israel kuno seperti proses dekomposisi pada mayat. Kita dapat melihat hal gambaran seperti ini dalam beberapa ayat di Kitab Bilangan dan Ayub, yang menggambarkan kondisi ini seperti kematian. Bayi hasil aborsi digambarkan mirip seperti kondisi ini.

ke-3 adalah cairan dari kelamin, baik dalam keadaan normal atau sakit, berhubungan dengan prokreasi (penciptaan)
Konsep kaum Paderi tentang Tuhan, adalah sebuah mahluk abadi dan aseksual, pemikiran mereka tertuang dalam kisah penciptaan pertama. untuk memasuki ranah suci, di mana kematian dan penciptaan harus dipisahkan dan dimurnikan.

Bab 4. Ritual Penyucian, Qurban dan Persembahan, dan Imitatio Dei

Menurut Jonathan Klawan, ritual pemurnian adalah untuk memisahkan aspek-aspek kemanusiaan, kematian, dan seksualitas, sehingga menjadi "seperti" Allah. Untuk memasuki ranah Allah di tuntut untuk seperti Allah atau imitatio dei atau imitasi tuhan.

Lalu bagaimana dengan ritual kurban di kemah suci? bukannya akan ada mayat di ranah Allah? Klawan menjelaskan bahwa tindakan pembunuhan hewan kurban adalah sebuah tindakan kuasa atas kehidupan dan kematian dari binatang. Dan ini adalah imitasi dari kuasa Allah terhadap manusia atau Israel.

Namun Klawan juga menjelaskan bahwa imitatio dei tidak melulu menjelaskan tentang persembahan dan qurban pada Israel kuno, karena pada beberapa bagian dalam kitab Imamat 1 sampai 7, menyebut tentang persembahan suka rela, yang berupa hadiah pada saat perayaan. Yang ke-1, terdapat kurban yang disebut sebagai "qurban bakaran", yang mana binatang qurban akan dibakar secara keseluruhan untuk menghasilkan wewangian asap yang menyenangkan dan akan naik kepada Tuhan, dan ini dilakukan setiap hari pada pagi dan malam hari.

Persembahan atau sesajian ke-2 adalah biji-bijian. Yang berupa tepung, minyak dan dupa yang dibakar setelah jatah untuk imam disisihkan, persembahan ini juga akan dibakar di altar hingga menghasilkan wewangian.

Persembahan ke-3, sering di sebut "qurban perdamaian" persembahan ini umumnya di konsumsi oleh sang penyaji dan keluarganya setelah bagian para imam telah disisihkan. Persembahan ini dilakukan sebagai ucap syukur atas tercapainya suatu kaul/janji, atau bisa juga untuk ekspresi kegembiraan atas kelahiran, syukur atas panen yang melimpah dan lain-lain.

Berdasarkan naskah-naskah kuno dari berbagai budaya di Timur-Tengah kuno, terlihat bahwa fungsi utama dari ritual-ritual di kuil-kuil adalah untuk memohon berkah dari para dewa. Seperti halnya bangsa Israel kuno yang menginginkan berkah di tempat Yahweh berdiam. Dan persembahan "bakaran" yang dilakukan oleh para imam setiap hari sebanyak 2x adalah untuk menyenangkan hati Yahweh dengan wewangian yang disukai agar ia tetap berada di kuil, di tengah-tengah kumunitas.

Bab 5. Pencemaran Moral, Tanah dan Pemurnian.

Para imam memiliki konsep pencemaran moral yang diakibatkan oleh dosa besar, dan ini menghasilkan kenajisan, yang dapat menjauhkan kehadirat illahi. Ada 3 jenis kenajisan moral yang utama yaitu : penyembahan berhala, pembunuhan dan pelanggaran seksual. Ini dijelaskan dalam Imamat 18 dan 20.

Pencemaran moral berbeda dengan pencemaran ritual, bukan karena adanya dosa asal, namun pada kenyataan nya pencemaran moral tidaklah menular. Seseorang tidak akan tercemar hanya karena seseorang menyentuh seorang pembunuh, sebagaimana anda akan tercemar jika menyentuh seseorang dengan penyakit gonnorhea. Juga, kenajisan moral tidak akan terhapuskan melalui pembersihan ritual seperti pencucian wudhu dan sejenisnya. Pemurnian atas pencemaran moral ini hanya dapat dilakukan melalui hukuman berat atau mati misalnya berupa pemenggalan, ini adalah hukuman illahi dalam komunitas Israel. Hal ini juga dapat dicapai melalui penghindaran melakukan hal-hal tersebut. Pengurangan atas pencemaran moral dapat juga melalui penebusan dengan rasa penyesalan, namun harus pada dosa-dosa yang tidak disadari telah dilakukan.

Pencemaran moral yang parah akan mencemari tanah dan daerah terdalam dari tempat kudus. Tempat kudus kadang dapat dimurnikan dari pencemaran moral, namun tidak demikian dengan tanah. Tanah yang berulangkali dicemarkan dengan dosa besar, misalnya dengan pelanggaran seksual, pertumpahan darah, penyembahan berhala yang berulang-ulang, tidak dapat dimurnikan.

Suatu saat ia akan "memuntahkan keluar" orang-orang yang tinggal diatasnya, hal ini direferensikan dalam Alkitab dengan dibuang ke pengasingan. Hal ini sesuai dengan nasib orang Kanaan yang di usir dari tanah Allah. Ingat ketika Allah berkata, Kedurjanaan orang Amori itu belum genap, ketika mereka telah melakukan dosa yang tak terampuni, mereka akan dimuntahkan dari tanah suci, dan orang Israel kemudian menempati tempat itu.

Kejadian 15:16
16. Tetapi keturunan yang keempat akan kembali ke sini, sebab sebelum itu kedurjanaan orang Amori itu belum genap."

Imamat 18:27-28
27. --karena segala kekejian itu telah dilakukan oleh penghuni negeri yang sebelum kamu, sehingga negeri itu sudah menjadi najis--
28. supaya kamu jangan dimuntahkan oleh negeri itu, apabila kamu menajiskannya, seperti telah dimuntahkannya bangsa yang sebelum kamu.

Pembunuhan yang disengaja hanya dapat dituntaskan dengan kematian si pembunuh: darah di tebus dengan darah. Namun dalam kasus pembunuhan tidak disengaja, sang pelaku dapat berlindung di salah satu dari 6 kota yang telah ditentukan untuk tujuan ini dan di kenal sebagai 6 kota perlindungan, mereka harus menetap di kota tersebut hingga wafatnya sang Imam Besar, yang merupakan simbol untuk memurnikan hutang darah yang tidak disengaja.

6 Kota Perlindungan bagi pembunuh di tanah Israel, kota-kota ini adalah milik suku Lewi, yang diperuntukkan oleh suku-suku lain Israel bagi mereka.
Yosua 20:7-9

7. Lalu orang Israel mengkhususkan sebagai kota perlindungan: Kedesh di Galilea, di pegunungan Naftali dan Sikhem, di pegunungan Efraim, dan Kiryat-Arba, itulah Hebron, di pegunungan Yehuda.
8. Dan di seberang sungai Yordan, di sebelah timur Yerikho, mereka menentukan Bezer, di padang gurun, di dataran tinggi, dari suku Ruben; dan Ramot di Gilead dari suku Gad, dan Golan di Basan dari suku Manasye.
9. Itulah kota-kota yang ditetapkan bagi semua orang Israel dan bagi pendatang-pendatang yang ada di tengah-tengah mereka, supaya setiap orang yang membunuh seseorang dengan tidak sengaja dapat melarikan diri ke sana dan jangan mati dibunuh oleh tangan penuntut tebusan darah, sebelum ia dihadapkan kepada rapat jemaah.

Penyembahan berhala juga mencemari tanah, dan sang pelaku akan di hukum rajam atau di penggal. Alkitab berulangkali memperingatkan bahwa penyembahan berhala dan segala jenis benda-benda ritualnya harus dihancurkan dari Tanah Suci.

Berbeda dengan tanah, tempat kudus Allah dapat dimurnikan dari pencemaran moral dengan ritual pengorbanan khusus. Dan ini adalah pengorbanan ke-4, yang sering dikenal dengan "hattat't" dan sering di salah terjemahkan sebagai "qurban penghapusan dosa," namun yang tepat adalah "qurban pemurnian." Proses ritualnya melibatkan darah hewan, atau dari qurban adalah inti dari ritual ini, ingat pencemaran moral selalu berhubungan dengan kematian.

Berdasarkan literatur Priestly, darah yang mengalir dalam pembuluh darah merupakan perwakilan dari kekuatan kehidupan. Terdapat dalam kejadian 9, yang dipercaya merupakan ayat dari kelompok P, tentang pelarangan menumpahkan darah manusia, dan pelarangan mengkonsumsi daging hewan yang masih mengandung darah (Perjanjian Nuh), karena darah adalah sumber hidup, dan itu adalah milik Allah.

Kejadian 9:4-6
4. Hanya daging yang masih ada nyawanya, yakni darahnya, janganlah kamu makan.
5. Tetapi mengenai darah kamu, yakni nyawa kamu, Aku akan menuntut balasnya; dari segala binatang Aku akan menuntutnya, dan dari setiap manusia Aku akan menuntut nyawa sesama manusia.
6. Siapa yang menumpahkan darah manusia, darahnya akan tertumpah oleh manusia, sebab Allah membuat manusia itu menurut gambar-Nya sendiri.

Imamat 17:11
Karena nyawa makhluk ada di dalam darahnya dan Aku telah memberikan darah itu kepadamu di atas mezbah untuk mengadakan pendamaian bagi nyawamu, karena darah mengadakan pendamaian dengan perantaraan nyawa.

Darah hewan qurban ditentukan oleh Allah sebagai penghapus dosa, jika orang ingin membersihkan tempat kudus (Bait Allah) dari kenajisan dosa orang Israel. Maka dilakukan ritual yang melibatkan darah, yang tercurahkan diatas altar pada Yom Kippur, hal ini dilakukan pada ruangan yang paling suci dan dicurahkan pada takhta Allah, pada tabernakel. Hal ini melambangkan kemenangan kekuatan kehidupan, sumpah dan kesucian atas kematian dan pencemaran. Pemurnian lain dalam Alkitab kadang-kadang melibatkan penggunaan zat yang berwarna merah semacam pengganti darah.

Dosa yang tidak disengaja dapat dimurnikan, pencemaran atas tempat kudus yang disebabkan oleh orang ini dipulihkan dengan membawa qurban pemurnian, demikian pula dengan dosa yang disengaja dan terjadi pertobatan atasnya. Namun terdapat dosa-dosa tanpa pertobatan dan dosa ini tidak pernah disadari, mereka menajiskan tempat kudus. Demi alasan ini, tempat kudus harus dibersihkan secara teratur dari akumulasi kekotoran batin dari dosa-dosa ini. Dalam Imamat 16 digambarkan mengenai ritual tahunan ini pada hari perdamaian atau Yom Kippur, ketika qurban Hatta't (qurban pemurnian) dibawa atas nama masyarakat untuk memurnikan tempat kudus dari kenajisan yang disebabkan oleh dosa Israel. Dan imam besar meletakkan semua beban dosa dan kenajisan Israel keatas  kambing jantan sebagai qurban penghapusan dosa dan domba jantan untuk qurban bakaran.

Imamat 9:7-10
7. Ia harus mengambil kedua ekor kambing jantan itu dan menempatkannya di hadapan TUHAN di depan pintu Kemah Pertemuan,
8. dan harus membuang undi atas kedua kambing jantan itu, sebuah undi bagi TUHAN (Yahweh) dan sebuah bagi Azazel.
9. Lalu Harun harus mempersembahkan kambing jantan yang kena undi bagi TUHAN (Yahweh) itu dan mengolahnya sebagai korban penghapus dosa.
10. Tetapi kambing jantan yang kena undi bagi Azazel haruslah ditempatkan hidup-hidup di hadapan TUHAN (Yahweh) untuk mengadakan pendamaian, lalu dilepaskan bagi Azazel ke padang gurun.

Pemurnian atas tempat kudus sangat penting bagi komunitas, karena jika tempat kudus tidak dibersihkan dari kenajizan, pencemarannya semakin bertumpuk dapat mencapai titik yang membuat Allah meninggalkan tempat kudus, yang membuat komunitas dalam keadaan tak ber-Tuhan, hingga tidak memiliki berkat dan perlindungan.

Menurut Jacob Milgrom, seorang rabbi dan ahli biblikal, sudut pandang kelompok para imam atau doktrin mereka pada Alkitab  tentang dosa atau kejahatan. Mengenai pertanyaan mengapa Allah yang maha kuasa, dan baik membiarkan begitu banyak kejahatan terjadi bahkan beberapa seakan-akan bebas dari hukuman? Jawabannya adalah setiap tidakan kejahatan yang terjadi pada masyarakat hal ini mencemari rumah kudus, dan jika kejahatan ini semakin jamak dan meluas maka Allah akan meninggalkan rumah kudus, dari tengah-tengah masyarakat, dan mereka akan dimangsa oleh kejahatan mereka sendiri dan menghadapi kematian. Jadi pesan etika yang di dapat adalah, manusia harus mengendalikan nasib mereka dan tindakan setiap individu mempengaruhi seluruh struktur bermasyarakat.

Bab 6. Hukum Tentang Makanan Dan Kode Kesucian.

Milgrom berpendapat bahwa hukum tentang makanan pada Imamat merupakan simbol yang menekankan hidup atas kematian. Hukum awal tentang larangan memakan binatang pada Kejadian 9, disebabkan karena ia memiliki darah, dan itu merupakan simbol kehidupan. Kemudian pada Imamat 11, terdapat hukum tentang memakan daging hewan, yakni yang boleh di konsumsi adalah hanya dari binatang memamah biak dan memiliki kuku terbelah. Secara praktis efek dari hukum ini: membatasi jumlah binatang yang dapat dimakan oleh orang Israel dari ratusan binatang di dunia ini, menjadi yang tersisa hanyalah jenis sapi dan domba.

Selain itu terdapat pendapat berbeda tentang hukum terhadap makanan, yakni sebagai upaya pembentukan dan pemeliharaan identitas etnis yang dalam sudut pandang kaum imam adalah untuk memisahkan bangsa pilihan Allah dari bangsa lain, dan menyeru untuk menjadi kudus seperti Allah, dalam :

Imamat 11:43-45
43. Janganlah kamu membuat dirimu jijik oleh setiap binatang yang merayap dan berkeriapan dan janganlah kamu menajiskan dirimu dengan semuanya itu, sehingga kamu menjadi najis karenanya.
44. Sebab Akulah TUHAN, Allahmu, maka haruslah kamu menguduskan dirimu dan haruslah kamu kudus, sebab Aku ini kudus, dan janganlah kamu menajiskan dirimu dengan setiap binatang yang mengeriap dan merayap di atas bumi.
45. Sebab Akulah TUHAN yang telah menuntun kamu keluar dari tanah Mesir, supaya menjadi Allahmu; jadilah kudus, sebab Aku ini kudus.

Kembali ke Index Artikel

Selasa, 25 Oktober 2016

Pengantar Alkitab Ibrani (8)

Kuliah 8 - Keluaran : Dari Mesir ke Sinai (Keluaran 5-24,32) [Oktober 4, 2006]

Bab 1. Hari Paskah sebagai Historisasi Praktek Ritual.

Setelah theofani pada semak yang terbakar, Musa kembali ke Mesir, dan ini menandai dimulainya pertempuran kehendak, antara Allah dan Firaun. Kisah dalam keluaran adalah drama termasyur, dan banyak unsur cerita rakyat di sana, termasuk pertarungan antara Musa dan Harun dengan para penyihir Mesir - pertarungan mereka adalah lumrah dalam literatur sastra.

Ini seperti "kelompok kami lebih baik dari kelompok anda." Para penyihir Mesir awalnya mampu meniru kejaiban yang dibuat oleh Musa, namun dengan cepat mereka dikalahkan, dan kemenangan Yahweh atas para penyihir sama dan setara dengan mengalahkan para dewa Mesir.

Beberapa kritikus melihat tentang 10 tulah diatur dalam bentuk 3 set 3 - dan lagi 3 serta 10 adalah angka ideal dalam Alkitab. Masing-masing set ini memiliki ciri struktur dan pengulangan. Dalam setiap set, bencana/tulah yang pertama akan disertai dengan kalimat pada pagi hari, "Bangunlah pagi-pagi dan berdirilah menantikan Firaun." Di ikuti pola menghadap firaun serta yang ke-3 tanpa peringatan, berikut ini adalah polanya :

1. Peringatan - menghadap firaun pada pagi hari;
2. Peringatan - menghadap firaun;
3. Musibah - tanpa peringatan

contoh :

1. Pagi hari - Sungai Nil menjadi merah.
2. menghadap firaun - Katak.
3. Nyamuk.

4. Pagi hari - lalat pikat.
5. menghadap firaun - Penyakit sampar.
6. Debu.

7. Pagi hari - Hujan es.
8. menghadap firaun - Belalang.
9. Gelap gulita.

10. Kematian anak sulung.

Jadi terjadi semacam pengulangan terstruktur dan terpola yang kemudian mengarah pada tulah terakhir yaitu kematian semua anak sulung di Mesir. Pembantaian ini dipahami sebagai bentuk pembalasan atas pembantaian bayi Ibrani oleh orang Mesir, atau Israel adalah anak sulung Yahweh seperti pada :

Keluaran 4:22-23
Maka engkau harus berkata kepada Firaun: "Beginilah firman TUHAN: Israel ialah anak-Ku, anak-Ku yang sulung; Biarkanlah anak-Ku itu pergi, supaya ia beribadah kepada-Ku; tetapi jika engkau menolak membiarkannya pergi, maka Aku akan membunuh anakmu, anakmu yang sulung."

Dalam tulah terakhir, Allah atau malaikat kematian melewati Mesir pada tengah malam, membunuh setiap anak sulung laki-laki di Mesir (manusia maupun hewan). Musa memerintahkan setiap orang Israel untuk melakukan ritual, untuk melindungi diri mereka dari pembantaian.

Ritual ini terdiri dari 2 bagian. Setiap keluarga diperintahkan untuk mengorbankan se-ekor domba, kemudian domba itu akan dijadikan sebagai santapan sekeluarga, dan darahnya dioleskan pada tiang pintu, sebagai tanda bagi malaikat maut bahwa ia harus melewati rumah itu.

Ritual berikut, setiap keluarga harus memakan roti tak beragi. Jadi menurut kitab Keluaran, ritual Paskah ini terjadi pada malam terakhir Israel dari perbudakan, sementara malaikat maut melewati rumah mereka karena ditandai oleh darah.

Namun sejarah Paskah ini diamati oleh kritikus adalah upaya pemaknaan ulang atas sebuah tradisi yang telah lama berlangsung dalam komunitas ini. Ritual seperti ini, adalah biasa dilakukan oleh kaum penggembala semi-nomaden pada musim semi: mengorbankan anak domba pertama bagi para dewa untuk mendapatkan berkah yang melimpah selama musim semi.

Pada kaum petani: persembahan kepada para dewa adalah pada panen pertama di musim semi. Persembahan berupa gandum yang digiling menjadi tepung lalu diolah sebelum di fermentasi, sehingga dengan cepat dapat dipersembahkan kepada para dewa, untuk mendapatkan berkah melimpah pada musim semi.

Kedua kelompok inilah yang dipercaya melebur bersama dengan kelompok lain dalam pembentukan masyarakat Israel. Ritual dan tradisi dari berbagai kelompok ini tetap dipertahankan dan diselipkan kedalam kisah perbudakan dan pembebasan bangsa Ibrani/Israel.

Jadi kita memiliki berbagai festival tahunan yang lebih tua kemudian mengalami historisasi atau dijadikan mitos untuk sebuah perayaan yang dinamakan Paskah, lalu dihubungkan dengan peristiwa pembentukan sebuah bangsa bernama Israel, bukannya festival mengenai alam.

Ini mungkin adalah sebuah usaha diferensiasi dari ritual para bangsa tetangga Israel, yang merayakan festival serupa. Dan sekarang darah domba kurban dikisahkan telah melindungi bangsa Israel dari malaikat maut, dan roti dikatakan dimakan dalam bentuk tidak beragi karena bangsa ini tergesa-gesa meninggalkan Mesir. Mereka tidak memiliki waktu untuk menunggu proses fermentasi. Historisasi ini akan kita lihat pada banyak ritual-ritual lainnya.

Bab 2. Keluaran Sebagai Sudut Pandang Kolektif Akan Keselamatan.

Setelah tulah terakhir, Firaun akhirnya melepaskan bangsa Israel untuk pergi ke padang gurun untuk menyembah Tuhan (Yahweh) Allah mereka, namun kemudian  ia berubah pikiran, dan mengirim bala tentara untuk mengejar orang Israel.

Orang Israel segera menemukan diri mereka terjebak diantara bala tentara Mesir dan sesuatu yang disebut Yam Suph, yang berarti "Reed Sea" atau laut yang penuh alang-alang. Yang sering disalah-terjemahkan menjadi Red Sea atau laut merah (dalam bahasa Indonesia kadang diterjemahkan sebagai laut Teberau), sehingga hal ini menimbulkan gagasan bahwa lokasi bangsa Israel ketika itu sedang berada di teluk Aqaba, atau di suatu tempat di dekat laut.

Beberapa orang Israel yang menyadari posisi ini menjadi putus asa dan ingin menyerah. Dan pada saat krisis Allah lalu turun tangan untuk menyelamatkan bangsa ini dengan membelah "laut".

Para kritikus melihat kisah ini pada Keluaran 14 dan 15, sebagai 3 versi cerita yang digabungkan. Perhatian para kritikus terdapat pada Keluaran 15:1-12. Ini adalah bagian yang disebut sebagai "Song of the sea" atau "Nyanyian laut."

Menurut mereka syair ini lebih mirip sebuah proses penenggelaman kapal-kapal milik firaun dengan gelombang besar. Syair ini dipercaya kemungkinan merupakan kenangan yang diwariskan oleh orang-orang (budak semit) yang melarikan diri dari kejaran Firaun.

Kemudian penulis mengambil gambaran dari syair ini dan mendramatisir kiasan untuk tenggelam menjadi kisah dalam Keluaran 14, di mana metafora itu diceritakan menjadi kejadian nyata, dan tentara Firaun secara harfiah tenggelam dalam air.

Kisah dalam Keluaran 14 dipercaya disusun oleh P, Musa yang digambarkan mengayunkan tongkatnya untuk membelah air, yang membentuk seperti dinding sehingga bangsa Israel dapat melintasinya seperti tanah kering; dan kemudan ketika ia mengayunkan lagi tongkatnya, air itu kemudian menimpa serta menenggelamkan tentara Mesir. Namun menurut satu bagian kecil dari

Keluaran 14:24-25
24. Dan pada waktu jaga pagi, TUHAN yang di dalam tiang api dan awan itu memandang kepada tentara orang Mesir, lalu dikacaukan-Nya tentara orang Mesir itu.
25. Ia membuat roda keretanya berjalan miring dan maju dengan berat, sehingga orang Mesir berkata: "Marilah kita lari meninggalkan orang Israel, sebab TUHANlah yang berperang untuk mereka melawan Mesir."

Dalam kisah tersebut pergerakan tentara Mesir terhambat oleh kereta mereka, hal ini menyerupai halangan pada wilayah rawa-rawa berlumpur. Sesuai dengan nama Yam Suph berarti lautan alang-alang.

Yang menarik tentang syair Nyanyian Lautan, syair dalam Keluaran 15, dipandang sebagai adopsi Israel terhadap mitos Kanaan dan disematkan pada Yahweh. Deskripsi Yahweh juga mirip dengan Baal sebagai dewa badai dalam Keluaran 15 ini. Ia mengendalikan membelah laut dengan badai yang dihembuskan oleh "hidung illahi", hal ini mengingatkan badai dewa Baal.

Baal juga digambarkan berkendaraan di atas awan, ia adalah dewa badai, dan ia selalu disertai oleh angin dan hujan. Pada permulaan musim hujan, Baal membuka celah di awan, disertai petir yang menggelegar menghentak bumi.

Dalam mitos Kanaan - Ugarit, ia mengalahkan musuh yang di kenal sebagai Pangeran Laut, atau Hakim Sungai. Setelah membunuh semua musuh perairannya, ia diakui oleh para dewa, dan diangkat menjadi raja para dewa dan manusia, dan ia berdiam di rumah atau kuil bukan di tenda-tenda seperti El. Baal berdiam di sebuah kuil dengan struktur permanen dari kayu aras di puncak pegunungungan.

Kemiripan lain antara Yahweh dan dewa Kanaan adalah pada Mazmur 68:4 "buatlah jalan bagi Dia yang berkendaraan melintasi awan-awan! Nama-Nya ialah TUHAN (Yahweh);" Jadi Yahweh digambarkan seperti Baal, yang berkendaraan diatas awan. Mazmur 29:3 "Suara TUHAN di atas air, Allah yang mulia mengguntur, TUHAN di atas air yang besar." Beberapa kritikus melihat ini sebagai syair untuk Baal yang di adopsi oleh Israel. Gambaran Yahweh memerangi mahluk perairan/Leviatan/Naga Air juga nampak pada :

Mazmur 74:12-14
12. Namun Engkau, ya Allah adalah Rajaku dari zaman purbakala, yang melakukan penyelamatan di atas bumi.
13. Engkaulah yang membelah laut dengan kekuatan-Mu, yang memecahkan kepala ular-ular naga di atas muka air.
14. Engkaulah yang meremukkan kepala-kepala Lewiatan, yang memberikannya menjadi makanan penghuni-penghuni padang belantara.

Juga pada Hakim-Hakim 5:4-5
4. TUHAN, ketika Engkau bergerak dari Seir, ketika Engkau melangkah maju dari daerah Edom, bergoncanglah bumi, tirislah juga langit, juga awan tiris airnya;
5. gunung-gunung--yakni Sinai--bergoyang di hadapan TUHAN, di hadapan TUHAN, Allah Israel.

Michael Coogan seorang ahli kitab/biblikal yang juga ahli dalam naskah-naskah Kanaan, Ugarit, telah mengamati hubungan menarik tentang representasi Yahweh dan dewa Baal. Ia mencatat bahwa Baal adalah tokoh kuci dalam perubahan dalam agama Kanaan yang terjadi sekitar tahun 1500-1200 SM, dan ini adalah periode berdasarkan Alkitab tentang masa keluarnya bangsa Israel dari Mesir  serta kemunculan Yahwehnisme atau pemujaan/pengkultusan terhadap Yahweh.

Di Kanaan pada masa ini juga terjadi pemindahan kekuasaan di antara para dewa. Dewa El, sang penguasa langit digantikan oleh dewa Baal sang penguasa badai, dan pergantian ini terjadi melalui kemenangan Baal melawan pangeran laut, atau musuh diperairan.

Coogan juga mengamati bahwa perubahan serupa terjadi pula pada banyak tradisi di dunia. Banyak catatan tentang dewa-dewa muda merampas kekuasaan dari dewa yang lebih tua. Contohnya adalah pada Enuma Elish, di mana dewa muda Marduk, mengalahkan Tiamat, monster laut dalam, dan mengklaim sebagai penguasa, dari dewa langit yang lebih tua, dewa Anu. Di India dewa angin Indra juga menjadi dewa utama. Di Yunani, Zeus yang juga berasosiasi dengan badai dan petir menggantikan Kronos.

Dan pada kitab Keluaran, kita menemukan kemunculan bangsa Israel, yang muncul dari transisi kaum nomaden kepada masyarakat yang menetap, yang masih membawa sebuah ingatan kolektif pada keagamaan mereka. Seperti dewa badai di mitos tetangga mereka, Yahweh membuat lautan badai dengan hembusan nafasnya. Ia lalu menetapkan dirinya sebagai dewa orang Israel menggantikan El, yang disembah oleh leluhur Israel. Dan dikemudian hari Ia menetapkan tempat kediaman-Nya di atas sebuah gunung, Gunung Zion, juga dengan kayu Aras.

Namun demikian cara Israel menggunakan corak dewa badai berbeda dengan tetangganya. Pertempuran Yahweh bukan pertempuran mitologi (dewa vs dewa), mereka membuatnya menjadi sejarah. Laut bukanlah musuh bagi Yahweh. Dan Yahweh berperang bukan dengan dewa lain, namun melawan manusia, Firaun dan tentara Mesir.

Lautan adalah sebuah senjata yang digunakan oleh Yahweh untuk membela Israel, Yahweh digambarkan oleh penulis Alkitab melampaui alam, dan ia mengontrol alam untuk tujuan tertentu, untuk menyelamatan umat-Nya bangsa Israel.

Kitab Keluaran telah lama dipandang tentang peristiwa Yahweh memberikan keselamatan untuk umat-Nya. Keselamatan dalam hal ini bukan seperti pengertian Kristen tentang keselamatan pribadi dari dosa, ini gagasan yang absen dari Alkitab Ibrani.

Keselamatan adalah tindakan konkrit atas keselamatan kolektif dan komunal dari penindasan secara nasional, khususnya dalam bentuk kekuasaan asing atau perbudakan. Ketika penulis Alkitab berbicara tentang Yahweh sebagai penebus dan penyelamat Israel, mereka mengacu pada pembebasan secara fisik dari musuh, oleh Yahweh, dan kita akan melihat hal ini semakin intens pada kitab Nabi-Nabi.

Bab 3. Perjanjian Allah dan Musa Di Gunung Sinai.

Jadi Keluaran adalah sebuah penyelamatan, namun ini bukan klimaks dari perjalanan bangsa ini, mereka dituntun menuju gunung Sinai untuk satu tujuan, yaitu bangsa Israel akan menjadi umat pilihan Allah, dan mereka akan terikat dalam sebuah perjanjian. Kisah ini pun berlanjut. Pada bulan ke-3 setelah keluarnya mereka dari Mesir, orang Israel tiba di padang gurun Sinai, dan mereka berkemah di sana, di saat yang sama Allah memanggil Musa ke puncak gunung untuk menerima perjanjian, dan perjanjian ini di kenal dengan Perjanjian Musa, atau Hukum Musa.

Perjanjian Musa sangat berbeda dengan Perjanjian Nuh dan Abraham, karena saat ini Allah menawarakan diri untuk menjadi Allah dan pelindung bagi bangsa Israel; dan juga pada perjanjian ini terdapat persyaratan yang ditentukan Allah bagi Israel untuk ditaati.

Perjanjian ini bukan unilateral, sekarang menjadi perjanjian bilateral yang melibatkan kewajiban timbal balik. Dan perjanjian ini juga mempunyai kondisi, jika Israel tidak memenuhi kewajibannya dengan mentaati Taurat dari Allah, Instruksi atau hidup sesuai kehendak-Nya, maka Allah berhak untuk mengabaikan kewajiban-Nya dalam memberi perlindungan dan berkat terhadap Israel.

Ahli biblikal Jon Levenson, dalam bukunya "Sinai & Zion", memaparkan apa yang ia sebut sebagai dua tradisi gunung besar, dalam  tradisi Gunung Sinai - di mana Israel menerima Taurat, dan masuk ke dalam hubungan perjanjian dengan Allah. Ia menekankan pentingnya formulasi perjanjian ini, dan ia melihat paralelnya dengan tradisi di Timur-Tengah Kuno - terutama perjanjian bangsa Het/Hittite sekitar tahun 1500 - 1200, perjanjian bangsa Ashur pada abad ke-8 SM.

Kita akan membahas tentang model perjanjian bangsa Het dengan 6 elemennya:
1. Terdapat kalimat pembuka, di mana pihak penguasa memperkenalkan dirinya.
2. Terdapat semacam sejarah atau sebuah peristiwa yang mengakibatkan terjadinya perjanjian.
3. Terdapat set ketentuan dan persyaratan, biasanya terhadap daerah vasal.
4. Terdapat semacam lokasi penempatan perjanjian ini, biasanya di kuil.
5. Terdapat doa penutup dan saksi, umumnya para dewa menjadi saksi atas perjanjian ini.
6. Terdapat semacam berkah bagi pihak yang melaksanakan perjanjian ini, dan kutukan bagi yang mengingkari. Kutukan sangat mendapat penekanan khusus dalam perjanjian dengan bangsa Ashur.

Levenson mengindetifikasi banyak unsur-unsur perjanjian di dalam perkataan Yahweh kepada Musa. Musa dan orang Israel tiba di Sinai, dan pada :

Keluaran 19:3-8
3. Lalu naiklah Musa menghadap Allah, dan TUHAN berseru dari gunung itu kepadanya: "Beginilah kaukatakan kepada keturunan Yakub dan kauberitakan kepada orang Israel:
4. Kamu sendiri telah melihat apa yang Kulakukan kepada orang Mesir, dan bagaimana Aku telah mendukung kamu di atas sayap rajawali dan membawa kamu kepada-Ku.
5. Jadi sekarang, jika kamu sungguh-sungguh mendengarkan firman-Ku dan berpegang pada perjanjian-Ku, maka kamu akan menjadi harta kesayangan-Ku sendiri dari antara segala bangsa, sebab Akulah yang empunya seluruh bumi.
6. Kamu akan menjadi bagi-Ku kerajaan imam dan bangsa yang kudus. Inilah semuanya firman yang harus kaukatakan kepada orang Israel."
7. Lalu datanglah Musa dan memanggil para tua-tua bangsa itu dan membawa ke depan mereka segala firman yang diperintahkan TUHAN kepadanya.
8. Seluruh bangsa itu menjawab bersama-sama: "Segala yang difirmankan TUHAN akan kami lakukan." Lalu Musa pun menyampaikan jawab bangsa itu kepada TUHAN.

Menurut Levenson, pada ayat ke 4, "Kamu sendiri telah melihat apa yang Kulakukan kepada orang Mesir, dan bagaimana Aku telah mendukung kamu di atas sayap rajawali dan membawa kamu kepada-Ku." Adalah kalimat pembuka, itu adalah alasan mengapa bangsa Israel dan Yahweh berada dalam situasi saat itu, dan membuat perjanjian.

Ayat ke 5 berisi ketentuan Allah. Ini adalah hal yang sangat umum - "Jika kalian mematuhi persyaratan-Ku, mematuhi hukum-Ku..." yang akan didetailkan pada beberapa kedepan. "Allah akan meninggikan status bangsa Israel menjadi bangsa pilihan Allah (mereka akan dipimpin oleh para kaum Imam/Paderi)."

Dan pada ayat ke-8, bangsa ini kemudian menyetujui diadakan perjanjian, seperti halnya perjanjian kaum Het.

Ke 6 elemen dapat diidentifikasi pada kisah tersebut. Mereka tersebar dalam naskah, namun kita memiliki kata pembuka, sebuah penyebab historis mengapa perjanjian ini diadakan, pada Keluaran 20: "Aku lah Yahweh yang telah membawa engkau ke luar dari tanah Mesir."

Ini merangkum semuanya: pengenalan, akan siapa saya, dan mengapa secara historis kita terhubung. Jadi Allah yang membawa Israel keluar dari Mesir, adalah tanda atas kedaulatan pihak Allah.

Ketentuan perjanjian ini kemudian dibabarkan secara panjang lebar dalam perintah yang ditemukan pada kitab Keluaran 20-23. Musa membacakan kitab perjanjian ini - demikianlah disebut kitab Perjanjian - hal ini terdapat pada :

Keluaran 24:7
Diambilnyalah kitab perjanjian itu, lalu dibacakannya dengan didengar oleh bangsa itu dan mereka berkata: "Segala firman TUHAN akan kami lakukan dan akan kami dengarkan." 

Dalam kitab Ulangan kita membaca bahwa kitab ini disimpan pada sebuah wadah khusus. Israel bersumpah bahwa mereka akan mematuhi hal tersebut pada Keluaran 24:3 dan 7. Perjanjian ini kemudian dimateraikan secara formal dalam ritual khusus, pada :

Keluaran 24:8
Kemudian Musa mengambil darah itu dan menyiramkannya pada bangsa itu serta berkata: "Inilah darah perjanjian yang diadakan TUHAN dengan kamu, berdasarkan segala firman ini."

Dalam sistem monotheistik kita tidak dapat memanggil Allah untuk menjadi saksi mematerai sumpah, jadi langit dan bumi yang menjadi saksinya seperti, pada :

Ulangan 4:26
maka aku memanggil langit dan bumi menjadi saksi terhadap kamu pada hari ini, bahwa pastilah kamu habis binasa dengan segera dari negeri ke mana kamu menyeberangi sungai Yordan untuk mendudukinya; tidak akan lanjut umurmu di sana, tetapi pastilah kamu punah.

Ulangan 30:19
Aku memanggil langit dan bumi menjadi saksi terhadap kamu pada hari ini: kepadamu kuperhadapkan kehidupan dan kematian, berkat dan kutuk. Pilihlah kehidupan, supaya engkau hidup, baik engkau maupun keturunanmu

Ulangan 31:28
Suruhlah berkumpul kepadaku segala tua-tua sukumu dan para pengatur pasukanmu, maka aku akan mengatakan hal yang berikut kepada mereka dan memanggil langit dan bumi menjadi saksi terhadap mereka.

Adapun tentang berkat dan kutuk kita memiliki daftar yang sangat panjang pada Imamat 26, dan Ulangan 28. Beberapa kutuk ini terutama dalam Kitab Ulangan memiliki kemiripan yang sangat mencolok dengan kutukan dalam perjanjian bangsa Ashur, yang berasal dari tahun 677 SM, raja Esarhaddon, dan banyak dari kutukan itu secara kata per kata sangat mirip dengan Alkitab.

Jadi apakah inti dari hal ini? Mengapa memahami hubungan Israel dan Allah menjadi sangat penting, dan mengapa menggunakan wahana perjanjian untuk mengekspresikan hubungan mereka dengan Allah, sebuah perjanjian akan kedaulatan? Menurut Levenson, penggunaan perjanjian kedaulatan sebagai model untuk hubungan Israel dengan Yahweh, mengungkapkan beberapa ide penting didalamnya:

Pertama, sebagai prolog sejarah bagi perjanjian, alasan timbulnya kewajiban Israel terhadap Yahweh dalam perjalanan sejarah dikemudian hari. Jadi ada sebuah momen bersejarah, dan kita akan kembali kepada hal ini namun dalam persepsi Allah.

Kedua, sebagai prolog sejarah yang menjembatani setiap jarak pada antar generasi. Generasi lampau dan sekarang serta masa depan Israel membentuk entitas kolektif, yang tunduk pada perjanjian ini. Dan bahkan hingga saat ini, yakni pada setiap perayaan paskah, orang-orang Yahudi mengingatkan diri mereka tentang peristiwa keluarnya mereka dari Mesir dan secara pribadi memiliki perjanjian dengan Yahweh.

Ketiga, sebagai prolog sejarah yang menjelaskan mengapa Israel menerima sebuah hubungan perjanjian dengan Yahweh. Menurut Levenson hubungan tersebut tidak terjadi secara spontanitas yang mistis. Sebaliknya bangsa Israel menegaskan identitas mereka dan hubungan nya dengan Yahweh melalui sebuah kisah, cerita yang menegaskan bahwa hanya Yahweh yang dapat diandalkan.

Israel mengandalkan Yahweh sebagaimana negeri vassal yang tunduk dan mengandalkan sang negeri penakluk yang berdaulat. Levenson menegaskan perjanjian ini bukan hanya secara lisan, namun dalam bentuk ketaatan pada perintah-perintah Allah.

Sebagaimana perjanjian kedaulatan yang memiliki implikasi tambahan, yakni sesama negeri vassal yang tunduk pada satu negeri berdaulat, harus saling menghormati satu sama lainnya, jadi perjanjian ini juga mengandung etika sosial. Hal itulah yang menyebabkan Yahweh memerintahkan bangsa Israel untuk saling menjaga antar sesamanya.

Juga seperti halnya negeri vassal yang tidak diperkenankan untuk tunduk dan melayani 2 negeri berdaulat sekaligus, hal ini berimplikasi pada perjanjian dengan Allah bersifat ekslusif pula, bahwa tidak akan ada dewa lain dihadapan Yahweh.

Kecemburuan dari negeri berdaulat adalah motivasi dasar pelarangan untuk mengadakan hubungan dekat dengan orang-orang non-Yahweh, karena aliansi ini akan berakhir dengan pengakuan para dewa dari bangsa lain. kita juga akan melihat adanya usaha pencegahan aliansi dengan sesama manusia lainnya dalam bentuk Israel yang melayani raja illahi, dia tidak bisa melayani raja manusia, dan ini adalah ide yang muncul dalam naskah Alkitab, ketika adanya pertentangan dalam kemunculan monarki di Israel (peristiwa pengangkatan raja Saul). Dan pada naskah yang menolak aliansi dengan raja asing, atau tunduk kepada setiap raja asing, apakah itu Mesir, Ashur atau Babel. Jadi tunduk kepada raja manusia, atau pada raja asing dianggap sebagai penolakan terjadap kerajaan Illahi dan ini dipandang sebagai pelanggaran perjanjian.

Kitab Keluaran di akhiri dengan pembangunan tempat kudus yang berupa kemah, lalu dikatakan kehadiran Yahweh memenuhi kemah suci. Ini adalah tanda dari berkah illahi. Terdapat bagian yang sangat panjang ketika allah memberi perintah-perintah kepada bangsa Israel, yang membentang dari bab 25 hingga 40; dan terjadi gangguan pada bab 32 yakni murtadnya Israel pada peristiwa anak lembu emas. Ini adalah momen memalukan yang terbesar pada saat-saat pemuliaan bangsa Israel.

Ketika Musa menerima perjanjian Allah di Gunung Sinai, ketika ia sedang dipuncaknya dan berkomunikasi dengan Allah, orang Israel yang berkemah di kaki gunung menjadi gelisah, dan memberontak, mereka menuntut Harun sebuah dewa, karena mereka tidak mengetahui apa yang terjadi dengan Musa.

Harun mengikuti kemauan mereka dan membuat patung anak lembu emas. Allah yang murka berkata kepada Musa tentang kelakuan bangsa itu dan memerintahkannya untuk segera turun dari gunung.

Allah berkata kepada Musa bahwa ia ingin menghancurkan bangsa itu, dan memulai sebuah bangsa baru dari Musa. Namum Musa berhasil menenangkan Allah, dan ia pun turun menghadapi bangsa itu, dan ia terkejut menyaksikan mereka, dengan marah ia lalu menghancurkan loh batu yang berisi perjanjian dengan Allah.

Musa berhasil menghentikan kegiatan bangsa itu serta menghukum beberapa orang-orang yang terlibat. Terdapat beberapa bab untuk mencapai peristiwa dimana Allah kemudian memberi loh batu yang baru, sebagai pengganti loh yang dihancurkan oleh Musa, dan menurut teks kaum rabbi, loh batu yang hancur dan yang baru, disimpan bersama-sama dalam tabernakel.

Dan episode memalukan ini hanyalan awal dari rentetan aib yang akan terjadi ketika bangsa Israel bergerak dari Mesir menuju tanah perjanjian. Sebagian besar dari peristiwa ini terjadi dalam kitab Bilangan, di mana polanya adalah terjadi pemberontakan, keluhan dan kerinduan mereka atas Mesir - Allah murka - intervensi Musa atas nama bangsa - Kemurkaan Allah mereda. Kitab Bilangan menceritakan tentang masa 40 tahun pengembaraan bangsa ini di padang gurun, dimana Kemah Suci selalu bergerak di tengah bangsa ini.

Pada Bilangan 14, contohnya, ketika bangsa Israel mengeluh, Allah bermaksud untuk menghancurkan mereka, dan intervensi Musa berhasil menghentikan amarah Allah, namun Allah menetapkan bahwa tidak akan ada orang dewasa (berusia diatas 20 tahun) yang akan memasuki tanah perjanjian kecuali Yosua dan Kaleb.

Dan mereka harus mengembara selama 40 tahun di padang gurun hingga semua orang dewasa yang berasal dari generasi Mesir berlalu, dan yang tersisa adalah generasi baru yang tidak pernah merasakan perbudakan, merekalah yang akan masuk dan membentuk negara baru.

Menurutku kitab Bilangan, adalah sumber yang luar biasa yang menceritakan  hubungan antara Musa dan Allah. Saya suka membaca beberapa bagian terutama dialog di antara mereka, karena keduanya secara bergantian kehilangan kesabaran dengan bangsa Israel, dan berkeinginan untuk menghancurkan mereka. Namun setiap kali hal itu terjadi, salah satu diantara mereka meyakinkan yang lain untuk bersabar. Hal ini seperti hubungan antara suami dan istri, yang bekerja sama untuk mengasuh anak yang bandel.

Kembali ke Index Artikel

Senin, 24 Oktober 2016

Pengantar Alkitab Ibrani (7)

Kuliah 7 - Israel di Mesir: Musa dan Permulaan Yahwenisme (Kejadian 37 - Keluaran 4) [September 27, 2006]

Bab 1. Ia Yang Bergumul: Perubahan Signifikan Pada Yakub.

Terakhir kita membahas kisah misterius tentang Yakub yang berubah nama menjadi Israel. Dan saya menyinggung mengenai sebuah fakta dalam pandangan Alkitab, tentang nama yang entah bagaimana dapat merangkum esensi si pembawa nama. Jika kita mengetahui nama dari sesuatu, hal ini berarti kita memiliki semacam kuasa untuk mengontrol sesuatu itu.

Banyak dari komentator mengamati bahwa perubahan nama menyertai perubahan karakter. Nahum Sarna mengatakan bahwa setelah pergulatan dengan malaikat, karakter Yakub berubah menjadi bersih dari hal-hal negatif hingga usia tua nya. Dan Yakub yang pada awalnya tidak memiliki karakter teladan, kini ia telah berubah menjadi Yakub yang baru, sebagai orang yang jujur. Kita melihat hal ini dalam pertemuannya dengan Esau. Ia menyapa mantan saingan dan musuhnya :

Kejadian 33:10-11
10. Tetapi kata Yakub: "Janganlah kiranya demikian; jikalau aku telah mendapat kasihmu, terimalah persembahanku ini dari tanganku, karena memang melihat mukamu adalah bagiku serasa melihat wajah Allah, dan engkau pun berkenan menyambut aku.
11. Terimalah kiranya pemberian tanda salamku ini, yang telah kubawa kepadamu, sebab Allah telah memberi karunia kepadaku dan aku pun mempunyai segala-galanya." Lalu dibujuk-bujuknyalah Esau, sehingga diterimanya.

Bab 2. Keturunan Yakub : Yusuf dan Saudara-saudaranya.

Sekarang sisa dari kitab kejadian hanya menceritakan kisah Yusuf dan saudara-saudaranya, serta tentang 12 anak-anak Yakub. Ini adalah salah satu drama psikologis yang paling termasyur dalam Alkitab. Cerita yang sangat manusiawi, dan kita jarang melihat intervensi supernatural/illahi dalam kisah ini. Ia sangat fokus pada kisah mengenai hubungan keluarga, pada kecemburuan. Ini seperti novel kecil.

Pendapat para ahli terbelah dalam hal keaslian elemen Mesir dalam cerita ini. Anda akan membaca hal-hal yang sangat beragam dan radikal. Beberapa menunjuk pada munculnya nama-nama, adat istiadat, keagamaan, dan hukum-hukum Mesir, sebagai tanda, bahwa terdapat kenangan historis yang diwariskan dalam cerita ini.

Pendapat lain merujuk pada terjadinya anakronisme, serta kurang detailnya elemen mengenai Mesir, menandakan jika penyusunannya adalah di masa akhir. Seni tafsir mimpi menjadi hal penting dalam kisah ini, dan tafsir mimpi berkembang menjadi semacam "ilmu", khususnya di Mesir dan di beberapa  wilayah Mesopotamia, namun orang-orang Mesir lebih terkenal di dunia kuno sebagai ahli tafsir mimpi.

Yusuf terkenal dengan kemampuannya untuk menafsirkan mimpi, namun narator Alkitab me-monotheis-kan kemampuan ini, mereka menggambarkan bahwa kemampuan Yusuf tersebut, hanyalah menceritakan apa yang diungkapkan oleh Allah, bukan karena bergantung pada ilmu (gaib) tafsir mimpi.

Kisah Yusuf, diawali dengan kecemburuan para saudaranya, karena ia sangat dikasihi oleh ayah mereka Yakub, dan mereka bersekongkol untuk menyingkirkannya. Namun pada saat terakhir, Yehuda meyakinkan saudaranya yang lain agar tidak membunuh Yusuf, melainkan menjualnya sebagai budak, mereka bisa mendapatkan keuntungan finansial dari Yusuf.

Maka dijual lah Yusuf yang rupanya akan berakhir di istana Firaun, dan petualangannya di negeri Mesir, akan menjadi pembuktian mengenai keunggulan karakternya. Ia dengan cepat naik ke posisi pemerintahan yang cukup tinggi, melalui keahliannya menafsirkan mimpi Firaun, yang rupanya berkaitan dengan bencana kelaparan. Yusuf yang kemudian menjadi gubernur,  berwenang untuk mengendalikan pasokan gandum, dan ia sukes melewati 7 tahun bencana kelaparan.

Bencana kelaparan rupanya juga melanda Tanah Kanaan, dan hal ini mendorong saudara-saudara Yusuf pergi ke Mesir, untuk mencari makanan. Yusuf tidak mengungkap identitas dirinya kepada para saudaranya, ia malah memberi mereka sebuah ujian, dan pada akhirnya mereka semua berkumpul di Mesir, dan hidup dengan damai sejahtera selama beberapa generasi.

Itulah garis besar dari kisah Yusuf berserta saudaranya, namun salah satu tema penting dari kisah ini adalah tentang "pemeliharaan oleh Allah." Penulis ingin menggambarkan tentang anak-anak Yakub, beserta kecemburuan dan  konspirasi mereka, serta figur Yusuf sendiri, semuanya adalah instrumen yang tanpa disadari adalah rencana illahi yang besar. Bahkan, Yusuf mengatakan kepada saudara-saudaranya :

Kejadian 50:20
"Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar. "

Kisah Yusuf yang dijual oleh para saudaranya ke Mesir, adalah sebagai panggung, untuk proses reformasi karakter mereka, yang  juga merupakan bagian penting dari cerita ini, yaitu seluruh keturunan Israel akan berdiam di negeri Mesir.

Secara khusus Allah sendiri berkata kepada Yakub dalam

Kejadian 46:4
"Aku sendiri akan menyertai engkau pergi ke Mesir dan tentulah Aku juga akan membawa engkau kembali; dan tangan Yusuf lah yang akan mengatupkan kelopak matamu nanti."

Jadi, singkatnya, suatu rencana sedang terjadi. Penulis ingin menggambarkan bahwa Allah akan ke Mesir, dan akan membawa mereka kembali ke Kanaan. Keturunan Israel di Mesir, menentukan sebuah panggung untuk munculnya firaun yang, kata naskah, tidak mengenal Yusuf dan apa yang telah ia lakukan untuk Mesir.

Firaun baru ini akan memperbudak bangsa Israel, dan begitu menderitanya hidup mereka, membuat tangisan mereka terdengar hingga ke surga - sama dengan tangisan generasi banjir, dan teriakan orang yang ditindas oleh penduduk Sodom dan Gomora.- Dan dengan demikian dimulailah kitab Keluaran, yang akan membawa kita pada kisah keluar dari Mesir menuju gunung Sinai.

Sebagian besar narasi dalam Kejadian 12-50 - dengan pengecualian kisah Yusuf -  di percaya berasal dari sumber J (Jahwist). Dan beberapa tema yang sering dimunculkan oleh sumber J : Yang pertama adalah janji Allah adalah pasti, namun cara dan waktu pemenuhannya tak terduga. Tanah tidak pernah dimiliki oleh para patriakh/leluhur, walau mereka lah yang sebenarnya diberi janji untuk memilikinya. Namun keturunan mereka lah yang akan memiliki tanah tersebut, dan itu terjadi setelah mereka melalui perjuangan yang luar biasa.

Dengan kata lain metode Allah cukup membuat penasaran. Mengapa Ia kadang menentang praktek tradisional di Timur-Tengah Kuno, dimana mengutamakan keistimewaan anak sulung, warisan juga pada anak sulung. Ia memilih Yakub, si penipu, di banding Esau sang anak sulung. Mengapa Ia memilih Yusuf yang arogan, dan memprovokasi saudaranya dengan delusi keagungan. Bandingkan dengan hukum anak sulung yang terdapat pada :

Ulangan 21:15-17
15. "Apabila seorang mempunyai dua orang isteri, yang seorang dicintai dan yang lain tidak dicintainya, dan mereka melahirkan anak-anak lelaki baginya, baik isteri yang dicintai maupun isteri yang tidak dicintai, dan anak sulung adalah dari isteri yang tidak dicintai,
16. maka pada waktu ia membagi warisan harta kepunyaannya kepada anak-anaknya itu, tidaklah boleh ia memberikan bagian anak sulung kepada anak dari isteri yang dicintai merugikan anak dari isteri yang tidak dicintai, yang adalah anak sulung.
17. Tetapi ia harus mengakui anak yang sulung, anak dari isteri yang tidak dicintai itu, dengan memberikan kepadanya dua bagian dari segala kepunyaannya, sebab dialah kegagahannya yang pertama-tama: dialah yang empunya hak kesulungan."

Dan ini tidak terjadi pada Ismail? pada Esau? juga pada saudara Yusuf? dan tidak ada penjelasan dalam naskah. Namun, meskipun banyak awalan yang nampak keliru, dan mereka berada dalam berbagai cobaan, seperti melalui berbagai tahun kelaparan, berbagai kemandulan, benih dari Abraham akhirnya dapat melalui semua ini, dan janji itu kembali ditegaskan: "Aku sendiri akan menyertai engkau pergi ke Mesir dan tentulah Aku juga akan membawa engkau kembali." Dan akhirnya dalam sumber J, Allah muncul untuk mengendalikan sejarah, semua akhirnya berjalan menurut rencana-Nya.

Bab 3. Keluaran: Mitos Nasional Asal-Muasal Bangsa Israel.

Kitab Kejadian diakhiri dengan bangsa Israel menetap di Mesir. Prestasi mereka di Tanah Perjanjian, tidak lebih dari pembelian sebidang tanah untuk pekuburan. Bahkan, Allah telah meninggalkan tanah ini dan bersama-sama dengan Israel ke Mesir, sehingga proses pemenuhan janji itu masih cukup jauh. Kitab keluaran adalah awal dari proses dimana janji-janji itu akan terpenuhi.

Struktur dari kitab Keluaran adalah :

- Bab 1-15: menceritakan kisah Israel di Mesir: munculnya Firaun baru yang tidak mengenal Yusuf; penindasan Israel; mereka diperbudak dalam proyek-proyek negara; pembunuhan anak sulung lelaki dari orang Israel; kelahiran, kehidupan awal, serta panggilan terhadap Musa; perjuangan untuk memperoleh kebebasan, Musa memohon kepada Firaun untuk membiarkan bangsanya pergi dan menyembah Allah mereka di padang gurun; dan pembebasan mereka, Allah membelah laut Reed (bukan Red Sea - Laut Merah) sehingga mereka dapat melaluinya.

- Bab 15(:22)-18: menceritakan perjalanan menuju Sinai, perjalanan yang penuh dengan keluhan. Orang Israel mengeluh karena mereka kelaparan dan Allah mengirim burung puyuh, manna dan air.

- Bab 19-24: ini menceritakan peristiwa penting yaitu theofani, wahyu kepada orang Israel, perjanjian di Sinai.

- Bab 25-40: peristiwa anak lembu emas, instruksi Allah tentang bagaimana membangun dan mendirikan Kemah Suci.

Para kritikus percaya sumber J adalah pemasok utama dari narasi dalam kitab Keluaran. Lalu ditambahkan kutipan dari sumber E, dan kemudian penambahan materi hukum dan ritual serta silsilah dari sumber P.

Nilai historis dari kisah Keluaran juga telah mempesona para ilmuwan dan orang awan, dalam berbagai generasi. Apakah kisah dari kitab Kejadian ini benar-benar terjadi? Jika iya, kapan? Apakah hal ini penting? Dan apakah ada bukti akan kisah ini, secara eksternal di luar Alkitab? Sebenarnya tidak ada bukti langsung akan kisah ini.

Kita mengenal sebuah "Prasasti Kemenangan" yang didirikan oleh Firaun Merneptah,  yang berasal dari tahun 1204 SM, yang berisi tentang klaim kemenangan atas berbagai kelompok di tanah Kanaan. Dan salah satu kelompok yang ia kalahkan adalah Israel.

Beberapa pihak percaya bahwa kelompok orang yang di kenal sebagai Israel memang telah berdiam di tanah Kanaan pada akhir abad ke-13 SM. Apakah mereka tiba di sana setelah eksodus dari Mesir? Tidak ada penjelasan lebih lanjut untuk hal ini. Sumber tersebut perlu dikonfirmasi, apakah ada bukti arkeologi dari sebuah kelompok besar manusia yang memasuki tanah Kanaan pada saat itu?

Kita berasumsi dan bersimulasi dengan hitung-hitungan berdasarkan prasasti Merneptah, anggap lah penyerangan Firaun Merneptah ke tanah Kanaan berlangsung 20 tahun setelah bangsa Israel menetap di Kanaan, jadi hitungan kita pada tahun 1225 SM bangsa Israel telah sampai di Kanaan, dan jika 40 tahun mereka mengembara di padang gurun, maka mereka keluar dari Mesir sekitar tahun 1265.

Ini gambaran timeline dari penjelasan di atas :
- 1204 SM, Firaun Merneptah menyerang Kanaan dan mengalahkan Israel, tercatat pada prasasti Merneptah.
- 1225 SM, Bangsa Israel tiba di tanah Kanaan.
...
40 tahun mengembara di padang gurun
...
-1265 SM, Bangsa Israel keluar dari Mesir, masa hidup Ramses II.
...
430 tahun sejak Yusuf
...
-1695/1700 SM, Yusuf dan keluarganya Memasuki Mesir.

Kita mengetahui bahwa pada tahun 1265 SM, adalah masa dari Dinasti ke-18 Mesir, dan Firaun Ramses II bertahta pada saat itu, ia terkenal akan proyek-proyek pembangunan perkotaan di kawasan delta - wilayah delta terkenal dengan kota Pithom dan Pi-Ramses.

Alkitab menyebut bahwa bangsa Israel berada di Mesir selama 430 tahun, jika kita menambahkan ke dalam tahun simulasi kita, maka Yusuf dan saudaranya memasuki mesir sekitar tahun 1700 SM.

Daya tarik skenario ini adalah, pada tahun 1720 SM, Mesir diserbu dan ditaklukkan oleh bangsa Semit yang dikenal sebagai bangsa Hyksos (arti sebenarnya bangsa Asing) dari Asia. Mereka mendirikan sebuah dinasti bangsa Semit, yang berpusat di utara Mesir, di daerah yang dikenal sebagai Goshen.

Sehingga mungkin saja jika firaun dari dinasti Hyksos, saling membantu antar sesama bangsa Semit lainnya: mereka mungkin telah memasukkan sesama bangsa Semit ke Mesir pada masa kelaparan ke tanah Goshen - yang mana dalam Alkitab tertulis - bangsa Israel hidup di tanah Goshen.

Demikianlah Yusuf yang merupakan bangsa Semit, yang merupakan orang asing di Mesir, dapat diangkat ke posisi penting, jabatan gubernur, adalah tidak mengejutkan, jika kita menganggap rezim Hyksos adalah rezim sesama bangsa Semit.

Pada abad ke-16 SM, orang pribumi Mesir, yang kesal dan mendendam, karena hidup memalukan di bawah kekuasaan bangsa asing/Hyksos, akhirnya bangkit melawan, dan berhasil menggulingkan serta mengusir bangsa Hyksos, mereka akhirnya kembali menguasai seluruh Mesir.

Jadi beberapa ilmuwan berspekulasi bahwa terdapat realitas histori dibalik pernyataan Keluaran 1:18: "bahwa Firaun baru, tidak mengenal Yusuf dan apa yang telah ia lakukan untuk Mesir, dan mulai menindas bangsa Ibrani." Melihat dari pembentukan dinasti pribumi Mesir, hal ini memungkinkan terjadinya  perbudakan terhadap bangsa Semit yang tersisa.

Namun, ada masalah dengan simulasi ini. Alkitab itu sendiri banyak berisi pernyataan yang sangat bertentangan mengenai lamanya bangsa Israel berdiam di Mesir. Keluaran 6:16-20 berkata bahwa orang Israel berdiam di sana selam 4 generasi, jadi mungkin 80 tahun, dari Lewi ke Musa - Lewi adalah leluhur Musa - jadi hanya 4 generasi - yang berarti kedatang mereka di Mesir adalah setelah zaman Hyksos berlalu, bukan 430 tahun; dan kita bahkan tidak tahu apakah migrasi ini terjadi pada periode Hyksos. Jumlah 430 tahun juga adalah sesuatu dari nomor ideal/nomor cantik/nomor favorit penulis Alkitab. Ini adalah angka yang beberapa kali muncul dalam kronologi di Alkitab, dan menimbulkan kecurigaan akan kesahihannya.

Jadi hipotesis Hyksos yang sempat membuat banyak orang bersemangat untuk sesaat, sebenarnya tidak dapat didukung secara baik. Namun, ada beberapa bukti yang menarik mengenai bangsa Semit yang dipekerjakan pada proyek pembangunan pada abad ke-13 SM, namun bagaimana mereka dapat berada di Mesir?

Yang kita ketahui, berdasarkan arkeologi, bahwa kota Pi-Ramses dan Pithom, di bangun kembali pada permulaan abad ke-13 SM tepat di atas situs tua bekas kota-kota bangsa Hyksos - Ibu kota Hyksos berada di Avaris yang terbengkalai karena ditinggalkan penduduknya, di bangun kembali dan menjadi kota Pi-Ramses, daerah delta ini di kenal dalam Alkitab sebagai Goshen. Jadi kota ini baru kembali diduduki pada masa Firaun Ramses II pada abad ke-13 SM.

Kita juga mengetahui bahwa para pejabat Mesir mengizinkan para kaum  nomaden yang kelaparan untuk memasuki wilayah Delta sungai Nil untuk mencari makanan: kita memiliki catatan tertulis. Mengenai keberadaan budak Semit dapat dibuktikan di Mesir pada masa ini, diakhir abad ke-13 SM: kita juga memiliki catatan tentang ini.

Kita mengetahui tentang sekelompok orang yang di sebut Hapiru atau Apiru. Mereka bukanlah sekelompok etnis namun sebagai sekelompok kelas sosial atau anggota masyarakat yang terpinggirkan, namun beberapa mempercayai terdapat hubungan atara kata "Hebrew/Ibrani" dan Habiru. Kita juga tahu jika mereka dipekerjakan pada proyek pembangunan di ibu kota Ramses II. Namun terdapat pula orang yang menolak usaha untuk menghubungkan "Hebrew" dan Hapiru.

Sebuah naskah papirus yang berasal dari abad ke-13 SM menjelaskan tentang kontrol ketat Mesir atas perbatasan mereka, dan terdapat beberapa laporan dari pejabat Mesir tentang pengejaran mereka terhadap para budak yang melarikan diri. Jelas ini kemungkinan yang terjadi di sepanjang masa, dan mereka melarikan diri ke arah gurun pasir. Kisah Keluaran juga mengandung beberapa elemen Mesir. Nama Musa, Harun, Pinehas... ini adalah nama-nama Mesir. Musa hanyalah bagian dari nama Ramses: berarti Lahir dari Ra; m-s-e-s berarti "lahir dari".

Jadi tidak ada yang menguatkan rincian dari cerita Keluaran di Alkitab. Tidak ada catatan dari Mesir tentang Musa, tidak ada catatan tentang tulah dalam  Alkitab, tidak ada catatan tentang Firaun dan bala tentaranya yang musnah. Beberapa ilmuwan berpendapat: kemungkinan kisah ini berasal dari memori sejarah dari bekas budak yang dahulu bekerja pada proyek pembangunan ini, namun mereka melarikan diri dari Mesir pada saat itu. Ini adalah dasar historis untuk kisah Keluaran.

Mengapa anda menciptakan sebuah kisah nasional, yang mana para tokoh nya memiliki nama Mesir? mengapa anda menciptakan mitos nasional yang asal-usulnya atau nenek moyangnya adalah dari para budak? Namun demikian seperti yang sudah saya tekankan di awal cerita patriakh, kita berhadapan dengan sejarah suci, yang mana terdapat tema bahwa Allah pernah bertindak atas nama mereka, menyelamatkan mereka dari perbudakan, dan mengikat mereka untuk sebuah perjanjian yang kekal.

Bab 4. Legenda Musa Kelahiran dan Kehidupan Awal.

Sedikit informasi tentang garis besar kisah Musa dan pertemuannya dengan Allah. Berdasarkan naskah Alkitab, bangsa Israel semakin bertambah banyak dan memenuhi tanah Gosyen/daerah delta sungai Nil yang diberikan kepada mereka sejak zaman Yusuf menjadi gubernur, dan seorang Firaun yang baru, menjadi takut akan jumlah mereka dan ia tidak mengenal Yusuf.

Ia lalu memutuskan untuk menghentikan pertumbuhan ini, dengan membawa semua laki-laki dewasa ke dalam perbudakan, untuk membangun kota perbekalan yaitu Pitom dan Ramses, dan mereka di pekerjakan dalam pembuatan batu bata dari tanah liat. Namun menurut naskah Alkitab "semakin di tindas, makin bertambah banyak dan berkembang mereka."

Kemudian Firaun mengambil langkah drastis yakni, membunuh semua laki-laki Israel yang baru lahir, salah satunya adalah menenggelamkan bayi-bayi Israel ke sungai Nil. Inilah latar belakang kelahiran Musa yang lahir dari keluarga Lewi yang akan menjadi keturunan imam di Israel. Dia disembunyikan selama 3 bulan, kemudian ditempatkan pada keranjang anyam dari alang-alang, yang dilapisi dengan aspal, tar, dan dihanyutkan di sungai Nil.

Namun putri Firaun akhirnya menemukan dan mengadopsi bayi tersebut serta  memberi nama Musa - sebuah nama Mesir. Dan Alkitab menciptakan arti baru bagi etimologis Musa sebagai : "Karena aku telah menariknya dari air."

Kritikus melihat kisah ini penuh dengan ironi. Penyelamatan Musa, yang akan menjatuhkan Firaun, justru di mulai oleh putri Firaun, bahkan Musa hidup dan tumbuh di dalam istana Firaun sendiri.

Selanjutnya, Keutamaan Musa ditunjukkan dalam kisah kelahirannya. Keranjang tempat menaruh bayi musa dalam bahasa Ibrani disebut "Tevah" yang berarti bahtera. Istilah ini digunakan 2 kali dalam Alkitab. Yaitu pada bahterah Nuh, yang berarti sebuah alat keselamatan di perairan.

Selain itu keranjang alang-alang - kata Ibrani untuk alang-alang adalah "Suf" - dan ini adalah petunjuk tentang Musa yang akan memimpin bangsa Israel melalui "Reed Sea" atau dalam bahasa Ibrani "Yam suf", ini bukan laut merah seperti dalam terjemahan Alkitab. Kita akan membicarakan hal ini nanti.

Kisah legendaris ini memiliki paralel dengan kisah kuno di Mesopotamia - adalah sangat umum untuk menemukan kisah kelahiran dari para orang besar, yang disisipkan dengan peristiwa luar biasa. Seperti pada kelahiran raja Cyrus dari Persia, Oedipus, Yesus, dan lain-lain. Dan kritikus melihat paralel kisah kelahiran Musa sangat mirip dengan kisah kelahiran raja besar bangsa Akkad, yaitu Raja Sargon, yang hidup sekitar tahun 2300 SM.

Bayi Sargon (Kisah Hidup Sargon) yang merupakan anak seorang Imam juga ditempatkan dalam keranjang yang dilapisi tar, dihanyutkan ke sungai Efrat, dan diselamatkan oleh tukang kebun kerajaan, dan Sargon kemudian merebut takhta raja tersebut. Hal ini sekaligus menegaskan tentang genre/tema dari dari kisah ini. Tidak banyak keterangan tentang masa kecil Musa dalam Alkitab, namun kita mengetahui bahwa Musa kemudian menyadari identitas dirinya sebagai bagian dari bangsa Israel pada:

Keluaran 2:11-15.
11. Pada waktu itu, ketika Musa telah dewasa, ia keluar mendapatkan saudara-saudaranya untuk melihat kerja paksa mereka; lalu dilihatnyalah seorang Mesir memukul seorang Ibrani, seorang dari saudara-saudaranya itu.
12. Ia menoleh ke sana sini dan ketika dilihatnya tidak ada orang, dibunuhnya orang Mesir itu, dan disembunyikannya mayatnya dalam pasir.
13. Ketika keesokan harinya ia keluar lagi, didapatinya dua orang Ibrani tengah berkelahi. Ia bertanya kepada yang bersalah itu: "Mengapa engkau pukul temanmu?"
14. Tetapi jawabnya: "Siapakah yang mengangkat engkau menjadi pemimpin dan hakim atas kami? Apakah engkau bermaksud membunuh aku, sama seperti engkau telah membunuh orang Mesir itu?" Musa menjadi takut, sebab pikirnya: "Tentulah perkara itu telah ketahuan."
15. Ketika Firaun mendengar tentang perkara itu, dicarinya ikhtiar untuk membunuh Musa. Tetapi Musa melarikan diri dari hadapan Firaun dan tiba di tanah Midian, lalu ia duduk-duduk di tepi sebuah sumur.



Jadi Musa menolong saudaranya yang tertindas dengan membunuh orang Mesir, dan ia kemudian melarikan diri ke wilayah  Midian. Karakter musa ditampakkan sebagai orang yang melindungi para orang tertindas. Dan di sana ia bertemu dengan imam dari negeri Midian yang mempunyai 7 anak wanita. Pada kejadian 2:16-17, Musa lagi-lagi menunjukkan karakternya dengan menolong para wanita itu dalam perselisihan dengan beberapa gembala dalam masalah air. Di sana Musa lalu menikah dengan Rehuellah Zipora. Dan ia berdiam selama 40 tahun diantara mereka.

Bab 5. Gambaran Allah dalam Alkitab.

Sekarang situasi bangsa Israel di Mesir, menurut Alkitab semakin sulit.

Keluaran 2:23-24
23. Lama sesudah itu matilah raja Mesir. Tetapi orang Israel masih mengeluh karena perbudakan, dan mereka berseru-seru, sehingga teriak mereka minta tolong karena perbudakan itu sampai kepada Allah.
24. Allah mendengar mereka mengerang, lalu Ia mengingat kepada perjanjian-Nya dengan Abraham, Ishak dan Yakub.

Dan suatu ketika di padang gurun di sebuah tempat yang dikenal sebagai gunung Allah atau gunung Horeb, yang juga di wilayah Sinai, Musa melihat nyala api pada sebuah semak duri namun tidak terbakar, dan ia mendengar suara:

Keluaran 3:6-10
6. Lagi Ia berfirman: "Akulah Allah ayahmu, Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub." Lalu Musa menutupi mukanya, sebab ia takut memandang Allah.
7. Dan TUHAN berfirman: "Aku telah memperhatikan dengan sungguh kesengsaraan umat-Ku di tanah Mesir, dan Aku telah mendengar seruan mereka yang disebabkan oleh pengerah-pengerah mereka, ya, Aku mengetahui penderitaan mereka.
8. Sebab itu Aku telah turun untuk melepaskan mereka dari tangan orang Mesir dan menuntun mereka keluar dari negeri itu ke suatu negeri yang baik dan luas, suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya, ke tempat orang Kanaan, orang Het, orang Amori, orang Feris, orang Hewi dan orang Yebus.
9. Sekarang seruan orang Israel telah sampai kepada-Ku; juga telah Kulihat, betapa kerasnya orang Mesir menindas mereka.
10. Jadi sekarang, pergilah, Aku mengutus engkau kepada Firaun untuk membawa umat-Ku, orang Israel, keluar dari Mesir."

Musa dengan sungkan menjawab: Siapa saya? Mengapa bukan kakak saya si Harun, dia seorang pembicara yang mahir? Satu hal yang perlu di catat tentang perkataan Musa: "aku ini berat mulut dan berat lidah." Namun seperti yang sudah-sudah yang kita lihat dalam kitab Kejadian, Allah memilih siapa yang Ia pilih, dan tidak ada yang mengerti alasan-Nya.

Musa berkata: Bolehkah aku mengetahui siapa yang mengutus aku? Dia bertanya tentang siapa nama Allah. Dan Allah menjawab dengan kalimat, "Ehyeh asher ehyeh." yang sering diterjemahkan, "Aku adalah Aku", "Dia adalah Dia" atau "Yahweh esher Yahweh" dan disingkat menjadi Yahweh. Ini adalah penjelasan Alkitab tentang nama Yahweh, dan sebagai nama pribadi Allah, namun ada yang berpendapat mungkin ini adalah cara Allah untuk tidak menjawab pertanyaan Musa. Kita telah melihat bagaimana Alkitab mengasosiakan nama dengan "kuasa" untuk mengendalikan, dan Allah menolak untuk mengungkapkan nama-Nya ketika bergulat dengan Yakub, jadi bisa saja kita membaca hal ini secara berbeda: Siapakah Aku? Aku adalah Aku, dan hentikanlah keinginan-tahuan mu.

Ada yang unik dari percakapan semak yang menyala ini. Allah mengenalkan dirinya kepada Musa sebagai Allah dari Abraham, Ishak dan Yakub. Banyak komentator berpendapat bahwa penulis sedang mencoba untuk membangun kesinambungan sejarah yang terputus antara Musa dan janji-janji yang telah diberikan kepada para leluhur Israel. Dan Ia mengungkapkan nama kepada Musa sebagai Yahweh, jadi Yahwenisme dan Pengkultusan Yahweh di mulai sejak Musa.

Kita melihat dalam hal ini, Alkitab memiliki padangan yang berbeda. Berdasarkan sumber J dalam

Kejadian 4:26
"Lahirlah seorang anak laki-laki bagi Set juga dan anak itu dinamainya Enos. Waktu itulah orang mulai memanggil nama Tuhan (Yahweh)"

Nama ini selalu di kenal oleh manusia. J ingin menegaskan kesinambungan langsung antara Allah para leluhur, dan Allah keluaran. Namun sumber P dan E mengatakan hal ini secara berbeda dalam

Keluaran 6:2-3
2. Selanjutnya berfirmanlah Allah kepada Musa: "Akulah TUHAN (Yahweh).
3. Aku telah menampakkan diri kepada Abraham, Ishak dan Yakub sebagai Allah Yang Mahakuasa (El Shaddai), tetapi dengan nama-Ku TUHAN (Yahweh) Aku belum menyatakan diri.

Sekarang, hal ini bertentangan dengan sumber J, dan banyak kritikus melihat bahwa sumber P dan E mewarisi memori saat Israel menyembah dewa Kanaan El (El Shaddai). P dan E ingin mengklaim bahwa Allah yang membuat perjanjian dengan para leluhur adalah Allah keluaran, tapi sekarang dengan nama baru.

Kita akan melihat perbedaan antara keagamaan para patriak/leluhur dan Yahwenisme baru. Terdapat beberapa gelar bagi Allah, dan pada tradisi tentang para leluhur dalam kitab Kejadian - 6 kali menggunakan gelar Allah yaitu El Shaddai, El'Elyon, El Olam, El Roi dan El Beyt El.

Sebelumnya kita membahas tentang naskah penting yang ditemukan pada sebuah situs bernama Ras Shamra, peninggalan bangsa Ugarit kuno. Pada tahun 1928 seorang petani di Suriah menemukan sebuah makam di Ras Shamra, yang lalu digali oleh ilmuwan Perancis, dan ia menemukan semacam  perpustakaan dengan setumpuk tablet yang ditulis dalam bahasa yang sangat mirip dengan bahasa Ibrani.

Bahasa Ibrani adalah dialek dari bahasa Kanaan - para ilmuwan bahkan mengatakan bahwa sangat sulit untuk membedakan antara bahasa Kanaan dan Ibrani - dan naskah-naskah tersebut banyak membahas tentang para dewa keagamaan Kanaan. Termasuk dewa langit, EL, yang merupakan ayah bagi para dewa dan manusia.

El memiliki istri bernama Asherah; dan anak perempuan bernama Anat yang merupakan dewa perang yang beringas; dan juga anak lelaki bernama Baal yang merupakan dewa badai. Ia digambarkan dalam literatur mitologi sebagai penakluk dari dewa laut kuno - Yam, dan dewa kematian - Mot.

Ada kemiripan yang mencolok antara mahluk illahi dalam Alkitab dan dewa Kanaan EL. El adalah pemimpin dari majelis para dewa. Dia dikatakan memiliki jenggot putih yang panjang. Ia tinggl di puncak gunung, di tenda. Julukannya termasuk "Bapa dari semua mahluk," "Lembu/Banteng," "Raja." Ia juga digambarkan sebagai pelindung dari para leluhur (bangsa Ugarit), dewa dari para suku-suku. Dalam naskah tersebut, ia menuntun mereka, melindungi, dan menjanjikan mereka keturunan. Banyak dari ayat-ayat di Alkitab yang penggambarannya menyerupai naskah ini, seperti pemimpin dari majelis mahluk illahi. Dan pada kisah patriak Allah menyebut dirinya Allah bapa, hal ini serupa dengan dewa El.

Banyak dari para patriak/leluhur memiliki nama dengan mengandung elemen El: Israel, Ishmael, Beth-el. El adalah Allah dari para patriak. Dan hal ini kontras setelah masa Musa, orang-orang Israel mulai menggunakan nama dengan elemen Yah atau Yahu yang merupakan bagian dari nama Yahweh: Eliyah dalam bahasa Ibrani adalah Eliyahu.

Ada gambaran lain dalam Alkitab tentang Allah yang sangat mirip dengan dewa badai Baal. Berdasarkan mitologi Kanaan, Baal mengalahkan El, dan merebut posisinya sebagai kepala dari majelis para dewa, jadi terdapat peralihan diantara para dewa, dari El kepada Baal yang menjadi dewa utama.

Seperti Baal, Yahweh juga dikatakan berkendaraan diatas awan, kita memiliki syair tentang ini. Wahyu-wahyu Allah kadang disertai dengan badai, gempa bumi: Baal adalah dewa badai. Juga terdapat potongan syair tentang Yahweh mengalahkan Yam/lautan purba/kekacauan, dan ini adalah corak khas Baal.

Praktek ritual ibadah dari orang Israel dan Yehuda kuno secara jelas juga menyerupai dengan ritual orang Kanaan dan Timur-Tengah Kuno. Ritual keagamaan Kanaan berlangsung di sebuah kuil yang berisi patung-patung pemujaan. Ada pilar batu, mungkin simbol dari para dewa, atau peringatan untuk orang mati. Ada altar untuk hewan kurban, biji-bijian, persembahan minyak.

Kesamaannya dengan Allah Israel adalah Ia di puja di berbagai tempat tinggi/gunung/bukit. Kuil mereka juga memiliki altar-altar, terdapat pilar-pilar pemujaan, dan tiang-tiang kayu : yang dalam Alkitab disebut sebagai simbol Asherah. Kuil-kuil ini dikaitkan dengan ritual untuk menghubungi roh-roh orang mati/leluhur. Sekarang pemujaan seperti ini akan di larang: kitab Ulangan akan mengungkapkan hal ini.

Kitab Ulangan bersikeras agar semua bentuk ibadah harus dilakukan pada satu tempat yang dikuduskan. Dan kuil-kuil atau altar-altar/asherot di luar dari tempat ini harus dimusnahkan. Cerita patriak jelas bukan buatan kelompok D/Deuteronomist/Kitab Ulangan, dan cerita-cerita patriak yang telah memiliki otoritas tradisional yang kuat harus mereka adopsi dengan sedikit modifikasi serius.

Kejadian 28:18
Keesokan harinya pagi-pagi Yakub mengambil batu yang dipakainya sebagai alas kepala dan mendirikan itu menjadi tugu dan menuang minyak ke atasnya.

Ulangan 16:21-22
21. "Janganlah engkau menanam sesuatu pohon sebagai tiang berhala di samping mezbah TUHAN, Allahmu, mezbah yang akan kaubuat bagimu.
22. Janganlah juga kaudirikan bagimu tugu berhala, yang dibenci oleh TUHAN, Allahmu.

Bab 6. Model Konvergen & Divergen Smith.

Kita telah membahas tentang kesamaan besar antara Allah Israel dan dewa tetangganya. Sekarang bagaimana kita memahami tentang munculnya Allah Israel dan keagamaan Israel? Sejauh ini kita telah membahas 2 model yaitu evolusi klasik dari politheisme kepada henotheisme hingga monotheisme. Serta model revolusi dari Kaufman. Keduanya sangat bersebrangan namun memiliki unsur kebenaran didalamnya.

Model evolusi, menarik dari fakta bahwa Yahweh menyerupai dewa tentangga Israel, dan para patriak nampaknya menyembah dewa Kanaan, El. Masalah dalam model evolusi adalah ia menghiraukan sebuah aspek dalam naskah Alkitab yang menunjukkan adalanya polemik/pertentangan yang jelas diantara agama Israel dan tetangganya.

Model revolusi Kaufman berfokus secara eksklusif pada perbedaan-perbedaan antara Yahwenisme dan politheisme Kanaan. Namun ia gagal menjelaskan tentang kesamaan yang hampir identik diantara keduanya.

Model ke-3 muncul sekitar 20-15 tahun yang lalu. Ia melihat keagamaan Israel sebagai bentuk dari evolusi dan penyempurnaan secara alami dari keagamaan Kanaan, dan sekaligus membuat pemutusan radikal terhadap keagamaan Kanaan - salah satu yang terkenal akan model ini adalah Mark S. Smith dan Steven Geller, yang mendalami tentang negosiasi kultural dan ideologi yang membangkitkan monotheisme Israel.

Mark Smith menggambarkan asal muasal dan perkembangan keagamaan Israel sebagai proses dari yang ia sebut konvergensi dan diferensiasi. Ia menggambarkan tentang konvergensi yang melibatkan perpaduan dari berbagai dewa (atau fitur/ciri-ciri) kedalam sosok Yahweh. Ada periode konvergensi atau percampuran dari para dewa.

Serta periode diferensiasi dimana Israel menolak segala akar budaya Kanaan, dan menciptakan identitas yang berbeda. Sebuah titik dimana keinginan untuk memisahkan diri dalam proses pembentukan identitas diri, dimana pertentangan dikembangkan untuk menciptakan Yahweh dalam cara yang berbeda dari dewa Kanaan.

Konvergensi yang di maksud oleh Smith adalah: Kanaan secara jelas merupakan akar dan leluhur dari Israel. Bahas Ibrani itu sendiri pada dasarnya adalah dialek Kanaan. Dewa Kanaan, El, adalah serupa dengan El dalam naskah Alkitab, dewa utama dari leluhur bangsa Israel.

Melalui proses konvergensi, dewa Yahweh yang dipercaya berasal dari daerah di selatan Kanaan, yakni Sinai & Edom, atau apa saja di daerah selatan - namun dewa ini, melalui proses konvergensi dan pencampuran budaya, mulai mengambil karakteristik dari dewa lainnya, pertama El, kemudian Baal, atau munkin juga secara bersamaan.

Dan beberapa askpek dari konvergensi ini kemudian mendapat pertentangan, dan ditolak, hingga menghasilkan Yahweh satu-satunya Allah, bersamaan dengan pembentukan identitas Israel.

Model Smith tentang konvergensi kemudian diferensiasi, memiliki kekuatan dalam penjelasan, model ini dapat menjelaskan  kesamaan antara dewa Israel dan Kanaan, juga mencerahkan tentang mengapa Alkitab sangat keras bereaksi terhadap ke-agamaan bangsa Kanaan dan penyembahan Baal pada khususnya. Hal ini mengingatkan tentang rivalitas antara saudara kandung, yang berjuang dan bergulat untuk membedakan diri satu sama lainnya.

Model Smith menjelaskan Allah Israel adalah produk akhir dari proses budaya, namun tentang kapan dan mengapa diferensiasi ini terjadi? Bagaimana dengan peristiwa pengkultusan Baal yang menggantikan El? kita akan membahasnya di kuliah mendatang.

Yosua 24:14-15
14. Oleh sebab itu, takutlah akan TUHAN (Yahweh) dan beribadahlah kepada-Nya dengan tulus ikhlas dan setia. Jauhkanlah allah (El) yang kepadanya nenek moyangmu telah beribadah di seberang sungai Efrat dan di Mesir, dan beribadahlah kepada TUHAN (Yahweh).
15. Tetapi jika kamu anggap tidak baik untuk beribadah kepada TUHAN (Yahweh), pilihlah pada hari ini kepada siapa kamu akan beribadah; allah yang kepadanya nenek moyangmu beribadah di seberang sungai Efrat, atau allah orang Amori yang negerinya kamu diami ini. Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada TUHAN! (Yahweh)"


Sumber, kuliah prof. Christine Hayes, dari YALE univ : http://oyc.yale.edu/religious-studie...t-145#sessions

Kembali ke Index Artikel

Pengantar Alkitab Ibrani (6)

Kuliah 6 - Narasi Alkitab : Kisah para Leluhur

Bab 1. Pendapat Ilmuwan Tentang Akurasi Sejarah Dalam Alkitab.

Pendapat ilmuwan mengenai kisah para leluhur/Patriak pada kitab Kejadian 12-50, terbelah menjadi 2 kubu; ini sesuatu yang perlu anda ketahui. Beberapa ilmuwan akan merujuk ke beberapa ayat Alkitab untuk dijadikan bukti atas keaslian dan kekunoan, dari cerita patriak. Contohnya, Nahum Sarna, yang berpendapat bahwa penggambaran Abraham, Ishak dan Yakub sebagai orang asing di tanah Kanaan, bukanlah suatu hal yang nyaman bagi orang yang ingin membangun sebuah klaim atas kepemilikan sebuah tanah air.

Dan jika mitos tentang asal-usul mereka, adalah sebuah pemalsuan dari para penulis di masa kemudian, maka seharusnya akan ditulis dengan cerita yang menggambarkan tentang para leluhur bangsa dengan lebih lembut terhadap klaim atas tanah tersebut.


Ia juga menjelaskan mengenai kisah para patriak, yang melakukan beberapa praktik  terlarang dan dicelah oleh doktrin agama. Yakub menikahi 2 wanita bersaudara secara bersamaan, ini adalah sesuatu yang terlarang dalam kitab Ulangan. Bukankah sang penulis seharusnya membereskan catatan kurang nyaman dari patriak ini, jika ini adalah sesuatu yang di tulis pada masa kemudian?

Ia juga memaparkan tentang hubungan antar etnis dalam kisah patriak tidak sesuai dengan realitas pada masa kemudian. Contohnya, bangsa Aram yang digambarkan sebagai kerabat dekat Israel, Ulangan 26:5 "..Bapaku dahulu seorang Aram, seorang pengembara...", dan juga pasangan dari para leluhur bangsa Israel selalu dipilih dari orang-orang Aram, yang dianggap sebagai kerabat dekat.

Namun pada masa monarki, yaitu periode setelah tahun 1000 SM, terjadi hubungan yang buruk dengan orang Aram. Mereka adalah musuh bebunyutan Israel. Jadi mengapa penulis Alkitab dari periode yang telah menyaksikan perselisihan dengan Aram, justru menggambarkan bangsa Aram sebagai kerabat dekat mereka? Hal ini mungkin terjadi jika memang ada tradisi tua yang menceritakan hal ini.

Menurut Sarna dan beberapa ilmuwan lainnya, tradisi tentang Patriak tidak seluruhnya pemalsuan dari penulis yang berasal dari periode berikut. Mereka mengandung beberapa kenangan otentik dari situasi sejarah pada masa lampau.

Sebuah pelestarian tentang kisah kuno mengenai para leluhur yang berasal dari kaum semi-nomaden, yang mana mereka hidup di tenda-tenda. Dan dari waktu ke waktu, mereka mengembara hingga ke negeri Mesir atau Mesopotamia, untuk mencari sumber makanan bagi ternak mereka. Dan berbagai rincian mengenai bahasa, kebiasaan, hukum dan agama mereka, sangat cocok dengan kelaziman periode akhir zaman perunggu: 1550-1200 SM.

Namun di sisi lain, kita juga memiliki ilmuwan yang melihat cerita tentang para leluhur seluruhnya adalah pemalsuan tentang kisah masa lalu. Dan pendapat mereka bervariasi dalam menentukan penanggalan penulisan cerita ini: paling awal pada periode monarki, dan paling akhir pada abad ke-4 SM, atau zaman kekuasaan bangsa Persia atau Yunani.

Sebuah karya yang diterbitkan pada tahun 1970 oleh Thomas Thompson dan Jon Van seters mengatakan bahwa kisah-kisah ini dipenuhi dengan anakronisme, dan kronologi mereka membingungkan. Hal-hal demikian adalah sebuah kepastian dalam pandangan mereka, jika disimpulkan bahwa penyusunan Alkitab adalah pada masa yang sangat akhir yaitu Zaman Hellenistik (sekitar tahun 300 SM).

(Dukungan Arkeologi)

Jadi kita memiliki 2 pandangan ekstrim yang sama-sama merujuk pada bukti internal, yakni dari Alkitab itu sendiri. Demikianlah kita juga akan melihat 2 pandangan ekstrim ini dalam bidang arkeologi.

Pada masa awal, dikenal istilah biblikal arkeologi (arkeologi Alktiab). Sebuah nama yang menarik, karena menunjukkan bahwa arkeologi digunakan untuk menjadi bukti untuk memverifikasi kisah-kisah dari Alkitab. Atau bidang arkeologi untuk mendukung naskah Alkitab.

Sekilas telah kita bahas mengenai William F. Albright, seorang arkeolog terkenal dari Amerika. Dia sangat percaya bahwa temuan arkeologi adalah bukti eksternal penting yang menjadi bukti dasar akan historitas dan kebenaran Alkitab, dalam hal ini adalah kisah patriak.

Kemudian muncullah beberapa temuan arkeologi yang luar biasa. Para ilmuwan yang berbagi pandangan dengan Albright menunjuk pada berbagai naskah dan tablet tanah liat (loh batu) yang ditemukan di sebuah situs yang berasal dari millenium ke-2 SM ( 2000 - 1000 SM). Situs itu adalah Nuzi dan Mari. Lokasi mereka sangat dekat dengan wilayah yang di identifikasi dalam Alkitab sebagai tanah leluhur dari patriak-Abraham di Mesopotamia (kota Harran), sebelum mereka berpindah ke Tanah Kanaan.

Rekonstruksi rute perjalanan Abraham sekitar tahun 1900an SM

Di situs bernama Nuzi, sebuah tablet tanah liat kuno ditemukan, dan diyakini penemuan ini adalah pencerahan mengenai adat istiadat dan tradisi dalam Alkitab. Kita mendapatkan informasi tentang adanya kebiasaan praktik adopsi untuk tujuan pewarisan, khususnya pengadopsian seorang budak, karena sang majikan tidak memiliki anak kandung.

Para ahli biblikal sangat bersemangat mengenai penemuan ini. Mereka menunjuk ayat dalam Alkitab di mana Abraham berkeluh terhadap Allah karena hambanya, Eliezer yang akan mewarisi janji Allah karena Abraham tidak memiliki anak.

Juga disebut dalam naskah Nuzi, jika seorang istri mandul, dia wajib untuk memberikan pembantunya sebagai pengganti untuk melahirkan anak bagi suaminya. Dan ini adalah sesuatu yang terjadi pada beberapa leluhur wanita/matriak yang mengalami ketidaksuburan : Sarah, Rahel dan Lea. Ada persamaan lain dalam hal hukum keluarga dan pernikahan yang berhubungan dengan beberapa rincian dalam Alkitab.

Naskah dari Mari yang berasal dari abad ke-18 SM, juga berisi nama-nama yang sesuai dengan nama Israel: Benyamin (Ben-Yamina), Laban, Ismail. Jadi para ahli biblikal, merasa telah menemukan korelasi antara Alkitab dan arkeologi. Mereka menegaskan bahwa para patriak adalah orang-orang yang nyata dan kebiasaan mereka, praktek-praktek mereka, hukum dan institusi sosial mereka bisa diverifikasi dengan temuan arkeologi dari millenium ke-2 SM.

(Bantahan Dari Data Arkeologi)

Namun, hal tersebut mendapat bantahan, para ilmuwan ini dituding telah salah membaca atau salah menafsirkan dokumen kuno ini, karena mereka sedang berupaya untuk menemukan kesamaan dengan Alkitab. Pembacaan dokumen tersebut belumlah sempurna, namun mereka membuat teks-teks itu terlihat seperti sesuai dengan klaim mereka atas Alkitab.

Dan ilmuwan skeptis seperti Thomas Thompson dan Jon Van Seters, menunjukkan bahwa banyak dari kebiasaan atau tradisi dalam Alkitab, memiliki paralel dengan kebiasaan umum di Mesopotamia, dan bahkan tradisi itu masih dipraktekkan secara umum hingga ke millenium ke-1 (1000-0 SM).

Jadi rujukan mengenai kebiasaan dalam kisah patriak bukanlah petunjuk untuk menentukan sebuah penanggalan. Kebiasaan ini bisa berasal dari periode mana saja, dari millenium ke-2 atau ke-1 (2999 - 1 SM).

Selanjutnya dari waktu ke waktu, semakin banyak perbedaan, antara catatan arkeologi dan naskah Alkitab yang terungkap. Dan saat ini terminologi Biblikal Arkeologi, telah berubah nama menjadi Arkeologi Palestina atau Arkeologi Timur Dekat (Timur-Tengah) atau Arkeologi Levant.

Beberapa dari para arkeolog ini, menjadi tidak tertarik untuk menunjukkan korelasi antara data arkeologi dan kisah-kisah Alkitab. Mereka lebih fokus pada usaha rekonstruksi terbaik atas sejarah dari wilayah ini, berdasarkan bukti arkeologi, tanpa intervensi Alkitab.

Dan kesimpulan dari rekonstruksi para ilmuwan seringkali membantah klaim Alkitab. Kita akan melihat hal ini dengan lebih jelas di kuliah mendatang dalam pembahasan kitab Yoshua, dalam narasi mengenai invasi kilat bangsa Israel atas tanah Kanaan, di mana bukti arkeologi tidak mendukung cerita seperti itu.

(Alkitab bukanlah dokumen sejarah namun literatur sastra)

Namun bagi orang-orang yang memandang Alkitab sebagai dokumen historis yang akurat - yang muncul akibat kebutuhan ideologi. Banyak yang menjadi khawatir jika ternyata banyak informasi sejarah dalam Akitab adalah tidak benar, maka Alkitab tidak dapat diandalkan sebagai sumber pengajaran dan inspirasi agama. Ini adalah sesuatu yang tidak mereka inginkan.

Sebenarnya hal tersebut sangat disayangkan, karena terdapat beban yang sangat berat diletakkan pada perpustakaan kecil yang berisi berbagai tulisan dari zaman kuno, dan menarik ini. Orang yang menyamakan kebenaran dengan fakta sejarah pasti akan berakhir melihat Alkitab dengan rendah, ia naif dan matanya seakan melihat sebuah jaring kebohongan yang buruk, karena ia penuh dengan unsur-unsur yang tidak benar secara harfiah.

Cara pandang seperti ini adalah sebuah kesalahan. Perumpamaan mengenai kisah Hamlet yang merupakan karya Shakespeare, yang berlatar belakang negeri Denmark, dan itu adalah sebuah tempat yang yang nyata, namun demikian Hamlet bukan lah figur historis (tokoh sejarah).

Namun demikian kisah Hamlet tidak menjadi naif dan dilihat sebagai kisah yang penuh dengan jaring kebohongan di mata kita. Hal ini karena kita menyadari, bahwa ketika kita membaca atau menonton Hamlet kita mengetahui bahwa ia bukanlah sebuah karya tulis tentang sejarah, ia hanyalah sebuah karya sastra.

Dan untuk menghormati tema (genre) dan ruang lingkupnya, kita tahu dan menerima bahwa kebenaran yang disampaikan kisah tersebut bukanlah fakta sejarah, namun fakta sosial, politis, etika dan kebenaran sosial. Dan Alkitab layak menyandang sebagai genre/tema yang serupa.

Alkitab tidak berpura-pura menjadi, dan kita tidak harus membacanya seperti pemahaman kita akan sebuah karya "sejarah objektif", dan yang pasti kita akan  menemukan beberapa peristiwa yang disebut dalam naskah Alkitab ternyata berkorelasi dengan peristiwa sejarah.

(Beberapa dalam Alkitab, berkorelasi dengan fakta sejarah)

Kita mengetahui tentang invasi Firaun Sisak atas Palestina pada tahun 924 SM. Hal ini disebutkan dalam Alkitab, dan juga disebutkan dalam catatan sejarah Mesir. Kehancuran kerajaan Israel pada tahun 722 SM, penaklukan Yerusalem pada tahun 597 SM, penghancuran bait Allah di Yerusalem pada tahun 586 SM - hal-hal ini tercatat dalam naskah Alkitab dan mereka tercatat pula dalam catatan bangsa Ashur dan Babel; demikian pula dengan peristiwa-peristiwa pada akhir masa monarki di Israel dan Yehuda. Karena korelasi ini, banyak ilmuwan menerima kronologi umum dalam Alkitab pada periode Monarki: di mulai sekitar tahun 1000 SM, urutan raja-raja, pertempuran dan sebagainya.

Namun yang paling penting, adalah sebuah kekeliruan, menurutku jika membaca Alkitab sebagai catatan sejarah. Alkitab adalah sebuah karya sastra. Komposisinya dipengaruhi dan ditentukan oleh teknik sastra.

Dan sejujurnya kita semua tahu bahwa tidak ada yang namanya sejarah objektif yang murni. Kita tidak memiliki akses langsung ke peristiwa masa lalu. Kita hanya dimediasi oleh sebuah materi: peninggalan arkeologis hanya berisi informasi, dan itu harus kita tafsirkan, bahkan bisa saja naskah tersebut adalah  sudah merupakan sebuah penafsiran dari sebuah kejadian, dan kemudian kita tafsirkan lagi.

Narasi/cerita dalam Alkitab adalah sebuah penafsiran atas peristiwa, yang kemudian menjadi tradisi, dan terpelihara atau diwariskan selama berabad-abad, yang mana mereka memiliki makna khusus bagi kehidupan etnis Yahudi. Dan bagi perawi Alkitab, kisah-kisah ini adalah sebuah tradisi lisan yang sangat tua dan dipercaya memiliki tujuan illahi.

Narasi diceritakan menurut tujuan mereka, dan mereka tidak bermaksud untuk menulis sebuah karya sejarah, seperti hal nya para sejarawan moderen   menulis sejarah. Mereka hanya bertujuan untuk menunjukkan kepada kita, apa yang mereka yakini sebagai campur tangah Allah dalam peristiwa dan pengalaman bangsa Israel.

Seorang ilmuwan, Marc Brettler mengatakan kisah dalam Alkitab bagaikan sebuah cahaya dari peristiwa masa lalu yang dibiaskan melalui lensa-lensa theologi, politis dan ideologi. Bukankah semua narasi sejarah kuno ditulis seperti itu, bahkan narasi sejarah kontemporer juga ditulis demikian. Kita dapat mempelajari sejarah Israel dari sumber Alkitab, seperti sejarawan mempelajari sejarah klasik dari Yunani, dan Roma, meskipun tulisan itu tendensius, dan termotivasi secarah ideologi oleh penulisnya.

Bab 2. Perintah Illahi dan Janji Illahi: Kebenaran Dilepaskan dari Beban Sejarah.

Kita tidak akan mempertanyakan apakah kisah-kisah para leluhur bangsa secara historis adalah akurat. Saya akan berasumsi bahwa mereka bukan fakta historis. Dan ketika kita telah melepaskan diri dari beban historis, kita bebas untuk menghargai kisah ini apa adanya: powerful!, kisah ini sangat hebat dibanding literatur sejenis pada masa mereka, dan kebenaran mereka berada pada sisi sosial, politik, dan moralitas.

Jadi apakah kebenaran yang dikandungnya itu? anda mungkin akan menghabiskan sisa hidup anda untuk menjawab pertanyaan ini. Namun kita mulai dengan mengidentifikasi beberapa dari mereka, pada tema utama Kejadian 12-50. Kita mulai dari kisah Terah dan keluarganya.

(Kisah Abraham)

Ini adalah kisah monumental tentang tema "perintah dan janji illahi". Sekarang, penulis menggambarkan sebuah perintah illahi tentang emigrasi dari figur Abram, anak Terah, yang namanya akan diubah menjadi Abraham.

Ini adalah langkah pertama dalam saga yang akan mengarah pada pembentukan sebuah bangsa yang memiliki perjanjian dengan Allah. Hal ini terdapat pada :

Kejadian 11:27-32
Inilah keturunan Terah. Terah memperanakkan Abram, Nahor dan Haran, dan Haran memperanakkan Lot. Ketika Terah, ayahnya, masih hidup, matilah Haran di negeri kelahirannya, di Ur-Kasdim. Abram dan Nahor kedua-duanya kawin; nama isteri Abram ialah Sarai, dan nama isteri Nahor ialah Milka, anak Haran ayah Milka dan Yiska. Sarai itu mandul, tidak mempunyai anak.
Lalu Terah membawa Abram, anaknya, serta cucunya, Lot, yaitu anak Haran, dan Sarai, menantunya, isteri Abram, anaknya; ia berangkat bersama-sama dengan mereka dari Ur-Kasdim untuk pergi ke tanah Kanaan, lalu sampailah mereka ke Haran, dan menetap di sana. Umur Terah 205 tahun; lalu ia mati di Haran.

Kejadian 12:1
Berfirmanlah TUHAN kepada Abram: "Pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu ini ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu; Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau serta membuat namamu masyhur; dan engkau akan menjadi berkat. Aku akan memberkati orang-orang yang memberkati engkau, dan mengutuk orang-orang yang mengutuk engkau, dan olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat.

Jadi Abram diperintahkan untuk pergi dari negeri mereka dan keluarganya ke lokasi yang sama sekali tidak ditentukan sebelumnya. Hal ini membuat para komentator/ahli tafsir selama beratus tahun memuji Abraham karena iman nya.

Ini adalah sebuah bentuk kebajikan, ke-iman-an adalah kesalehan yang paling utama yang dihubungkan dengan Abram dalam konteks tradisi keagamaan nanti.

Ia dipandang sebagai teladan bagi orang-orang beriman. Perintah ini disertai dengan beberapa janji dari Allah: menjadi bangsa yang besar dan ia akan di berkati. Namun pada bab 11 ditulis bahwa Sarai adalah mandul. Ini nampak sebagai detail yang tidak relevan, yang di masukkan kedalam cerita.

Sebenarnya hal ini adalah bentuk dari kecerdasan sang penulis yang sengaja  membenamkan informasi tersebut, karena kita dikondisikan agar menyadari bahwa Abram harus memperlakukan perkataan Allah sebagai Iman, dan dengan begitu sempurna sang penulis menyiapkan berbagai ketegangan dramatis dan kebingungan yang akan terjadi pada beberapa ayat berikutnya, karena Abraham nampaknya tidak menyadari bahwa keturunan itu akan datang dari Sarai yang mandul.

Anda harus membaca kisah ini seperti anda baru membaca untuk pertama kalinya. Anda harus mendisiplinkan diri anda ketika membaca kisah ini seperti anda tidak mengetahui apa yang akan terjadi kemudian, dan tempatkan diri anda pada posisi sang karakter.

Abraham baru saja diberitahu bahwa dia akan menjadi bapa dari bangsa yang besar, namun ia menemui sebuah fakta, jika ia memiliki istri yang mandul. Dia tampaknya tidak menyadari bahwa keturunan itu dari Sarai, dan mengapa ia harus berpikir dari istrinya saat ini?

Perkataan Allah dibuat tidak spesifik. Ia hanya berkata, "Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar." Dia tidak mengatakan apa-apa tentang Sarai, yang mandul itu. Jadi Abraham mungkin berpikir jika ada beberapa pasangan yang disiapkan untuknya di suatu tempat. Sehingga ia menyerahkan Sarai dengan mudahnya ke tangan orang lain, untuk sang Firaun ketika ia berada di Mesir.

Dan ia tidak menolak menerima tawaran Sarai yang menawarkan hambanya, Hagar, untuk melahirkan anak bagi Abraham. Dengan cerdik sang penulis menuntun kita pada Abram yang menganggap jika Ismael adalah sang anak perjanjian.

Namun kemudian seperti menarik karpet dari kaki kita, pada Kejadian 17, Allah akhirnya, mungkin tak sabar, lalu berbicara secara spesifik: Tidak, maksud-Ku melalui Sarah. Dan Sarah akhirnya melahirkan Ishak dan dengan dia Allah membuat perjanjian yang kekal.

Beberapa ayat kemudian, ketika Abraham, Sarah, dan kemenakannya Lot mencapai tanah Kanaan, Allah membuat beberapa janji tambahan. Ia berkata, "Aku akan memberikan negeri ini kepada keturunanmu." Jadi telah ada 3 janji yang diungkapkan dalam drama ini: janji akan keturunan, berkah, dan tanah. Dan ini adalah ketegangan yang ditimbulkan oleh sang penulis dari kisah para leluhur bangsa hingga kisah tentang bangsa Israel dalam kitab berikutnya.

Dalam cerita patriak, terdapat beberapa ketegangan yang membimbangkan dan  mengancam pemadaman janji Allah, hal itu diakibatkan oleh para matriak ternyata digambarkan sebagai orang-orang yang mandul. Terdapat beberapa episode yang menegaskan akan pemenuhan janji yang akan digenapi.

Bab 3. Perjanjian antara Allah dan Abraham

Dalam Kejadian 15 (Perjanjian Allah dengan Abram; janji tentang keturunan), janji Allah kepada Abraham akan di formalkan dalam sebuah ritual. Allah dan Abraham dikatakan "memotong" sebuah perjanjian - ini adalah kata kerja yang digunakan pada saat membuat perjanjian - dan "perjanjian" adalah konsep sentral dalam Alkitab. Bahasa Ibrani untuk perjanjian adalah "berit" artinya janji, sumpah, kontrak atau kesepatakan.

Ada 4 perjanjian dalam Alkitab. Mereka diprakarsai oleh Yahweh sebagai ekspresi berkah dan keagungan illahi. Dan 2 perjanjian terdapat dalam kitab Kejadian, yaitu perjanjian dengan Nuh dan Abraham. Perjanjian dengan Nuh mencakup ruang lingkup yang universal. Ia menekankan kesucian hidup dan dalam perjanjian ini, Allah menjanjikan untuk tidak lagi  menghancurkan semua kehidupan. Sebaliknya, perjanjian dengan Abraham adalah perjanjian dengan satu individu.

Dalam berbagai naskah kuno di Timur-tengah, kita mengetahui ada 2 jenis utama dari perjanjian:
1. Perjanjian Kedaulatan adalah perjanjian dimana pihak yang superior, mendikte syarat-syarat perjanjian, dan pihak yang inferior menaatinya.
2. Perjanjian paritas adalah perjanjian dimana kedua belah pihak memiliki kedudukan yang sama dan setuju untuk mematuhi ketentuan yang disepakati.

Dan seperti perjanjian kedaulatan di dunia kuno. Allah muncul sebagai pihak superior, sang pemilik dari daerah berdaulat. Ia menghibahkan tanah untuk pihak yang ia sukai. Dan ada sebuah ritual kuno yang mematerai perjanjian itu. Ritual untuk perjanjian ini adalah membagi 2 bangkai hewan yang dikorbankan, seolah-olah mengatakan bahwa mereka setuju untuk menderita nasib yang sama dengan bintang ini jika mereka melanggar perjanjian, lalu kedua belah pihak akan berjalan diantara bangkai hewan tersebut. Dalam kejadian 15, Abraham memotong hewan kurban menjadi 2 bagian, dan hanya Allah yang berjalan diantara kurban dalam bentuk [obor] api.

Hal yang mencolok dari perjanjian Abraham adalah, hanya Allah yang tampaknya diwajibkan oleh perjanjian untuk memenuhi janji yang ia buat. Abraham tampaknya tidak memiliki kewajiban imbalan. Dalam hal ini juga nampak bahwa berdasarkan tradisi, pihak yang diuntungkan dari perjanjian ini adalah Allah, dan ini benar-benar membalikkan bayangan kita.

Penulis juga memberi justifikasi moral atas kepemilikan tanah ini ke Israel. Dalam pandangan penulis Allah adalah pemilik tanah, dan ia yang berhak mengatur siapa saja yang ia kehendaki untuk mendiami tanah itu. Seperti seorang pemilik tanah, jika penduduk yang mendiami tanah itu mencemari tanah itu, mengisinya dengan pertumpahan darah dan patung-patung berhala. Dan ketika tanah itu sudah menjadi begitu tercemar, pemilik tanah akan mengusir penduduknya.

Tapi proses ini ujar Allah belum terjadi; sewa tanah ini belum sampai, dan Israel harus menunggu. Dia mengatakan dalam

Kejadian 15:16
Tetapi keturunan yang keempat akan kembali ke sini, sebab sebelum itu kedurjanaan orang Amori (Amorit) itu belum genap.

Jadi jelas bahwa perjanjian Allah dengan Israel bukan karena Israel memiliki kelebihan khusus atau pilih kasih; ini terungkap secara eksplisit dalam kitab Ulangan. Sebaliknya, Allah sedang mencari pengganti dari penyewa tanah, yang mengikuti aturan moral yang ditetapkan pada tanah itu.

Kejadian 17 (sunat sebagai tanda perjanjian Allah dengan Abraham) tampaknya menjadi versi ke-2 dari perjanjian yang sama. Kali ini para ilmuwan menghubungkannya dengan sumber P (Priestly). Ada beberapa perbedaan penting, penekanan pada tema yang menjadi kepentingan penulis P. Allah menambah janji dalam Kejadian 17 bahwa terdapat garis raja yang akan keluar dari Abraham, dan kemudian, bahwa Abraham dan keturunan laki-lakinya harus disunat sebagai tanda abadi perjanjian ini.

Jadi di sini ada beberapa kewajiban bagi Abraham. "maka dalam dagingmulah perjanjian-Ku itu menjadi perjanjian yang kekal" [Kejadian 17:13]. Kegagalan dalam persunatan sama saja dengan melangar perjanjian. Sekarang kita mengetahui bahwa tradisi sunat telah dikenal pada banyak kebudayaan di Timur-Tengah Kuno. Ritual ini umumnya dilakukan pada saat pubertas dan bukan pada saat lahir, atau 8 hari setelah lahir. Jadi inilah yang berbeda dalam konteks Israel "Anak yang berumur delapan hari haruslah disunat, yakni setiap laki-laki di antara kamu - Kejadian 17:12". Ritual sunat pada budaya lain sebagai ritual pubertas atau ritual kesuburan, dalam naskah Alkitab ia diberi makna baru: menjadi tanda perjanjian kekal Allah dengan Abraham dan keturunan nya.

Bab 4. Kisah Ishak

Pada Kejadian 12, Abram menyerahkan istrinya Sarah kepada Firaun demi mendapatkan posisi diantara orang Mesir, ini masuk akal karena ia tidak mengetahui jika Sarai adalah yang akan mengandung anak perjanjian. Dengan campur tangan Allah, Sarah dikembalikan kepada Abraham. Sarah lalu mengikuti kebiasan di masa lalu dengan menyerahkan hambanya, Hagar, kepada Abraham untuk mengandung anak Abraham.

Sarai yang gusar melihat tingkah Hagar lalu mengusir Hagar dan anaknya Ismael ke padang gurun, dan menangis kepada Allah. Kemudian Allah meyakinkan Hagar bahwa keturunan Ismael akan menjadi bangsa yang besar pula. Umat Islam menganggap Ishmael adalah nenek moyang bangsa Arab dan menjadi pewaris berkat dan janji itu.

Ancaman atas pembatalan janji atas berkah dan keturunan, datang dari Allah sendiri, dan ini nampak pada Kejadian 22 ketika Allah menguji Abraham dengan permintaan yang paling mengerikan. Anak yang dijanjikan, Ishak, yang lahir secara ajaib dari Sarah di usia senja, harus dijadikan kurban persembahan kepada Allah dengan tangan Abraham sendiri. Dan kisah pengurbanan Ishak ini menjadi cerita yang paling memukau dan termasyur dalam literatur dunia.

Cerita ini adalah contoh yang luar biasa dari seni keterampilan sastra oleh penulis Alkitab. Ada sebuah buku oleh Robert Alter yang berjudul "The Art of Biblical Narrative" yang menggambarkan tentang efisiensi ekstrim dari narasi Alkitab, ia sangat ekonomis dalam menceritakan latar belakang fisik dan karaker serta kalimat. Sangat jarang narator berkomentar atau menjelaskan sebuah tindakan atau pikiran atau motif dari sang karakter. Hanya terdapat dialog yang minim dan sederhana. Dan pada beberapa kesempatan narator melanggar prinsip dari percakapan ekonomis - misalnya jika ada kejadian dimana 2 karakter akan berbicara panjang lebar, anda harus menyimak ini karena ini adalah kejadian yang sangat langka dan signifikan.

Narator Alkitab juga sering menyembunyikan rincian dan motif dari para karakter, dalam hal ini Allah, Abram dan Ishak. Yang mana hal ini menuntun kepada ambiugitas dan memunculkan berbagai macam penafsiran. Dan ini adalah karakteristik yang mencolok dari syair Alkitab: bergaya pendek dan singkat, serta menghindari penjelasan detail. Hal ini sangat kontras dengan gaya sastra dari Homer.

Kesan ambiguitas dan ketidakpastian dari cerita ini membuatnya menjadi salah satu naskah yang paling banyak ditafsirkan sepanjang masa. Mengapa Allah menguji Abraham? Apakah sebenarnya Allah benar-benar menginginkan pengorbanan seperti itu? Bagaimana pikiran dan perasaan Abraham ketika ia berjalan - selama 3 hari - bersama Ishak, sambil membawa setumpuk kayu bakar untuk melakukan ritual kurban. Apakah dia benar-benar berniat untuk melakukan perintah ini? Atau ia percaya jika Allah akan membatalkannya pada detik-detik terakhir atau mengetahui jika ia hanya sedang dalam percobaan? Apakah Abraham berniat untuk tetap melakukannya, sambil percaya janji Allah akan tetap terpenuhi? Bagaimana pikiran Ishak, apakah ia tahu apa yang akan terjadi? Berapa umurnya? Dan lain-lain.

Keindahan dari narasi ini adalah sisi efisiensi deskripsi. Ia menawarkan begitu sedikit informasi dan pembaca dipaksa untuk membayangkan berbagai kemungkinan yang tak terhitung. Kita menyaksikan drama dalam berbagai kemungkinan, dengan Abraham yang enggan dan Ishak yang polos. atau Abraham bersemangat melaksanakan perintah Allah bahkan untuk mengorbankan anaknya sendiri, dan Ishak yang suka rela meletakkan lehernya di bawah mata pisau.

Namun tentu saja cerita ini dapat dikontekskan dalam berbagai bidang. Contohnya kita membaca dalam konteks sejarah dari pengorbanan anak-anak di Timur-Tengah Kuno. Meskipun pengorbanan anak itu tegas dikutuk dalam Alkitab. Namun ada beberapa petunjuk bahwa hal itu dilakukan pada masa periode monarki.

Apakah dari kejadian 22 dapat diasumsikan bahwa pengorbanan anak itu dapat di terima atau di tolak? Beberapa ahli berpendapat bahwa inti cerita dari kejadian pengorbanan anak ini adalah hasil editan (penambahan), untuk menentang praktek pengorbanan anak yang saat itu (di masa kemudian) sedang berlangsung (untuk memberi dasar bahwa Allah, sebenarnya menolak pengorbanan anak).

Atau kita dapat membaca cerita ini dalam konteks kesusastraan. Abraham baru saja diizinkan untuk mengusir Ismail. Dan sekarang Allah menginginkan anak kesayangannya dijadikan kurban persembahan. Apa yang sedang ingin diajarkan kepada Abraham? apakah ini semacam percobaan dalam arti penghukuman? Bahasa Ibrani dapat mengakomodir kedua arti itu.

Atau pada Kejadian 22 dapat dikontekskan pada cara lain... Kita mundur sejenak ke kisah Sodom dan Gomorrah, yang mana dalam Kejadian 18-19, konteks cerita ini adalah untuk mengembangkan karakter Abraham.

Pada kisah tersebut Yahweh berkata kepada Abraham bahwa ia ingin menyelidiki laporan tentang kejahatan yang terjadi di kota Sodom - aksi kekerasan dan kekejaman terhadap orang asing - dan berniat untuk menghancurkannya.

Reaksi dari Abraham sangat mengejutkan. Dia keberatan dengan rencana itu, dan ia mulai berdebat dengan Allah:

Kejadian 18:23-25
23. Abraham datang mendekat dan berkata: "Apakah Engkau akan melenyapkan orang benar bersama-sama dengan orang fasik?
24. Bagaimana sekiranya ada lima puluh orang benar dalam kota itu? Apakah Engkau akan melenyapkan tempat itu dan tidakkah Engkau mengampuninya karena kelima puluh orang benar yang ada di dalamnya itu?
25. Jauhlah kiranya dari pada-Mu untuk berbuat demikian, membunuh orang benar bersama-sama dengan orang fasik, sehingga orang benar itu seolah-olah sama dengan orang fasik! Jauhlah kiranya yang demikian dari pada-Mu! Masakan Hakim segenap bumi tidak menghukum dengan adil?"

Pertanyan ini tentu saja hanya retorika belaka. Abraham jelas cukup yakin bahwa Allah tidak akan bertindak dengan tidak adil, Ia tidak akan menghancurkan orang benar bersama dengan orang fasik. Dan ia berhasil membuat Allah untuk mencari orang yang tak berdosa sebelum memutuskan kehancuran atas Sodom.

Namun ke 10 orang tak berdosa (hasil negosiasi) tidak ditemukan. Penulis membuatnya secara jelas. Ia menggambarkan bahwa semua penduduk kota datang untuk menganiaya ke-2 orang asing, yang ternyata adalah mahluk illahi.

Kejadian 19:4
Tetapi sebelum mereka tidur, orang-orang lelaki dari kota Sodom itu, dari yang muda sampai yang tua, bahkan seluruh kota, tidak ada yang terkecuali, datang mengepung rumah itu.

Jadi Sodom bersama 4 kota kembarnya di dataran dekat Laut Mati, akhirnya dihancurkan. Tapi karena permintaan Abraham, Lot diselamatkan. Kejadian 19:29 "maka Allah ingat kepada Abraham, lalu dikeluarkan-Nyalah Lot dari tengah-tengah tempat yang ditunggangbalikkan itu."

Kisah ini sering dijadikan sumber rujukan doktrin, dengan gagasan bahwa pahala dari orang kudus/saleh, dapat menghindarkan orang fasik dari dari musibah. Jadi Lot terhindar karena pahala Abraham. Ini akan menjadi gagasan yang populer dalam kitab berikut.

Dalam kisah ini, kita melihat Abraham memberi pembelaan terhadap kelompok (yang seluruhnya) fasik, dengan alasan cukup tegas bahwa orang yang tidak bersalah tidak boleh dihancurkan secara sembrono. Apakah ini Abraham yang sama yang beberapa bab kemudian, ketika disuruh untuk menyembelih putra satu-satunya, anak yang tak bersalah dan sangat dicintai, sama sekali dia tidak membuat pernyataan keberatan, tapi pada pagi hari berjalan bersamanya menuju tempat pengurbanan? Apa yang kita lakukan adalah menyejajarkan kedua cerita ini, dan yang mana mewakili tindakan yang diinginkan Allah?

Sebelum meninggalkan cerita ini, saya ingin membuat komentar ringkas tentang kisah Sodom dan Gommorah yang sering dikutip sebagai kecaman Alkitab atas prilaku homoseksualitas, seolah-olah Sodom dikutuk untuk kehancuran karena hal tersebut. Bahkan istilah "sodomi" mewakili penafsiran ini.

Gagasan bahwa dosa fundamental Sodom adalah karena perilaku homoseksual tidak ada dalam Tanakh (Alkitab Ibrani). Ia hanya muncul pada dokumen kemudian. Pada Perjanjian Baru dalam agama Kristen, pada kitab Yudas 7:2; Kitab Petrus 2:6-10; dalam penafsiran berikutnya. Penduduk Sodom, seperti generasi banjir, dikutuk oleh "protes terhadap mereka," kata Ibrani tertentu digunaan merujuk pada protes. Ini adalah istilah yang umumnya terkait dengan protes dari korban kekerasan dan penindasan, pertumpahan darah, ketikdak-adilan. Allah mendengar protes para korban, dan memutuskan penghukuman atas Sodom: pelanggaran Sodom adalah pelanggaran akan hukum tak tertulis yaitu: "keramahan terhadap orang asing". Kejahatan mereka adalah menganiaya dan memperkosa orang asing secara beramai-ramai yang seharusnya mereka lindungi.

Kembali kepada Ishak, yang merupakan anak dari perjanjian Allah kepada Abraham, sering digambarkan sebagai patriak yang paling jarang terlihat, atau yang paling pasif dari para leluhur. Mungkin karena ia sangat pasif ketika ayahnya hendak mengorbankan dirinya, juga adalah cara dari penulis untuk menunjukkan karakternya. Sebaliknya, istrinya Ribka digambarkan sebagai matriak yang berperan besar dan energik. Dia sangat ramah membantu orang asing. Dia cekatan dalam menyediakan air untuk tamu dan unta mereka. Ia berada dimana-mana, dan dia melakukan semua ini untuk hamba Abraham yang datang untuk mencarikan istri untuk Ishak. Ribka secara pribadi menerima tawaran untuk dinikahi oleh mempelai laki-laki yang tidak ia kenal dan berada jauh di negeri asing, dan mengabaikan desakan ibu dan adiknya untuk menunda keberangkatannya. Tidak, katanya, saya siap untuk pergi saya akan pergi sekarang. Ada kesan yang alur cerita yang terburu-buru pada kisah pertunangan ini. Kita membacanya di:

Kejadian 24:67
Lalu Ishak membawa Ribka ke dalam kemah Sara, ibunya, dan mengambil dia menjadi isterinya. Ishak mencintainya dan demikian ia dihiburkan setelah ibunya meninggal.

Bab 5. Yakub Sang Penipu

Seperti matriak lainnya, Ribka adalah mandul. Jadi Ishak memohon kepada Allah untuk keturunan. Dan mengandunglah anak kembar oleh Ribka. Anak yang lebih tua bernama Esau - yang akan menjadi ayah dari orang Edom - dan yang lebih muda bernama Yakub, yang akan menjadi bapa dari orang Israel. Yakub adalah patriak yang karakternya paling berkembang, yang paling berwarna-warni dan paling kompleks diantara para leluhur/patriak.

Yakub dikenal sebagai penipu klasik oleh para komentator, yang merupakan tema umum dalam cerita rakyat. Marc Brettler menggambarkan kisah Yakub semacam kisah moral, pesan utama yang disampaikan adalah "menipulah maka  anda akan ditipu" [Brettler 2005, 51]. Yakub menipu kakaknya untuk berkah kesulungan, dan pada gilirannya ia ditipu oleh iparnya, istrinya dan terakhir oleh anak-anaknya sendiri.

Ribka diceritakan menderita sakit yang luar biasa selama masa kehamilannya, Allah berkata bahwa kedua anak kembar sedang berseteru di dalam rahim untuk menjadi yang sulung, karena keduanya akan menjadi bapa 2 bangsa, yang tua akan melayani yang muda. seperti yang tertulis pada

Kejadian 25:23
Firman TUHAN kepadanya: "Dua bangsa ada dalam kandunganmu, dan dua suku bangsa akan berpencar dari dalam rahimmu; suku bangsa yang satu akan lebih kuat dari yang lain, dan anak yang tua akan menjadi hamba kepada anak yang muda."

Dan memang, kehidupan nyata Israel dan Edom adalah musuh bebunyutan yang saling berseteru - Esau adalah ayah dari bangsa Edom sesuai dengan naskah Alkitab - dan kemudian, Edom ditundukkan oleh Israel, dibawah raja Daud.

Menurut Nahum Sarna, pengumuman tentang yang tua akan melayani yang lebih muda adalah cara penulis untuk membangun kesan bagi pembaca bahwa anak yang muda, Yakub, adalah anak yang akan mewarisi berkat illahi. Dan hal ini menimbulkan pertanyaan kritis tentang moralitas dari tindakan Ribka dan Yakub yang berusaha merebut hak kesulungan dari Esau.

Apakah kita harus terhibur oleh usaha yang penuh tipu daya oleh keduanya, karena itu memenuhi rencana illahi? atau seperti pendapat Sarna, bahwa kepemilikan Yakub dari hak kesulungan telah ditentukan, itu terlepas dari semua tindakan tipu daya yang dilakukannya?

Dia mengambil keuntungan dari rasa lapar Esau dan menukar hak kesulungan dengan makanan. Ia dan Ribka lalu menipu Ishak yang pikun dan buta untuk mendapatkan berkat kesulungan dari Esau. Jadi dengan memberitahu kita bahwa Yakub telah dipilih dari rahim, penulis mampu mewarnai karakter Yakub pada tahap ini sebagai seorang yang licin: kontras dengan kakeknya Abraham.

Akibat prilaku ini, Esau memusuhi Yakub. Hingga Yakub meninggalkan Kanaan dan berdiam di rumah Laban, paman nya. Dalam perjalanan dari Kanaan menuju Mesopotamia, rumah Laban, Yakub bertemu dengan Allah di sebuah tempat bernama Lus, ketika Yakub sedang tertidur, ia bermimpi melihat tangga yang sangat tinggi hingga kelangit, dan ada malaikat naik dan turun dari tangga itu. Dalam mimpinya, Allah menampakkan diri kepada Yakub dan menegaskan kembali perjanjian dengan Abraham. Ia menjanjikan tanah, keturunan dan sebagai tambahan adalah keselamatan hidup Yakub, hingga ia kembali ke tanah Kanaan. Yakub sangat terkesima : kita dapat membacanya pada

Kejadian 28:16-17
16. Ketika Yakub bangun dari tidurnya, berkatalah ia: "Sesungguhnya TUHAN (Yahweh) ada di tempat ini, dan aku tidak mengetahuinya."
17. Ia takut dan berkata: "Alangkah dahsyatnya tempat ini. Ini tidak lain dari rumah (Beit) Allah (El), ini pintu gerbang sorga."
18. Keesokan harinya pagi-pagi Yakub mengambil batu yang dipakainya sebagai alas kepala dan mendirikan itu menjadi tugu dan menuang minyak ke atasnya.
19. Ia menamai tempat itu Betel; dahulu nama kota itu Lus. 

Dan sebuah batu yang ia jadikan bantal, kemudian ia susun dan menjadi pilar (tugu pilar adalah sesuatu yang dilarang dimasa kemudian), semacam batu peringatan. Ia menguduskan batu dengan minyak dan mengganti nama tempat itu menjadi Bethel, Bait-El yang berarti rumah Allah.

Ada satu yang sangat signifikan dalam hal ini, yaitu : meskipun Yakub mendapat penglihatan yang langsung terhadap Allah, ia tidak seperti Abraham, ia masih enggan percaya kepada Allah dan janjinya. Malah ia membuat sumpah bersyarat :

Kejadian 28:20-22
20. Lalu bernazarlah Yakub: "Jika Allah akan menyertai dan akan melindungi aku di jalan yang kutempuh ini, memberikan kepadaku roti untuk dimakan dan pakaian untuk dipakai,
21. sehingga aku selamat kembali ke rumah ayahku, maka TUHAN (Yahweh) akan menjadi Allahku.
22. Dan batu yang kudirikan sebagai tugu ini akan menjadi rumah Allah. Dari segala sesuatu yang Engkau berikan kepadaku akan selalu kupersembahkan sepersepuluh kepada-Mu."

Jadi jika dahulu Allah menguji Abraham, sekarang Yakub menguji Allah. Jika anda dapat melakukan semua yang ku minta: engkau bisa menjadi Allah ku.

Yakub menghabiskan sekitar 20 tahun di rumah Laban pamannya, saudara ibunya. Dan Yakub bertemu dengan 2 anak perempuan Laban, Lea sang putri sulung dan Rahel yang lebih muda. Ia jatuh hati pada Rahel, dan setuju untuk bekerja 7 tahun terhadap Laban untuk mendapatkan Rahel. Ketika 7 tahun berlalu, Laban menipu Yakub dan memberinya si putri sulung Lea, Yakub sang penipu menjadi gusar karen ia sekarang tertipu - yang lebih tua menyamar dalam tudung, sama seperti ia dulu menipu ayahnya.

Namun ia bersedia untuk bekerja selama 7 lagi demi mendapatkan Lea. Rahel, Lea, dan 2 hamba mereka akan mengandung anak Yakub, 1 anak perempuan dan 12 anak lelaki, dari merekalah berasal 12 suku Israel. Namun 2 anak Rahel, sang istri favorit, yaitu Yusuf dan Benyamin, adalah yang paling dicintai oleh Yakub.

Yakub akhirnya meninggalkan Laban dan kembali ke Kanaan. Dan satu kejadian luar biasa kembali terjadi dalam perjalan pulang dari Mesopotamia ke Kanaan. Kejadian ini adalah yang mentransformasi secara signifikan karakter Yakub. Pada suatu malam Yakub bergulat dengan sosok misterius, yang digambarkan adalah perwakilan Allah. Pergulatan ini terjadi ketika ia akan menyeberangi sungai Yabok dan berdamai dengan saudaranya Esau.

Kejadian 32:24-32
24. Lalu tinggallah Yakub seorang diri. Dan seorang laki-laki bergulat dengan dia sampai fajar menyingsing.
25. Ketika orang itu melihat, bahwa ia tidak dapat mengalahkannya, ia memukul sendi pangkal paha Yakub, sehingga sendi pangkal paha itu terpelecok, ketika ia bergulat dengan orang itu.
26. Lalu kata orang itu: "Biarkanlah aku pergi, karena fajar telah menyingsing." Sahut Yakub: "Aku tidak akan membiarkan engkau pergi, jika engkau tidak memberkati aku."
27. Bertanyalah orang itu kepadanya: "Siapakah namamu?" Sahutnya: "Yakub."
28. Lalu kata orang itu: "Namamu tidak akan disebutkan lagi Yakub, tetapi Israel, sebab engkau telah bergumul melawan Allah dan manusia, dan engkau menang."
29. Bertanyalah Yakub: "Katakanlah juga namamu." Tetapi sahutnya: "Mengapa engkau menanyakan namaku?" Lalu diberkatinyalah Yakub di situ.
30. Yakub menamai tempat itu Pniel, sebab katanya: "Aku telah melihat Allah berhadapan muka, tetapi nyawaku tertolong!"
31. Lalu tampaklah kepadanya matahari terbit, ketika ia telah melewati Pniel; dan Yakub pincang karena pangkal pahanya.
32. Itulah sebabnya sampai sekarang orang Israel tidak memakan daging yang menutupi sendi pangkal paha, karena Dia telah memukul sendi pangkal paha Yakub, pada otot pangkal pahanya.

Michael Coogan dan banyak ilmuwan lainnya, melihat kisah ini adalah adaptasi orang Israel terhadap cerita rakyat populer tentang dewa sungai, yang mengancam keselamatan orang yang ingin menyebranginya, atau mahluk penunggu atau raksasa yang menjaga sungai dan harus dikalahkan oleh seorang pahlawan, untuk membuat sungai aman untuk diseberangi.

Dalam versi Israel, kisah ini diadaptasi dan dijadikan sumber sejarah, yang berfungsi sebagai etiologis. Ia menceritakan asal usul sebuah tradisi, tempat, dan tradisi untuk mentabukan bagian tertentu dari hewan untuk di makan. Kita juga di-informasikan mengapa sebuah tempat memiliki nama Pnuel, serta asal usul nama Israel.

Nama adalah tema yang sangat penting pada kisah ini. Dalam konteks Alkitab, nama mengandung esensi dari sang pembawa nama. Menamai sesuatu atau mengetahui nama sesuatu memberikan seseorang kuasa untuk mengontrol si objek. Dan itulah mengapa orang asing itu tidak mengungkapkan namanya kepada Yakub. Ini akan memberikan Yakub kuasa atas dirinya.

Nama Yakub sendiri adalah sebuah permainan kata-kata dalam kisah ini. Namanya dalam bahasa Ibrani terdari dari huruf Y'QB: Ya-a-qov yang berati untuk mengganti, mengambil atau mencabut. Dia terlahirkan dengan menggenggam tumit saudaranya. 'Aqev' adalah kata untuk 'tumit', di dasarkan pada akar itu. Ini adalah upaya untuk menggantikan hak lahir Esau. Penulis menyebutnya pada Kejadian 27:6 Kata Esau: "Bukankah tepat namanya Yakub, karena ia telah dua kali menipu aku. Hak kesulunganku telah dirampasnya, dan sekarang dirampasnya pula berkat yang untukku."

Dan dalam kisah Yakub bergulat. Kata bergulat dalam bahasa ibrani juga terbangun dari kata Y'BQ. Dia bergulat dengan figur illahi misterius di sungai Yabok [YBQ]. Anda melihat semua permainan kata-kata dalam nama-nama ini? Nama Yakub mengisyaratkan akan pergumulan, bergulat, dan tipu daya yang merupakan tema utama dari kisah hidupnya. Namun perjuangannya mencapai puncaknya saat ini. Dan malaikat menamai ia Yisrael, Israel, yang berarti ia yang telah berjuang/bertanding/bertengkar/menentang/melawan [dengan] Allah. Karena seperti yang dikatakan malaikat, dia telah berusaha dan bergumul sepanjang hidupnya dengan manusia, terutama saudaranya, dan sekarang dengan Allah. El berarti dewa. Ini adalah dewa Kanaan.

Sumber, kuliah prof. Christine Hayes, dari YALE univ : http://oyc.yale.edu/religious-studie...t-145#sessions

Kembali ke Index Artikel

Apakah Abraham Berasal Dari Ur atau Haran?

Abraham berasal dari kota Haran dan bukan dari kota Ur-Kasdim, ya itulah pendapat beberapa para ahli biblikal moderen, mengapa mereka berpen...