Kamis, 29 Desember 2016

Pengantar Alkitab Ibrani (19)

Kuliah 19 - Kitab Para Nabi-Nabi Kemudian: Sudut Pandang Orang Di Pembuangan [November 13, 2006]

Bab 1. Struktur Dan Penekanan Kitab Yehezkiel.

Sekarang kita membahas nabi yang berasal pada abad ke-6 SM (600-501 SM), mereka fokus pada isu-isu yang berkaitan dengan kehancuran Yerusalem. Apa dan makna dari peristiwa tersebut, dan bagaimana mendamaikannya dengan konsep Israel sebagai umat pilihan Yahweh?

Bagaimana peristiwa penuh kekejaman dan penderitaan ini didamaikan dengan sifat Yahweh yang penuh kasih? Perihal pertanyaan seperti ini akan dibahas lebih detail ketika kita membahas mengenai literatur kebijaksanaan dan kitab Ayub.

Dalam istilah klasik, jika Yahweh adalah Allah, maka Ia adalah mahluk yang jahat, karena membiarkan semua peristiwa buruk ini terjadi, dan jika ia Allah yang baik maka ia tidak memiliki kuasa untuk mencegah kejahatan tersebut. Ini adalah sebuah dilema.

Yehezkiel adalah seorang imam yang di deportasi pada gelombang pertama pada tahun 597 SM (deportasi kedua terjadi pada penghancuran Yerusalem pada tahun 587 SM.) Dengan latar belakang tersebut, nubuatannya penuh dengan refleksi kepentingan imam.

Dia menuduh Israel telah gagal mengamalkan hukum-hukum kultus, ritual Yahwisme, namun ia juga memberi pengharapan dan penghlihatan akan restorasi di masa depan, penglihatan yang terpusat pada kuil baru (Bait Allah) dan Yerusalem.

Terdapat korespondensi mencolok antara Yehezkiel dan materi Priestly dalam hal bahasa dan tema, terutama dalam "Kode H (Holiness = kesucian)." Kitab Yehezkiel lebih mudah dipahami dibandingkan dengan kitab nabi klasik lainnya. Ia cukup terurut secara kronologis.

Bagian ke-1 kitab, bab 1-32, adalah nubuat sebelum kehancuran antara tahun 597-587 SM.
Bab 1-3 khusus menceritakan mengenai bagaimana ia menerima panggilan dan tugas sebagai seorang nabi, kita seakan melihat penghlihatan mengenai pelantikannya.
Bab 4-24, adalah nubuat kutukan terhadap Yehuda dan Israel.
Bab 25-32, adalah nubuat mengenai bangsa-bangsa asing seperti yang kita temukan dalam Yeremia dan Yesaya. Dalam kitab ini Yehezkiel menyebut mereka sebagai bangsa yang tidak bersunat. Nada nubuat pada bagian ini penuh dengan dendam dan keangkuhan, dan memiliki pengaruh yang kuat pada kitab Wahyu di Perjanjian Baru.

Bagian ke-2 kitab, bab 33-48, adalah nubuat setelah kehancuran tahun 587 SM.
Pada bab 33-39, kita melihat mengenai kejatuhan Yerusalem, dan kemudian nubuat mengenai janji dan pengharapan.
Pada bab 40-48, adalah penglihatan Yehezkiel mengenai restorasi, pembangunan kembali Bait Allah dan Yerusalem.

Kitab ini dibuka dengan sebuah narasi mengenai panggilan Yehezkiel sekitar tahun 593 SM dari antara orang-orang buangan Yehuda di sungai Kebar (Chebar), yang merupakan salah satu saluran irigasi besar dari anak sungai Efrat di Babel.

Yehezkiel mendapatkan penglihatan yang luar biasa. Dan banyak penglihatan dalam kitab ini berupa surealistik, semacam halusinasi. Penglihatan itu mengingatkan kita pada penggambaran dewa Baal, dewa badai Kanaan. Jadi terdapat badai, angin, awan besar dan nyala api. Yahweh mengendarai semacam kereta singgasana. Ia bertahta di atas 4 mahluk mitologi. Masing-masing memiliki tubuh manusia dan memiliki 4 wajah: manusia, singa, lembu dan rajawali. Terdapat 4 roda yang besar pada kereta tersebut, dan bersinar seperti batu permata. Singgasananya seperti batu safir, dan duduk sosok mahluk yang berkilau ke-emasan dan terbukus api.

Inilah yang dikenal sebagai Kavod, sebuah kumparan awan atau api yang melindungi kehadiran Yahweh, ia juga merupakan istilah yang digunakan dalam kitab Torah, yaitu pada kitab Keluaran dan Imamat untuk menggambarkan kehadiran Yahweh diantara umat-Nya, sebuah api yang terbungkus dalam awan.

Dalam kitab keluaran 24 kita membaca bahwa Kavod ini yang muncul di Gunung Sinai, mewakili kehadiran Yahweh. Dalam Keluaran 40, awan ini menaungi kemah pertemuan; memenuhi tabernakel, Sekarang dalam penglihatan Yehezkiel, ia mengatakan bahwa itu adalah penampakan kehadirat Yahweh. Ia menekankan sifat transenden dari mahluk illahi, dimana ia mendapatkan penglihatan tentang sesuatu yang seharusnya ia tidak bisa lihat, ini merupakan semacam paradoks.

Sifat-sifat manusia dari sang nabi ditekankan sebagai berbeda dengan sifat-sifat transenden illahi. Ia menekankan kemanusiaan dirinya dengan istilah "Anak Manusia," atau ben adam, yang merupakan istilah Ibrani untuk mahluk fana, mortal, yang seperti Adam.

Kisah pemanggilan Yehezkiel mengingatkan kita akan panggilan terhadap Yeremia dan Yesaya. Dia diutus kepada orang-orang pemberontak yang tidak mendengar. Penugasannya disimbolkan dengan sebuah gulungan yang diserahkan kepadanya, dan pada akhir dari bab 2, kita melihat semacam ratapan, dan ia diperintahkan untuk memakan gulungan itu, namun rasanya manis seperti madu, kemudian berbicara pada orang Israel.

Pada bab 3, Yehezkiel menjalankan tugasnya, dan bertindak seperti penjaga, serta memberi peringatan, dan terserah orang-orang ini apakah mau mengindahkan atau tidak, dan mereka sendiri yang akan menanggung akibatnya.

Pada bab 8, dalam penglihatan, seorang malaikat membawa Yehezkiel mengunjungi Yerusalem dan Bait Allah, disana ia melihat bagaimana kekejian penyembahan berhala yang terjadi di mana-mana. Ini adalah perwakilan yang mensyahkan atau menjelaskan mengapa Yerusalem dan Bait Allah dihancurkan. Ia kemudian menyaksikan terjadinya pembantaian dan kehancuran Yerusalem, kemudian Yehezkiel melihat Kavod, yaitu kehadiran Yahweh yang muncul dari Bait Allah dan bergerak ke arah timur.

Yehezkiel 10:18-19
18. Lalu kemuliaan TUHAN pergi dari ambang pintu Bait Suci dan hinggap di atas kerub-kerub.
19. Dan kerub-kerub itu mengangkat sayap mereka, dan waktu mereka pergi, aku lihat, mereka naik dari tanah dan roda-rodanya bersama-sama dengan mereka. Lalu mereka berhenti dekat pintu gerbang rumah TUHAN yang di sebelah timur, sedang kemuliaan Allah Israel berada di atas mereka.

Yehezkiel 11:23-25
23. Lalu kemuliaan TUHAN naik ke atas dari tengah-tengah kota dan hinggap di atas gunung yang di sebelah timur kota.
24. Dan Roh itu mengangkat aku dan membawa aku kembali di dalam penglihatan yang dari Roh Allah ke negeri Kasdim kepada para buangan. Lalu menghilanglah penglihatan yang kulihat itu dari padaku
25. dan aku sampaikan kepada para buangan itu segala sesuatu yang diperlihatkan TUHAN kepadaku.

Inilah gambaran pada tradisi kuno di Timur Tengah ketika dewa meninggalkan kota-kota mereka dalam kemarahan, agar dihancurkan oleh dewa lain. Perbedaannya pada kitab Yehezkiel adalah, Yahweh meninggalkan kota namun Ia juga yang menghancurkan, bukan dewa lain.

Selain itu, Yahweh tidak memutuskan untuk pensiun di langit, Dia tidak meninggalkan umat-Nya, namun ia menyertai mereka dipembuangan, walau meninggalkan mereka yang di Yehuda. Dalam kitab Yehezkiel mereka yang ditinggalkan adalah mereka yang bersalah. Yahweh lalu bergerak ke timur kepada orang-orang buangan yang hidup dengan benar.

Kemudian pada akhir kitab Yehezkiel, bab 43, kita melihat penglihatan mengenai Bait Allah yang dipulihkan, Yehezkiel melihat kavod akan kembali dari timur menuju Bait Allah.

Yehezkiel 43
2. Sungguh, kemuliaan Allah Israel datang dari sebelah timur dan terdengarlah suara seperti suara air terjun yang menderu dan bumi bersinar karena kemuliaan-Nya.
..
4. Sedang kemuliaan TUHAN masuk di dalam Bait Suci melalui pintu gerbang yang menghadap ke sebelah timur.

Implikasi dari gagasan ini adalah Yahweh tidak terkait dengan tempat tertentu, namun terhadap orang tertentu, Ia akan tetap bersama umat-Nya walau di pengasingan.

Bab 2. Yehezkiel dan Kecaman Terhadap Yerusalem dan Penolakan Atas Hukuman Kolektif.

Yehezkiel turut mewartakan pesan mengenai malapetaka dan penghakiman seperti nubuat nabi pendahulunya dan sezamannya. Namun kecaman yang ia berikan menekankan pada penyembahan berhala rakyat Yehuda, kemudian kebobrokan moral, ini masuk akal karena ia adalah seorang imam. Kecaman terhadap Yerusalem adalah termasuk yang paling keras dalam Alkitab.

Yehezkiel memberitakan bahwa Yerusalem patut untuk hancur. Dia juga mengatakan bahwa pemberontakan terhadap penguasa Babel adalah pengkhianatan terhadap Yahweh. Ia menggunakan berbagai metafora seperti: Yerusalem adalah adik dari Sodom, bahkan lebih keji.

Yerusalem adalah pokok anggur, tapi yang liar dan terbuang untuk terbakar, yang tidak menghasilkan sesuatu yang berguna. Gaya bahasa mengenai kemurnian digunakan dalam metafora kitab ini. Yerusalem benar-benar telah tercemar, dan terdapat segala macam penggambaran yang menimbulkan perasaan jijik dalam ayat-ayatnya. Dan kehancuran adalah obatnya.

Yehezkiel juga sering menunjukkan berbagai tanda atau tindakan yang cukup dramatis dalam menyampaikan nubuatnya. Ini sesuatu yang sering kita lihat pada beberapa nabi lain, kadang sangat aneh dan ekstrim. Hingga ia dituduh gila. Dia memasak makanan diatas api yang bercampur dengan kotoran manusia sebagai simbol akan situasi pada saat pengepungan Nebuchadnezzar dimana orang Yehuda akan terpaksa mengkonsumsi makanan haram (yang tidak bersih). Ia tidak meratapi istrinya yang meninggal sebagai simbol bahwa Yahweh tidak akan meratapi hancurnya Bait Allah.

Ia mengikat dirinya dengan tali; dan berbaring pada sisi kiri selama 390 hari untuk melambangkan 390 tahun pengasingan Israel. Dan kemudian berbaring dengan sisi kanan selama 40 hari, untuk melambangkan pembuangan Yehuda yang menurutnya 40 tahun (Yehezkiel 4). Tidak ada satu pun dari perlambangan pembuangan ini menjadi nyata.

Ia mencukur jenggot serta rambutnya dan membakar 1/3 nya, memotong 1/3 nya, menyebar ke angin 1/3 nya. Dan menyimpan beberapa helai rambut pada jubahnya. Hal ini melambangkan kehancuran dari 1/3 penduduknya, musibah sampar dan kelaparan untuk 1/3 nya, dan pembantaian serta pembuangan untuk 1/3 nya; dan hanya sedikit yang di-izinkan Yahweh untuk selamat (Yehezkiel 5).

Yehezkiel memperjelas bahwa mereka yang mengabaikan peringatan ditakdirkan untuk binasa. Dan mereka yang mendengar akan terhindar, dalam hal ini ia memberi tanggung jawab individu dan ini khas dalam kitab ini. Berikut petikan ayat dari bab 18, untuk anda baca dan bandingkan dengan ayat-ayat atau istilah dalam Torah yang telah kita bahas sebelumnya, dan melihat bagaimana ia telah memodifikasi gagasan-gagasan sebelumnya.

Yehezkiel 18:
1. Maka datanglah firman Yahweh kepadaku:
2. "Ada apa dengan kamu, sehingga kamu mengucapkan kata sindiran ini di tanah Israel: Ayah-ayah makan buah mentah dan gigi anak-anaknya menjadi ngilu?
3. Demi Aku yang hidup, demikianlah firman Yahweh ALLAH, kamu tidak akan mengucapkan kata sindiran ini lagi di Israel.
4. Sungguh, semua jiwa Aku punya! Baik jiwa ayah maupun jiwa anak Aku punya! Dan orang yang berbuat dosa, itu yang harus mati.
...
19. Tetapi kamu berkata: Mengapa anak tidak turut menanggung kesalahan ayahnya? --Karena anak itu melakukan keadilan dan kebenaran, melakukan semua ketetapan-Ku dengan setia, maka ia pasti hidup.
20. Orang yang berbuat dosa, itu yang harus mati. Anak tidak akan turut menanggung kesalahan ayahnya dan ayah tidak akan turut menanggung kesalahan anaknya. Orang benar akan menerima berkat kebenarannya, dan kefasikan orang fasik akan tertanggung atasnya.
21. Tetapi jikalau orang fasik bertobat dari segala dosa yang dilakukannya dan berpegang pada segala ketetapan-Ku serta melakukan keadilan dan kebenaran, ia pasti hidup, ia tidak akan mati.
22. Segala durhaka yang dibuatnya tidak akan diingat-ingat lagi terhadap dia; ia akan hidup karena kebenaran yang dilakukannya.
23. Apakah Aku berkenan kepada kematian orang fasik? demikianlah firman Yahweh ALLAH. Bukankah kepada pertobatannya supaya ia hidup?
24. Jikalau orang benar berbalik dari kebenarannya dan melakukan kecurangan seperti segala kekejian yang dilakukan oleh orang fasik--apakah ia akan hidup? Segala kebenaran yang dilakukannya tidak akan diingat-ingat lagi. Ia harus mati karena ia berobah setia dan karena dosa yang dilakukannya.
...
30. Oleh karena itu Aku akan menghukum kamu masing-masing menurut tindakannya, hai kaum Israel, demikianlah firman Yahweh ALLAH. Bertobatlah dan berpalinglah dari segala durhakamu, supaya itu jangan bagimu menjadi batu sandungan, yang menjatuhkan kamu ke dalam kesalahan.
31. Buangkanlah dari padamu segala durhaka yang kamu buat terhadap Aku dan perbaharuilah hatimu dan rohmu! Mengapakah kamu akan mati, hai kaum Israel?
32. Sebab Aku tidak berkenan kepada kematian seseorang yang harus ditanggungnya, demikianlah firman Yahweh ALLAH. Oleh sebab itu, bertobatlah, supaya kamu hidup!"

Sebuah gagasan penting dalam Torah mengenai hukuman kolektif bahwa Yahweh akan menghukum anak karena dosa-dosa nenek moyang mereka pada generasi ke-4, nampak ditolak oleh Yehezkiel. Namun perlu untuk dicatat bahwa kita sedang membahas tentang keadilan illahi bukan keadilan manusia. Dalam hukum alkitabiah dibidang keadilan manusia, hanya yang bersalah yang dihukum, demikian dalam hukum Israel. Tidak terdapat hukum literal. Namun Yahweh bekerja menurut prinsip yang berbeda - prinsip tanggung jawab bersama, dan prinsip seperti itu dipakai sebagai hukum positif pada bangsa lain.

Dosa dari bapa akan diberatkan kepada anak adalah ekspresi dari pengampunan Yahweh. Keluaran 34:6-7 menggambarkan Yahweh sebagai penyayang dan pengasih dan mentolerir dosa, sebagai belas kasih, ia menurunkan hukuman pada generasi ke-4 atau lebih.

Namun ada yang merasa gagasan itu tidak adil dan ada ayat-ayat lain dalam Alkitab yang mencoba untuk membawa rasa keadilan tersebut, dan mereka menekankan bahwa generasi ke-3 dan ke-4 itu sendiri harus jahat. Seperti dalam kasus Keluaran 20:5

Keluaran 20:5
5. Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya, sebab Aku, Yahweh, Allahmu, adalah Allah yang cemburu, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat dari orang-orang yang membenci Aku,

Keluaran 34:6-7
6. Berjalanlah Yahweh lewat dari depannya dan berseru: "Yahweh, Yahweh, Allah penyayang dan pengasih, panjang sabar, berlimpah kasih-Nya dan setia-Nya,
7. yang meneguhkan kasih setia-Nya kepada beribu-ribu orang, yang mengampuni kesalahan, pelanggaran dan dosa; tetapi tidaklah sekali-kali membebaskan orang yang bersalah dari hukuman, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya dan cucunya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat."

Kitab Tawarikh adalah penulisan ulang dari berbagai materi sejarah, terutama narasi sejarah dalam kitab Raja-Raja, penulisan ulang materi ini dengan tidak berusaha untuk menjelaskan penyebab bencana. Dengan kata lain, ia menolak sudut pandang kelompok Deuteruonomis mengenai hukuman yang tertunda. Ia mengubah cara menarasi kisahnya, sehingga tidak ada yang menderita karena kejahatan yang dilakukan oleh orang lain. Ini bukan dosa dari generasi sebelumnya yang akhirnya ditimpakan kepada anak cucu atau kepada generasi berikut.

Jadi nampak bahwa setelah tahun 586 SM, atau dalam hal ini Yehezkiel. Beberapa menerima gagasan bahwa penderitaan bangsa adalah akibat akumulasi kesalahan dari berbagai generasi sebelumnya, mereka ini adalah kelompok Deuteronomis. Dan beberapa yang lain seperti Yehezkiel, gagasan Deuteronomis nampaknya telah kehilangan beberapa kekuatan penjelasannya, mungkin diakibatkan karena beban kehancuran dan pembuangan nampaknya terlalu berat, dan dirasa tidak sesuai dengan kejahatan individual.

Demikianlah Yehezkiel menolak doktrin tanggung jawab kolektif dalam konsep penegakkan keadilan illahi. Dalam Yehezkiel 18, ia menanggapi konsep penderitaan akibat dosa nenek moyang dengan mengatakan bahwa Yahweh tidak bekerja dengan konsep itu lagi, Yahweh tidak akan lagi menghukum orang secara kolektif. Masing-masing akan dinilai secara per individu. Hanya orang yang berdosa yang akan dihukum - dan ini lah pembeda utama dengan pandangan Deuteronomis.

Bab 3. Sifat Kontradiktif Dalam Naskah Alkitab.

Pada kuliah pertama, sempat disinggung mengenai pola pikir yang keliru mengenai Alkitab, bahwa ia adalah sebuah naskah yang seragam atau memiliki doktrin atau theologi yang tunggal. Dan dijelaskan bahwa Alkitab bukanlah sebuah buku; ia adalah sebuah perpustakaan. Yang berisi karya berbagai macam orang, dalam berbagai periode sejarah yang memiliki situasi historis yang berbeda-beda. Mereka menanggapi berbagai perubahan akan kebutuhan terhadap peristiwa, dan juga mencerminkan berbagai persepsi tentang Allah dan hubungan-Nya dengan penciptaan alam semesta dan Israel.

Mereka tidak melihat Alkitab sebagai buku theologi, yang memiliki argumen rasional dalam mengusung doktrin tertentu tentang Allah. Memahami dan merasionalisasi sejarah bangsa Israel dalam perjanjian dengan Yahweh, ini lah pusat perhatiannya.

Jadi kita akan menemukan banyak penafsiran yang berbeda tentang makna sejarah, sifat Yahweh, dan arti dari perjanjian. Serta banyak kesepakatan pada poin-poin dasar nya, walau terdapat beberapa perbedaan. Contoh nya: manusia memiliki kehendak bebas, yang jelas bisa diasumsikan disetujui oleh semua kitab dalam perpustakaan ini. Namun pada beberapa kasus justru bertentangan, contoh pada kisah Yahweh mengeraskan hati Firaun, Yahweh "menutup telinga" orang-orang agar mereka tidak dapat memahami pesan dari para nabi, atau tidak mengerti hingga pada hari kemudian.

Yang pasti, hanya sebagian kecil ayat yang bertentangan, namun ada. Kita juga akan menemuan perubahan besar dalam periode pembuangan, yang paradigmanya menjauh dari hukuman kolektif lintas generasi. Dan menitikberatkan pada tanggung jawab per individu di hadapan Yahweh.

Ini semacam terjadi sebuah variasi pandangan, yang dianggap tidak melanggar otoritas Alkitab bagi bangsa Israel. Hal ini dikarenakan tuntutan akan konsistensi dari Alkitab, belum muncul pada saat ini. Itu adalah gagasan moderen yang muncul dari idealisme Hellenistik (filsafat), mengenai kebenaran sebagai sesuatu yang tunggal. Hanya pada sesuatu yang tidak mengandung kontradiksi lah yang benar, dan hanya yang benar yang memiliki otoritas.

Itu adalah sebuah gagasan yang asing bagi masyarakat Mesopotamia kuno. Alkitab bukan dimaksudkan untuk menyajikan kebenaran filosofis. Ia adalah penyajian terbaik dari para orang bijak, nabi, ahli hukum dan sastrawan, dan orang-orang visioner lainnya untuk merespon dan menjelaskan krisis bangsa dalam berbagai periode. Dan otoritasnya berasal dari kekuatan penjelasaan dan pemahaman mendalam dari rencana Yahweh terhadap dunia dan Israel.

Jadi wawasan dan pemahaman itu bisa berubah, bahkan dapat saling bertentangan satu sama lain, namun mereka tidak mempermasalahkan hal itu dan kontradiksi itu tidak mempengaruhi otoritas mereka, kemampuannya untuk menjelaskan dan menghibur atau memelihara keyakinan bahwa Yahweh tidak akan pernah meninggalkan mereka.

Bab 4. Penafsiran Yehezkiel Mengenai Kehancuran Yerusalem.

Kembali kepada kitab Yehezkiel, dimana pada bab 33 kita melihat bahwa telah terdengar kabar mengenai kejatuhan Yerusalem. Dan pada tahun 587 atau 586 SM, Yehezkiel mengubah nada nubuatnya dari peringatan akan musibah menjadi pengharapan dan penghiburan.

Sebelum jatuhnya kota, tugas Yehezkiel adalah mengguncang dan menghancurkan ilusi dari rakyat. Namun saat ini orang-orang telah jatuh kedalam keputus-asaan dan penyesalan, dan tugas terbarunya adalah untuk memberikan pengharapan bahwa Yahweh akan memulai sebuah awal yang baru.

Walau penghukuman Israel adalah sesuatu yang pantas untuk diterima, namun menurut Yehezkiel, hal itu bukanlah akhir dari berakhirnya hubungan Yahweh dengan umat-Nya, dan akan muncul Israel baru yang bangkit dari sisa-sisa Yehuda dan Israel. Ia mengungkapkan restorasi ini dalam banyak metafora dan penglihatan.

Bab 34 berisi kecaman untuk para pengembala. Sebenarnya ini adalah metafora yang umum ditemui pada banyak literatur Timur-Tengah kuno untuk menggambarkan hubungan kepemimpinan dari raja dan rakyat yang serupa  penggembala dan ternaknya. Jadi ini adalah kecaman terhadap raja, dan janji akan munculnya satu gembala di masa depan dari keturunan Daud.

Bab 36 menggunakan metafora dari kesucian dan pemurnian. Israel akan dimurnikan dari segala kekotoran di masa lampau. Ia akan menerima perjanjian baru di dasar sanubarinya.

Yehezkiel 36:24-28
24. Aku akan menjemput kamu dari antara bangsa-bangsa dan mengumpulkan kamu dari semua negeri dan akan membawa kamu kembali ke tanahmu.
25. Aku akan mencurahkan kepadamu air jernih, yang akan mentahirkan kamu; dari segala kenajisanmu dan dari semua berhala-berhalamu Aku akan mentahirkan kamu.
26. Kamu akan Kuberikan hati yang baru, dan roh yang baru di dalam batinmu dan Aku akan menjauhkan dari tubuhmu hati yang keras dan Kuberikan kepadamu hati yang taat.
27. Roh-Ku akan Kuberikan diam di dalam batinmu dan Aku akan membuat kamu hidup menurut segala ketetapan-Ku dan tetap berpegang pada peraturan-peraturan-Ku dan melakukannya.
28. Dan kamu akan diam di dalam negeri yang telah Kuberikan kepada nenek moyangmu dan kamu akan menjadi umat-Ku dan Aku akan menjadi Allahmu.

Kita kembali melihat sebuah utopis mengenai desain ulang atas sifat manusiawi seperti dalam kitab Yeremia. Sebuah masalah klasik dalam konsep kehendak bebas.

Metafora lain yang digunakkan pada restorasi Israel baru dari kaum yang tersisa, adalah tentang kebangkitan dari kematian :

Yehezkiel 37
1. Lalu kekuasaan TUHAN meliputi aku dan Ia membawa aku ke luar dengan perantaraan Roh-Nya dan menempatkan aku di tengah-tengah lembah, dan lembah ini penuh dengan tulang-tulang.
2. Ia membawa aku melihat tulang-tulang itu berkeliling-keliling dan sungguh, amat banyak bertaburan di lembah itu; lihat, tulang-tulang itu amat kering.
3. Lalu Ia berfirman kepadaku: "Hai anak manusia, dapatkah tulang-tulang ini dihidupkan kembali?" Aku menjawab: "Ya Tuhan ALLAH, Engkaulah yang mengetahui!"

{** jawaban yang diplomatis dari Yehezkiel **}

4. Lalu firman-Nya kepadaku: "Bernubuatlah mengenai tulang-tulang ini dan katakanlah kepadanya: Hai tulang-tulang yang kering, dengarlah firman TUHAN!
5. Beginilah firman Tuhan ALLAH kepada tulang-tulang ini: Aku memberi nafas hidup di dalammu, supaya kamu hidup kembali.
6. Aku akan memberi urat-urat padamu dan menumbuhkan daging padamu, Aku akan menutupi kamu dengan kulit dan memberikan kamu nafas hidup, supaya kamu hidup kembali. Dan kamu akan mengetahui bahwa Akulah TUHAN."
7. Lalu aku bernubuat seperti diperintahkan kepadaku; dan segera sesudah aku bernubuat, kedengaranlah suara, sungguh, suatu suara berderak-derak, dan tulang-tulang itu bertemu satu sama lain.
8. Sedang aku mengamat-amatinya, lihat, urat-urat ada dan daging tumbuh padanya, kemudian kulit menutupinya, tetapi mereka belum bernafas.
9. Maka firman-Nya kepadaku: "Bernubuatlah kepada nafas hidup itu, bernubuatlah, hai anak manusia, dan katakanlah kepada nafas hidup itu: Beginilah firman Tuhan ALLAH: Hai nafas hidup, datanglah dari keempat penjuru angin, dan berembuslah ke dalam orang-orang yang terbunuh ini, supaya mereka hidup kembali."
10. Lalu aku bernubuat seperti diperintahkan-Nya kepadaku. Dan nafas hidup itu masuk di dalam mereka, sehingga mereka hidup kembali. Mereka menjejakkan kakinya, suatu tentara yang sangat besar.
11. Firman-Nya kepadaku: "Hai anak manusia, tulang-tulang ini adalah seluruh kaum Israel. Sungguh, mereka sendiri mengatakan: Tulang-tulang kami sudah menjadi kering, dan pengharapan kami sudah lenyap, kami sudah hilang.
12. Oleh sebab itu, bernubuatlah dan katakan kepada mereka: Beginilah firman Tuhan ALLAH: Sungguh, Aku membuka kubur-kuburmu dan membangkitkan kamu, hai umat-Ku, dari dalamnya, dan Aku akan membawa kamu ke tanah Israel.
13. Dan kamu akan mengetahui bahwa Akulah TUHAN, pada saat Aku membuka kubur-kuburmu dan membangkitkan kamu, hai umat-Ku, dari dalamnya.
14. Aku akan memberikan Roh-Ku ke dalammu, sehingga kamu hidup kembali dan Aku akan membiarkan kamu tinggal di tanahmu. Dan kamu akan mengetahui bahwa Aku, TUHAN, yang mengatakannya dan membuatnya, demikianlah firman TUHAN."

Dalam penafsiran yang dijabarkan melalui penglihatan, kita diberitahu bahwa tulang-belulang melambangkan Israel sekarang, yang berada di pembuangan. Dalam keputus-asaan mereka berseru: tulang kita mengering, kita sudah mati, pengharapan kita telah hilang.

Dan Yahweh berjanji untuk membangkitkan Israel dari kubur, yang adalah metafora untuk pengasingan, dan kemudian terjadi restorasi ke Tanah Perjanjian sebagai satu bangsa, dibawah pemerintahan 1 raja tunggal. Bagian ini sering di kutip di luar konteks dan ditafsirkan sebagai sumber referensi akan konsep kebangkitan setelah kematian dalam Perjanjian Lama.

Dalam penglihatan Yehezkiel yang utopis, tanah itu dibagi secara merata di antara 12 suku Israel, yang akan dibawa kembali. Dan Yerusalem terletak di bagian tengah dan memiliki 12 gerbang, untuk masing-masing suku yang mengelilinginya. Pada Bait Allah yang baru, akan muncul sebuah sungai yang tidak berhenti memancarkan air, dan air nya akan memenuhi Laut Mati, dan menghasilkan air tawar.

Yehezkiel melihat imam Zadok memimpin di Bait Allah, ia akan dibantu oleh para golongan imam dari kaum Lewi. Dan dalam versi Yehezkiel, tidak akan ada orang asing yang akan diizinkan untuk memasukinya.  Kita akan melihat bahwa paradigma ini tidak dianut oleh orang-orang di masa setelah kehancuran.

Yehezkiel dan Yeremia, juga menekankan untuk tetap menjaga hubungan dengan Yahweh di pengasingan; walau tanpa ritual persembahan. Kita perlu mengingat bahwa praktik ritual persembahan qurban hanya sah jika dilakukan di altar di Yerusalem.

Dan secara perlahan, ibadah baru pun terbentuk; tanpa adanya ritual kurban, yang terdiri dari doa dan pengakuan dosa, puasa, dan bentuk ibadah lain. 3 kali sehari orang-orang Yahudi akan berdoa ke arah Yerusalem, rumah ibadah seperti Sinagog mulai terbentuk, dan keutamaan hari Sabat mulai bertumbuh - Sabat sebagai peringatan perjanjian dan simbol dari keagamaan Yahudi.

Dan juga anda akan menemukan, tidak lama setelah periode ini, untuk pertama kalinya, orang-orang non-Yehuda akan bergabung memuja Yahweh, mereka mengadopsi agama orang Israel, bukan karena mereka sedang berdiam di Tanah Perjanjian dan terpaksa mengikuti hukum-hukum di tanah Israel. Orang-orang ini secara suka rela memilih untuk bergabung dengan komunitas Yehuda. Dan kita melihat sejarah dari bangsa Israel mulai sirna, dan sejarah Yudaisme, sebagai agama, di mulai.

Jadi inti dari kitab Yehezkiel adalah sebuah respon terhadap bencana yang menimpa bangsa dan negara, serta pembuangan: gagasan bahwa penderitaan dan hukuman dari Yahweh adalah layak diterima, hubungan dengan Yahweh tak terputus, dan Yahweh tetap menyertai umat-Nya bahkan di pengasingan.

Respon lain terhadap penghancuran dan pembuangan dapat kita temukan dalam penambahan di kitab Yesaya oleh penulis anonim. Kita mengenal hal itu sebagai Yesaya ke-2, yang terdapat pada Bab 40-55. Yesaya ke-3 terdapat pada bab 56-66. Kedua bagian ini berbeda dengan Yesaya yang hidup pada abad ke-8 SM, keduanya ditulis setelah masa pembuangan. Yerusalem telah dianggap hancur, dan pembacanya ditujukan bagi yang hidup dipengasingan. Babel adalah penindas, bukan lagi Ashur.

Materi yang ditambahkan itu nampaknya juga mengetahui tentang nasib bangsa Babel yang akan ditaklukkan pada tahun 539 SM oleh Cyrus dari Persia. Kita dapat melihat ayat-ayat euforia, hal itu karena Cyrus memerintahkan orang-orang yang diasingkan oleh Babel agar kembali ke tanah air mereka dan membangun kembali kuil-kuil suci mereka.

Juga terlihat perbedaan gaya bahasa dari Yesaya ke-1, ke-2 dan ke-3. Bagian dari Yesaya ke-2 dan ke-3, tidak memiliki data biografi Yesaya. Materi mereka juga berbeda secara theologi, memiliki pemahaman yang berbeda dari perjalanan sejarah, memiliki sikap yang berbeda terhadap bangsa asing, dan memiliki penekanan yang kuat pada pembaharuan monotheisme.

Bab 5. Tema Utama Yesaya Ke-2.

Kita membahas mengenai Yesaya ke-2 yang dipercaya merupakan karya setelah kehancuran Yerusalem. Hal ini terdapat pada Yesaya 40, yang merupakan nubuat penghiburan. Yesaya menggambarkannya seperti prosesi dramatis Yahweh sebagai gembala yang akan memimpin umat-Nya kembali ke Yerusalem.

Yahweh membuka jalan raya dan membawa umat-Nya seperti prosesi keluaran yang baru. Ini berulang pada Yesaya 55. Ini adalah sebuah tema kunci mengenai janji Yahweh selalu terpenuhi, sebuah gagasan tentang pengharapan Israel selama periode pengasingan.

Yesaya 55:10-12
10. Sebab seperti hujan dan salju turun dari langit dan tidak kembali ke situ, melainkan mengairi bumi, membuatnya subur dan menumbuhkan tumbuh-tumbuhan, memberikan benih kepada penabur dan roti kepada orang yang mau makan,
11. demikianlah firman-Ku yang keluar dari mulut-Ku: ia tidak akan kembali kepada-Ku dengan sia-sia, tetapi ia akan melaksanakan apa yang Kukehendaki, dan akan berhasil dalam apa yang Kusuruhkan kepadanya.
12. Sungguh, kamu akan berangkat dengan sukacita dan akan dihantarkan dengan damai; gunung-gunung serta bukit-bukit akan bergembira dan bersorak-sorai di depanmu, dan segala pohon-pohonan di padang akan bertepuk tangan.

Firman Yahweh itu kekal - itu adalah jaminan akan pemenuhan bahwa orang terbuang akan pulang seperti eksodus (keluaran) baru - ini adalah struktur sastra inclusio dimana sesuatu yang disebutkan pada awal akan muncul pada akhir, dan ini adalah seluruh bagian dari Yesaya ke-2 (bab 40-55).

Pada Yesaya ke-2 kita juga melihat pandangan ekstrim akan monotheisme, hal ini dikarenakan penghacuran pada tahun 587 SM memerlukan gagasan bahwa hukuman Israel itu dikontrol oleh Yahweh, dan ia juga mengontrol seluruh bangsa, serta mereka dipakai untuk tujuan penghukuman. Tidak ada kekuatan lain selain Yahweh.

Yesaya 41:4
Siapakah yang melakukan dan mengerjakan semuanya itu? Dia yang dari dahulu memanggil bangkit keturunan-keturunan, Aku, Yahweh, yang terdahulu, dan bagi mereka yang terkemudian Aku tetap Dia juga.

Yahweh juga menyatakan bahwa Ia lah pengendali jatuh bangunnya bangsa-bangsa, dan Ia yang mengangkat Cyrus dari Persia dan menaklukkan Babel.

Yesaya 41:25
Aku telah menggerakkan seorang dari utara dan ia telah datang, dari sebelah matahari terbit Aku telah memanggil dia dengan namanya. Seperti tukang periuk menginjak-injak tanah liat, demikian dia akan menginjak-injak penguasa-penguasa seperti lumpur.
Pada bab 44 terdapat ejekan terhadap para penyembah berhala:

Yesaya 44:26,28
26. Akulah yang menguatkan perkataan hamba-hamba-Ku dan melaksanakan keputusan-keputusan yang diberitakan utusan-utusan-Ku; yang berkata tentang Yerusalem: Baiklah ia didiami! dan tentang kota-kota Yehuda: Baiklah ia dibangun, Aku mau mendirikan kembali reruntuhannya!
...
28. Akulah yang berkata tentang Koresh: Dia gembala-Ku; segala kehendak-Ku akan digenapinya dengan mengatakan tentang Yerusalem: Baiklah ia dibangun! dan tentang Bait Suci: Baiklah diletakkan dasarnya!"

Yesaya 45:1,13
1. Beginilah firman TUHAN: "Inilah firman-Ku kepada orang yang Kuurapi, kepada Koresh yang tangan kanannya Kupegang supaya Aku menundukkan bangsa-bangsa di depannya dan melucuti raja-raja, supaya Aku membuka pintu-pintu di depannya dan supaya pintu-pintu gerbang tidak tinggal tertutup
..
13.Akulah yang menggerakkan Koresh untuk maksud penyelamatan, dan Aku akan meratakan segala jalannya; dialah yang akan membangun kota-Ku dan yang akan melepaskan orang-orang-Ku yang ada dalam pembuangan, tanpa bayaran dan tanpa suap," firman TUHAN semesta alam.

Pada ayat-ayat tersebut, penulis Yesaya ke-2 menggambarkan kesimpulan akhir mengenai Yahweh dalam agama Israel. Yang terdahulu merupakan dewa Kanaan, kemudian menjelma menjadi Allah dari para leluhur Israel, kemudian menjadi Allah bangsa Israel, dan sekarang ia adalah Allah yang universal. Satu-satunya Allah yan hidup, dan Yesaya ke-2 mengklaim sebagai Allah Israel.

Bab 6. Yesaya ke-2: Syair Hamba Yahweh.

Yesaya ke-2 juga terkenal dengan syair akan Hamba Yahweh yang tersebar pada bab 42,49,50, dan paling banyak pada Yesaya 52:13-53:12. Identitas dari hamba Yahweh ini adalah sebuah teka-teki bagi para penafsir Alkitab selama berabad-abad. Kadang-kadang hamba itu merujuk pada sekumpulan figur, kadang pada satu figur.

Pada bab 49 hamba digambarkan sebagai seorang nabi dengan pesan universal dan bukan untuk orang Israel saja, namun kemudian ada beberapa ambiguitas. Hamba yang yang pertama teridentifikasi sebagai nabi, ternyata disebut sebagai Israel.

Yesaya 49:1-3
1. Dengarkanlah aku, hai pulau-pulau, perhatikanlah, hai bangsa-bangsa yang jauh! TUHAN telah memanggil aku sejak dari kandungan telah menyebut namaku sejak dari perut ibuku.
2. Ia telah membuat mulutku sebagai pedang yang tajam dan membuat aku berlindung dalam naungan tangan-Nya. Ia telah membuat aku menjadi anak panah yang runcing dan menyembunyikan aku dalam tabung panah-Nya.
3. Ia berfirman kepadaku: "Engkau adalah hamba-Ku, Israel, dan olehmu Aku akan menyatakan keagungan-Ku."

Namun dalam ayat 5 terlihat bahwa hamba ini memiliki tugas ke Isral untuk membawanya kembali kepada Yahweh, dengan demikian nabi itu bukan Israel.

5. Maka sekarang firman TUHAN, yang membentuk aku sejak dari kandungan untuk menjadi hamba-Nya, untuk mengembalikan Yakub kepada-Nya, dan supaya Israel dikumpulkan kepada-Nya--maka aku dipermuliakan di mata TUHAN, dan Allahku menjadi kekuatanku--,firman-Nya:

[dan misinya tersirat pada ayat 6]

6. "Terlalu sedikit bagimu hanya untuk menjadi hamba-Ku, untuk menegakkan suku-suku Yakub dan untuk mengembalikan orang-orang Israel yang masih terpelihara. Tetapi Aku akan membuat engkau menjadi terang bagi bangsa-bangsa supaya keselamatan yang dari pada-Ku sampai ke ujung bumi."

Dalam bab 50, sebuah ayat yang cukup terkenal karena mengacu pada hamba yang mengalami penganiayaan.

Yesaya 50:6
Aku memberi punggungku kepada orang-orang yang memukul aku, dan pipiku kepada orang-orang yang mencabut janggutku. Aku tidak menyembunyikan mukaku ketika aku dinodai dan diludahi.

Dalam bab 53, terdapat ayat yang cukup terkenal dan mengharukan dalam penggambaran mengenai penderitaan dan kesedihan hamba Yahweh.

Yesaya 53:3-11
3. Ia dihina dan dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan; ia sangat dihina, sehingga orang menutup mukanya terhadap dia dan bagi kitapun dia tidak masuk hitungan.
4. Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah.
5. Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh.
6. Kita sekalian sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil jalannya sendiri, tetapi TUHAN telah menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian.
7. Dia dianiaya, tetapi dia membiarkan diri ditindas dan tidak membuka mulutnya seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian; seperti induk domba yang kelu di depan orang-orang yang menggunting bulunya, ia tidak membuka mulutnya.
8. Sesudah penahanan dan penghukuman ia terambil, dan tentang nasibnya siapakah yang memikirkannya? Sungguh, ia terputus dari negeri orang-orang hidup, dan karena pemberontakan umat-Ku ia kena tulah.
9. Orang menempatkan kuburnya di antara orang-orang fasik, dan dalam matinya ia ada di antara penjahat-penjahat, sekalipun ia tidak berbuat kekerasan dan tipu tidak ada dalam mulutnya.
10. Tetapi TUHAN berkehendak meremukkan dia dengan kesakitan. Apabila ia menyerahkan dirinya sebagai korban penebus salah, ia akan melihat keturunannya, umurnya akan lanjut, dan kehendak TUHAN akan terlaksana olehnya.
11. Sesudah kesusahan jiwanya ia akan melihat terang dan menjadi puas; dan hamba-Ku itu, sebagai orang yang benar, akan membenarkan banyak orang oleh hikmatnya, dan kejahatan mereka dia pikul.

Terdapat banyak upaya untuk menyamakan hamba yang penuh kesengsaraan ini, pada banyak figur. Awalnya, para pengikut Yesus melihat guru merekalah sebagai hamba Yahweh yang dimaksud. Para penulis Perjanjian Baru banyak mengutip ayat-ayat dari kitab Yesaya, khususnya bab 53 ini, dalam menarasikan kisah Yesus. Ia digambarkan sebagai hamba yang tidak bersalah dan benar, yang menderita untuk dosa orang lain. Namun demikian, penulis anonim dari Yesaya ke-2 ini tidak menulis tentang seorang guru karismatik dan penyembuh dari Nazaret, yang hidup 500 tahun kemudian.

Jika dipandang dengan konteks aslinya, kemungkinan terbesar, hamba ini adalah Israel itu sendiri, yang digambarkan secara metaforis sebagai seseorang individu yang merasakan penderitaan dan penghinaan karena dosa-dosa bangsa lain, namun pada masa yang akan datang, pada saat restorasi, akan bangkit rasa takjub diantara bangsa-bangsa akan Israel dan kemudian mereka akan merendahkan diri dihadapan Yahweh.

Namun akan timbul permasalahan jika juga memakai penafsiran ini, dan tidak akan pernah diselesaikan secara memuaskan. Masalah utama pada penafsiran Israel sebagai hamba adalah, terdapat ayat yang menggambarkan hamba memiliki misi untuk Israel. Adalah hal yang aneh Israel diberi misi untuk Israel. Namun masalah ini dipandang terselesaikan, jika kita kita mengingat kembali Israel seringkali diartikan secara bervariasi dalam nubuat para nabi. Jadi mungkin penulis bermaksud sebuah misi oleh Israel yang saleh, kepada Israel yang tersesat.

Namun demikian hamba dalam Yesaya ini memiliki tema yang menonjol bahwa sang hamba memiliki misi untuk dunia. Dan peran itu cukup sesuai untuk Israel. Selain itu terdapat kata "Israel, hamba-Ku" muncul dalam Yesaya ke-2 sekitar 8 kali. Jadi gagasan Israel sebagai hamba Allah kepada bangsa-bangsa jelas merupakan bagian dari konsep Yesaya, dan karena kita sedang membahas bagian sastra dari kitab ini dibandingkan konsep metafisik, jadi tidaklah terlalu mengherankan jika kadang-kadang hamba merujuk pada sekelompok figur, kadang pada satu figur. Hal yang sama berlaku pada kata Israel itu sendiri, yang kadang jamak kadang individu tunggal.

Kita juga melihat bagaimana Yesaya ke-2 memandang peristiwa penghancuran Yerusalem 587 SM. Dan ia memiliki respon positif. Hukuman Israel untuk menderita (bab 40 mengklaim Israel menderita hukuman sangat berat) bukanlah kesia-siaan. Hal ini akan menyebabkan rencana penebusan.

Israel akan disembuhkan dari luka-lukanya. Penderitaan Israel membawa peran baru bagi Israel diantara bangsa-bangsa. Yesaya juga membangkitkan kesadaran diri baru yang mengakar diantara orang Israel dalam pembuangan, Israel melihat diri mereka sebagai hamba Yahweh yang setia, hamba yang loyal kepada Allah nya pada masa suram, untuk melayani dan memberitakan pengetahuan illahi kepada seluruh bangsa-bangsa.

Jadi Israel di pilih dari rahim untuk melayani Yahweh untuk tujuan universal. Penderitaan Israel yang luput dari simpati para bangsa, namun akhirnya menimbulkan pengakuan akan Yahweh dari bangsa lain. Dimana pada suatu waktu Yahweh membuat perjanjian dengan Daud untuk memimpin umat-Nya, Israel, yang juga membuat perjanjian dengan Alah untuk memimpin bangsa lain di dunia menuju kepada jalan Yahweh. ini adalah perluasan dari tujuan Yahweh, yang muncul pada :

Yesaya 55:3-5
3. Sendengkanlah telingamu dan datanglah kepada-Ku; dengarkanlah, maka kamu akan hidup! Aku hendak mengikat perjanjian abadi dengan kamu, menurut kasih setia yang teguh yang Kujanjikan kepada Daud.
4. Sesungguhnya, Aku telah menetapkan dia menjadi saksi bagi bangsa-bangsa, menjadi seorang raja dan pemerintah bagi suku-suku bangsa;
5. sesungguhnya, engkau akan memanggil bangsa yang tidak kaukenal, dan bangsa yang tidak mengenal engkau akan berlari kepadamu, oleh karena TUHAN, Allahmu, dan karena Yang Mahakudus, Allah Israel, yang mengagungkan engkau.

Jadi Yahweh membuat perjanjian kekal dengan Israel, seperti Ia membuat perjanjian dengan Daud. Dan apa yang dahulu dilakukan oleh para raja, imam, nabi untuk Israel, sekarang Israel akan melakukannya untuk dunia. Sebagai penghubung antara Allah yang esa dengan segala bangsa di dunia, ia akan menjadi sinar bagi mereka. Dan mereka semua akan memandang Israel, karena dari padanya akan datang Taurat/Torah, instruksi yang merupakan kehendak illahi serta keselamatan. Ini adalah gagasan misi universal dari Yesaya ke-2.

Kembali ke Index Artikel

Minggu, 25 Desember 2016

Pengantar Alkitab Ibrani (18)

Kuliah 18 - Kitab Para Nabi-Nabi Kemudian: Mikha, Zefanya, Nahum & Habbakuk [November 8, 2006]

Bab 1. Struktur Kitab Mikha.

Kita telah membahas tentang nabi pada krisis Ashur, dimana terdapat 2 nabi di kerajaan utara, Israel, yaitu Amos dan Hosea, dan nabi di kerajaan selatan, Yehuda, terdapat Yesaya, Mikha adalah nabi kontemporer Yesaya di Yehuda.

Mikha dikisahkan berasal dari kota Moreshet, sekitar 40 KM barat daya Yerusalem. Ia adalah nabi terakhir dari abad ke-8 SM. Ia adalah seorang nabi di daerah pedesaan, dan berkhotbah untuk kaum petani miskin sekitar tahun 740 - 700 SM.

Ia mengecam kerajaan Israel di utara sana, sedangkan ia sedang berbicara dengan orang Yehuda. Kecaman terhadap kerajaan Israel adalah karena mereka telah jatuh dalam penyembahan berhala, dan ia akan jatuh karena hal tersebut.

Ia juga sama seperti nabi lainya yang telah kita bahas, mengecam orang-orang karena kebobrokan moral. Pemiliki tanah yang serakah, para pedagang yang tidak jujur, dan para aristokrat dan para pemimpin seperti imam, hakim, keluarga istana dan para nabi palsu.

Perbedaan terbesar antara Yesaya dan Mikha walau keduanya berasal dari Yehuda pada periode yang sama yaitu krisis Ashur, terletank dalam pandangannya mengenai Yerusalem sebagai kota yang korup, ia ditakdirkan untuk hancur, namun Yesaya mengatakan Yerusalem adalah kota yang diteguhkan. Mikha juga mengkritisi dinasti Daud, dan ia menertawakan gagasan bahwa hadirnya bait Allah di Yerusalem akan melindungi dan meluputkan kota  dari bencana. Dia mengatakan bahwa Yahweh akan menghancurkan Yerusalem dan rumah-Nya jika perlu.

Mikha 3:9-12
9. Baiklah dengarkan ini, hai para kepala kaum Yakub, dan para pemimpin kaum Israel! Hai kamu yang muak terhadap keadilan dan yang membengkokkan segala yang lurus,
10. hai kamu yang mendirikan Sion dengan darah dan Yerusalem dengan kelaliman!
11. Para kepalanya memutuskan hukum karena suap, dan para imamnya memberi pengajaran karena bayaran, para nabinya menenung karena uang, padahal mereka bersandar kepada Yahweh dengan berkata: "Bukankah Yahweh ada di tengah-tengah kita! Tidak akan datang malapetaka menimpa kita!"
12. Sebab itu oleh karena kamu maka Sion akan dibajak seperti ladang, dan Yerusalem akan menjadi timbunan puing, dan gunung Bait Suci akan menjadi bukit yang berhutan.

Yesaya memiliki keyakinan bahwa Yahweh tidak akan pernah membiarkan kota-Nya yang kudus untuk dihancurkan. Kehadiran-Nya di tengah kota adalah jaminan bahwa kota itu akan bertahan, namun Mikha mengatakan tidak setuju akan hal tersebut.

Salah satu bagian yang terkenal dalam kitab ini adalah pada Mikha 6, disana terdapat pernyataan gugatan (riv) akan pelanggaran perjanjian. Dan strukturnya adalah sebagai berikut:

pada ayat 1-2, adalah pernyataan panggilan akan sebuah kasus, jadi Mikha bertindak sebagai pengacara Yahweh dan memanggil terdakwa, para saksi adalah pegunungan, untuk mendengar gugatan Yahweh atas Israel.

Mikha 6
2.Dengarlah, hai gunung-gunung, pengaduan TUHAN, dan pasanglah telinga, hai dasar-dasar bumi! Sebab TUHAN mempunyai pengaduan terhadap umat-Nya, dan Ia beperkara dengan Israel.


Pada ayat 3-5 adalah membahas mengenai biaya gugatan dari Yahweh. Melalui pengacaranya, ia mengingatkan Israel akan kasih Yahweh pada peristiwa keluaran dari Mesir hingga memasuki tanah perjanjian, dan Israel nampaknya telah melupakan pengorbanan Yahweh atas Israel, dan kewajiban yang harus dipikul oleh Israel.

3. "Umat-Ku, apakah yang telah Kulakukan kepadamu? Dengan apakah engkau telah Kulelahkan? Jawablah Aku!
4. Sebab Aku telah menuntun engkau keluar dari tanah Mesir dan telah membebaskan engkau dari rumah perbudakan dan telah mengutus Musa dan Harun dan Miryam sebagai penganjurmu.
5. Umat-Ku, baiklah ingat apa yang dirancangkan oleh Balak, raja Moab, dan apa yang dijawab kepadanya oleh Bileam bin Beor dan apa yang telah terjadi dari Sitim sampai ke Gilgal, supaya engkau mengakui perbuatan-perbuatan keadilan dari TUHAN."


Pada ayat 6-7, kita melihat pembelaan dari terdakwa. Kali ini Israel yang berbicara, namun sebenarnya ia tidak memiliki pembelaan, ia mengetahui akibatnya dan hanya mengharapkan sebuah perdamaian.

6. "Dengan apakah aku akan pergi menghadap TUHAN dan tunduk menyembah kepada Allah yang di tempat tinggi? Akan pergikah aku menghadap Dia dengan korban bakaran, dengan anak lembu berumur setahun?
7. Berkenankah TUHAN kepada ribuan domba jantan, kepada puluhan ribu curahan minyak? Akan kupersembahkankah anak sulungku karena pelanggaranku dan buah kandunganku karena dosaku sendiri?"


Dan pengacara Yahweh menjawab dengan:

8. "Hai manusia, telah diberitahukan kepadamu apa yang baik. Dan apakah yang dituntut (riv) Yahweh dari padamu: selain berlaku adil, mencintai kesetiaan, dan hidup dengan rendah hati di hadapan Allahmu?" 

Bab 2. Paradoks Umum Dalam Kitab Nabi Klasik.

Dalam kitab Mikha secara terstruktur terdapat pasangan nubuat yang berulang secara bergantian: 3 mengenai kiamat dan 3 mengenai restorasi. Jadi polanya adalah: azab -> restorasi -> azab -> restorasi, azab -> restorasi.

Dan nubuatan terakhir menceritakan mengenai kemuliaan zion yang akan datang di masa depan. Bagian restorasi ini mungkin nampat sedikit melenceng dari rentetan kecaman atas Yehuda dalam nubuatan Mikha.

Ada beberapa ahli yang berpendapat bahwa bagian restorasi dan janji tanpa syarat atas keteguhan kerajaan Daud, dan prediksi optimis akan perdamaian global, merupakan interpolasi oleh editor di masa kemudian. Dan bagian ini muncul pula dalam kitab Yesaya. Namun sebenarnya kasus ini adalah sesuatu yang sulit, karena tulisan para nabi ini sebenarnya berfluktuasi secara ekstrim diantara kecaman dan penghiburan. Jadi bisa saja pergeseran tema tidak berarti diasumsikan terjadi interpolasi - kontradiksi adalah hal yang mungkin.

Anakronisme adalah panduan yang sangat baik untuk sebuah interpolasi. Jadi bagian Mikha yang secara eksplisit mengacu pada pembuangan Babel yang baru terhadi pada tahun 586 SM (abad ke-6 SM) sedangkan ia hidup pada abad ke-8 SM. Ia juga menyinggung mengenai pembangunan kembali tembok Yerusalem, yang terjadi sekitar tahun 445 SM (abad ke-5 SM). Jadi bagian itu adalah mungkin merupakan hasil interpolasi dari editor akhir, namun diletakkan pada abad ke-8 SM, dalam struktur pengulangan yang bagus dan silih berganti: azab-restorasi, azab-restorasi, azab-restorasi.

Ini adalah ciri khas dari paradoks umum yang ditemukan dalam kitab nabi klasik di mana mereka mencoba untuk menyeimbangkan antara penghakiman Yahweh dan cinta yang penuh belas kasih terhadap umat-Nya. Paradoks terletak dari usaha pelestarian nubuat para nabi seperti Mikha, oleh para imam di Bait Allah, meskipun para imam ini sering menjadi sasaran kecaman dari para nabi, terutama Mikha.

{*** Konteks Sejarah Nabi Abad ke-7 SM ***}

Kita telah menyelesaikan pembahasan mengenai para nabi abad ke-8 SM, pada periode krisis Ashur. Yerusalem yang selamat dari pengepungan bangsa Ashur pada tahun 701 SM, menaikkan spirit akan kepercayaan ideologi kerajaan, dan gagasan hubungan Yahweh dengan Zion, Yerusalem, dinasti Daud. Namun demikian ketika Yehuda memasuki abad ke 7 SM, sekitar tahun 600 SM, keadaan nya sangatlah rapuh setelah mengalami pengepungan. Dan sekitar tahun itu pula bangsa Ashur telah mencapai puncak masa ke-emasan nya (sedang memasuki masa kemunduran).

Di Yehuda, raja Manasseh memerintah selama hampir 50 tahun, sekitar tahun 690 - 640 SM. Sejarawan Deuteronomis memberikan porsi 18 ayat untuk Manasseh yang memerintah selama 50 tahun, dan semua ayat tentangnya adalah negatif. Sangat kontras dengan pemberitaan mengenai ayah nya raja Hizkia, dan cucu nya, raja Yosia.

Manasseh rupanya adalah pengikut setia para raja Ashur, dan Yehuda dikenal  sebagai vassal yang setia dalam catatan bangsa Ashur. Berdasarkan laporan penulis Alkitab, ia membatalkan reformasi yang telah dilakukan ayahnya, raja Hizkia, yang diceritakan oleh penulis bahwa Hizkia menghancurkan altar dan patung berhala. Manasseh mengadopsi adat istiadat Ashur ke Yehuda. Dan selanjutnya keadaan bangsa Ashur menuju akhir abad ke-7 semakin melemah, ia telah berekspansi secara berlebihan dan tak mampu menangani negara yang sangat luas ini, beberapa negari vassal nya kemudian melepaskan diri.

Yosia naik takhta pada tahun 640 SM melihat Ashur telah melemah, dan memutuskan untuk turut menyatakan kemerdekaan Yehuda dari status negeri vassal. ia kemudian melaksanakan serangkaian reformasi pada tahun 622 SM. Yang meliputi pemurnian kultus di Yehuda, yang kemungkinan akibat pengaruh agama Ashur. Ia melakukan sentralisasi pemujaan terhadap satu Allah yaitu Yahweh dan itu hanya boleh dilakukan di Yerusalem. Sentralisasi kultus ini dilaksanakan dengan agenda politik, yaitu pemutusan pengaruh Ashur.

Ashur yang terus menurun, memasuki masa akhir nya dalam sejarah, pada tahun 612 SM, ibu kota mereka Nineveh jatuh ketangan serbuan aliansi bangsa Babel dan Media (Mede). Jadi peristiwa ini adalah sangat bagus bagi Yehuda. Yosia adalah raja yang populer, namun ia memerintah hanya beberapa tahun saja, ia mati dalam pertempuran melawan Mesir di Megiddo pada tahun 609 SM.

Yosia nampaknya beraliansi dengan Babel yang menguasai Mesopotamia, atas perintah raja Babel ia mencegat bala tentara Mesir (Firaun Necho II) yang hendak membantu raja Ashur, merebut kota Harran. Inilah  latar belakang sejarah, periode nabi yang akan kita bahas.

Bab 3. Kitab Zefanya.

Pembahasan selanjutnya adalah pada nabi Zenfanya dan Yeremia pada periode krisis Babel. Zefanya adalah seorang nabi di Yehuda, yang bernubuat pada pemerintahan raja Yosia. Namun beberapa nubuatnya dipercaya berasal dari sebelum gerakan reformasi oleh Yosia di tahun 622 SM. Dan nubuat tersebut cenderung pesimistis dan suram. Yehuda di kecam karena kemurtadan; karena kemerosotan yang terjadi sejak raja Manasseh. Yahweh telah murka, dan penghukuman-Nya telah dekat.

Zefanya mengatakan akan terjadi sebuah kehancuran global. Semua mahluk hidup, hewan dan manusia akan dimusnahkan. Hal itu serupa dengan yang telah kita lihat dalam kitab Amos sebagai "Hari Yahweh," yang begitu dinantikan, namun ia bukan hari kemenangan, melainkan sebuah hari kehancuran yang gelap dan penuh keputus-asaan.

Zefanya 1:14-18
14. Sudah dekat hari Yahweh yang hebat itu, sudah dekat dan datang dengan cepat sekali! Dengar, hari Yahweh pahit, pahlawanpun akan menangis.
15. Hari kegemasan hari itu, hari kesusahan dan kesulitan, hari kemusnahan dan pemusnahan, hari kegelapan dan kesuraman, hari berawan dan kelam,
16. hari peniupan sangkakala dan pekik tempur terhadap kota-kota yang berkubu dan terhadap menara penjuru yang tinggi.
17. Aku akan menyusahkan manusia, sehingga mereka berjalan seperti orang buta, sebab mereka telah berdosa kepada Yahweh. Darah mereka akan tercurah seperti debu dan usus mereka seperti tahi.
18. Mereka tidak dapat diselamatkan oleh perak atau emas mereka pada hari kegemasan Yahweh, dan seluruh bumi akan dimakan habis oleh api cemburu-Nya; sebab kebinasaan, malah kebinasaan dahsyat diadakan-Nya terhadap segenap penduduk bumi.

Anda dapat melihat mengapa orang tidak nyaman mendengarkan nubuat Zefanya, namun pada saat yang sama, Zefanya juga memberikan pengharapan, akan adanya sisa Yehuda yang rendah hati, akan berlindung pada Yahweh. Orang buangan tersebut, akan diselamatkan dari para penindas mereka, bahkan mereka akan membuat bangsa-bangsa lain bergabung dalam penyembahan terhadap Yahweh.

Zefanya 3
11. Pada hari itu engkau tidak akan mendapat malu karena segala perbuatan durhaka yang kaulakukan terhadap Aku, sebab pada waktu itu Aku akan menyingkirkan dari padamu orang-orangmu yang ria congkak, dan engkau tidak akan lagi meninggikan dirimu di gunung-Ku yang kudus.
12. Di antaramu akan Kubiarkan hidup suatu umat yang rendah hati dan lemah, dan mereka akan mencari perlindungan pada nama Yahweh,
13. yakni sisa Israel itu. Mereka tidak akan melakukan kelaliman atau berbicara bohong; dalam mulut mereka tidak akan terdapat lidah penipu; ya, mereka akan seperti domba yang makan rumput dan berbaring dengan tidak ada yang mengganggunya."

{**

Akan terjadi pengumpulan orang-orang terbuang.

**}

20. Pada waktu itu Aku akan membawa kamu pulang, yakni pada waktu Aku mengumpulkan kamu, sebab Aku mau membuat kamu menjadi kenamaan dan kepujian di antara segala bangsa di bumi dengan memulihkan keadaanmu di depan mata mereka," firman Yahweh.

Ada satu ayat tertentu yang nampak seperti kesukacitaan. Seperti sebuah pengumuman tentang keselamatan dan terjadi saat sekarang, dan sebagai pemberian hadian, banyak ahli biblikal berkesimpulan itu adalah reaksi Zefanya terhadap Yosia. Reformasi yang dilakukan Yosia nampaknya dianggap sebagai penyelamat yang dirindukan oleh bangsa.

14. Bersorak-sorailah, hai puteri Sion, bertempik-soraklah, hai Israel! Bersukacitalah dan beria-rialah dengan segenap hati, hai puteri Yerusalem!
15. Yahweh telah menyingkirkan hukuman yang jatuh atasmu, telah menebas binasa musuhmu. Raja Israel, yakni Yahweh, ada di antaramu; engkau tidak akan takut kepada malapetaka lagi.

Ayat tersebut seperti reaksi atas reformasi yang dipelopori Yosia, dan dipuji sebagai pemulihan kehadiran Yahweh dalam komunitas Yehuda yang  dirindukan. Penghakiman dibatalkan, nubuat-nubuat yang mengerikan tidak terjadi.

Bab 5. Kitab Habakuk

Habakuk hidup selama periode ini, ia menyaksikan penghancuran Yerusalem, ketika penyerbuan bangsa Babel. Kitab Habakuk tidak seperti kitab nabi klasik lainnya, ia tidak mengandung nubuat, kebanyakan isinya berisi renungan filosofis tentang perbuatan Yahweh. Dan kita akan melihat hal seperti ini pada kitab-kitab lain, yaitu tulisan-tulisan yang betema renungan filosifis atas Yahweh.

Bab 1-2, adalah semacam dialog puitis antara Habakuk dan Yahweh, sang nabi mengeluhkan absennya tindakan Yahweh.

Habakuk 1:2-3, 13-14
2. Berapa lama lagi, Yhweh, aku berteriak, tetapi tidak Kaudengar, aku berseru kepada-Mu: "Penindasan!" tetapi tidak Kautolong?
3. Mengapa Engkau memperlihatkan kepadaku kejahatan, sehingga aku memandang kelaliman? Ya, aniaya dan kekerasan ada di depan mataku; perbantahan dan pertikaian terjadi.
...
13. Mata-Mu terlalu suci untuk melihat kejahatan dan Engkau tidak dapat memandang kelaliman. Mengapa Engkau memandangi orang-orang yang berbuat khianat itu dan Engkau berdiam diri, apabila orang fasik menelan orang yang lebih benar dari dia?
14. Engkau menjadikan manusia itu seperti ikan di laut, seperti binatang-binatang melata yang tidak ada pemerintahnya?

Yahweh menanggapi tuduhan tersebut dengan mengatakan bahwa Babel adalah salah satu alat-Nya untuk menegakkan keadilan-Nya, walaupun mereka menganggap kekuatan & keberhasilan itu berasal dari dewa-dewi mereka (dewa Marduk), bukan karena Yahweh. Kita telah sering melihat dalam kitab nabi terdapat gagasan bahwa bangsa penakluk hanyalah alat dari Yahweh.

Habakuk 1:5-6
5. Lihatlah di antara bangsa-bangsa dan perhatikanlah, jadilah heran dan tercengang-cengang, sebab Aku melakukan suatu pekerjaan dalam zamanmu yang tidak akan kamu percayai, jika diceriterakan.
6. Sebab, sesungguhnya, Akulah yang membangkitkan orang Kasdim (Chaldean/Babel), bangsa yang garang dan tangkas itu, yang melintasi lintang bujur bumi untuk menduduki tempat kediaman, yang bukan kepunyaan mereka.

Namun Habakuk sedikit berbeda karena ia tidak mengungkapkan argumen bahwa Yehuda pantas dihukum akan bencana ini. Ada perbedaan besar antara Habakuk dan sejarawan Deuteronomis, yaitu, Habakuk tidak menegaskan bahwa Yehuda menderita karena dosa-dosa mereka.

Habakuk sempat menyinggung mengenai kurangnya keadilan yang nampak pada masyarakat. Sejarawan Deuteronomis dengan tegas mengatakan demi menegakkan keadilan Yahweh, penderitaan adalah sebuah keharusan. Habakuk menolak gagasan seperti ini, kita akan melihat sebuah pandangan baru yang menolak pandangan demikian pada kitab Ayub.

Habakuk 1:4
Itulah sebabnya hukum kehilangan kekuatannya dan tidak pernah muncul keadilan, sebab orang fasik mengepung orang benar; itulah sebabnya keadilan muncul terbalik.

Orang-orang fasik dan orang saleh akan mengalami nasib yang sama, karena orang fasik lebih menonjol dan menurunkan derajat manusia pada level hewan yang hanya melihat faktor kekuatan bukan pada moralitas. Kita akan melihat Habakuk menanti jawaban Yahweh pada:

Habakuk 2:1-5
1. Aku mau berdiri di tempat pengintaianku dan berdiri tegak di menara, aku mau meninjau dan menantikan apa yang akan difirmankan-Nya kepadaku, dan apa yang akan dijawab-Nya atas pengaduanku.
2. Lalu Yahweh menjawab aku, demikian: "Tuliskanlah penglihatan itu dan ukirkanlah itu pada loh-loh, supaya orang sambil lalu dapat membacanya.
3. Sebab penglihatan itu masih menanti saatnya, tetapi ia bersegera menuju kesudahannya dengan tidak menipu; apabila berlambat-lambat, nantikanlah itu, sebab itu sungguh-sungguh akan datang dan tidak akan bertangguh.
4. Sesungguhnya, orang yang membusungkan dada, tidak lurus hatinya, tetapi orang yang benar itu akan hidup oleh percayanya.
5. Orang sombong dan khianat dia yang melagak, tetapi ia tidak akan tetap ada; ia mengangakan mulutnya seperti dunia orang mati dan tidak kenyang-kenyang seperti maut, sehingga segala suku bangsa dikumpulkannya dan segala bangsa dihimpunkannya."

Ini bukan jawaban yang bermakna luas, Orang-orang benar hanya perlu unuk memiliki keyakinan bahwa keadilan akan menang dan iman tersebut harus terus dipertahankan ketika melalui berbagai mancam cobaan. Jawaban lebih dalam terdapat dalam kitab Ayub.

Pada Habakuk 3, temanya sedikit bergeser. Dan para ahli biblikal meyakini telah mengalami interpolasi. Perlu anda ketahui pergeseran secara dramatis dalam tema dan nada, adalah hal yang tidak lazim dalam kitab nabi klasik, jadi kita harus memperhatikan hal tersebut. Dalam Habakuk 3 ini, Yahweh digambarkan sebagai dewa perang. Ia menggelegar dari timur, melemparkan tombak-Nya, dan membalas dendam Israel kepada musuh-musuh-Nya.

Hal ini mungkin adalah usaha editor akhir untuk menanggapi keraguan Habakuk, bahwa Yahweh akan menegakkan keadilan - hal itu adalah segera - dan sedang dinantikan oleh Habakuk. Gambaran sosok prajurit illahi adalah jawaban atas pertanyaan pada pembuka kitab Habakuk: Berapa lama Yahweh akan diam menyaksikan bagaimana Babel memperkosa dan menjarah?

Namun bisa saja, itu karena Habakuk membuat kitab nya bernuansa paradoks seperti yang telah kita lihat pada kitab nabi klasik lainnya. Dimana secara khusus menampilkan pandangan paradoks bahwa keadilan Yahweh memang datang secara lambat, namun demikian orang-orang saleh harus tetap memiliki keyakinan penuh akan kepastian datangnya penghukuman, yaitu pembalasan Yahweh. Dan kita akan melihat secara detail pada kitab-kitab yang bertema apokaliptik.

Bab 6. Struktur dan Fitur Kitab Yeremia.

Sekarang kita membahas kitab Yeremia, yang hidup pada saat kehancuran akhir Yehuda, dan menyaksikan kejatuhan Yerusalem di tangan bangsa Babel pada tahun 586 SM.

Kitab ini merupakan salah satu dari 3 kitab nabi klasik yang panjang :
1. Kitab Yesaya pada krisis Ashur.
2. Kitab Yeremia pada krisis Babel.
3. Kitab Yehezkiel pada masa pembuangan di Babel.

Yeremia lahir dari keluarga imam di sebuah desa dekat Yerusalem, Anathoth, dan ia mulai bernubuat ketika masih muda. Ia hidup semasa dengan raja Yosia dan menyaksikan reformasi singkat yang dilaksanakan Yosia: yaitu menyingkirkan pengaruh Ashur yang diterapkan oleh raja Manasseh, pembaharuan perjanjian dan segala kebijakan raja yang dipuji oleh penulis Alkitab. Ketika Yosia wafat, Yeremia ikut meratapi kematiannya bersama seluruh rakyat.

Yeremia turut menyaksikan kehancuran dan pembuangan bangsa Yehuda. Kitab ini adalah kumpulan dari berbagai jenis materi dengan tema yang beragam. Pengkategorian kitab ini tidak begitu jelas, tidak pula terurut secara kronologis, anda akan sulit  memahami kitab ini dengan membacanya dari awal hingga akhir. Terdapat kumpulan ramalan, nubuat, kecaman terhadap berbagai bangsa asing, kisah-kisah, narasi biografi, puisi, lampiran sejarah singkat yang menyerupai 2 Raja-Raja 24-25.

Sastra sejarah dari kitab ini juga cukup kompleks karena terdapat berbagai variasi dalam beragam versi Alkitab. Septuaginta yang merupakan Alkitab terjemahan Yunani, yang berasal dari abad ke-3 SM, bagian kitab Yeremia nya lebih pendek, dan susunannya berbeda dengan Alkitab Ibrani moderen. Kitab Yeremia pada Dead Sea Scrolls juga berbeda dengan Alkitab Ibrani kita saat ini. Jadi ini membuktikan bahwa kitab ini memiliki nuansa yang "terbuka" ketika di susun di masa lampau.

Di temukan 3 tema utama dari kitab ini:
1. Ucapan-ucapan yang berupa puisi yang secara umum dikaitkan dengan Yeremia.
2. Kisah biografi pendek dan narasi mengenai Yeremia, yang dikaitkan dengan asisten nya yang bernama Baruch ben Nereiah. Ia adalah juru tulis yang membantu Yeremia, dan kisah biografi ini kemungkinan ditulis oleh Baruch.
3. Catatan editorial mengenai Yeremia dengan gaya bahasa sejarawan Deuteronomis. Secara umum kitab ini memiliki hubungan dekat dengan ideologi kitab Ulangan.

Strutur kitab ini secara ringkas adalah sebagai berikut :
Bab 1-25, berisi pengenalan dan kisah mengenai panggilan Yeremia, beberapa potongan pendek nubuat, puisi, narasi biografi.
Bab 26-29, berisi beberapa kisah pertemuannya dengan nabi lain atau berbagai figur-figur otoritas.
Bab 30-33, berisi nubuat mengenai pengharapan dan penghiburan.
Bab 34-45, berisi kisah puitis sekitar masa penghancuran terakhir.
Bab 46-51, berisi nubuat terhadap berbagai bangsa, yang diakhiri dengan jatuhnya Yerusalem yang diambil dari 2 Raja-Raja. Para ahli meyakini beberapa dari nubuat ini adalah interpolasi dari penulis lain dari masa kemudian.

Yeremia memberitakan sebuah malapetaka yang tidak dapat dihindari, karena dosa bangsa yang melanggar perjanjian, dan hal itu merupakan esensi dari eksistensi bangsa.

Deskripsinya cukup jelas dan menakutkan. Ia mencela para pemimpin Israel, para nabi yang bekerja disekitar raja, dan sering ditemui oleh Yeremia. Para nabi tersebut adalah pembohong, karena mereka menubuatkan datangnya masa damai. Ia juga mencela para imam dan khususnya kepada raja Yoyakim anak Yosia.

Ia dapat dibandingkan dengan Mikha yang juga mengecam gagasan mengenai keteguhan Zion, bahwa ia tidak dapat digoyahkan untuk selamanya. Selama ketidakadilan dan penindasan terus dilakukan di Yehuda, kehadiran Bait Allah bukanlah jaminan akan keamanan. Yehuda akan menderita nasib yang pantas. Yahweh lalu memerintahkan Yeremia untuk pergi ke gerbang Bait Allah dan menyampaikan dengan apa yang dikenal sebagai "Khotbah Mengenai Bait Allah" pada :

Yeremia 7
3. Beginilah firman TUHAN semesta alam, Allah Israel: Perbaikilah tingkah langkahmu dan perbuatanmu, maka Aku mau diam bersama-sama kamu di tempat ini.
4. Janganlah percaya kepada perkataan dusta yang berbunyi: Ini bait TUHAN, bait TUHAN, bait TUHAN,
5. melainkan jika kamu sungguh-sungguh memperbaiki tingkah langkahmu dan perbuatanmu, jika kamu sungguh-sungguh melaksanakan keadilan di antara kamu masing-masing,
6. tidak menindas orang asing, yatim dan janda, tidak menumpahkan darah orang yang tak bersalah di tempat ini dan tidak mengikuti allah lain, yang menjadi kemalanganmu sendiri,

Kalimat diatas mengingatkan kita akan ayat-ayat pada kitab Ulangan serta 10 perintah Allah. Kecaman Yeremia terhadap kepercayaan yang mengakar kuat, mengenai perlindungan Yahweh atas Yerusalem, disertai rujukan sejarah yaitu kota Shiloh.

Kita mengingat ketika periode Hakim-Hakim, Tabut Perjanjian terus berpindah-pindah tempat, dan akhirnya beristirahat di Shiloh dalam pengawalan imam Eli dan anak-anaknya. Pada waktu itu orang Filistin berhasil menghancurkan kuil di Shiloh dan merebut Tabut Perjanjian Filistin.

Jadi kehadiran Tabut Perjanjian tidak menjadi jaminan. Dan keyakinan atas perlindungan Yahweh, yang tidak akan membiarkan Bait Allah, Yerusalem, dan raja yang di urapi nya untuk hancur, Yeremia mengatakan hal itu adalah sebuah ilusi.

Pesan politiknya menyerupai para nabi pendahulunya. Ia mengatakan bahwa adalah menyedihkan melihat Yehuda sibuk mencari aliansi untuk bertahan dan melawan kekuatan-kekuatan besar, hal itu adalah sia-sia. Dan secara dramatis ia menyatakan bahwa kehancuran dan perbudakan adalah hal yang tidak dapat dihindari. Ia berparade mengelilingi Yerusalem dengan memanggul tengkuk kayu ketika akan menyampaikan pesannya. Hal ini terdapat pada Yeremia 27-28.

Dalam Yeremia 27:6, ia mengklaim "Dan sekarang, Aku menyerahkan segala negeri ini ke dalam tangan hamba-Ku, yakni Nebukadnezar, raja Babel; juga binatang di padang telah Kuserahkan supaya tunduk kepadanya."

Ia mengejutkan penduduk Yerusalem, dengan perkataan ini, dan pada beberapa bagian, Yeremia mendesak raja untuk menyerah kepada kekuatan Babel, sebab itu adalah tanda kepasrahan terhadap kehendak Yahweh.

Untuk memastikan segala perkataannya, yang tidak populer, dapat dilestarikan, Yeremia menyuruh asistennya Baruch untuk mencatat segala yang diperintahkan Yahweh kepadanya. Bab 36 memberi kita informasi akan peristiwa tersebut. Ini menarik karena dalam narasi, Yahweh lah yang secara khusus memerintahkan penulisannya:

Yeremia 36
1. Dalam tahun yang keempat pemerintahan Yoyakim bin Yosia, raja Yehuda, datanglah firman ini dari Yahweh kepada Yeremia, bunyinya:
2. "Ambillah kitab gulungan dan tulislah di dalamnya segala perkataan yang telah Kufirmankan kepadamu mengenai Israel, Yehuda dan segala bangsa, dari sejak Aku berbicara kepadamu, yakni dari sejak zaman Yosia, sampai waktu ini.
...
4. Jadi Yeremia memanggil Barukh bin Neria, lalu Barukh menuliskan dalam kitab gulungan itu langsung dari mulut Yeremia segala perkataan yang telah difirmankan Yahweh kepadanya.

Pada saat ini Yeremia mengasingkan diri, karena secara politis ia tidak populer, sehingga ia memerintahkan Baruch untuk pergi ke Bait Allah dan membacakan kepada semua orang. Para pejabat melapor kepada raja, mengenai pesan subversif yang dibacakan Baruch.

Kemudian Baruch juga ikut mengasingkan diri; gulungan itu lalu disobek dan dibakar oleh raja. Dan kembali Yahweh menyuruh Yeremia itu menulis ulang firman yang telah dibakar, namun kali ini dengan beberapa tambahan.

Melihat hal tersebut, beberapa ahli biblikal, berpendapat bahwa apa yang ditulis oleh Baruch kemungkinan adalah yang kemudian menjadi isi dari bab 1-25 kitab ini. Kisah ini juga memberi kita beberapa informasi mengenai proses nubuat, yang tampaknya berupa spontanitas. Penulisan kitab Yeremia berkomitmen pada memori sang nabi.

Kita melihat Yeremia mengalami penolakan, penghinaan dan penganiayaan dari sesama orang Yahudi. Mereka memandangnya sebagai penghkhianat (karena menyarankan agar menyerah terhadap Babel), ia dicambuk, dipenjara. Dan hidup dalam persembunyian, ia mengalami permasalahan hidup pada masa yang sulit. Kita juga dapat melihat terdapat informasi mengenai keadaan emosional sang nabi, yang mana tidak kita dapat pada kitab lain. Ia sangat menderita; ia menangisi Yerusalem pada bab 8-9.

Kita dapat merasakan gejolak penderitaannya, pada kelompok ayat yang disebut sebagai "Pengakuan Yeremia" yang tersebar dalam bab 11, 12, 15, 17, 18, 20. Beberapa orang mempertanyakan keasliannya, namun hal tersebut menggambarkan potret yang menarik dari Yeremia. Ia mengutuk hari ia dilahirkan; ia menuduh Yahweh telah menipunya, karena menyuruhnya untuk menjadi utusan Yahweh namun hanya mendapatkan penghinaan dan rasa malu, dan ia tidak dapat menanggungnya. Namun firman Yahweh yang berkecamuk dalam dirinya mengharuskan ia bernubuat, dan ia merasakan lebih baik tidak dilahirkan dari pada merasakan penderitaan tiada henti. Berikut ayat-ayat tersebut:

Yeremia 20:7-18
7. Engkau telah membujuk aku, ya Yahweh, dan aku telah membiarkan diriku dibujuk; Engkau terlalu kuat bagiku dan Engkau menundukkan aku. Aku telah menjadi tertawaan sepanjang hari, semuanya mereka mengolok-olokkan aku.
8. Sebab setiap kali aku berbicara, terpaksa aku berteriak, terpaksa berseru: "Kelaliman! Aniaya!" Sebab firman Yahweh telah menjadi cela dan cemooh bagiku, sepanjang hari.
9. Tetapi apabila aku berpikir: "Aku tidak mau mengingat Dia dan tidak mau mengucapkan firman lagi demi nama-Nya", maka dalam hatiku ada sesuatu yang seperti api yang menyala-nyala, terkurung dalam tulang-tulangku; aku berlelah-lelah untuk menahannya, tetapi aku tidak sanggup.
10. Aku telah mendengar bisikan banyak orang: "Kegentaran datang dari segala jurusan! Adukanlah dia! Kita mau mengadukan dia!" Semua orang sahabat karibku mengintai apakah aku tersandung jatuh: "Barangkali ia membiarkan dirinya dibujuk, sehingga kita dapat mengalahkan dia dan dapat melakukan pembalasan kita terhadap dia!"
11. Tetapi Yahweh menyertai aku seperti pahlawan yang gagah, sebab itu orang-orang yang mengejar aku akan tersandung jatuh dan mereka tidak dapat berbuat apa-apa. Mereka akan menjadi malu sekali, sebab mereka tidak berhasil, suatu noda yang selama-lamanya tidak terlupakan!
12. Ya Yahweh semesta alam, yang menguji orang benar, yang melihat batin dan hati, biarlah aku melihat pembalasan-Mu terhadap mereka, sebab kepada-Mulah kuserahkan perkaraku.
13. Menyanyilah untuk Yahweh, pujilah Yahweh! Sebab ia telah melepaskan nyawa orang miskin dari tangan orang-orang yang berbuat jahat.
14. Terkutuklah hari ketika aku dilahirkan! Biarlah jangan diberkati hari ketika ibuku melahirkan aku!
15. Terkutuklah orang yang membawa kabar kepada bapaku dengan mengatakan: "Seorang anak laki-laki telah dilahirkan bagimu!" yang membuat dia bersukacita dengan sangat.
16. Terjadilah kepada hari itu seperti kepada kota-kota yang ditunggangbalikkan Yahweh tanpa belas kasihan! Didengarnyalah kiranya teriakan pada waktu pagi dan hiruk-pikuk pada waktu tengah hari!
17. Karena hari itu tidak membunuh aku selagi di kandungan, sehingga ibuku menjadi kuburanku, dan ia mengandung untuk selamanya!
18. Mengapa gerangan aku keluar dari kandungan, melihat kesusahan dan kedukaan, sehingga hari-hariku habis berlalu dalam malu?

Yang menarik adalah walau Yeremia mengkritik sangat keras para kelompok otoritas & keagaamaan (seperti para pemuka istana, juru tulis, para nabi, para imam) dan menyebut mereka sebagai pembohong, namun kata-kata Yeremia dilestarikan oleh para juru tulis istana, yakni para editor Deuteronomis.

Setelah kejatuhan Yehuda, Yeremia menyingkir ke negeri Mesir dan wafat di sana. Dia tidak berhenti dari pekerjaannya, di mana ia terus mengecam orang-orang. Kita memiliki catatan tentang bagaimana ia mencela orang-orang Yehuda yang mengungsi di Mesir karena menyembah ratu surga:

Yeremia 44
1. Firman yang datang kepada Yeremia untuk semua orang Yehuda yang diam di tanah Mesir, di Migdol, di Tahpanhes, di Memfis dan di tanah Patros:
...
8. Mengapa kamu mau menimbulkan sakit hati-Ku dengan perbuatan tanganmu, yakni membakar korban kepada allah lain di tanah Mesir yang kamu masuki untuk tinggal sebagai orang asing di sana? Mengapa kamu mau menjadi kutuk dan aib di antara segala bangsa di bumi?
...
18. Tetapi sejak kami berhenti membakar korban dan mempersembahkan korban curahan kepada ratu sorga, maka kami kekurangan segala-galanya dan kami dihabiskan oleh pedang dan kelaparan
...
29. Inilah tanda bagimu, demikianlah firman TUHAN, bahwa Aku akan menghukum kamu di tempat ini, supaya kamu mengetahui bahwa perkataan-perkataan-Ku terhadap kamu akan sungguh-sungguh terwujud untuk kecelakaanmu.
30. Beginilah firman TUHAN: Sesungguhnya, Aku menyerahkan Firaun, Hofra, raja Mesir, ke dalam tangan musuhnya dan ke dalam tangan orang-orang yang berusaha mencabut nyawanya, sama seperti Aku telah menyerahkan Zedekia, raja Yehuda, ke dalam tangan Nebukadnezar, raja Babel, musuhnya yang berusaha mencabut nyawanya."


Bab 7. Fitur Unit Dari Pesang Penghiburan Yeremia.

Seperti para nabi sebelumnya, Yeremia juga menyeimbangi pesan-pesannya dengan penghiburan, ada beberapa fitur yang menarik dan unik dari penghiburan ala Yeremia. Bagian itu dapat ditemukan pada bab 30-33 di mana terdapat nubuat penuh pengharapan. Dia membayangkan sebuah restorasi; masa pembuangan akan berakhir, dan sebuah fakta menarik adalah Yeremia adalah satu-satu nya yang mengutarakan, masa waktu dari kekuasaan para bangsa Babel, selama 70 tahun.

Yeremia di Yerusalem menulis surat kepada orang buangan gelombang pertama di babel pada tahun 597 SM, hal ini dapat ditemukan pada Yeremia 29, ia berisi nasehat yang luar biasa, ia menyarankan orang buangan ini untuk menetap dan tinggal disana menanti waktu untuk kembali. Ada batas waktu mereka berada disana. Dia juga memperingatkan mereka untuk tidak mendengarkan para nabi palsu yang mengatakan bahwa mereka akan kembali dengan segera, itu adalah penipuan. Orang Yehuda ini harus melayani raja Babel agar terus hidup.

Yeremia 29:4-7
4. "Beginilah firman TUHAN semesta alam, Allah Israel, kepada semua orang buangan yang diangkut ke dalam pembuangan dari Yerusalem ke Babel:
5. Dirikanlah rumah untuk kamu diami; buatlah kebun untuk kamu nikmati hasilnya;
6. ambillah isteri untuk memperanakkan anak laki-laki dan perempuan; ambilkanlah isteri bagi anakmu laki-laki dan carikanlah suami bagi anakmu perempuan, supaya mereka melahirkan anak laki-laki dan perempuan, agar di sana kamu bertambah banyak dan jangan berkurang!
7. Usahakanlah kesejahteraan kota ke mana kamu Aku buang, dan berdoalah untuk kota itu kepada TUHAN, sebab kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu.

Dengan kata lain pesan ini adalah, mereka masih menetap untuk jangka waktu yang lama, dan jangan tertipu oleh ucapan para nabi palsu yang mengatakan bahwa waktu kembali sudah dekat. Yahweh memiliki rencana lain. Dan itu adalah rencana baik bukan kehancuran, dan itu adalah memberikan masa depan yang penuh pengharapan.

Setelah 70 tahun, kata Yeremia, akan ada perang besar, dan semua bangsa akan kembali ke tanah air mereka, termasuk Yehuda & Israel. Zion akan diakui sebagai kota suci dan dinasti Daud akan kembali memerintah. Sebuah perjanjian baru akan dibuat oleh Israel. Dan kali ini itu adalah perjanjian yang akan terukir di hati, dan menjadi sifat manusia.

Yeremia 31:31-34
31. Sesungguhnya, akan datang waktunya, demikianlah firman Yahweh, Aku akan mengadakan perjanjian baru dengan kaum Israel dan kaum Yehuda,
32. bukan seperti perjanjian yang telah Kuadakan dengan nenek moyang mereka pada waktu Aku memegang tangan mereka untuk membawa mereka keluar dari tanah Mesir; perjanjian-Ku itu telah mereka ingkari, meskipun Aku menjadi tuan yang berkuasa atas mereka, demikianlah firman Yahweh.
33. Tetapi beginilah perjanjian yang Kuadakan dengan kaum Israel sesudah waktu itu, demikianlah firman Yahweh: Aku akan menaruh Taurat-Ku dalam batin mereka dan menuliskannya dalam hati mereka; maka Aku akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi umat-Ku.
34. Dan tidak usah lagi orang mengajar sesamanya atau mengajar saudaranya dengan mengatakan: Kenallah Yahweh! Sebab mereka semua, besar kecil, akan mengenal Aku, demikianlah firman Yahweh, sebab Aku akan mengampuni kesalahan mereka dan tidak lagi mengingat dosa mereka."

Ini adalah gagasan yang luar biasa. Ia nampaknya mengungkapkan beberapa ketidakpuasan dengan unsur kehendak bebas pada manusia, dan dinyatakan sebagai sangat penting dalam Alkitab.

Kehendak bebas yang bisa menjatuhkan pilihan pada hal yang buruk dan menimbulkan ketidak-taatan serta kejahatan. Yeremia menjadi kewalahan karena hal itu. Sehingga dalam inspirasi yang ideal dan utopis, yang walau tidak menghilangkan kehendak bebas, ia menggambarkan situasi di mana manusia di desain untuk mematuhi perjanjian Yahweh. Ini adalah hal yang akan dikembangkan dalam kitab berikutnya.

Terdapat sebuah bagian yang indah di mana Yeremia menggambarkan masa restorasi dari Bait Allah. Menyajikan persembahan (lagi), menyanyikan mazmur dan pujian, dan ini sangat kontras dengan

Yeremia 25:10
Aku akan melenyapkan dari antara mereka suara kegirangan dan suara sukacita, suara pengantin laki-laki dan pengantin perempuan, bunyi batu kilangan dan cahaya pelita.

dan

Yeremia 33:10-11
10. Beginilah firman yahweh: Di tempat ini, yang kamu katakan telah menjadi reruntuhan tanpa manusia dan tanpa hewan, di kota-kota Yehuda dan di jalan-jalan Yerusalem yang sunyi sepi itu tanpa manusia, tanpa penduduk dan tanpa hewan,
11. akan terdengar lagi suara kegirangan dan suara sukacita, suara pengantin laki-laki dan suara pengantin perempuan, suara orang-orang yang mengatakan: Bersyukurlah kepada Yahweh semesta alam, sebab Yahweh itu baik, bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya!, sambil mempersembahkan korban syukur di rumah Yahweh. Sebab Aku akan memulihkan keadaan negeri ini seperti dahulu, firman yahweh.

Ringkasan Akhir.

Berikut ringkasan mengenai para nabi yang hidup di masa akhir kehancuran (sebelum kita membahas mengenai masa di pengasingan pada kuliah mendatang):

Kejatuhan Yerusalem menghancurkan fondasi dari negara dan wilayah, serta budaya dan keagamaan Israel. Bangsa Babel telah membakar Bait Allah hingga rata dengan tanah, mereka mendeportasi penduduk Yerusalem menuju pengasingan di babel, dan hanya menyisakan orang-orang kelas bawah untuk bercocok tanam, mereka hanya mendeportasi orang-orang yang memiliki keahlian dan berpendidikan, hal ini untuk mencegah timbulnya pemberontakan.

Peristiwa itu adalah akhir dari rentetan tragedi yang telah dimulai berabad-abad sebelumnya, dan ditafsirkan sebagai penggenapan dari kutukan perjanjian. Ini adalah akhir dari monarki dinasti Daud. Walaupun sejarawan Deuteronomis menutup peristiwa ini dengan anak raja Yoyakim masih tetap hidup dan tinggal di Babel, ini seperti memberi pengharapan bahwa garis keturunan itu tidak benar-benar musnah.

Sekarang semua institusi di Yehuda telah berakhir, akhir dari kuil, para imam, dan Israel sebagai bangsa. Hal ini adalah sebuah ujian besar bagi Israel. Dan pilihan untuk membaca peristiwa ini adalah, Yahweh telah meninggalkan mereka, atau kah Yahweh telah dikalahkan oleh dewa Marduk, sesembahan bangsa Babel. Dan Israel berasimilasi terhadap negeri baru mereka. Tentu saja terdapat orang Israel yang mengarah pada jalan ini, namun sebagian yang lain, yang memiliki akar kuat akan Yahwinisme  tidak akan berpaling, dan orang-orang ini lah yang meninggalkan kita literatur Alkitab.

Bagaimana kepercayaan ini bisa bertahan hidup, diluar dari kerangka budaya nasional Israel, yang jauh dari Bait Allah dan tanah air mereka, yang telah terbuang dan tersebar di beberapa wilayah? Dapatkan keagamaan Israel bertahan hidup tanpa fondasi dan institusi dan berada di negeri asing, ataukah musnah seperti keagamaan nasional bangsa lain? Kita akan mendengar rintihan pilu dan keputusasaan, yang mereka alami saat itu dalam ayat-ayat kitab Mazmur.

Mazmur 137:1-6
1. Di tepi sungai-sungai Babel, di sanalah kita duduk sambil menangis, apabila kita mengingat Sion.
2. Pada pohon-pohon gandarusa di tempat itu kita menggantungkan kecapi kita.
3. Sebab di sanalah orang-orang yang menawan kita meminta kepada kita memperdengarkan nyanyian, dan orang-orang yang menyiksa kita meminta nyanyian sukacita: "Nyanyikanlah bagi kami nyanyian dari Sion!"
4. Bagaimanakah kita menyanyikan nyanyian TUHAN di negeri asing?
5. Jika aku melupakan engkau, hai Yerusalem, biarlah menjadi kering tangan kananku!
6. Biarlah lidahku melekat pada langit-langitku, jika aku tidak mengingat engkau, jika aku tidak jadikan Yerusalem puncak sukacitaku!

Ini adalah pesan dari para nabi yang membantu beberapa orang Israel (Yehuda) untuk memahami situasi mereka, dan cara ini membuat mereka berbeda dan menjadi resisten terhadap asimilasi. Dan mungkin ini adalah alasan untuk melestarikan tulisan-tulisan para nabi, meskipun mereka dahulu dihina dan diacuhkan pada masa hidup mereka sendiri.

Yahweh tidak dikalahkan! Klaim mereka. Bencana besar yang menimpa bangsa bukanlah menggugurkan kekuasaan dan perjanjian-Nya, malah itu adalah bukti. Para nabi telah berkata benar, ketika mereka mengatakan bahwa kehancuran akan menimpa jika orang-orang tidak berpaling dari segala pelanggaran terhadap perintah Yahweh.

Jadi, bukannya kehilangan iman kepada Yahweh, kekalahan dan pengasingan jika dilihat dari sudut pandang para nabi, memiliki potensi untuk meyakinkan orang-orang Yahudi, akan sebuah kebutuhan untuk menunjukkkan pengabdian mutlak dan tak terbagi kepada Yahweh dan perintah-Nya, sehingga paradoks terbesar mengenai keputusasaan nasional dapat diubah oleh para nabi menjadi sebuah kesempatan untuk pembaharuan iman.

Kontribusi terbesar dari para nabi adalah penekanan mereka pada keinginan Yahweh akan nilai moralitas seperti yang tertuang dalam perjanjian kuno. Kontribusi terbesar Yeremia adalah pada desakan perjanjian yahweh yang kekal dengan umat-nya, bahkan jika mereka berada di luar dari tanah perjanjian, dan meskipun telah kehilangan simbol-simbol keagamaan bangsa seperti Bait Allah, kota suci, dinasti Daud.

Penekanan bahwa hubungan orang yang setia dengan Yahweh tidak akan hancur, bahkan di negeri asing/penyembah berhala, ketika ditambahkan kedalam gagasan Yeremia mengenai sebuah perjanjian yang baru, orang-orang di pembuangan ini menemukan sebuah ide baru yang akan mengubah bangsa Israel kedalam agama Yahudi atau Yudaisme.

Berikutnya kita akan membahas 2 nabi pada periode setelah kehancuran yang membantu bangsa ini merumuskan sebuah respon yang layak atas tragedi yang telah menimpa mereka. Ini adalah titik dimana kita akan mulai menggunakan istilah Yudaisme.

Kembali ke Index Artikel

Kamis, 22 Desember 2016

Pengantar Alkitab Ibrani (17)

Kuliah 17 - Kitab Para Nabi-Nabi Kemudian: Hosea dan Yesaya [November 6, 2006]

Bab 1. Latar Belakang Historis dan Tema Utama Kitab Hosea.

Nabi Hosea adalah penduduk asli kerajaan utara, Israel. Jadi kita menemukan Amos dan Hosea sebagai nabi di kerajaan utara, Israel, dan mereka akan diasosiasikan dengan krisis Ashur. Dia bernubuat pada zaman Yerobeam II (bin Yoas) - 781-741 SM, ada yang mengatakan ia berkuasa hingga tahun 747 SM, dan raja terakhir Israel juga kebetulan bernama Hosea, jadi jangan tertukar dengan nabi Hosea.

Diperkirakan nabi Hosea bernubuat di sekitar tahun 720an, 730an atau 740an SM, dan ia tidak menyaksikan keruntuhan kejatuhan Israel. Hosea dianggap oleh banyak para ahli sebagai kitab nubuat yang paling sulit dipelajari. Penggunaan bahasa Ibraninya sangat rumit dan kadang-kadang tampak kacau. Ini sangat sulit untuk dipahami.

Namun secara strutural, kita dapat membagi kitab ini menjadi 2 bagian utama.

1. Bab 1-3
Yang menceritakan tentang pernikahan Hosea terhadap seorang pelacur bernama Gomer. Pernikahan ini adalah metafora untuk hubungan Israel dengan Yahweh. Dan pada bab ini juga mengandung gugatan (riv).

2. Bab 4-14 :
Berisi berbagai nubuat, nubuat terhadap berbagai bangsa juga terhadap kerajaan Israel.

Fokus utama kita pada bagian pertama (bab 1-3) karena ia sangat khas untuk Hosea, dan sesekali ke beberapa bab lain dimana hal itu adalah tema utama kitab Hosea.

Latar belakan kitab Hosea adalah ancaman bangsa Ashur yang telah memusnahkan sejumlah negara-negara kecil di Mesopotamia kuno pada pertengahan abad ke-8 SM. Dan kerajaan Israel tidak lah jauh dari jangkauan mereka.

Hal yang dilakukan oleh Hosea adalah mengutuk percobaan yang telah dilakukan oleh berbagai raja-raja Israel, untuk bertahan atau melawan atau menghindari serbuan Ashur.

Jika bangsa Ashur berkehendak untuk menaklukkan Israel, maka menurut Hosea itu adalah penghukuman dari Yahweh. Dan untuk melawan hal tersebut, sama seperti menghindari sesuatu yang tidak terelakkan, itu hanyalah sebuah penolakan terhadap Yahweh. Penolakan terhadap rencana dan tujuan Yahweh. Ini menunjukkan kurangnya kepercayaan atau imam akan kuasa Yahweh.

Hosea 10:13
Kamu telah membajak kefasikan, telah menuai kecurangan, telah memakan buah kebohongan. Oleh karena engkau telah mengandalkan diri pada keretamu, pada banyaknya pahlawan-pahlawanmu,

Ayat diatas merinci konsekuensi dari bencana akibat percaya pada kekuasaan manusia atau bantuan dari negeri asing dibanding percaya pada Yahweh.

Tema ini akan kita lihat berulang kali. Hosea lebih menyarankan sikap kepasrahan, dan hal ini pasti dilihat oleh raja dan orang istana sebagai tidak masuk akal. Namun Hosea mengatakan bahwa Israel dihadapkan pada pilihan, dimana ia harus menempatkan kepercayaannya? Kepasa Yahweh? Atau pada manusia dan tentara mereka?

Hosea 1:6-7
6.... sebab Aku tidak akan menyayangi lagi kaum Israel, dan sama sekali tidak akan mengampuni mereka.
7. Tetapi Aku akan menyayangi kaum Yehuda dan menyelamatkan mereka demi Yahweh, Allah mereka. Aku akan menyelamatkan mereka bukan dengan panah atau pedang, dengan alat perang atau dengan kuda dan orang-orang berkuda."

Jadi Hosea menunjukkan bahwa ada harapan jika melihat kerajaan selatan, namun kerajaan utara telah membuat pilihan dan itu adalah pilihan yang salah. Beberapa ahli biblikal melihat hal ini sebagai interpolasi dari masa kemudian; yang memiliki pandangan positif tentang kerajaan selatan.

Namun bencana ini adalah sesuatu yang tak terhindarkan, dan ini menggema diseluruh kitab Hosea, dan Hosea menggambarkan potret suram ini sebagai situasi yang tanpa harapan bagi Israel, dia harus membayar harga untuk perselingkuhannya terhadap Yahweh.

Hosea 8:6-8
6. orang-orang Israel itu? Itu dibuat oleh tukang, dan itu bukan Allah! Sungguh, akan menjadi serpih anak lembu Samaria itu!
7. Sebab mereka menabur angin, maka mereka akan menuai puting beliung; gandum yang belum menguning tidak ada pada mereka; tumbuh-tumbuhan itu tidak menghasilkan tepung; dan jika memberi hasil, maka orang-orang lain menelannya.
8. Israel sudah ditelan;sekarang mereka itu ada di antara bangsa-bangsa seperti barang yang tidak disukai orang.

Beberapa tema dari kitab ini, memiliki hubungan dengan kitab Ulangan. Yaitu tema perjanjian. Pihak yang berdaulat dalam perjanjian (sinai) adalah Yahweh, dan Israel sebagaimana negeri vassal harus menempatkan loyalitas dan kepercayaannya kepada Yahweh. Segala bentuk aliansi dengan negeri asing, misalnya aliansi dengan Mesir dalam melawan Ashur, adalah pelanggaran terhadap perjanjian itu.

Bahwa telah terjadi perjanjian eksklusif antara Yahweh dengan Israel. Dan ia tidak boleh bergantung pada kekuatan militer, namun bergantung pada kedaulatan kekuasaan Yahweh untuk menyelamatkan vassalnya yaitu Israel.

Tema perjanjian juga ditemukan dalam bentuk kecaman Hosea terhadap ketidakadilan sosial dan kerusakan moral, tentu saja ini merupakan tema umum setiap kitab nabi klasik. Di sini Hosea mengikuti Amos, namun ia yang pertama kali melakukan gugatan atau riv dalam bentuk formal. Di mana Yahweh dikatakan membawa perkara (gugatan) terhadap Israel karena telah melanggar perjanjian:

Hosea 4:1-3
1. Dengarlah firman Yahweh, hai orang Israel, sebab Yahweh mempunyai perkara [gugatan] dengan penduduk negeri ini, sebab tidak ada kesetiaan dan tidak ada kasih, dan tidak ada pengenalan akan Allah di negeri ini.
2. Hanya mengutuk, berbohong, membunuh, mencuri, berzinah, melakukan kekerasan dan penumpahan darah menyusul penumpahan darah.
3. Sebab itu negeri ini akan berkabung, dan seluruh penduduknya akan merana; juga binatang-binatang di padang dan burung-burung di udara, bahkan ikan-ikan di laut akan mati lenyap.

Tidak seperti Amos, Hosea melancarkan kecaman berkepanjangan terhadap ketidaksetiaan Israel terhadap Yahweh, yang dimetaforakan dalam istilah perzinahan. Dan disini tema perjanjian sangat dominan digunakan dalam kitab nabi klasik. Dan metafora akan ketidaksetiaan Israel adalah pernikahan, hubungan suami dan istri. Dan sangat nampak pada Hosea 1-3, Israel digambarkan sebagai istri yang telah berzinah dan tidak setia.

Hosea 1:2-3
2. Ketika Yahweh mulai berbicara dengan perantaraan Hosea, berfirmanlah Ia kepada Hosea: "Pergilah, kawinilah seorang perempuan sundal dan peranakkanlah anak-anak sundal, karena negeri ini bersundal hebat dengan membelakangi Yahweh."
3. Maka pergilah ia dan mengawini Gomer binti Diblaim, lalu mengandunglah perempuan itu dan melahirkan baginya seorang anak laki-laki.

Penceritaan dibuat dalam sudut pandang orang ketiga, mengenai Yahweh yang memerintahkan Hosea untuk menikahi seorang perempuan sundal, sebagai simbol pernikahan Yahweh sendiri dengan Israel, istri yang tidak setia. Demikian lah ia menikahi Gomer dan melahirkan 3 anak dengan nama yang bernada sial. Nama-nama ini adalah simbol dari kemarahan Yahweh terhadap perselingkuhan Israel.

Hosea 1:4-5
4. Kemudian berfirmanlah TUHAN kepada Hosea: "Berilah nama Yizreel kepada anak itu, sebab sedikit waktu lagi maka Aku akan menghukum keluarga Yehu karena hutang darah Yizreel dan Aku akan mengakhiri pemerintahan kaum Israel.
5. Maka pada waktu itu Aku akan mematahkan busur panah Israel di lembah Yizreel."

Yizreel karena Yahweh berencana untuk menghukum Yehu, yang telah membantai keluarga Ahab. Meskipun Ahab bukanlah orang yang dikasihi Yahweh. Yehu akan dihukum di Yizreel di mana pembantaian itu terjadi.

Hosea 1:6-9
6. Lalu perempuan itu mengandung lagi dan melahirkan seorang anak perempuan. Berfirmanlah TUHAN kepada Hosea: "Berilah nama Lo-Ruhama kepada anak itu, sebab Aku tidak akan menyayangi lagi kaum Israel, dan sama sekali tidak akan mengampuni mereka.
7. Tetapi Aku akan menyayangi kaum Yehuda dan menyelamatkan mereka demi TUHAN, Allah mereka. Aku akan menyelamatkan mereka bukan dengan panah atau pedang, dengan alat perang atau dengan kuda dan orang-orang berkuda."
8. Sesudah menyapih Lo-Ruhama, mengandunglah perempuan itu lagi dan melahirkan seorang anak laki-laki.
9. Lalu berfirmanlah Ia: "Berilah nama Lo-Ami kepada anak itu, sebab kamu ini bukanlah umat-Ku dan Aku ini bukanlah Allahmu."

Lo-Ruhama, dan Lo-Ami adalah tanda bahwa Yahweh telah menceraikan ikatan perjanjian, dan menolak Israel sebagai umat-Nya. Ini adalah sebuah bentuk penolakan yang mengejutkan dan keras.

Bab 3 berkisah menggunakan sudut pandang orang pertama (Hosea sebagai orang pertama), dimana Yahweh berfirman padanya. Bahwa ia harus rujuk dengan Gomer, dan kembali menebusnya, untuk kembali berekonsiliasi.

Hosea 3:1-5
1. Berfirmanlah TUHAN kepadaku: "Pergilah lagi, cintailah perempuan yang suka bersundal dan berzinah, seperti TUHAN juga mencintai orang Israel, sekalipun mereka berpaling kepada allah-allah lain dan menyukai kue kismis."
2. Lalu aku membeli dia bagiku dengan bayaran lima belas syikal perak dan satu setengah homer jelai.
3. Aku berkata kepadanya: "Lama engkau harus diam padaku dengan tidak bersundal dan dengan tidak menjadi kepunyaan seorang laki-laki; juga aku ini tidak akan bersetubuh dengan engkau."
4. Sebab lama orang Israel akan diam dengan tidak ada raja, tiada pemimpin, tiada korban, tiada tugu berhala dan tiada efod dan terafim.
5. Sesudah itu orang Israel akan berbalik dan akan mencari TUHAN, Allah mereka, dan Daud, raja mereka. Mereka akan datang dengan gementar kepada TUHAN dan kepada kebaikan-Nya pada hari-hari yang terakhir.

Dan dalam gambaran mengenai rekonsiliasi kita melihat sebuah konsep lain dari perjanjian muncul kembali, yang sangat menonjol dalam kitab Ulangan. Di mana sebagai mitra dari perjanjian, Yahweh sangat mengasihi Israel, dan merindukan kesetiannya. Dan satu kata dipakai berulang-ulang adalah "hesed" yang dalam bahasa Ibrani berarti kasih setia. Rekonsiliasi yang diinginkan Yahweh adalah kepatuhan Israel kepada perjanjian, seperti hal nya Hosea yang rujuk dan berdamai dengan istrinya yang tidak setia. Dan Hosea membayangkan nostalgia di padang gurun. Yahweh yang membayangkan - adalah sangat indah jika bisa kembali ke padang gurun dan membuat perjanjian lagi, dan kali adalah menjadi permanen, sebuah pernikahan kekal. Dan 3 anak yang dibuang saat lahir, mereka akan ditebus dan diambil kebali oleh ayah mereka. Ini adalah yang terkandung pada bagian ini. Dan rekonsiliasi Hosea :

Hosea 2:14-23
14. (2-13) "Sebab itu, sesungguhnya, Aku ini akan membujuk dia, dan membawa dia ke padang gurun, dan berbicara menenangkan hatinya.
15. (2-14) Aku akan memberikan kepadanya kebun anggurnya dari sana, dan membuat lembah Akhor menjadi pintu pengharapan. Maka dia akan merelakan diri di sana seperti pada masa mudanya, seperti pada waktu dia berangkat keluar dari tanah Mesir.

{*
Ini adalah periode Keluaran dan pengembaraan di padang gurun, yang secara romantis dibayangkan, dari sebuah hubungan yang sangat baik dan dekat antara Yahweh dan Israel.
*}

16. (2-15) Maka pada waktu itu, demikianlah firman TUHAN, engkau akan memanggil Aku: Suamiku, dan tidak lagi memanggil Aku: Baalku!
17. (2-16) Lalu Aku menjauhkan nama para Baal dari mulutmu, maka nama mereka tidak lagi disebut.

{*
Ini adalah sebuah pelesetan. Karena kedua kata itu dapat berarti suamiku. Ishi berarti "suami ku," dan Baali / Baalku yang berarti "tuanku." Seorang wanita harus menggunakan 2 kalimat itu untuk suami mereka. Namun Baal secara jelas berkonotasi dengan dewa Baal. Jadi sebagai ganti dari memanggil "Baali", "Baalku," engkau memanggilku "ishi", "suami ku," yang lepas dari konotasi Baal.
*}

18. (2-17) Aku akan mengikat perjanjian bagimu pada waktu itu dengan binatang-binatang di padang dan dengan burung-burung di udara, dan binatang-binatang melata di muka bumi; Aku akan meniadakan busur panah, pedang dan alat perang dari negeri, dan akan membuat engkau berbaring dengan tenteram.
19. (2-18) Aku akan menjadikan engkau isteri-Ku untuk selama-lamanya dan Aku akan menjadikan engkau isteri-Ku dalam keadilan dan kebenaran, dalam kasih setia dan kasih sayang.
20. (2-19) Aku akan menjadikan engkau isteri-Ku dalam kesetiaan, sehingga engkau akan mengenal TUHAN.
21. (2-20) Maka pada waktu itu, demikianlah firman TUHAN, Aku akan mendengarkan langit, dan langit akan mendengarkan bumi.
22. (2-21) Bumi akan mendengarkan gandum, anggur dan minyak, dan mereka ini akan mendengarkan Yizreel.
23. (2-22) Aku akan menaburkan dia bagi-Ku di bumi, dan akan menyayangi Lo-Ruhama, dan Aku berkata kepada Lo-Ami: Umat-Ku engkau! dan ia akan berkata: Allahku!"

Yizreel adalah sebuah lembah yang subur dan tidak menjadi tempat peperangan dan kematian. Jadi Hosea tidak melulu sebuah kesuraman. Ia juga memberikan sebuah gambaran tentang pengharapan, penghiburan dan rekonsiliasi. Bagi yang tersisa dan bertahan dari kehancuran yang tak terelakkan. Jadi kita telah melihat 2 tradisi dari para nabi seperti Amos dan Hosea yang menggambarkan dalam pesan mereka gabungan kehancuran pada satu sisi dan pengharapan pada sisi lain.

Bab 2. Kiamat dan Pengharapan sebagai 2 Konsep Perjanjian.

Sebenarnya, apa yang dilakukan nabi-nabi ini adalah menggambarkan 2 konsepsi dari perjanjian, yang mana telah kita lihat pada materi kuliah mengenai Pentatukh hingga Samuel. Di satu sisi mereka mengakui terdapat sebuah perjanjian antara Yahweh dan para leluhur, serta perjanjian dengan dinasti Daud. Perjanjian ini yang menjadi dasar keyakinan bahwa Yahweh tidak pernah meninggalkan umat-Nya. Dan perjanjian Sinai adalah perjanjian bersyarat, ia membutuhkan ketaatan rakyat terhadap hukum moral, agama dan sipil. Dan terdapat ancaman hukuman untuk pelanggaran.

Jadi para nabi ini menggunakan tema tersebut, bahwa Israel telah melanggar perjanjian Sinai dan kutukan akan diterapkan yaitu kehancuran nasional dan pembuangan. Namun pemisahan dari Yahweh tidak lah abadi, karena ia dapat berekonsialisi sebagaimana perjanjian Yahweh terhadap Abraham dan Daud, maka Israel akan tetap menjadi umat Yahweh selamanya meskipun terdapat pemisahan yang bersifat sementara.

Gagasan mengenai pemilihan, adalah sebuah tindakan yang mana Israel tidaklah layak, hal itu murni sebagai cinta Yahweh bukan karena kebaikan mereka, ini adalah inti dari pesan para nabi mengenai penghiburan. Sebagaimana Hosea menggunakan metafora hubungan suami istri antara Yahweh dan Israel, untuk merujuk pada perjanjian. Dan hubungan antara orang-tua dan anak, untuk merujuk pada kewajiban untuk mendisiplinkan anak, namun ia tidak pernah menjauhkan anak itu. Jadi ini adalah model yang digunakan oleh para nabi klasik.

Hosea 11:1-4, 8-9
1. Ketika Israel masih muda, Kukasihi dia, dan dari Mesir Kupanggil anak-Ku itu.
2. Makin Kupanggil mereka, makin pergi mereka itu dari hadapan-Ku; mereka mempersembahkan korban kepada para Baal, dan membakar korban kepada patung-patung.
3. Padahal Akulah yang mengajar Efraim {* mengacu pada Israel *}berjalan dan mengangkat mereka di tangan-Ku, tetapi mereka tidak mau insaf, bahwa Aku menyembuhkan mereka.
4. Aku menarik mereka dengan tali kesetiaan, dengan ikatan kasih. Bagi mereka Aku seperti orang yang mengangkat kuk dari tulang rahang mereka; Aku membungkuk kepada mereka untuk memberi mereka makan.
...
8. Masakan Aku membiarkan engkau, hai Efraim, menyerahkan engkau, hai Israel? Masakan Aku membiarkan engkau seperti Adma, membuat engkau seperti Zeboim? Hati-Ku berbalik dalam diri-Ku, belas kasihan-Ku bangkit serentak.
9. Aku tidak akan melaksanakan murka-Ku yang bernyala-nyala itu, tidak akan membinasakan Efraim kembali. Sebab Aku ini Allah dan bukan manusia, Yang Kudus di tengah-tengahmu, dan Aku tidak datang untuk menghanguskan.

Kita melihat ayat-ayat yang seakan menolak kekerasan, dan cenderung kepada kelembutan dan cinta serta rekonsiliasi. Nabi menggambarkan perkolakan dalam batin Yahweh. Yakni perasaan seorang kekasih yang sedang murka karena cemburu dan kasih yang tak pernah padam.

Bab 3. Konteks Sejarah dalam Struktur Kitab Yesaya.

Sekarang kita berpindah ke nabi di wilayah selatan, Yehuda. kitab Yesasa adalah kitab nabi klasik yang paling panjang. Penafsiran pada banyak ayat-ayat nya sebagai simbolis yang merujuk kepada Yesus, membuat kitab ini yang paling banyak dikutip  oleh orang Kristen. Yesaya adalah kontemporer (hidup sezaman) dengan Amos dan Hosea. Ia aktif dalam waktu yang cukup panjang sekitar tahun 740 SM - 698/576 SM (64 tahun berkarir sebagai nabi). Ia bernubuat di kerajaan Yehuda ketika kekaisaran Ashur  menghancurkan kerajaan utara pada tahun 722 SM, yang juga sempat mengancam Yehuda. Dan ia bernubuat kurang lebih 50-64 tahun, jadi ia aktif berkonsultasi dengan berbagai raja Yehuda (sejak raja Uzia->Yotham->Ahas->Hizkia->Manasseh). Ia menasehati mereka dalam 2 pengepungan, yaitu pengepungan pada tahun 734 SM, pada masa raja Ahas, dan pengepungan tahun 701 SM, pada masa raja Hizkia bin Ahas.

Mengetahui latar belakang sejarah mengenai pengepungan ini penting untuk memahami kitab ini. Kita memiliki sumber arkeologi yang bagus tentang peristiwa ini, juga dalam naskah sejarah Ashur. Pada tahun 734 SM bangsa Ashur dibawah kepemimpinan Tiglath-Pileser, mereka memperluas kendali mereka pada wilayah ini (Israel-Yehuda-Aram) dan mereka datang dari arah timur-laut.

Pertama mereka mengancam Aram di Suriah, hingga mencapai kerajaan utara, Israel. Aram dan Israel, kemudian bergabung bersama dalam sebuah aliansi untuk menghadang laju tentara Ashur. Yehuda menolak untuk bergabung dalam aliansi. Dalam kemarahan Aram dan Israel bergerak ke selatan dan mengepung Yerusalem pada tahun 734 SM. Mereka memaksa Yhuda untuk melawan Ashur, namun raja Ahaz dari Yehuda memutuskan untuk meminta bantuan Ashur, dan ia menyatakan tunduk kepada Tiglath-Pileser, serta membayar upeti serta menjadi negeri vassal, terdapat catatan di Ashur tentang pembayaran upeti pada tahun 734 SM ini. Dan tindakan ini dikutuk oleh para penulis Alkitab. Sejarawan Deuteronomis mengecam dalam 2 Raja-Raja 16, demikian pula dengan Yesaya.

Untuk beberapa saat Yehuda menjadi negeri vassal Ashur, hingga kemudian Hizkiah anak Ahaz, mengadakan pemberontakan. Hal ini membuat murka kekaisaran Ashur. Pada saat ini, kerajaan utara, Israel telah runtuh (722 SM). Dan raja Sanherib (Sennacherib) menyerang Yehuda, mereka banyak menghancurkan banyak kota-kota Yehuda hingga mengepung Yerusalem pada tahun 701 SM. Dan sekarang Yesaya menjadi penasehat bagi Hizkiah. Walau Yerusalem terluput dari kehancuran, namun Hizkia membayar upeti yang berat kepada Ashur, dan Ashur menarik diri, mereka telah mencapai titik terjauh dari invasinya.

Itulah latar belakang sejarah secara garis besar. Kita akan membahas secara detail bersamaan dengan penjelasan akan struktur dari kitab ini.

Terdapat sebuah klaim, bahwa kitab nabi-nabi adalah sebuah antologi, antologi dari nubuat dan berbagai materi yang dikompilasi oleh sang nabi dan murid-muridnya, kelompok ini kemudian melestarikan dan menambahkan beberapa hal ke nubuat-nubuat inti dengan keyakinan bahwa mereka harus relevan - ini adalah gambaran dari sifat antologi yang diyakini terbukti dalam kitab Yesaya.

Berikut adalah struktur dasar dari kitab Yesaya:

Bab 1-11, berisi kenang-kenangan dari Yesaya. Bab 1 memiliki beberapa tema dasar dari kitab ini, dan banyak narasi dengan sudut pandang orang pertama, juga terdapat nubuat terhadap Israel dan beberapa kepada peristiwa pengepungan Yerusalem pada tahun 701 SM.

Bab 12 terdapat semacam himne.

Bab 13-23, kita memiliki sekitar 11 bab yang berisi nubuat terhadap bangsa-bangsa asing, yang mirip kita lihat pada Amos dan Hosea yang mengecam bangsa asing.

Bab 24-27, berisi nubuat mengenai "kiamat kecil," semacam mitologi penglihatan mengenai hari kiamat, yang kemungkinan tambahan yang berasal dari masa berikut, yaitu pada abad ke-6 SM. Pada masa itu tema apokaliptik telah berkembang dan sangat populer. Jadi kita akan melewatkan hal ini karena tidak berkaitan dengan sejarah Yesaya.

Bab 28-33, berisi tentang nubuat tentang Yehuda dan Israel dan hubungan mereka dengan Mesir. Ini adalah masa mereka sedang terjebak antara kekuatan Mesir dan Ashur. Yehuda sedang galau untuk menentukan kepada pihak mana harus dibuat aliansi. Disana juga terdapat nasehat Yesaya kepada Hizkiah pada tahun 701 SM.

Bab 34-35, berisi sisipan dari periode setelah pembuangan.

Bab 36-39, narasi sejarah dengan sudut pandang orang ketiga, yang mirip dengan 2 Raja-Raja 18-20. Di percaya ini juga merupakan sisipan. Dan merupakan narasi dari interasi Yesaya dan Hizkiah, pada pengepungan Sanherib/Sennacherib pada tahun 701 SM.

Kita berhenti pada bab 39, meskipun kitab Yesaya memiliki 66 bab, karena kebanyakan para ahli biblikal memiliki konsensus bahwa materi yang tersisa itu bukanlah karya Yesaya dari Yerusalem (atau disebut Yesaya ke-1). Mereka berasal dari masa setelah Yesaya, saya telah menyebut tentang tema kiamat/apokaliptik yang berasal dari abad ke-6 SM, seperti yang diselipkan pada bab 24-27.

Materi yang tersisa ini di kenal sebagai:

Yesaya ke-2 yakni bab 40-55, di mana konteks historis nya pada masa kejayaan Babilonia/Babel (setelah keruntuhan Ashur).

yesaya ke-3 yakni bab 56-66, materi yang berisi nubuat yang tersebar dari masa konteks sejarah abad ke-8 hingga ke-5 SM.

Kitab ini juga berisi materi yang merupakan pengulangan dari bahan yang ditemukan pada kitab lain, contohnya adalah dari 2 Raja-Raja 18-20. Namun ayat-ayat dari Yesaya juga muncul pada kitab lain, seperti Yesaya 2:2-4, ditemukan pada Mikha 4:1-4. Yesaya 15-16, ditemukan pada Yeremia 48. Jadi ini semacam pengulangan diantara kitab dan ini adalah sifat dari kitab nabi klasik, bahwa karya ini disusun dari materi yang beredar di lebih dari satu kelompok (aliran).

Bab 4. Penekanan Pada Perjanjian Zion.

Sekarang kita membahas tema utama pada kitab Yesaya. Jika kita perhatikan terdapat kesamaan antara Yesaya dan Amos - Hosea: mereka kompak mengecam ketidakadilan sosial dan kebobrokan moral, yang merupakan penyebab jatuhnya hukuman Yahweh.

Yesaya 5:8-24 (versi ekstraksi)
8. Celakalah mereka yang menyerobot rumah demi rumah dan mencekau ladang demi ladang, sehingga tidak ada lagi tempat bagi orang lain dan hanya kamu sendiri yang tinggal di dalam negeri!
...
11. Celakalah mereka yang bangun pagi-pagi dan terus mencari minuman keras, dan duduk-duduk sampai malam hari, sedang badannya dihangatkan anggur!
..
23. yang membenarkan orang fasik karena suap dan yang memungkiri hak orang benar.

Yesaya bersama Amos mengecam ritual pemujaan (qurban) tanpa diiringi keadilan.

Yesaya 1:10-17,

10. "Dengarlah firman Yahweh, hai pemimpin-pemimpin, manusia Sodom! Perhatikanlah pengajaran Allah kita, hai rakyat, manusia Gomora!"

{*
Ia menyamakan kaum nya seperti orang-orang SOdom dan Gomora, yang merupakan penggambaran prilaku tak bermoral.
*}

11. "Untuk apa itu korbanmu yang banyak-banyak?" firman TUHAN; "Aku sudah jemu akan korban-korban bakaran berupa domba jantan dan akan lemak dari anak lembu gemukan; darah lembu jantan dan domba-domba dan kambing jantan tidak Kusukai.
12. Apabila kamu datang untuk menghadap di hadirat-Ku, siapakah yang menuntut itu dari padamu, bahwa kamu menginjak-injak pelataran Bait Suci-Ku?
13. Jangan lagi membawa persembahanmu yang tidak sungguh, sebab baunya adalah kejijikan bagi-Ku. Kalau kamu merayakan bulan baru dan sabat atau mengadakan pertemuan-pertemuan, Aku tidak tahan melihatnya, karena perayaanmu itu penuh kejahatan.
14. Perayaan-perayaan bulan barumu dan pertemuan-pertemuanmu yang tetap, Aku benci melihatnya; semuanya itu menjadi beban bagi-Ku, Aku telah payah menanggungnya.
15. Apabila kamu menadahkan tanganmu untuk berdoa, Aku akan memalingkan muka-Ku, bahkan sekalipun kamu berkali-kali berdoa, Aku tidak akan mendengarkannya, sebab tanganmu penuh dengan darah.
16. Basuhlah, bersihkanlah dirimu, jauhkanlah perbuatan-perbuatanmu yang jahat dari depan mata-Ku. Berhentilah berbuat jahat,
17. belajarlah berbuat baik; usahakanlah keadilan, kendalikanlah orang kejam; belalah hak anak-anak yatim, perjuangkanlah perkara janda-janda!

Ini adalah kecaman yang sangat pedas dan mengejutkan; aku muak dengan ritual qurban; aku muak dengan perayaan-peryaan selama engkau melakukan perbuatan yang mengerikan. Jadi Yesaya sama dengan Amos - Hosea yang menekankan bahwa moralitas merupakan penentu dalam nasib bangsa.

Namun disamping itu terdapat perbedaan antara Yesaya dengan Amos - Hosea, yakni pada penekanan yang lebih besar pada Perjanjian Zion/Daud dibandingkan Perjanjian Sinai/Musa. Ini adalah fitur kunci dari Yesaya. Tradisi padang gurung, atau tradisi keluaran, Perjanjian Sinai, memiliki peranan penting dalam Amos dan Hosea, namun tidak pada nubuat Yesaya. Yesaya lebih berminat pada theologi Daud, ideologi monarki yang berpusat di Zion. Jadi jika kita melihat dalam gugatan perjanjian pada kitab Yesaya, ia lebih fokus pada kegagalan raja-raja keturunan Daud, yang telah menyesatkan bangsa dan kini akan menerima penghukuman.

Terlihat juga sebuah keyakinan akan teguhnya Perjanjian Zion dalam kitab Yesaya. Yahweh memiliki hubungan khusus dengan garis keturunan Daud, atau dengan Yerusalem, di mana mereka tidak akan dibiarkan binasa. Dan keyakinan ini membuat Yesaya secara konsisten, selalu memberi nasehat kepada raja-raja Yehuda. Pada saat mara bahaya sedang mengintai, itu adalah peluang untuk menunjukkan loyalitas absolut kepada Yahweh, kepada Perjanjian Zion. Raja harus mengandalkan secara eksklusif janji-janji Yahweh kepada Daud dan kotanya, bukan kepada kekuatan militer atau strategi diplomatik.

Jika kita melihat hubungan Yesaya dengan raja Ahas - pengepungan pertama pada tahun 734 SM - dijelaskan pada Yesaya 7-8. Yesaya, juga memiliki anak dengan nama yang unik dan menakjubkan - nampaknya adalah trend diantara para nabi, anak-anak mereka bernama: "hanya yang tersisa akan bertahan hidup," "bergegas untuk jarahan perang," yang mengindikasikan penghancuran dan pembuangan - bergegas menemui raja, dan memberi nasehat kepada raja untuk tetap tenang dan tidak takut dan krisis akan berlalu:

Yesaya 7:4;9
4. dan katakanlah kepadanya: Teguhkanlah hatimu dan tinggallah tenang, janganlah takut dan janganlah hatimu kecut karena kedua puntung kayu api yang berasap ini, yaitu kepanasan amarah Rezin dengan Aram dan anak Remalya.
..
 9. Dan Samaria ialah ibu kota Efraim, dan anak Remalya ialah kepala Samaria. Jika kamu tidak percaya, sungguh, kamu tidak teguh jaya."

Ini adalah kebangkitan theologi Zion. Yahweh Allah semesta alam berada ditengah-tengah kota, dan bangsa. Yesaya kemudian menawarkan Ahas pertanda untuk kebenaran nubuatnya. Dan itu adalah seorang wanita muda yang mengandung seorang anak dan akan melahirkan anak laki-laki dan akan dipanggil Immanuel. Dalam bahasa Ibrani, Immanu-el berarti "Allah menyertai kita."

Yesaya 7:14
14. Sebab itu Tuhan sendirilah yang akan memberikan kepadamu suatu pertanda: Sesungguhnya, seorang perempuan muda (almah) mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamakan Dia Imanuel.

Ayat diatas dalam perjanjian baru, Matius 1:23 "Sesungguhnya, anak dara (seorang perawan/paryenov) itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuel" --yang berarti: Allah menyertai kita. Menafsirkan ayat ini sebagai nubuat tentang kelahiran Yesus. Hal ini didasarkan pada kesalahan penerjemahan Yunani dari kata "wanita muda" sebagai "perawan." Istilah Ibrani yang digunakan sebenarnya tidak merujuk pada perawan, namun diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani dengan istilah yang dapat berarti perawan. Selain itu terdapat kata kerja yang digunakan dalam bahasa Ibrani dalam bentuk kalimat lampau: Seorang wanita telah mengandung. Kelahirannya sesaat lagi. Ini sudah dekat. Anak ini akan segera lahir. Allah akan segera menyertai kita.

Identitas wanita yang dikatakan Yesaya dalam perdebatan. Beberapa ahli biblikal merujuk wanita itu sebagai istri Yesaya sendiri. Dia sudah punya 2 anak dengan nama unik dan sekarang dia hamil anak ke-3. Dan ada yang merujuk wanita itu adalah istri raja Ahaz, yang juga akan melahirkan (raja) Hizkia. Ada beberapa masalah dalam hal kronologi. Karena tidak cukup sesuai dengan usia yang akurat. Namun kenyataannya Hizkiah adalah raja yang dielu-elukan, dan berhasil menjaga keutuhan Yehuda dari ancaman Ashur dari pengepungan pada tahun 701 SM.

2 Raja-Raja 18:7
7. Maka TUHAN menyertai dia (raja Hizkia); ke manapun juga ia pergi berperang, ia beruntung. Ia memberontak kepada raja Asyur dan tidak lagi takluk kepadanya.

Ayat diatas berkata bahwa Yahweh menyertai raja Hizkia, yang berhubungan dengan kata Immanuel, sangat mirip dalam bahasa Ibrani. Para ahli melihat ayat yang terkenal pada Yesaya 9 sebagai pujian untuk Hizkiah, dan terdapat ayat yang mengatakan: 

Yesaya 9:6
6. (9-5) Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai.

Ayat ini sekali lagi sering digunakan (di luar konteks) dalam liturgi Kristen hingga hari ini untuk merujuk pada kelahiran Yesus.

Dan Ahas tidak mengindahkan nasehat Yesaya untuk tidak berbuat apa pun, Ahas bersikeras untuk segera bertindak, bagaimana mungkin seorang raja mengikuti nasehat seperti itu, untuk tidak mencari solusi politis atau militer? Dan ia lalu meminta bantuan Ashur untuk melawan Aram dan Israel yang sedang mengepungnya. Dan ini merupakan sebuah titik awal dari sebuah bencana dalam mata Yesaya.

Jika kita berpindah pada pengepungan ke-2 pada tahun 701 SM, kita melihat Yesaya menawarkan nasihat yang sama. Hizkia mencoba untuk membentuk aliansi dengan Mesir untuk mengatasi ancaman Ashur (ancaman jika ia melepaskan diri sebagai vassal Ashur). Dan Yesaya mencela raja yang meninggalkan Yahweh dan mengandalkan Mesir yang sedang dalam keadaan rapuh. Di sini kita melihat contoh dari prilaku unik dan eksentrik dari para nabi (kita akan sering melihatnya pada nabi lain). Terutama pada nabi Yehezkiel, di mana mereka akan melakukan perbuatan simbolik yang dimaksudkan untuk mengejutkan dan menarik perhatian. Yesaya lalu berparade telanjang di jalan-jalan Yerusalem untuk menggambarkan pembuangan dan perbudakan akan terjadi jika mengandalkan Mesir.

Yesaya 20:1-6
1. Pada tahun ketika panglima yang dikirim oleh Sargon, raja Asyur, tiba di Asdod lalu memerangi dan merebutnya,
2. pada waktu itu berfirmanlah TUHAN melalui Yesaya bin Amos. Firman-Nya: "Pergilah dan bukalah kain kabung dari pinggangmu dan tanggalkanlah kasut dari kakimu," lalu iapun berbuat demikian, maka berjalanlah ia telanjang dan tidak berkasut.
3. Berfirmanlah TUHAN: "Seperti hamba-Ku Yesaya berjalan telanjang dan tidak berkasut tiga tahun lamanya sebagai tanda dan alamat terhadap Mesir dan terhadap Etiopia,
4. demikianlah raja Asyur akan menggiring orang Mesir sebagai tawanan dan orang Etiopia sebagai buangan, tua dan muda, telanjang dan tidak berkasut dengan pantatnya kelihatan, suatu penghinaan bagi Mesir.
5. Maka orang akan terkejut dan malu karena Etiopia, pokok pengharapan mereka, dan karena Mesir, kebanggaan mereka.
6. Dan penduduk tanah pesisir ini akan berkata pada waktu itu: Lihat, beginilah nasib orang-orang yang kami harapkan, kepada siapa kami melarikan diri minta pertolongan supaya diselamatkan dari raja Asyur. Bagaimana mungkin kami terluput?"

Yesaya mencela para penasehat politik yang menasehati raja untuk membentuk aliansi dengan Mesir, karena mereka hanya percaya pada bantuan kuda dan kereta perang daripada Yahweh. Seperti yang tertuang pada:

Yesaya 31:3
Sebab orang Mesir adalah manusia, bukan allah, dan kuda-kuda mereka adalah makhluk yang lemah, bukan roh yang berkuasa. Apabila TUHAN mengacungkan tangan-Nya, tergelincirlah yang membantu dan jatuhlah yang dibantu, dan mereka sekaliannya habis binasa bersama-sama.

Dalam narasi pengepungan Yerusalem tahun 701 SM, pada Yesaya 36-38, adalah duplikasi dari 2 Raja-Raja 18-20, Yesaya menasehati Hizkia ketika pengepungan sedang berlangsung untuk tidak menyerah kepada Ashur. Hal ini mungkin nampak bertentangan dengan sebelumnya, pada nubuat bahwa Ashur adalah tongkat murka Allah dan Hizkia harus pasrah. Namun terdapat konsistensi dari dasar nasehat Yesaya, sama seperti nasehat sebelumnya untuk percaya pada Yahweh daripada Mesir didasarkan pada kepercayaan dalam janji Yahweh kepada Daud, dan keteguhan akan Yerusalem, jadi sekarang nasehatnya adalah untuk menolak membuka pintu Yerusalem bagi Ashur, yang mana didasarkan pada keyakinan bahwa Yahweh tidak mungkin untuk menghancurkan Yerusalem.

Yesaya 37:33-35
33. Sebab itu beginilah firman TUHAN mengenai raja Asyur: Ia tidak akan masuk ke kota ini dan tidak akan menembakkan panah ke sana; juga ia tidak akan mendatanginya dengan perisai dan tidak akan menimbun tanah menjadi tembok untuk mengepungnya.
34. Melalui jalan, dari mana ia datang, ia akan pulang, tetapi ke kota ini ia tidak akan masuk, demikianlah firman TUHAN.
35. Dan Aku akan memagari kota ini untuk menyelamatkannya, oleh karena Aku dan oleh karena Daud, hamba-Ku."

Dan Kenyatannya, Yerusalem lolos dari penghancuran walau dikepung Ashur, hal ini mendorong keyakinan mengenai keteguhan kota Daud, Zion, Yerusalem.

Bab 5. Tema Utama Dalam Kitab Yesaya

Yesaya 6 berisi pernyataan mencolok dari panggilan Yesaya. Banyak dari kitab nabi klasik menampilkan beberapa bagian yang mengacu pada panggilan awal sang nabi, dan biasanya berada pada bagian awal kitab. Namun tidak dalam kitab Yesaya, jadi kronologi bukan menjadi prinsip utama dalam penyusunan kitab Yesaya. Berikut adalah kisah panggilan awal Yesaya :

Yesaya 6:8-10
8. Lalu aku mendengar suara Yahweh berkata: "Siapakah yang akan Kuutus, dan siapakah yang mau pergi untuk Aku?" Maka sahutku: "Ini aku, utuslah aku!"9. Kemudian firman-Nya: "Pergilah, dan katakanlah kepada bangsa ini: Dengarlah sungguh-sungguh, tetapi mengerti: jangan! Lihatlah sungguh-sungguh, tetapi menanggap: jangan!
10. Buatlah HATI bangsa ini keras
dan buatlah TELINGANya berat mendengar
dan buatlah MATAnya melekat tertutup,
supaya jangan mereka melihat dengan MATAnya
dan mendengar dengan TELINGAnya
dan mengerti dengan HATInya,
lalu berbalik dan menjadi sembuh."

Ini adalah contoh gaya sastra Chiastik (pola AbccbA ), uratan pertama "hati-teling-mata" kemudian di balik menjadi "mata-teling-hati." Pada bagian ini kita melihat kembali nuansa kesuraman seperti dalam kitab Hosea, bahwa kerusakan tidak bisa dihindari. Firman Yahweh yang disampaikan kepada orang-orang tidak akan dipahami, mereka tidak akan mengindahkan panggilan untuk bertobat, mereka tidak akan mampu menyelamatkan diri dari hukuman Yahweh.

Ini adalah bagian yang menarik dan secara theologis sulit dijelaskan. Yahweh mengatakan kepada Yesaya untuk mencegah orang memahami firman, karena jika mereka memahami mereka akan kembali kepada Yahweh dan dapat menyelamatkan diri. Kita melihat ketegangan pada Yahweh dan nabi-Nya yang berada dalam penegakkan keadilan dan rahmat belas-kasih Yahweh. Sebagai Allah yang adil Ia harus menghukum dosa Israel dengan penghancuran sebagaimana ditegaskan dalam perjanjian. Dan juga sebagai Allah, Yahweh harus penuh kasih, Ia ingin membawa umat-Nya kembali. Ia mengirim seorang nabi untuk memperingatkan mereka akan penghukuman yang akan datang, dan segera bertobat.

Namun bagaimana bisa Ia menghukum Israel untuk tuntutan keadilan, sekaligus menyelamatkan Israel untuk tuntutan rahmat dan kasih? jawabannya mirip dengan yang terdapat dalam kitab Amos & Hosea.

Yesaya 6:12-13
12. Yahweh akan menyingkirkan manusia jauh-jauh, sehingga hampir seluruh negeri menjadi kosong.
13. Dan jika di situ masih tinggal sepersepuluh dari mereka, mereka harus sekali lagi ditimpa kebinasaan, namun keadaannya akan seperti pohon beringin dan pohon jawi-jawi yang tunggulnya tinggal berdiri pada waktu ditebang. Dan dari tunggul itulah akan keluar tunas yang kudus!"

Jadi Yahweh akan menghukum sesuai persyaratan dalam Perjanjian Sinai, namun akan merencanakan keselamatan umat-Nya di masa depan. Ia telah mengutus nabi dengan panggilan untuk kembali, dan pada waktunya, orang-orang yang tersisa - 1/10 kata Yesaya - akan memahami dan mengindahkan panggilan itu. Mereka yang akan menerima rahmat Yahweh dan perjanjian akan dibangun kembali. Dengan cara ini tuntutan kasih dan rahmat akan terpenuhi, dan Ia tetap setia Perjanjian Zion.

Sementara itu gagasan "orang yang tersisa mengarah kepada pengharapan di masa depan", ini bukanlah pesan penghiburan pada saat itu. Karena pada dasarnya para nabi mengatakan bahwa generasi sekarang akan musnah.

Yesaya 10:20-23
20. Tetapi pada waktu itu sisa orang Israel dan orang yang terluput di antara kaum keturunan Yakub, tidak akan bersandar lagi kepada yang mengalahkannya, tetapi akan bersandar kepada TUHAN, Yang Mahakudus, Allah Israel, dan tetap setia.
21. Suatu sisa akan kembali, sisa Yakub akan bertobat di hadapan Allah yang perkasa.
22. Sebab sekalipun bangsamu, hai Israel, seperti pasir di laut banyaknya, namun hanya sisanya akan kembali. Yahweh telah memastikan datangnya kebinasaan dan dari situ timbul keadilan yang meluap-luap.
23. Sungguh, kebinasaan yang sudah pasti akan dilaksanakan di atas seluruh bumi oleh Tuhan, Yahweh semesta alam.

Kita telah melihat pesan dari para nabi akan penghukuman dan kehancuran yang sering disertai dengan pesan penghiburan dan janji pemulihan, sebuah restorasi dan pemurnian dari sisa Israel. Inilah perbedaan dari para nabi klasik dan sejarawan Deuteronomis. Deuteronomis lebih menekankan pada pembenaran akan tindakan Yahweh terhadap Israel, dibandingkan melukiskan masa restorasi.

Namun masa restorasi adalah sesuatu yang rumit untuk dibayangkan dalam tulisan para nabi klasik, bahkan mengindikasikan maksud eskatologi (masa kiamat). Sebuah penglihatan eskatologi bahwa restorasi akan membawa dan terjadi pada waktu akhir yang sempurna.

Jadi dalam Yesaya, contohnya, itu adalah kembali dengan penuh ketulusan dan sepenuh hati kepada Yahweh. Ini akan menjadi akhir dari dosa, penyembahan berhala. Semua bangsa di bumi akan mengenal Yahweh, sebuah zaman baru akan terbuka dalam sejarah dunia, sebuah transformasi besar.

Dan Yesaya adalah yang pertamakali membayangkan akhir dari kekuasaan para negeri penyembah berhala. Ketika Yahweh datang ke Yerusalem untuk menyelamatkan sisa-sisa Israel dan berkumpul dari tempat pembuangan yang tersebar diseluruh pelosok bumi, itu adalah sebuah theofani secara global.

Yesaya 2:2-4
2. Akan terjadi pada hari-hari yang terakhir: gunung tempat rumah Yahweh akan berdiri tegak di hulu gunung-gunung dan menjulang tinggi di atas bukit-bukit; segala bangsa akan berduyun-duyun ke sana,
3. dan banyak suku bangsa akan pergi serta berkata: "Mari, kita naik ke gunung Yahweh, ke rumah Allah Yakub, supaya Ia mengajar kita tentang jalan-jalan-Nya, dan supaya kita berjalan menempuhnya; sebab dari Sion akan keluar pengajaran dan firman Yahweh dari Yerusalem."
4. Ia akan menjadi hakim antara bangsa-bangsa dan akan menjadi wasit bagi banyak suku bangsa; maka mereka akan menempa pedang-pedangnya menjadi mata bajak dan tombak-tombaknya menjadi pisau pemangkas; bangsa tidak akan lagi mengangkat pedang terhadap bangsa, dan mereka tidak akan lagi belajar perang.

Kita melihat pola pikir bangsa Israel, yang digambarkan oleh para nabi, sejalan dengan sumber J (Yahwist). Sumber J dalam kitab Kejadian, berasumsi bahwa semua manusia mengenal Yahweh pada saat penciptaan. kemudian manusia berbalik dari Yahweh lalu melupakan-Nya, namun kemudian Yahweh memilih satu bangsa untuk mengenalnya serta mengadakan perjanjian dengan mereka.

Kitab Ulangan memahami bahwa Yahweh adalah Allah bagi bangsa Israel. Bangsa-bangsa lain ditetapkan untuk menyembah dewa-dewa lain, dan itu bukan masalah bagi Yahweh. Namun dalam kitab nabi klasik, klaim universal dibuat atas nama Yahweh. Menurut mereka, Yahweh akan membuat diri-Nya dikenal oleh semua bangsa, seperti ia lakukan terhadap Israel, dan ritual ibadah yang universal akan terjadi di hari akhir. Ini adalah gagasan yang sangat berbeda, karena para nabi mentrasformasi gagasan pemilihan Israel. Dalam kitab Taurat, pemilihan Israel adalah sebuah berkah bagi Israel sebagai sebuah bangsa untuk mengenal-Nya, dan mengikat perjanjian kepada-Nya.

Namun dalam kitab nabi klasik, pemilihan Israel adalah pemilihan untuk sebuah misi. Israel terpilih menjadi alat penebusan yang universal, pengakuan universal terhadap Yahweh. Ketika Yahweh suatu saat nanti menyelamatkan bangsa Israel, ia akan mengungkap diri-Nya kepada semua umat manusia.

Mereka akan meninggalkan berhala-berhala mereka, dan akan kembali kepada-Nya. Sebuah periode messianik yang damai akan tiba. Ini lah gagasan mengenai misi yang ditanggung oleh Israel, ia terpilih untuk menjadi "terang bagi bangsa-bangsa." Ini adalah ungkapan yang akan kita lihat pada Yesaya 49 & 51.

Ideologi monarki kerajaan Yehuda memainkan peranan penting dalam penglihatan eskatologis Yesaya, karena kerajaan kudus dan damai akan didirikan oleh keturunan Daud. Pemulihan ini dalam kitab Yesaya (Yesaya 11) tertulis sebagai cabang Isai (ayah Daud), namun ini mengacu pada keturunan Daud, pemulihan garis keturunan Daud yang sementara terputus. Jadi Yesaya 11 mungkin berasal dari periode pasca pembuangan, masa di mana orang-orang berharap untuk kemunculan mesias dan mengembalikan garis keturunan Daud.

Yesaya 11:1-12
1. Suatu tunas akan keluar dari tunggul (cabang) Isai, dan taruk (ranting) yang akan tumbuh dari pangkalnya akan berbuah.
2. Roh Yahweh akan ada padanya, roh hikmat dan pengertian, roh nasihat dan keperkasaan, roh pengenalan dan takut akan Yahweh;
3. ya, kesenangannya ialah takut akan Yahweh. Ia tidak akan menghakimi dengan sekilas pandang saja atau menjatuhkan keputusan menurut kata orang.
4. Tetapi ia akan menghakimi orang-orang lemah dengan keadilan, dan akan menjatuhkan keputusan terhadap orang-orang yang tertindas di negeri dengan kejujuran; ia akan menghajar bumi dengan perkataannya seperti dengan tongkat, dan dengan nafas mulutnya ia akan membunuh orang fasik.
5. Ia tidak akan menyimpang dari kebenaran dan kesetiaan, seperti ikat pinggang tetap terikat pada pinggang.
6. Serigala akan tinggal bersama domba dan macan tutul akan berbaring di samping kambing. Anak lembu dan anak singa akan makan rumput bersama-sama, dan seorang anak kecil akan menggiringnya.
7. Lembu dan beruang akan sama-sama makan rumput dan anaknya akan sama-sama berbaring, sedang singa akan makan jerami seperti lembu.
8. Anak yang menyusu akan bermain-main dekat liang ular tedung dan anak yang cerai susu akan mengulurkan tangannya ke sarang ular beludak.

{**

Permusuhan antara manusia dan ular yang ditetapkan pada saat kejatuhan dan pengusiran dari taman Eden, akan dihilangkan pada akhir zaman, dan kembali seperti situasi di Surga.

**}

9. Tidak ada yang akan berbuat jahat atau yang berlaku busuk di seluruh gunung-Ku yang kudus, sebab seluruh bumi penuh dengan pengenalan akan Yahweh, seperti air laut yang menutupi dasarnya.
10. Maka pada waktu itu taruk dari pangkal Isai akan berdiri sebagai panji-panji bagi bangsa-bangsa; dia akan dicari oleh suku-suku bangsa dan tempat kediamannya akan menjadi mulia.
11. Pada waktu itu Yahweh akan mengangkat pula tangan-Nya untuk menebus sisa-sisa umat-Nya yang tertinggal di Asyur dan di Mesir, di Patros, di Etiopia dan di Elam, di Sinear, di Hamat dan di pulau-pulau di laut.
12. Ia akan menaikkan suatu panji-panji bagi bangsa-bangsa, akan mengumpulkan orang-orang Israel yang terbuang, dan akan menghimpunkan orang-orang Yehuda yang terserak dari keempat penjuru bumi.

Jadi ini adalah idealisme baru mengenai pemerintahan baru dari raja keturunan Daud, ia memiliki "roh Yahweh akan ada padanya", dan memerintah dengan hikmat dan pengertian. Ini adalah kalimat yang sering digunakan pada periode hakim-hakim, Saul dan Daud. Ia tidak merujuk pada sebuah kekuatan militer, namun kepada nasehat dan semangat pengabdian kepada Yahweh. Dan raja ini akan mengumpulkan semua orang-orang Israel yang terserak di berbagai negara dan mentransformasi tatanan dunia.

Kesimpulan atas kitab Yesaya adalah, ia sebuah penafsiran ulang dari janji-janji pada perjanjian kuno, dan memberi Israel sebuah pengharapan pada sesuatu yang lebih baik dan ideal, di masa depan. Dan seperti para nabi lainnya, ia menyatakan bahwa bangsa itu dirudung kesulitan bukan karena janji-janji itu tidak ditepati, namun karena mereka tidak percaya. Hukuman terhadap bangsa yang berupa penderitaan, bukanlah pemutusan perjanjian.

Yesaya menggambarkan penggenapan dari janji berada diluar jangkauan bangsa saat itu. Namun setelah mengalami penderitaan dari penghukuman karena kegagalan saat itu, maka penebusan pada masa depan akan terjadi. Jadi pengharapan bangsa tetap  dipertahankan dengan di dorong pada masa yang akan datang.

Kembali ke Index Artikel

Apakah Abraham Berasal Dari Ur atau Haran?

Abraham berasal dari kota Haran dan bukan dari kota Ur-Kasdim, ya itulah pendapat beberapa para ahli biblikal moderen, mengapa mereka berpen...