Kamis, 10 Agustus 2017

7 Dunia, Legenda Bangsa Yahudi

Penghuni 7 Dunia

Ketika Adam terusir dari Firdaus, Ia menghuni dunia terbawah dari 7 dunia, Erez, yang gelap, tanpa adanya cahaya, Adam sangat ketakutan, terutama oleh api dari pedang yang terus berputar, yang ada di bumi ini. Setelah ia melakukan penebusan dosa, Allah lalu membawanya ke dunia ke-2, Adamah, di mana terdapat cahaya yang dipancarkan dari langit dunia ini, dan dari bintang yang berupa bayangan - baik itu bintang dan rasi bintang (yang berupa bayangan). Disini berdiam mahluk-mahluk bayangan, mereka adalah hasil persekutuan Adam dengan roh. "Mereka selalu bersedih; mereka tidak pernah merasakan sukacita. Ketika mereka meninggalkan dunia mereka, ke alam manusia, mereka dikenal sebagai para roh-roh jahat. Kemudian mereka kembali kepada dunia mereka, bertobat dari perbuatan jahat mereka, dan jika mereka membajak tanah, tak akan tumbuh segala benih. Di Adamah ini, Kain, Habel, dan Seth dilahirkan. Setelah pembunuhan atas Habel, Kain dikirim kembali ke Erez, dimana ia bertobat karena ketakutannya oleh kegelapan dan oleh api dari pedang yang terus berputar. Menerima penyesalannya, Allah mengizinkan Kain untuk naik ke bumi ke-3, Arka, yang menerima sedikit cahaya dari matahari. Di sini penghuninya menerima dan membesarkan para keturunan Kain. Di sini walau mereka membajak tanah, namun tak akan menumbuhkan segala benih.

Beberapa keturunan kain tubuhnya berukuran raksasa, dan beberapa bertubuh kerdil. Mereka memiliki 2 kepala, akibatnya mereka tidak bisa membuat keputusan; mereka selalu berbeda pendapat dengan diri sendiri. Dan terjadilah beberapa dari kaum mereka yang saat ini berbuat saleh, dan berikutnya cenderung berbuat kejahatan.

Pada dunia ke-4, Ge, hiduplah disini generasi dari menara Babel dan keturunannya. Allah menaruh mereka ke dunia ke-4 karena tidak jauh Gehenna, serta dekat dengan api yang menyala. Penghuni dari Ge sangat terampil dalam semua seni, dan termasyur dalam bidang sains dan pengetahuan, dan kediaman mereka berlimpah dengan kekayaan. Ketika penghuni dari dunia kita mengunjungi mereka, mereka akan memberinya benda paling berharga yang mereka miliki, namun mereka membimbingnya kepada Neshiah, dunia ke-5, barulah mereka tersadarkan. Neshiah dihuni oleh orang-orang kerdil yang tidak memiliki hidung; mereka bernafas melalui dua lubang. Mereka tidak memiliki ingatan; ketika suatu hal terjadi, mereka akan lupa sama sekali, Neshiah berarti "melupakan".
Dunia ke-4 dan ke-5 seperti Arka; terdapat pepohonan; namun tidak terdapat gandum atau pun rempah-rempah.

Dunia ke-6, Ziah, dihuni oleh pria tampan yang memiliki kekayaan melimpah, dan tinggal di rumah-rumah mewah, tetapi mereka kekurangan air, seperti Ziah yang berarti "kekeringan." Pepohonan disini sangatlah jarang, dan untuk menanamnya sangatlah jarang untuk berhasil. Mereka berkumpul disekitar sumber-sumber air, dan kadang kala mereka dapat menyelinap pergi ke dunia kita, dimana mereka memuaskan rasa lapar mereka akan makanan penduduk dunia kita. Sisa dari penduduk dunia ini adalah mereka yang sangat taat dan beriman dengan teguh, melebihi dari mansia di dunia kita.

Adam berada di Adamah sampai kelahiran Seth. Ia kemudian singgah di dunia ke-3, Arka, tempat kediaman keturunan Kain, dan tiga bumi berikutnya, Ge, Neshiah, dan Ziah, lalu dibawah oleh Allah ke Tebel, dunia ke-7, dunia yang kita huni.

Keturunan Kain

Kain mengetahui bahwa dosa darahnya, baru akan ditagihkan kepadanya setelah generasi ke-7. Demikianlah titah Allah terhadapnya. Lalu ia berusaha untuk mengabadikan namanya pada monumen-monumen, dan ia pun menjadi pembangun beberapa kota. Kota yang pertama bernama Henokh, berdasarkan nama anaknya, karena setelah kelahiran Henokh barulah ia bisa merasakan kedamaian dan ketenangan. Di samping itu ia juga menirikan 6 kota lain. Pembangunan kota-kota ini berdasarkan perbuatan fasik, karena ia mengililinginya dengan tembok, dan memaksa keluarganya tetap berada di dalam tembok tersebut. Semua perbuatannya adalah fasik. Hukuman yang diberikan Allah terhadapnya tidaklah mengakibatkan perubahan. Ia berdosa dan ia hidup untuk memenuhi kesenangannya sendiri, tanpa menghiraukan tetangganya yang sengsara.

Ia mempercantik rumahnya dengan cara pencurian dan kekerasan; Ia bergembira melihat keturunannya mendapatkan barang dari penjarahan dan perampokan, dan ia menjadi pemimpin dari orang-orang terkutuk. Ia mengubah kebiasaan-kebiasaan kuno, menjadi lebih cepat dan efisien, ia menciptakan teknik pengukuran dan menimbang benda-benda. Demikianlah kehidupan yang penuh kesederhanaan dan kekeluaragaan, ketika mereka tidak mengetahui tentang hal tersebut, ia ubah menjadi dunia yang penuh dengan kelicikan.

Sebagaimana Kain, para keturunannya juga adalah orang-orang yang fasik dan tidak bertuhan/kafir, hingga Allah kemudian memusnahkan mereka.

Kematian Kain.

Kematian akhirnya menjemput Kain, setelah 7 generai, dan hal ini dilakukan oleh cicitnya sendiri yang bernama Lamekh.
Lamekh adalah seorang yang rabun, dan suatu ketika ia pergi berburu, ia dituntun oleh putranya, yang kemudian memberitahu bahwa telah terlihat binatang buruan mereka, Lamekh lalu memanah dengan busurnya. Demikianlah cara Lamekh berburu, suatu saat ia dan anaknya dalam pengejaran, dan sang anak melihat sesuatu yang bertanduk di kejauhan. Dan ia memberitahu Lamekh untuk melepaskan anak panahnya. Bidikannya sangat bagus dan buruan mereka terjatuh ke tanah. Ketika mereka mendekati buruan, sang anak berseru : "Ayah, engkau telah membunuh manusia, namun ia memiliti tanduk di dahinya." Lamekh seketika mengetahui bahwa ia telah membunuh leluhur mereka, Kain, yang telah ditandai oleh Allah dengan tanduk. Dalam keputusasaan ia memukul tangannya, secara tidak sengaja ia lalu memunuh anaknya. Nasib buruk masih berlanjut. Bumi membuka mulutnya dan menelan 4 generasi yang terlahir dari Kain--Henokh, Irad, Mehuyael, Metusael.

Lamekh yang rabun, tidak mampu untuk menemukan jalan pulang; ia tetap berada di sisi mayat Kain dan anaknya. Menjelang malam, istri-istrinya, mencari dia, dan menemukannya. Ketika mereka mendengar apa yang telah terjadi, mereka ingin berpisah darinya, namun kemudian mereka mengetahui bahwa siapa pun yang berasal dari Kain akan ditakdirkan untuk musnah. Namun Lamekh berkata, "Jika kain, yang melakukan pembunuhan yang dipenuhi kedengkian, hanya di hukum selama 7 generasi, maka saya, yang tidak berniat untuk membunuh seorang manusia, mengharapkan pembalasan setelah generasi ke-70." Setelah mendengar pembelaan diri Lamekh terhadap Adam, para istrinya lalu mendukung Lamekh.

Kerusakan pada zaman ini, terutama oleh keturunan Kain, termasuk Lamekh, dan semua generasi hingga tiba banjir besar, menikahi 2 wanita, satu dengan alasan untuk menghasilkan keturunan, dan yang lain karena mengejar nafsu duniawi, untuk alasan yang kedua,  diumpamakan sebagai wanita mandul. Setiap lelaki pada zaman ini lebih menyenangi memuaskan nafsunya dibanding melakukan tugasnya sebagai manusia, mereka mengumbar cinta dan perhatiannya kepada sang wanita mandul, sementara melupakan istri mereka yang lain yang menghabiskan hari-hari mereka seperti janda, muram dan dalam kegelapan.

Kedua istri Lamekh, Ada dan Zila, melahirkan baginya masing-masing dua anak, Ada melahirkan 2 putera bernama Yabal dan Yubal, Zila melahirkan putera, Tubal-Kain, dan seorang puteri, Naama. Yabal adalah manusia pertama yang mendirikan kuil untuk berhala, dan Yubal menemukan musik dan bernyanyi di dalamnya.

Tubal-Kain sesuai dengan namanya, karena ia menggenapi semua pekerjaan leluhurnya Kain. Kain melakukan pembunuhan, dan Tubal-Kain, adalah orang pertama yang menemukan cara untuk mempertajam besi dan tembaga, membuat peralatan yang digunakan dalam peperangan dan pertemburan. Naamah, "yang indah", mendapatkan namanya dari suara yang alat musik, yang ia petik untuk memanggil manusia memberi penghormatan kepada berhala.

Keturunan Adam dan Lilith

Ketika para istri Lamekh mendengar nasehat Adam, bahwa mereka harus terus hidup bersama suami mereka, mereka berkata kepadanya, "Oh tabib, sembuhkanlah dahulu ketimpanganmu sendiri!" Mereka menyindir Adam karena ia sendiri telah hidup terpisah dengan istrinya, sejak kematian Habel, karena ia berkata, "Mengapa saya harus mempunyai anak, jika itu hanya akan membuat mereka mati?"

Meskipun ia menghindari berhubungan intim dengan Hawa, namun ia sering dikunjungi dalam tidurnya oleh wanita dari alam roh, dan dari persekutuan mereka terlahirlah berbagai jenis mahluk di alam setan, dan mereka memiliki kemampuan-kemampuan khusus yang unik.

Katak & Rabbi Hanina

Dimasa lampau di Palestina, hiduplah seorang yang sangat kaya dan saleh, ia mempunyai anak bernama (Rabbi) Hanina. Di mengetahui seluruh Torah dengan hatinya. Ketika ia berada diujung ajalnya, sebagai perintah terakhir, ia memerintahkan Hanina, untuk mempelajari Torah siang dan malam, dan melaksanakan segala hukumnya, serta melindungi para orang miskin. Ia juga memberitahu Hanina, bahwa ia dan ibunya akan wafat pada hari yang sama, dan lama untuk meratapi mereka adalah 7 hari hingga menjelang malam paskah, dan melarangnya untuk bersedih secara berlebihan. Dan ia harus pergi ke pasar pada hari itu, dan harus membeli barang yang pertama ditawarkan kepadanya, tidak perduli berapa pun harganya.

Jika barang tersebut berupa makanan, ia harus menyiapkannya sebagai hidangan dalam sebuah pesta. Segala pengeluaran dan kesulitannya akan terbayarkan. Dan terjadilah seperti yang diceritakan: orang tersebut wafaat bersama isterinya dihari yang bersamaan, dan pada hari terakhir dari 1 minggu peratapan, bersamaan dengan malam paskah.

Rabbi Hanina melaksanakan segala perintah ayahnya: ia lalu pergi ke pasar, dan disana ia bertemu dengan seorang tua yang menawarkan piring dari perak. Walau harganya sangat mahal, namun ia membelinya seperti perintah ayahnya. Piring tersebut lalu ia letak kan pada meja kayu, dan dibukanya, Ia menemukan ternya masih ada piring kedua didalamnya, dan di dalam piring tersebut terdapat katak yang masih hidup, yang kemudian melompat-lompat dengan gembira.

Dia lalu memberi katak tersebut makanan dan minuman, dan pada akhir perayaan Paskah katak tersebut telah tumbuh sangat besar,  dan Rabbi Hanina lalu membuat lemari untuknya, di situ lah katak tersebut makan dan hidup. Sejalan dengan waktu, lemari tersebut menjadi terlalu kecil, dan Rabbi lalu membangun sebuah ruangan, dan menaruh katak tersebut didalamnya serta disediakan lah untuk katak berlimpah ruah makanan dan minuman.

Semua yang ia lakukan tidak melanggar keinginan terakhir ayahnya. Namun sang katak menjadi bertambah besar, untuk memenuhi hidup sang katak, Rabbi Haninah harus mengeluarkan banyak biaya, hingga kemudian kehilangan seluruh hartanya. Kemudian sang katak mulai membuka mulutnya dan berbicara. "Sayangku, Rabbi Hanina, janganlah khawatir! Melihat bagaimana engkau merawatku, sekarang engkau boleh meminta apa saja sesuka hatimu, dan aku akan mengabulkannya." Rabbi Hanina menjawab, "Saya tidak menginginkan harta benda, namun bolehkan engkau mengajariku seluruh Torah." Katak menyetujui permintaan Rabbi Hanina, dan ia memang mengajari seluruh Taurat, beserta 70 bahasa manusia.

Cara pengajarannya adalah, Hanina menulis beberapa kata pada secarik kertas, dan menelannya. Demikianlah ia memperoleh pengetahuan akan Torah dan 70 bahasa manusia, beserta bahasa binatang dan burung. Kemudian sang katak berbicara kepada isteri Rabbi Hanina : "Engkau juga baik terhadapku, dan saya belum memberi upahnya. Tetapi pahalamu akan kubayarkan kepadamu ketika aku akan pergi darimu, sekarang engkau harus menemaniku ke hutan. Disana engkau akan menyaksikan apa yang akan ku berikan padamu."

Pergilah mereka bersama ke hutan. Sesampainya disana, sang katak mulai berteriak dengan keras, dan berkumbullah semua binatang buas dan burung-burung. Ternyata ia memerintahkan mereka untuk membawa segala jenis batu mulia, sebanyak yang sanggup mereka bawa. Mereka juga membawa berbagai jenis obat-obat herbal untuk isteri Rabbi Hanina, dan mengajarkan kepadanya bagaimana menggunakan obat tersebut untuk berbagai jenis penyakit.

Mereka lalu diperintahkan untuk membawa barang-barang tersebut pulang bersamanya. Ketika mereka akan kembali, sang kodok mendoakan mereka, "Semoga Sang Maha Kudus, memberkati engkau, dan melimpahkan kasih-Nya kepadamu, dan menjauhkanmu dari mara bahaya, sabagai upahku pada kalian, yang tak sedikitpun kalian mempertanyakan siapakah saya. Sekarang aku akan memberitahu asal usulku kepadamu. Aku adalah anak Adam, anak yang terlahirkan darinya selama 130 tahun ia terpisah dari Hawa. Allah memberkati saya dengan karunia untuk mengambil bentuk dan rupa apa saja yang aku inginkan." Rabbi Hanina dan Istrinya lalu pulang kerumah mereka, dan mereka menjai sangat kaya, dan menikmati rasa hormat dan kepercayaan dari raja.

Index Legenda Bangsa Yahudi.

Abraham, Legenda Bangsa Yahudi

Generasi Pendosa Di Masa Abraham

Terdapat 10 generasi dari Nuh ke Abraham, selama itu pula Allah bersabar, menghadapi generasi yang memancing murka-Nya, hingga Abraham leluhur kita datang dan menerima berkah untuk seluruh manusia. Kemunculannya telah dibuatkan oleh leluhurnya yang bernama Reu, ia mengucapkan hal berikut pada saat kelahiran anaknya Serug: "Dari anak ini akan terlahir pada generasi ke-4 yang akan berdiam ditempat tertinggi, dan ia akan disebut yang sempurna dan suci, dan akan menjadi ayah dari berbagai bangsa, dan perjanjiannya akan kekal, dan keturunannya akan berlipat-ganda selamanya."

Abraham, sang "Sahabat Allah" terlahir di dunia, ketika keturunan Nuh telah tenggelam dalam kebobrokan dan kebejatan. Mereka mulai saling bertengkar dan membunuh, memakan darah, membangun kota-kota berbenteng, berdinding dan bermenara, dan menetapkan satu orang atas seluruh bangsa sebagai raja, dan berperang, manusia melawan manusia, dan bangsa melawan bangsa, kota melawan kota, dan melakukan segala hal yang jahat, menciptakan senjata, dan mengejarkan peperangan kepada anak-anak mereka.

Dan mereka juga mulai mengambil tawanan perang dan menjual mereka sebagai budak. Membuat patung dari logam kemudian menyembahnya. Para roh jahat dibawah pimpinan Mastema menjatuhkan manusia kedalam dosa dan kekejian, dengan menggoda mereka untuk disembah dalam wujud patung berhala. Karena hal ini Reu, menamakan anaknya Serug, karena semua manusia telah menyimpang kedalam dosa dan pelanggaran. Ketika ia tumbuh dewasa, nama itu terlihat pantas untuknya, karena ia juga turut menyembah berhala, dan ketika ia memiliki anak, ia memberi nama Nahor, ia mengajarkan kepadanya ilmu orang-orang Kasdim (Chaldean), tentang bagaimana meramal dan menyihir berdasarkan tanda-tanda dari langit.

Ketika suatu saat Nahor memiliki seorang anak, Mastema mengutus burung-burung gagak dan berbagai burung memangsa biji-bijian di bumi termasuk hasil kerja manusia. Begitu mereka menabur benih, dan belum sempat mereka menutupinya, burung-burung datang mengambilnya dan Nahor menamai anaknya Terah, karena para burung gagak dan berbagai burung menjadi bencana untuk manusia, melahap bebijian yang dimiliki, dan membuat mereka dalam kelaparan.

Kelahiran Abraham.

Terah menikah dengan Emtelai, putri dari Karnabo, dan anak mereka bernama Abraham. Kelahirannya diketahui oleh Nimrod ketika membaca konstilasi bintang dilangit, ia adalah seorang ahli astrologi, dan ia menafsirkan bahwa telah terlahir bayi lelaki pada zamannya yang akan bangkit melawannya dan menumbangkan agamanya.

Ketakutan dengan hal ini, ia mengumpulkan para pangeran dan gubernur dan meminta nasehat dari mereka. Mereka berkata: "Kami sepakat memberi nasehat, agar engkau membangun sebuah bangunan yang sangat besar, yang dijaga pada pintu keluar masuknya, dan memerintahkan agar semua wanita yang sedang hamil tinggal disana untuk merawat rumah tersebut, disertai dengan para bidan, hingga ketika mereka akan melahirkan, para bidan ini akan membunuh bayi mereka jika itu adalah lelaki, dan mimbiarkan hidup jika bayi itu perempuan, dan ibunya akan mendapatkan hadiah berupa pakaian mahal dan pengumuman secara terhormat."

Raja sangat puas akan nasehat tersebut, dan ia memerintahkan agar hal ini diumumkan diseluruh kerajaan, untuk memanggil para arsitek dan membangun rumah besar, 60 ell tingginya dan 80 ell lebarnya. Setelah itu pengumuman ke-2 dikerjakan, yakni, memanggil semua wanita hamil kesana, dan akan ditempatkan pada rumah tersebut, serta menugaskan petugas untuk menjemput para wanita kerumah, dan penjaga yang menjaga para wanita tersebut melarikan diri. Selanjutnya mengirim bidan ke rumah tersebut, dan memerintahkan kepada para bidan untuk membunuh anak lelaki jika yang dilahirkan. Tetapi jika seorang perempuan, ia akan diberi hadiah berlimpah berupa kain byssus (serat kain dari moluska yang lebih  halus dari sutra),sutera, pakaian berbordir. Ia akan dituntun keluar dari rumah tersebut dengan penghormatan besar.

Tidak kurang dari 70.000 anak-anak dibantai disana. Lalu malaikat muncul dihadapan Allah, dan berbicara, "Lihatlah kelakuan si pendosa dan penghujat, Nimrod anak Kush, yang membantai bayi-bayi tak berdosa, namun tidak memperoleh pembalasan?" Allah berfirman: "Wahai malaikat suci, Aku mengetahui dan melihatnya, karena Aku tidaklah mengantuk dan tertidur. Aku mengetahui segl hal-hal baik yang tersembunyi atau tidak, kalian akan menyaksikan apa yang akan Aku lakukan kepada si pendosa dan penghujat, karena akan teracung tangan-Ku melawan dan menghukumnya."

Pada saat itu istri Terah mengandung Abraham. Kehamilannya telah mencapai akhir dari bulan ke-3, istrinya terlihat sakit, Terah berkata kepadanya, "Sakit apakah engkau, wahai istriku, mengapa wajahmu sangat pucat dan tubuhmu membengkak?" Ia menjawab, "Setiap tahun saya menderita penyakit ini." Namun terah berkata, "Mari ku periksa badan mu. Nampaknya engkau sedang mengandung. Jika demikian, janganlah kita melanggar perintah dewa Nimrod." Ia lalu menyentuh perut istrinya, dan terjadi keajaiban. Bayi tersebut naik dan bersembunyi didadanya, dan Terah tidak mendapati bayi dalam perut istrinya. Ia berkata, "Engkau berkata benar." namun kehamilan tersebut menjadi nampak pada saat ia akan melahirkan.

Ketika waktu melahirkan telah mendekat, ia meninggalkan kota dengan penuh ketakutan dan berjalan menuju padang gurun, menyusuri tepi lembah, ia sampai pada sebuah gua. Dan berlindung di dalam nya, ke-esokan harinya ia melahirkan seorang bayi lelaki. Seluruh gua dipenuhi dengan cahaya dari wajah anak tersebut yang cemerlang seperti matahari, sang ibu sangat bersuka-cita. Bayi yang dikandungya adalah leluhur kita Abraham.

Ibu nya berseru, dan berkata kepada anaknya. "Wahai anak yang kulahirkan pada saat Nimrod berkuasa sebagai raja, karena engkau, 70,000 bayi dibantai, dan aku dibuatmu ketakutan, jika ia mengetahui keberadaanmu, ia akan membunuh mu. Lebih baik engkau binasa didalam gua ini dari pada melihatmu mati di payudara ku." Dia lalu membungkus anak itu dengan kain. Lalu ia meninggalkannya di gua dengan berkata, "Semoga Tuhan menyertai engkau, semoga Ia menjaga mu."

Bayi Yang Memuliakan Allah.

Demikianlah Abraham ditinggalkan seorang diri di dalam gua, tanpa ada orang yang merawatnya, bayi itu mulai menangis. Allah lalu mengutus Gabriel untuk memberinya susu, dan malaikat tersebut membuat jari kelingking kanan Abraham mengeluarkan air susu dan dihisapnya hingga berusia 10 hari.

Kemudian dia bangkit dan berjalan meninggalkan gua, berjalan ke tepi lembah. Ketika dilihatnya matahari tenggelam, dan bintang-bintang bermunculan, ia berkata, "Mereka lah tuhan!" Namun ketika menjelang pagi, bintang-bintang itu menghilang, dan ia berkata, "Aku tidak akan menyembah mereka, karena mereka bukanlah tuhan." Kemudian matahari muncul dan ia berkata, "Inilah tuhan ku, ia akan ku puja." Namun ketika matahari terbenam, ia berkata, "Ia bukanlah tuhan," dan ketika ia melihat bulan, ia menyebutnya sebagai tuhan dan akan menyembahnya. Namun bulan juga dapat menghilang dan ia berseru: "Ini juga bukan lah tuhan! Pasti ada yang membuat mereka bergerak."

Abraham masihlah berbicara dengan dirinya sendiri ketika malaikat Gabriel mendekatinya dan memberi salam, (Shalom `aleikhem) "Damai sejahtera bersama mu,"  dan Abraham membalasnya, (aleikhem shalom) "Damai sejahtera juga bersama engkau," dan bertanya, "Siapakah engkau?" Gabriel menjawab, "Aku adalah malaikat Gabriel, utusan Allah," dan ia menuntun Abraham ke sebuah mata air disekitar sana, Abraham lalu membasuh wajahnya, tangan serta kaki, dan ia membungkuk untuk sujud menyembah Allah.

Sementara itu ibu Abraham tenggelam dalam kesedihan dan air mata, ia memutuskan untuk mencari anaknya ketempat dimana ia meninggalkannya. Namun ia tidak menemukan sang anak, dan ia berkata, "Celakalah saya yang telah melahirkan engkau, namun hanya untuk menjadi mangsa bagi binatang buas, beruang, singa dan srigala!" Dia lalu pergi ke tepi lembah, dan menemukan anaknya disana. Tapi dia tidak mengenalinya, karena ia telah tumbuh sangat besar. Ia berkata pada anak itu "Shalom `aleikhem" dan sang anak menjawab "aleikhem shalom, hendak kemana engkau di padang gurun ini?" Sang ibu menjawab "Aku datang dari kota hendak mencari anak ku." Abraham bertanya kembali, "Siapa yang membawa anak mu kemari?" dan sang ibu menjawab: "Aku mengandung anak Terah suamiku, dan ketika aku hendak melahirkan, aku menghawatirkan anak ku, karena raja kami anak dari Kanaan, akan membunuhnya seperti ia membunuh 70.000 anak. Maka aku hendak menyingkir kemari dan melahirkannya di dalam gua, disana ia ku tinggalkan dan pulang kembali ke rumah. Sekarang aku hendak mencarinya, tapi saya tidak menemukannya."

Abraham kemudian berkata, "Umur berapakah anak mu itu?"

Ibu: "Usianya 20 hari."

Abraham: "Apakah ada ibu di dunia ini yang meninggalkan anaknya yang baru lahir di padang gurun, dan datang mencarinya kembali setelah 20 hari?"

Ibu: "Sekiranya Allah menunjukkan belas kasih kepadanya."

Abraham: "Aku lah anak yang engkau cari itu!"

Ibu: "Anak ku, bagaimana engkau bisa tumbuh sebesar ini dalam 20 hari, dan engkau sudah dapat berjalan dan berbicara!"

Abraham: "Demikianlah adanya, Wahai ibu, untuk diketahui olehmu bahwa di dunia ini ada Allah yang hidup, maha kuasa, yang melihat apa yang tidak terlihat. Langit diatas beserta bumi penuh kemulian-Nya."

Ibu: "Anak ku, apa kah ada Tuhan selain Nimrod?"

Abraham: "Ya!, ibu, Allah yang dilangit dan di bumi, dia juga adalah Allah bagi Nimrod si anak Kanaan. Pergilah, bawalah pesan ini kepada Nimrod."

Ibu Abraham lalu kembali ke kota menemui suaminya, Terah, dan bercerita bagaimana ia telah menemukan anak mereka. Terah adalah seorang pangeran dan orang berpengaruh di kerajaan. Ia lalu pergi ke istana raja, dan bersujud dengan merebahkan wajahnya, dihadapan raja. Adalah sebuah peraturan bahwa seseorang yang bersujud di hadapan raja, tidak di izinkan untuk mengangkat kepalanya, sampai raja mengizinkan. Nimrod lalu menyuruh Terah untuk bangkit dan berbicara.

Terah lalu menceritakan semua yang terjadi antara istri dan anaknya. Ketika Nimrod mendengar ceritanya, ia menjadi takut, dan ia mengumpulkan para penasehat dan para pangeran, apa yang harus di lakukan untuk anak Terah. Mereka menjawab, dan berkata: "Raja dan Tuhan kami! Apa alasan engkau takut terhadap anak kecil? Begitu banyak pengikut mu yang telah menguasai dunia ini. Utuslah pangeran untuk pergi mengambil anak itu dan memenjarakannya." Namun kata raja, "Apakah engkau pernah melihat seorang bayi berusia 20 hari yang bisa berjalan dan berjalan dengan kakinya, dan berbicara dengan lidah tentang Allah di surga, yang esa, dan tidak ada tuhan di samping-Nya, yang melihat yang tidak terlihat?" Semua pangeran yang berkumpul disana diam dikecam ketakutan akibat perkataan tersebut.

Pada waktu itu Satan yang menyamar dalam rupa manusia, muncul dengan mengenakan jubah hitam dari sutra, dan ia bersujud dihadapan raja. Nimrod berkata, "Bangkit dan berbicaralah." Satan berkata: "Mengapa engkau begitu ketakutan, dan mengapa kalian semua ketakutan terhadap anak kecil? Aku menyarankan untuk membuka gudang senjata kita, dan persenjatai semua pemimpin negri beserta prajurit mereka, utus mereka untuk menangkap anak itu untuk melayani engkau dan tunduk atas kuasa mu."

Saran yang diberikan oleh Satan di dengarkan oleh raja. Dia mengutus prajurit terkuatnya dengan senjata pamungkas mereka untuk menjemput Abraham kepada raja. Ketika Abraham melihat para prajurit mendekatinya, ia menjadi ketakutan, dan dalam tangis ia memohon pertolongan Allah. Malaikat Gabriel lalu di utus kepada Abraham, dan Gabriel berkata: "Janganlah takut karena Allah beserta engkau. Ia akan menyelamatkan engkau dari tangan musuh mu." Allah memerintahkan Gabriel untuk menciptakan awan tebal yang gelap untuk memisahkan Abraham dan para penyerangnya.

Terhalau oleh awan tebal, mereka lari terkocar-kacir, dan kembali kepada Nimrod, raja mereka, dan berkata, "Marilah kita pergi dari daerah ini," raja lalu memberi sejumlah uang kepada para pembesar dan pelayannya, dan mereka lalu berangkat ke Babilon.

Abraham Muncul Di Hadapan Publik

Abraham mendapat perintah Allah melalui malaikat Gabriel, untuk menyusul Nimrod ke Babel (Babilon). Namun ia keberatan karena ia tidak memiliki kebijaksanaan untuk berkhotbah dihadapan raja, namun Gabriel berkata: "Engkau tidak memerlukan sesuatu, tidak ada kuda, tidak ada prajurit, tidak ada kereta yang akan berperang bersama Nimrod. Apakah engkau menginginkan ku gendong ke Babilon"

Abraham melakukan seperti yang diperintahkan, dan dalam sekejap mata ia menemukan dirinya di depan gerbang kota Babel. Atas perintah malaikat, ia memasuki kota tersebut, dan ia berseru dengan nyaring : "Yang Abadi, Dia lah Allah yang esa, dan tidak ada allah lain disampingnya. Ia adalaha Allah yang berdiam di surga, dan Allah dari para dewa, juga atas dewa Nimrod kalian. Bersaksilah hal ini sebagai kebenaran, wahai kalian semua lelaki dan wanita, serta anak-anak. Bersaksilah bahwa aku Abraham hamba-Nya, sebagai hamba bagi kerajaan-Nya."

Abraham menemui orang tuanya di Babel, dan ia mendapat perintah dari malaikat Gabriel, untuk memberitakan imam yang benar kepada orang tuanya. Demikianlah perkataan Abraham kepada orang tuanya: "Selama ini kalian hanya melayani manusia serta menyembah kepada patung Nimrod. Tahukah kalian patung itu memiliki mulut, namun tidak dapat berbicara; memiliki mata namun tidak dapat melihat; memiliki telinga namun tidak dapat mendengar; tidak dapat berjalan dengan kakinya, dan tidak ada keuntungan yang di dapat darinya, baik untuk dirinya sendiri atau bagi yang lain."

Ketika Terah mendengar perkataan ini, ia lalu membujuk Abraham untuk mengikutinya ke dalam rumah, dan Abraham lalu menceritakan segala hal yang terjadi -- bagaimana ia menjalani 40 hari perjalanan. Terah lalu menghadap kepada Nimrod, dan melaporkan perihal anaknya Abraham yang tiba-tiba muncul di Babel, raja kemudian memanggil Abraham. Bersama ayahnya Abraham menghadap raja dengan melalui semua para pembesar kerajaan hingga mencapai singgasana raja. Ia lalu berseru dengan nyaring : "Wahai Nimrod, begitu celaka dan hina engkau, yang menyangkal fitrah manusia, menyangkal Allah yang hidup serta kekal, dan Abraham hambanya, Bersaksilah pada-Nya, dan ikutilah perkataanku: Allah adalah kekal, Ia Esa, dan Tidak ada yang setara disampingnya; Ia tidak berwujud, hidup, abadi; Ia tidaklah mengantuk serta tertidur, yang telah menciptakan dunia agar manusia beriman padanya. Dan bersaksilah kepadaku, dan katakan bahwa aku adalah hamba dan pelayan-Nya."

Ketika Abraham menyatakan hal ini dengan suara nyaringnya, para patung berhala jatuh dihadapan mereka. Selama 2 jam, 1/2 dari para raja tertunduk tak bernyawa, dan ketika jiwa mereka kembali, mereka berkata, "Apakah itu suara mu, wahai Abraham, atau suara Tuhan mu?" Jawab Abraham, "Itu adalah suara dari mahluk yang paling kecil, yang dipanggil oleh Allah." Kemudian Nimrod berkata, "Sesungguhnya, Allah Abraham adalah maha besar dan kuat, raja dari semua raja, dan ia memerintahkan Terah untuk memulangkan Abraham kembali ke kota asalnya, dan mereka melakukan perintah raja."

Pengkhotbah Dari Iman Sejati.

Ketika Abraham berusia 20 tahun, Terah ayahnya jatuh sakit. Ia berbicara kepada anaknya Haran dan Abraham, "Jual lah patung berhala itu untuk ku, karena aku tidak mempunyai uang yang cukup untuk memenuhi pengeluaran kita." Haran melaksanakan perintah tersebut.

Suatu ketika ada yang bertanya kepada Abraham, berapa harga patung tersebut, Abraham menjawab 3 maneh, namun ia balik bertanya kepada pembeli, "Berapa kah usia anda?", dijawab: "30 tahun," lanjut Abraham, "Engkau yang telah berusia 30 tahun, namun engkau menyembah patung yang baru kubuat hari ini?" Pembeli tersebut lalu menjauh dari Abraham. Demikian lah Abraham selalu bertanya hal serupa kepada calon pembelinya, hingga kemudian ia mengambil 2 berhala nya, lalu mengalungkan tali pada leher mereka, dan ia menyeret mereka di tanah, sambil berseru: "Siapakah yang ingin membeli patung berhala yang tidak membawa manfaat, baik pada dirinya maupun yang menyembahnya? ia mempunyai mulut namun tidak dapat berbicara; punya mata namun tidak melihat; punya kaki namun tak dapat berjalan; telinga yang tak dapat mendengar."

Orang-orang sangat kagum mendengar perkataan Abraham. Ketika ia melalui jalan-jalan di kota tersebut, ia di dekati oleh seorang wanita tua, yang bermaksud membeli sebuah berhala, yang indah dan besar, untuk di sembah. "Wanita tua, wanita tua," kata Abraham, "Aku tahu tidak ada keuntungan dari berhala ini, baik itu besar atau pun kecil, baik untuk dirinya sendiri atau orang lain. Dan bagaimana dengan patung besar yang engkau telah beli dari saudara ku Haran?", jawab wanita tersebut, "Ia di curi pada malam hari, ketika aku sedang mandi." Jawab Abraham padanya, "Mengapa engkau menyembah kepada berhala yang bahkan tidak dapat menjaga dirinya dari para pencuri? Bagaimana mungkin engkau mengatakan patung yang kau sembah adalah tuhan? Tida ada manfaat darinya, baik kepada ia sendiri atau pun kepada yang menyembahnya."

Wanita tua tersebut bertanya, "Jika apa yang engkau katakan adalah benar, siapa kah yang layak aku sembah?", jawab Abraham "Sembahlah Tuhan dari segala tuhan, yang telah menciptakan langit dan bumi, laut dan segala sesuatu -- Allah dari Nimrod dan Allah dari Terah, Allah dari timur, barat, utara, selatan. Siapakah si anjing Nimrod? yang berani menyebut dirinya tuhan, yang meminta sesembahan bagi dirinya?"

Abraham berhasil membuka mata hati wanita tua itu, dan ia berubah menjadi missionaris militan untuk Allah yang benar. Ketika ia menemui berhala yang pernah hilang, namun kemudian dikembalikan kepadanya oleh para pencuri, ia menghancurkannya hingga berkeping-keping dengan sebuah batu, dan ia berkeliling jalan-jalan di kota, sambil berseru, "Siapakah yang ingin menyelamatkan jiwanya dari kehancuran, dan menjadi sejahtera hidupnya melalui perbuatannya, hendaklah ia menyembah Allah dari Abraham." Demikianlah ia berhasil membuat banyak orang berbalik memeluk pada agama yang benar.

Berita tentang kata-kata serta perbuatan wanita tua ini mencapai telinga raja, dan ia mengutus orang untuk memanggilnya kepada raja. Raja membentak wanita tua dengan pertanyaan, mengapa ia berani menyembah tuhan lain selain dirinya. Wanita tua menjawab: "Engkau adalah pendusta, engkau mengingkari iman yang benar, hanya ada satu Allah, dan tak ada allah lain disampingnya. Engkau hidup karena karunia-Nya, namun engkau menyembah pada yang lain, dan engkau telah mengingkari diri-Nya, ajaran-Nya, dan pelayan-Nya si Abraham."

Wanita tua itu kemudian harus membayar keberanian akan iman nya dengan nyawa nya. Namun demikian ketakutan besar telah datang pada Nimrod, karena orang-orang semakin banyak yang memeluk ajaran Abraham, dan ia tidak mengetahui cara untuk mengatasi orang yang telah meruntuhkan agama mereka. Melalui nasehat dari para pembesarnya, ia lalu mengadakan festival selama 7 hari, yang mana ia memerintahkan setiap orang untuk tampil dalam jubah terbai mereka, yang berhiaskan emas dan perak. Dengan memamerkan kemewahan dan kekuasaan ia berharap Abraham berubah pikiran untuk memeluk agama raja.

Melaui Terah ayahnya, Nimrod mengundang Abraham menghadap padanya, agar ia dapat menyaksikan keagunan dan kemewahannya. Namun Abraham menolak hadir pada istana raja, dan ia ditugaskan oleh ayahnya, untuk menjaga berhala ayahnya dan berhala raja selama ia mengikuti perayaan.

Di tinggal sendiri bersama para berhala, ia mengulang-ulang perkataan, "Sang kekal, dia lah Allah! Sang kekal, dia lah Allah!" ia merusak para berhala dari singgasana mereka, memukul mereka dengan kapak. Dari patung yang terbesar hingga terkecil, ia memotong kaki satu berhala dan memotong kepala yang lain. Ia mencungkil mata mereka, mematahkan tangan. Setelah ia memutilasi mereka, ia lalu pergi, dan meletakkan kapa ke tangan berhala yang terbesar.

Ketika perayaan berakhir, raja kembali dan ia menemukan semua berhala telah termutilasi, ia mencari pelakunya. Abraham disebut sebagai tersangka, dan dibawa di hadapan raja, dan ia ditanya mengapa ia melakukan hal tersebut, Abraham menjawab: "Saya tidak melakukan hal itu, itu dilakukan oleh patung yang terbesar, ia lah yang menghancurkan yang lain. Lihat ia masih menyimpan kapak di tangannya. Jika kalian tidak percaya kepada ku, bertanyalah padanya, dia akan memberitahu pada mu."

Dalam Api Pembakaran

Raja menjadi sangat murka terhadap Abrham, dan ia memerintahkan untuk memenjarakan Abraham ke tahanan bawah tanah, tanpa di beri makan atau minum. Namun Allah mendengar doa Abraham, lalu mengutus Gabriel kepada Abraham. Selama 2 tahun Gabriel berdiam bersama Abraham dan memberinya makanan dan minuman.

Pada akhir tahun, pembesar dari kerajaan menghadap kepada raja dan memberi nasehat agar Abraham di hukum dengan cara di lempar ke api pembakaran, hingga orang-orang menjadi gentar kepada Nimrod. Raja lalu memerintahkan agar rakyatnya diseluruh pelosok kerajaan, mengumpulkan kayu di ibu kota selama 40 hari, dan kayu tersebut dipakai untuk membakar sebuah tungku besar.

Api dari tungku tersebut membubung tinggi dan melesat ke langit, orang-orang menjadi ketakutan api tersebut. Kemudian sipir penjara diperintahkan untuk membawa Abraham keluar dari penjara dan melemparkan ia ke dalam api. Sipir penjara memberi tahu raja bahwa Abraham tidak diberi makan dan minum selama ini, dan ia mungkin sudah mati, Nimrod lalu memerintahkan para sipir untuk pergi ke pintu penjara dan memanggil namanya. Jika ia menyahut, dia harus diseret ke api pembakaran. Jika ia telah mati, jenasahnya dikuburkan dan segala kenangan tentang dia harus dihapus untuk selama-lamanya.

Para sipir penjara terkesima ketika teriakan mereka, "Abraham apakah engkau masih hidup?" dijawab, "Saya masih hidup." Mereka bertanya lagi "Siapa yang memberi engkau makanan dan minuman selama ini?" jawab Abraham, "Makanan dan minuman diberikan kepadaku oleh Allah yang berada diatas segala sesuatu, Allah dari segala allah, ia pembuat keajaiban. Dia adalah Allah Nimrod, Allah Terah, dan Allah seluruh dunia. Dia yang menyediakan makanan dan minuman untuk segala mahluk. Ia melihat namun tak dapat terlihat, Ia berada di atas surga, dan Ia berada dimana-mana, karena ia mengawasi segala sesuatu dan penyedia segala hal untuk segala sesuatu."

Mujizat terhadap Abraham yang tidak mati kelaparan atau kehausan, meyakinkan sipir penjara akan kebenaran dari Allah dan utusan-Nya Abraham, dan mereka mendeklarasikan kepercayaan mereka kepada orang banyak. Ancaman raja terhadap kematian tidak menggentarkan mereka akan iman sejati ini. Ketika algojo mengangkat pedang dan diletakkan diatas leher mereka, mereka berseru, "Sang Kekal, Dia adalah Allah, Allah seluruh dunia juga Allah Nimrod sang penista." Namun pedang tersebut tidak dapat memotong daging mereka. Hingga pecahlah pedang mereka.

Namun Nimrod tidak bergeming dari tujuannya yaitu membakar Abraham kedalam api pembakaran. Ia lalu mengutus salah satu pembesarnya untuk mengambil Abraham. Namun ketika mereka akan membawanya ke dalam tungku pembakaran, justru utusan tersebut yang dibakar oleh lidah api yang menyambar keluar. Banyak yang mati terbakar dalam usaha untuk melempar Abraham kedalam tungku pembakaran.

Satan lalu muncul dalam bentuk manusia, dan memberi nasehat kepada raja untuk meletakkan Abraham ketas ketapel yang akan melontarkan dirinya ke dalam api. Dengan demikian tidak diperlukan orang untuk mendekati tungku. Satan sendiri yang membuat ketapel tersebut. Setelah melakukan uji coba menggunakan batu sebanyak 3 kali. Mereka lalu mengikat tangan dan kaki Abraham. Pada saat tersebut Satan yang masih menjelma dalam bentuk manusia, mendekati Abraham dan berkata, "Jika engkau tidak ingin mati terbakar oleh api Nimrod, sujud lah kepadanya dan percaya lah kepadanya." Namun Abraham menolaknya, dan berkata, "Semoga Allah memberi teguran kepadamu, engkau sungguh keji, hina dan terkutuk!" dan Satan pun meninggalkan nya.

Kemudian ibu Abraham datang kepadanya dan memohon agar ia bersujud kepada Nimrod supaya terhindar dari hukuman. Namun ia berkata kepadanya: "Wahai ibu, air dapat memadamkan api Nimrod, tapi api dari Allah tidak akan padam untuk salama-lamanya. Bahkan air tidak akan mampu memadamkannya." Ketika ibunya mendengar perkataan ini, ia berkata, "Semoga Allah yang engkau sembah menyelamatkanmu dari api Nimrod."

Abraham akhirnya diletakkan diatas ketapel, dan ia memalingkan wajahnya ke langit, seraya berkata, "Ya Tuhan, Allah ku, Engkau telah melihat bagaimana upaya pendosa ini!" Keyakainannya terhadap Allah tidak tergoyahkan. Ketika malaikat mendapat izin untuk menyelamatkannya, Gabriel mendekat dan berkata, "Abraham, apakah aku harus menyelamatkanmu dari api?" jawabnya, "Hanya kepada Allah aku menaruh jiwaku, Allah di surga dan di bumi, akan menyelamatkan aku," dan Allah yang melihat kesalehan Abraham, berfirman kepada api, "Dinginlah dan bawa kesejukan kepada hamba-Ku Abraham."

Api tersebut lalu padam walau tanpa api. Kayu pembakaran seketika memunculkan tunas mereka, dan masing-masing kayu  menghasilkan buah sesuai pohonnya. Tungku berubah menjadi kursi kerajaan, dan para malaikat duduk disana bersama Abraham. Ketika raja melihat mujizat ini, ia berkata: "Sihir hebat! engkau menunjukkan bahwa engkau berkuasa atas api, dan pada saat yang sama engkau memamerkan dirimu kepada orang-orang seakan duduk dengan nyaman di taman!" Namun para pembesar Nimrod berkata dalam 1 suara, "Bukan, yang mulia, ini bukan sihir, ini adalah kekuatan Allah yang maha besar, Allah dari Abraham, yang Esa, dan kami bersaksi bahwa Ia adalah Allah dan Abraham adalah utusannya." Semua pembesar dan rakyat seketika percaya pada Allah saat itu.

Kemuliaan Abraham melebihi raja Nimrod yang fasik, juga para pembesarnya, juga melebihi orang-orang saleh yang hidup pada zaman itu seperti Nuh, Shem, Eber dan Asyur. Nuh angkat tangan terhadap generasi tersebut, dan ia sama sekali tidak berusa untuk menegakkan agama yang suci kepada Allah. Ia menyibukkan diri menanam anggur, dan tenggelam dalam kesenangan duniawi. Shem dan Eber hidup menyepi, dan Asyur berkata, "Bagaimana aku bisa hidup bersama para pendosa ini?" dan ia lalu pergi meninggalkan negeri itu. Yang tersisa hanyalah Abraham. "Aku tidak akan meninggalkan Allah," katanya, dan Allah pun tidak meninggalkan dirinya. Ia yang mengabaikan ayah dan ibunya.

Mujizat Abraham pada peristiwa tungku api, serta kesejahteraan hidupnya di kemudian hari, adalah penggenapan atas pembacaan tanda-tanda bintang di langit oleh Terah ayahnya. Ia melihat bintang dari Haran yang dimusnahkan oleh api, dan pada saat yang sama memimpin dunia. Misteri tersebut telah jelas saat ini. Haran tidak teguh dalam beriman, ia tidak mampu memutuskan dengan bijak apakah mengikuti Abraham atau para penyembah berhala. Ketika orang-orang yang tidak menyembah berhala akan dimasukkan kedalam tungku api, Haran berpikir demikian, "Abraham adalah kakak ku, aku akan menyatakan keimananku (jika terjadi mujizat) kepadanya; jika tidak aku akan melawannya." Namun setelah Abraham diselamatkan oleh Allah, ia mengumumkan keimanannya. Tapi ketika ia mendekati tungku, ia di lahap oleh api.
Terah membaca bintang dengan sangat baik, karena Haran telah mati terbakar api, dan anak perempuan nya Sarah binti Terah menjadi isteri Abraham, yang mana keturunan mereka kemudian memenuhi seluruh bumi.

Raja beserta para pembesarnya telah bersaksi atas keajaiban yang dilakukan Abraham, kemudian datang kepadanya dan bersujud. Tetapi Abraham berkata: "Jangan sujud kepadaku, namun kepada Allah, Tuhan dari alam semesta, yang telah menciptakan engkau. Sembahlah dan berjalan lah di dalam-Nya, karena Ia yang menyelamatkan aku dari api."

Raja lalu mengizinkan Abraham pulang kerumah, setelah ia memberinya berlimpah hadiah, di antaranya adalah 2 budak yang telah dibesarkan di istana kerajaan. Ogi dan Eliezer. Para pembesar mengikuti contoh dari raja, dan mereka memberinya berbagai macam perak dan emas serta batu mulia. Namun semua pemberian ini tidaklah menyenangkan hati Abraham, dibanding dengan 300 orang yang bergabung bersamanya dan menganut agamanya.

Abraham Bermigrasi Ke Harran

Selama dua tahun, Abraham membaktikan diri tanpa mengalami gangguan untuk mengubah hati manusia kepada Allah dan ajaran-ajaran-Nya. Ia dibantu oleh istrinya, Sarah, yang telah dinikahinya pada masa itu. Sementara ia berkhotbah kepada para pria dan berusaha untuk mempertobatkan mereka, Sarah berbicara kepada para wanita. Dia adalah seorang penolong yang layak bagi Abraham. Dalam kekuatan kenabian ia lebih utama dari suaminya. Dia kadang-kadang disebut Iscah, "sang pelihat."

Setelah dua tahun berlalu, Nimrod bermimpi. Dalam mimpinya ia mendapati dirinya bersama pasukannya di dekat tungku api di lembah tempat Abraham dilemparkan. Seorang lelaki yang menyerupai Abraham keluar dari tungku, dan ia berlari mengejar raja dengan pedang terhunus, raja melarikan diri dengan penuh ketakutan. Sambil berlari, sang pengejar melemparkan sebutir telur ke kepala Nimrod, dan sebuah aliran besar dikeluarkan darinya, di mana seluruh pasukan raja ditenggelamkan. Raja sendiri selamat, dengan tiga pria. Ketika Nimrod memeriksa teman-temannya, ia mengamati bahwa mereka mengenakan pakaian kerajaan, dan dalam bentuk dan status mereka menyerupai dirinya sendiri. Aliran berubah kembali menjadi telur lagi, dan seekor ayam kecil keluar darinya, dan ia terbang, menetap di atas kepala raja, dan mengeluarkan salah satu matanya.

Raja kemudian terbangun dalam ketakutan dan jantungnya berdetak seperti palu. Di pagi hari, ia kemudian mengumpulkan orang-orang bijak dan penyihirnya, dan memberi tahu mereka mimpinya. Salah satu orang bijak, bernama Anoko, berdiri, dan berkata: "Ketahuilah, hai raja, mimpi ini menunjuk pada kemalangan yang akan ditimpakan Abraham dan keturunannya kepadamu. Waktunya akan tiba ketika dia dan para pengikutnya akan memerangi pasukanmu, dan mereka akan memusnahkannya. Engkau dan ketiga raja, sekutumu, akan menjadi satu-satunya yang lolos dari maut. Tetapi kemudian kamu akan kehilangan nyawamu di tangan salah satu keturunan Abraham. Pertimbangkan, ya raja, bahwa orang-orang bijakmu telah membaca nasibmu di bintang-bintang, lima puluh dua tahun yang lalu, pada saat kelahiran Abraham. Selama Abraham hidup, engkau tidak akan ditegakkan, atau kerajaanmu. " Nimrod mengingat kata-kata Anoko, dan mengirim beberapa pelayannya untuk menangkap Abraham dan membunuhnya. Kebetulan Eliezer, budak yang diterima Abraham sebagai hadiah dari Nimrod, pada waktu itu berada di istana. Dengan sangat tergesa-gesa ia bergegas menemui Abraham dan membujuknya agar melarikan diri dari para perwira raja. Abraham kemudian berlindung di rumah Nuh dan Sem, disana ia bersembunyi sebulan penuh. Para perwira raja kemudian melaporkan bahwa, Abraham tidak ditemukan. Sejak saat itu raja melupakan Abraham.

Ketika Terah mengunjungi putranya di tempat persembunyiannya, Abraham mengusulkan agar mereka meninggalkan negeri itu dan menetap di tanah Kanaan, untuk menghindari pengejaran Nimrod. Dia berkata: "Ketahuilah bukan untuk dirimu jika Nimrod memberimu kehormatan, tetapi untuk keuntungannya sendiri. Meskipun ia menganugerahkan berbagai kebaikan kepadamu, semuanya hanyalah kesombongan duniawi? Segalah kekayaan dan harta, tidak akan berguna di hari Kiamat. Dengarlah suaraku, hai ayahku, marilah kita berangkat ke tanah Kanaan, dan melayani Tuhan yang telah menciptakan engkau, agar engkau diberkati."

Nuh dan Sem membantu upaya Abraham untuk membujuk Terah, dan Terah setuju untuk meninggalkan negeri itu, dan dia, Abraham, dan Lot, putra Haran, berangkat menuju kota Haran dengan seluruh keluarga mereka. Mereka mendapati tanah itu sangat menyenangkan, dan juga penduduknya, yang dengan mudah menyerah pada kharisma dan kesalehan Abraham. Banyak dari mereka mematuhi ajarannya dan menjadi takut akan Allah.

Tekad Terah untuk keluar dari tanah kelahirannya demi Abraham dan menetap di negeri asing, dan dorongan hatinya untuk melakukannya bahkan sebelum panggilan Ilahi mengunjungi Abraham - hal ini diperhitungkan oleh Tuhan untuk Terah sebagai sebuah kebajikan, dan ia diizinkan untuk melihat putranya Abraham akan memerintah sebagai raja atas seluruh dunia.

Sebuah mujizat akan terjadi, dimana Ishak akan dilahirkan dari kedua orang tuanya yang telah lanjut usia, dan orang-orang bertanya apa yang telah dilakukan oleh Abraham, sehingga sesuatu yang luar biasa terjadi pada dirinya. Abraham mengatakan kepada mereka, mengenai segala hal yang terjadi antara Nimrod dan dirinya, bagaimana ia rela dibakar demi kemuliaan Allah, dan bagaimana Tuhan telah menyelamatkannya dari api. Sebagai tanda kekaguman mereka pada Abraham dan ajarannya, mereka menunjuknya untuk menjadi raja mereka, dan untuk memperingati kelahiran Ishak yang ajaib, uang yang diciptakan oleh Abraham menggambarkan sosok suami istri tua di sisi depan, dan sepasang suami, istri yang masih muda pada sisi sebaliknya, karena Abraham dan Sarah sama-sama diremajakan pada saat kelahiran Ishak, rambut putih Abraham berubah menjadi hitam, dan garis-garis di wajah Sarah diperhalus.

Selama bertahun-tahun, Terah terus hidup menyaksikan kemuliaan putranya, karena kematiannya tidak terjadi hingga Ishak berusia tiga puluh lima tahun. Dan ganjaran yang lebih besar lagi ialah, Allah menerima pertobatannya, ketika ia meninggalkan kehidupan ini, ia akan masuki taman Firdaus, bukan  neraka, meskipun ia telah melewati sebagian besar hidupnya dalam dosa. Memang, adalah kesalahannya jika  Abraham nyaris kehilangan nyawanya di tangan Nimrod.

Versi 2

BINTANG DI TIMUR
Terah adalah seorang pejabat tinggi di istana Nimrod, dan disegani oleh raja dan pejabat lainnya. Ia memiliki seorang putra yang diberi nama Abram, karena raja telah mengangkatnya ke tempat yang ditinggikan. Pada malam kelahiran Abram, para peramal dan orang bijak Nimrod datang ke rumah Terah, untuk makan-minum, dan bersukacita bersamanya malam itu. Ketika mereka meninggalkan rumah, mereka mengangkat mata mereka ke langit untuk melihat bintang-bintang, dan mereka melihat, satu bintang besar datang dari timur dan berlari melintasi langit kemudian menelan empat bintang di keempat sudut. Mereka semua takjub melihat pemandangan itu, tetapi mereka memahami hal ini, dan tahu pentingnya hal itu. Mereka berkata satu sama lain: "Ini adalah pertaruhan jika anak yang telah dilahirkan untuk Terah malam ini akan tumbuh dan beranak-cucu, dia akan berlipat ganda dan mewarisi seluruh bumi, untuk selamanya, dan dia dan keturunannya akan membunuh raja-raja besar dan mewarisi tanah mereka. "

Mereka pulang ke rumah malam itu, dan di pagi hari mereka bangun pagi-pagi, dan berkumpul di rumah pertemuan mereka. Mereka berbicara, dan berkata satu sama lain: "Sesungguhnya, pemandangan yang kita lihat tadi malam tidak diketahui oleh raja, itu belum diberitahukan kepadanya, namun seandainya nanti hal ini diketahui olehnya, dia akan berkata kepada kita, mengapa kamu menyembunyikan hal ini dari saya? kita semua akan dihukum mati. Sekarang, mari kita pergi dan memberi tahu raja pemandangan yang kita lihat, beserta tafsirnya." Dan mereka pun pergi kehadapan raja untuk memberitahukan segalanya, dan mereka menambahkan saran agar raja membayar sejumlah uang kepada Terah, untuk membunuh bayi itu.

Oleh karena itu, raja memanggil Terah, dan ketika dia datang, dia berkata kepadanya, "Telah diberitahukan kepadaku bahwa seorang anak dilahirkan kepadamu beberapa hari lalu, dan suatu tanda yang menakjubkan teramati di langit pada saat kelahirannya. Sekarang beri aku anak itu, agar aku dapat membunuhnya sebelum kejahatan menimpa kita darinya, dan aku akan memenuhi rumahmu dengan perak dan emas sebagai balasannya." Terah menjawab, "Hal yang engkau janjikan kepadaku ini  seperti kata-kata yang diucapkan seseorang kepada seekor keledai, dengan mengatakan, 'Aku akan memberimu setumpuk besar gandum, hingga satu rumah penuh, dengan syarat aku memotong kepalamu!' Bagal itu menjawab, "Apa gunanya semua jelai untukku, jika kamu memotong kepalaku? Siapa yang akan memakannya ketika kamu memberikannya kepadaku?" Demikian juga saya katakan: Apa yang harus saya lakukan dengan perak dan emas setelah kematian putra saya? Siapa yang akan mewarisinya?" Tetapi ketika Terah melihat bagaimana kemarahan raja terbakar dari kata-kata ini, dia menambahkan, "Apa pun yang raja inginkan untuk dilakukan kepada hambanya, ia akan membiarkannya, bahkan anakku ada di tangan raja, tanpa nilai atau pertukaran, dia dan dua kakak laki-lakinya yang lebih tua."

Namun, Raja berkata, "Saya hanya membeli putra bungsu mu dengan harga tertentu." Dan Terah menjawab, "Sudilah raja  memberi saya waktu tiga hari untuk mempertimbangkan masalah ini dan berkonsultasi dengan keluarga saya." Raja menyetujui hal tersebut, dan pada hari ketiga ia mengirim pesan ke Terah, "Berilah harga untuk putramu, dan jika engkau tidak melakukannya, aku akan mengirim pasukan untuk membunuh semua yang ada dirumahmu, bahkan anjing pun tidak akan tersisa untukmu. "

Kemudian Terah mengambil seorang anak yang dibawa oleh pelayan kepadanya, dan dia membawa bayi itu kepada raja, dan menerima uang untuk hal tersebut, dan raja mengambil anak itu dan membalikkan kepalanya ke tanah, karena dia pikir itu adalah Abram . Tetapi Terah membawa putranya, Abram, bersama ibu anak dan perawatnya, dan menyembunyikan mereka di sebuah gua, dan ia membawa perbekalan kepada mereka sebulan sekali, dan Tuhan menyertai Abram di dalam gua, dan ia pun tumbuh besar, namun Raja dan semua pembersarnya berpikir bahwa Abraham sudah mati.

Dan ketika Abram berusia sepuluh tahun, dia dan ibunya dan perawatnya keluar dari gua, karena raja dan para pembesarnya telah melupakan perihal anak Terah.

Pada waktu itu semua penduduk bumi, kecuali Nuh dan keluarganya, telah melanggar perintah Tuhan, dan mereka membuat bagi diri mereka sendiri setiap orang, dewa-dewa dari kayu dan batu, yang tidak dapat berbicara, tidak mendengar, atau melepaskan diri dari kesusahan. Raja dan semua pembesarnya, termasuk Terah. Terah membuat dua belas dewa berukuran besar, dari kayu dan batu, sesuai dengan dua belas bulan dalam setahun, dan ia memberi hormat kepada mereka setiap bulan secara bergantian.


Hamba Allah
Suatu ketika Abram pergi ke kuil berhala di rumah ayahnya, untuk mempersembahkan kurban, dan dia melihat salah satu patung dewa yang bernama Marumath, yang terbuat dari batu, tersungkur seakan menyembah di hadapan dewa besi milik Nahor. Berhala itu terlalu berat baginya untuk diangkat sendirian, dan ia memanggil ayahnya untuk membantunya mengembalikan Marumath ke tempatnya. Sementara mereka mengangkat patung itu, kepalanya lepas, dan Terah mengambil sebuah batu, kemudian memahat patung Marumath yang lain, ia meletakkan kepala yang pertama di atas tubuh yang baru. Kemudian Terah melanjutkan dan membuat lima dewa lagi, kemudian ia menghampiri Abram, dan memerintahkannya untuk menjual patung-patung tersebut di jalan-jalan kota.

Abram memuat patung tersebut diatas keledainya, dan pergi ke penginapan tempat para pedagang dari Fandana di Suriah yang akan berangkat ke Mesir. Dia berharap untuk menjual dagangannya di sana. Ketika dia sampai di penginapan, salah satu unta milik para pedagang bersendawa, dan suara itu menakuti keledainya hingga berlari dan menjatuhkan hingga rusak tiga dari berhala itu. Namun para pedagang tidak hanya membeli dua berhala yang tersisa, mereka juga memberinya harga yang rusak, karena Abram memberi tahu mereka, betapa sedihnya ia jika muncul di hadapan ayahnya dengan lebih sedikit uang daripada yang dia harapkan atas hasil kerjanya.

Peristiwa ini membuat Abram merenungkan berhala yang tidak berharga, dan dia berkata kepada dirinya sendiri: "Apa hal jahat yang dilakukan oleh ayahku? Bukankah dia adalah pembuat dari para allah-allahnya, karena mereka tidak muncul karena ukirannya dan pahatannya? Apakah tidak seharusnya mereka yang menyembah dia, bukan dia kepada mereka? " Ketika dia sampai di rumah ayahnya, dia masuk dan menyerahkan uang kepada ayahnya dari penjualan lima berhala. Terah bersukacita, dan berkata, "Diberkatilah engkau dari dewa-dewaku, karena engkau telah membawakan aku uang dari patung berhala, dan kerja kerasku tidak sia-sia. " Tetapi Abram menjawab: "Dengarlah, ayahku Terah, terberkatilah allah-allahmu, karena Engkau adalah tuhan mereka, karena Engkau telah membentuk mereka, dan berkat mereka adalah kehancuran dan bantuan mereka adalah kesia-siaan. Mereka yang tidak membantu diri mereka sendiri, bagaimana bisa mereka membantu atau memberkati saya? "

Terah menjadi sangat marah kepada Abram, karena ia mengucapkan hal yang menistakan para dewa, dan Abram, yang memikirkan kemarahan ayahnya, meninggalkannya dan pergi dari rumah. Tetapi Terah memanggilnya kembali, dan berkata, "Kumpulkan serpihan-serpihan kayu sisa pahatan patung yang kubuat sebelum engkau kembali, dan siapkan makan malam untukku." Abram bersiap untuk melakukan perintah ayahnya, dan ketika mengambil serpihan-serpihan itu ia menemukan dewa kecil terselip, yang dahinya bertuliskan "Dewa Barisat." Dia melemparkan serpihan ke atas api, dan meletakkan Barisat di sebelahnya, sambil berkata: "Perhatikanlah, Barisat, agar api tidak akan padam hingga aku kembali. Jika apinya mengecil, tiup lah ke dalamnya, dan buat nyala api membesar lagi." Setelah berbicara demikian, dia keluar. Ketika dia masuk lagi, dia menemukan Barisat berbaring tengkurap, dan terbakar. Sambil tersenyum, dia berkata pada dirinya sendiri, "Sesungguhnya, Barisat, engkaulah yang menjaga api tetap membara dan hingga makanan ini dapat dimasak," dan ketika dia berbicara demikian, patung itu terbakar hingga menjadi abu. Lalu dia mengambil piring untuk ayahnya, dan Terah makan dan minum dengan sukacita dan memberkati dewa Marumath. Tetapi Abram berkata kepada ayahnya, "Jangan memberkati tuhanmu Marumath, melainkan tuhanmu Barisat, karena dialah yang, karena cintanya yang besar kepadamu, melemparkan dirinya ke dalam api sehingga makananmu dapat dimasak." "Dimana dia sekarang?" seru Terah, dan Abram menjawab, "Dia telah menjadi abu dalam keganasan api." Terah berkata, "Hebat itulah kekuatan Barisat! Aku akan membuat Barisat baru hari ini, dan besok dia akan menyiapkan makanan untukku."

Kata-kata ayahnya ini membuat Abram tertawa dalam hati, tetapi jiwanya bersedih atas perbuatannya, dan dia melanjutkan ucapannya tentang berhala, dengan mengatakan: "Ayah, tidak peduli dari dua berhala yang mana engkau mencari berkat, pemikiranmu tidak masuk akal, karena berhala-berhala yang berada di kuil suci lebih banyak disembah oleh orang dari pada berhalamu. Zucheus, dewa saudaraku Nahor, lebih terhormat daripada Marumath, karena dia dibuat terbuat dari emas, dan ketika dia bertambah tua, dia hanya perlu digosok. Tetapi ketika Marumathmu menjadi usang, atau hancur berkeping-keping, dia tidak dapat diperbarui, karena dia terbuat dari batu. Dan dewa Joauv, yang berdiri di atas dewa-dewa lain dengan Zucheus, lebih terhormat daripada Barisat, yang hanya terbuat dari kayu, karena dia ditempa dari perak, dan dihiasi oleh orang-orang, untuk menunjukkan kemegahannya. Tapi Barisatmu, sebelum kamu membuatnya menjadi dewa dengan kapakmu, ia sebelumnya telah berakar di bumi, berdiri dengan megah dan indah, dihiasi dengan berbagai cabang dan bunga. Namun sekarang dia kering kerontang. Dari ketinggiannya ia telah jatuh ke bumi, dari keagungan ia menjadi kehinaan, dan penampilan wajahnya telah memucat, dan ia sendiri telah terbakar dalam api, dan musnah menjadi abu. Namun kemudian kamu berkata, 'Aku akan membuatku yang lain hari ini, dan besok dia akan menyiapkan makanan untukku.

Abraham melanjutkan, dan berkata," api itu lebih untuk disembah daripada dewa-dewamu dari emas dan perak dan kayu dan batu, karena ia memusnahkan mereka. Tetapi juga api yang saya sebut bukan tuhan, karena itu tunduk pada air, yang memadamkannya. Tetapi juga air yang saya sebut bukan tuhan, karena disedot oleh bumi, dan saya sebut bumi lebih mulia, karena ia menaklukkan air. Tetapi juga bumi yang saya sebut bukan tuhan, karena dikeringkan oleh matahari, dan saya menyebut matahari lebih mulia daripada bumi, karena ia menerangi seluruh dunia dengan sinarnya. Tetapi juga matahari yang saya sebut bukan tuhan, karena cahayanya dikaburkan ketika kegelapan muncul. Saya juga tidak menyebut bulan dan bintang-bintang sebagai dewa, karena cahayanya juga padam ketika waktu mereka untuk bersinar sudah lewat. Tetapi dengarkanlah hal ini, ayahku Terah, yang akan Aku nyatakan kepadamu, Allah yang telah menciptakan segala sesuatu, Dia adalah Allah yang sejati, Dia yang menciptakan langit, dan menyepuh matahari, dan memberikan cahaya ke bulan dan juga cahaya bintang-bintang, dan Dia mengeringkan bumi di tengah-tengah banyak air, dan juga Dia yang menempatkan engkau dan aku di atas bumi, dan Dia lah yang terlihat dalam perenunganku."

Penghancuran Berhala (Ikonoklasme)
Tetapi Terah tidak dapat diyakinkan, dan sebagai jawaban atas pertanyaan Abraham, siapa Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dan anak-anak manusia, ia membawanya ke aula di mana berdiri dua belas berhala besar dan sejumlah besar berhala kecil, dan Sambil menunjuk kepada mereka, dia berkata, "Inilah mereka yang telah membuat semua yang kamu lihat di bumi, mereka yang telah menciptakan aku dan engkau dan semua manusia di bumi," dan dia membungkuk di hadapan para dewa, dan meninggalkan aula bersama putranya. .

Abraham pergi kepada ibunya, dan dia berbicara kepadanya: "Lihatlah, ayahku telah menunjukkan kepada saya sang pencipta langit dan bumi dan semua manusia. Karena itu, cepatlah dan ambil anak dari kawanan domba, dan membuatnya menjadi daging yang gurih, agar aku dapat membawanya kepada dewa-dewa ayahku, mungkin dengan demikian aku bisa diterima oleh mereka. " Ibunya melakukannya sesuai dengan permintaannya, tetapi ketika Abraham membawa persembahan kepada para dewa, dia melihat bahwa mereka tidak memiliki suara, tidak ada pendengaran, tidak ada gerakan, dan tidak seorang pun dari mereka mengulurkan tangannya untuk makan. Abraham mengolok-olok mereka, dan berkata, "Tentunya, daging gurih yang saya siapkan tidak membuat Anda senang, atau mungkin terlalu sedikit untuk Anda! Karena itu saya akan menyiapkan daging gurih segar besok, lebih baik dan lebih berlimpah daripada ini, dan saya akan melihat hal apa yang akan kalian lakukan. " Tetapi para dewa tetap bisu dan tanpa gerak di depan persembahan kedua dari daging gurih yang sangat baik daripada persembahan pertama, dan roh Allah menghampiri Abraham, dan dia berteriak, dan berkata: "Celakalah ayahku dan generasinya yang jahat, yang hati semua cenderung untuk kesombongan, yang melayani berhala-berhala dari kayu dan batu ini, yang tidak bisa makan, tidak mencium, tidak mendengar, atau berbicara, yang memiliki mulut tanpa bicara, mata tanpa penglihatan, telinga tanpa pendengaran, tangan tanpa perasaan, dan kaki tanpa gerakan!"

Abraham kemudian mengambil kapak di tangannya, dan menghancurkan semua dewa ayahnya, dan setelah selesai menghancurkannya ia meletakkan kapak itu di tangan dewa terbesar di antara mereka semua, dan ia pergi. Terah, setelah mendengar bunyi kapak di atas batu, berlari ke kuil berhala, dan dia mencapainya pada saat Abraham meninggalkannya, dan ketika dia melihat apa yang telah terjadi, dia bergegas mengejar Abraham, dan dia berkata kepadanya, "Kerusakan apa yang telah engkau lakukan pada dewa-dewa saya?" Abraham menjawab: "Aku meletakkan daging gurih di hadapan mereka, dan ketika aku datang kepada mereka, supaya mereka makan, mereka semua mengulurkan tangan mereka untuk mengambil daging, dan sebelum berhala yang besar mengulurkan tangannya untuk makan. Namun terlebih dahulu, ia marah terhadap mereka karena perilaku mereka, mengambil kapak dan menghancurkan mereka semua, dan, lihatlah, kapak itu masih ada di tangannya, seperti yang Anda lihat. "

Lalu Terah menimpakan amarahnya kepada Abraham, dan dia berkata: "Engkau berkata dusta kepadaku! Apakah ada roh, jiwa, atau kuasa dalam allah-allah ini hingga mampu melakukan semua yang telah Engkau katakan kepadaku? Apakah mereka bukan terbuat dari kayu dan batu? Dan bukankah aku sendiri yang membuat mereka? Pastilah engkay yang menempatkan kapak di tangan dewa besar, dan kamu berkata bahwa dia memukul mereka semua? " Abraham menjawab ayahnya,  "Lalu, mengapa engkau menyembah berhala-berhala ini yang tidak memiliki kuasa untuk melakukan sesuatu? Dapatkah berhala-berhala ini kamu percayai untuk menyelamatkanmu? Dapatkah mereka mendengar doa-doamu ketika kamu memanggil mereka?" Setelah mengucapkan kata-kata ini, ia  memperingatkan ayahnya agar tidak menyembah berhala, dia kemudian mengambil kapak dari berhala besar, mematahkannya, dan pergi.

Terah bergegas ke hadapan Nimrod, membungkuk di hadapannya, dan memintanya untuk mendengar ceritanya, tentang putranya yang telah dilahirkan untuknya lima puluh tahun lalu, dan bagaimana ia menistakan para dewa. "Sekarang, oleh karena itu, tuan dan rajaku," katanya, "Panggilah dia kehadapanmu, dan engkau menghakiminya menurut hukum, supaya kita dapat diselamatkan dari kejahatannya." Ketika Abraham dibawa ke hadapan raja, dia menceritakan kisah yang sama seperti yang dia katakan kepada Terah, tentang dewa besar yang menghancurkan yang lebih kecil, tetapi raja menjawab, "Berhala tidak berbicara, tidak makan, atau bergerak." Kemudian Abraham mencela dia karena menyembah dewa-dewa yang tidak bisa berbuat apa-apa, dan menasihatinya untuk melayani Allah semesta. Kata-kata terakhirnya adalah, "Jika hatimu yang jahat tidak mau mendengarkan perkataanku, untuk membuatmu meninggalkan jalan jahatmu dan melayani Allah yang Kekal, maka kamu akan mati dalam rasa malu di hari-hari kiamat, engkau, umatmu, dan semua itu terhubung denganmu, yang mendengar kata-katamu, dan berjalan dengan cara jahatmu. "

Raja memerintahkan Abraham untuk dimasukkan ke dalam penjara, dan pada akhir sepuluh hari ia memanggil semua pangeran dan pembesar dari seluruh penjuru kerajaan muncul di hadapannya, dan kepada mereka ia menempatkan kasus Abraham. Putusan mereka adalah bahwa ia harus dibakar, dan, karenanya, raja menyiapkan api selama tiga hari tiga malam, di tungku di Kasdim, dan Abraham harus dibawa ke sana dari penjara untuk dibakar.

Semua penduduk negeri itu, sekitar sembilan ratus ribu orang, datang untuk melihat apa yang akan dilakukan dengan Abraham. Dan ketika dia dibawa keluar, para peramal mengenali dia, dan mereka berkata kepada raja, "Pasti inilah orang yang telah kita lihat sebagai bayi, yang pada saat kelahirannya, sebuah bintang besar menelan empat bintang. Lihatlah, ayahnya melakukan pelanggaran perintahmu, dia telah mempermainkanmu, karena dia membawa anak lain kehadapanmu untuk dibunuh. "

Terah sangat ketakutan, pada murka raja, dan dia mengakui bahwa dia telah menipu raja, dan ketika raja berkata, "Katakan padaku siapa yang menasihatimu untuk melakukan ini. Berkata jujurlah, dan kamu tidak akan mati," ia menuduh Haran, yang telah berusia tiga puluh dua tahun pada saat kelahiran Abraham, sebagai orang yang menasihatinya untuk menipu raja. Atas perintah raja, Abraham dan Haran, menanggalkan semua pakaian, dan tangan dan kaki mereka diikat dengan tali, dilemparkan ke dalam tungku pembakaran. Haran, karena hatinya tidak sempurna dihadapan  Tuhan, binasa dalam api, dan juga orang-orang yang melemparkan mereka ke dalam tungku dibakar oleh nyala api yang melompat keluar, dan Abraham sendiri diselamatkan oleh Tuhan, dan dia tidak terbakar, meskipun tali pengikatnya dibakar api. Selama tiga hari tiga malam Abraham berjalan di tengah-tengah api, dan semua hamba raja datang dan mengatakan kepadanya, "Lihatlah, kita telah melihat Abraham berjalan di tengah-tengah api."

Pada awalnya raja tidak mempercayai mereka, namun setelah beberapa pangeran yang setia membenarkan kata-kata hambanya, dia bangkit dan pergi untuk melihat sendiri. Dia kemudian memerintahkan hamba-hambanya untuk mengambil Abraham dari api, tetapi mereka tidak bisa, karena nyala api melompat ke arah mereka dari tungku, dan ketika mereka mencoba lagi, atas perintah raja, untuk mendekati tungku, api menyala dan membakar mereka wajah, sehingga delapan hamba raja meninggal. Raja kemudian memanggil Abraham, dan berkata: "Wahai hamba Allah yang ada di surga, keluarlah dari tengah-tengah api, dan datang kemari dan berdiri di hadapanku," dan Abraham datang dan berdiri di depan raja. Dan raja berbicara kepada Abraham, dan berkata, "Bagaimana mungkin kamu tidak terbakar dalam api?" Dan Abraham menjawab, "Allah langit dan bumi yang aku percayai, dan yang memiliki segala sesuatu dalam kuasa-Nya, Dia membebaskanku dari api yang telah Engkau buat untukku.


ABRAHAM DI KANAAN
Dengan sepuluh godaan, Abraham dicobai, dan ia berhasil melewati semuanya, hal ini menunjukkan betapa besar kesetiaan Abraham. Cobaan pertama adalah kepergian dari tanah kelahirannya. Lalu ia harus melalui berbagai kesusahan, dan kini ia harus pergi meninggalkan rumahnya. Dia berbicara kepada Tuhan, dan berkata, "Tidakkah orang-orang akan berbicara tentang aku, dan berkata, 'Dia berusaha untuk membawa bangsa-bangsa di bawah naungan kemuliaan Tuhan, namun dia meninggalkan ayahnya yang sudah renta di Haran.' "Tetapi Tuhan menjawabnya, dan berkata:" Singkirkan semua pikiran tentang ayah dan kerabatmu. Meskipun mereka mengucapkan kata-kata manis kepadamu, namun dalam hati mereka, cuma ada satu pikiran, untuk menghancurkanmu. "

Kemudian Abraham meninggalkan ayahnya di Haran, dan melakukan perjalanan ke Kanaan, disertai dengan berkat Tuhan, yang berkata kepadanya, "Aku akan menjadikan engkau bangsa yang besar, dan aku akan memberkatimu, dan menjadikan namamu termasyur." Namun, berkat terbesar dari semua adalah firman Allah, "Dan engkau akan menjadi berkat." Arti dari ini adalah bahwa siapa pun yang berhubungan dengan Abraham diberkati. Selain itu, Allah memberikan janji kepadanya bahwa pada saatnya nanti namanya akan disebutkan dalam doa, Allah akan dipuji sebagai pelindung Abraham, perhatian khusus yang diberikan diantara manusia lain, kecuali Daud. Tetapi kata-kata, "Dan engkau akan menjadi berkat," akan digenapi hanya di dunia yang akan datang, ketika benih Abraham akan dikenal di antara bangsa-bangsa dan keturunannya di antara bangsa-bangsa sebagai "benih yang telah diberkati Tuhan."

Ketika Abraham pertama kali diperintahkan untuk meninggalkan negerinya, dia tidak diberitahu ke negeri mana dia akan pergi, namun Abraham membuktikan kepercayaannya kepada Tuhan, karena dia berkata, "Aku siap untuk pergi ke mana pun Engkau mengutus aku." Tuhan kemudian menyuruhnya pergi ke tanah di mana Dia akan menyatakan diri-Nya, dan ketika dia pergi ke Kanaan kemudian, Allah menampakkan diri kepadanya, dan dia tahu bahwa itu adalah tanah yang dijanjikan.

Saat memasuki Kanaan, Abraham belum tahu bahwa itu adalah tanah yang ditunjuk sebagai warisannya. Namun demikian dia bersukacita ketika dia sampai disana. Di Mesopotamia dan di Aram naharaim, penduduk yang dia lihat makan, minum, dan bertindak sesukanya, dia selalu berharap, "O warisan saya mungkin bukan di tanah ini," tetapi ketika dia datang ke Kanaan, dia mengamati bahwa orang-orang mengabdikan diri dengan rajin untuk membajak tanah, dan dia berkata, "O, sekiranya warisanku di tanah ini!" Tuhan kemudian berbicara kepadanya, dan berkata, "Bagi keturunanmu aku akan memberikan negeri ini." Senang dalam berita gembira ini, Abraham mendirikan sebuah mezbah bagi Tuhan untuk mengucap syukur kepada-Nya atas janji itu, dan kemudian dia melanjutkan perjalanan, ke selatan, ke arah tempat di mana sebuah Kuil akan  berdiri. Di Hebron ia mendirikan lagi sebuah mezbah, dengan demikian ia mengambil alih tanah itu. Dan juga dia menaikkan mezbah di Ai, karena dia meramalkan bahwa nasib buruk akan menimpa keturunannya di sana, pada penaklukan tanah di bawah Yosua. Dia berharap, altar itu akan menghentikan kemalangan yang mungkin terjadi.

Setiap altar yang diangkat olehnya adalah pusat kegiatannya sebagai misionaris. Segera setelah dia tiba di tempat yang dia inginkan untuk tinggal, dia akan merentangkan tenda pertama untuk Sarah, dan berikutnya untuk dirinya sendiri, dan kemudian dia akan segera melanjutkan untuk berdakwah dan membawa mereka kepada Allah. Dengan demikian ia mencapai tujuannya untuk membujuk semua orang untuk memuliakan Nama Tuhan.

SEJARAH KANAAN
Pada saat itu Abram hanyalah seorang asing di tanah perjanjiannya. Setelah pembagian bumi di antara putra-putra Nuh, ketika semua telah pergi ke bagian yang ditentukan, kebetulan Kanaan bin Ham melihat bahwa tanah yang membentang dari Libanon hingga Sungai di Mesir, sangat indah untuk dilihat, dan ia menolak untuk pergi ke peruntukannya, yakni ke barat melintasi laut. Dia memilih untuk menetap di tanah itu. Dan Ham, ayahnya, dan saudara-saudaranya, Kus dan Mizraim berbicara kepadanya: "Engkau hidup di tanah yang bukan milikmu, karena itu tidak diberikan kepada kita ketika undian diambil. Jangan berbuat demikian! Tetapi jika engkau bertahan, kamu, kamu dan anak-anakmu, akan jatuh, terkutuk, di tanah, dalam suatu pembangkangan. Karena engkau yang menetap di sini adalah sebuah pembangkangan, dan melalui pembangkangan anak-anakmu akan ditumbangkan, dan keturunanmu akan dihancurkan sampai kekekalan. Janganlah menetap di tanah yang telah diperuntukkan menjadi milik Sem dan keturunannya. Terkutuklah engkau di hadapan semua anak-anak Nuh, karena kita telah mengambil sumpah di hadapan yang Hakim kudus dan di hadapan ayah kita, Nuh. "

Tetapi Kanaan tidak mendengarkan perkataan ayahnya dan saudara-saudaranya. Dia dan keturunannya menetap di tanah Lebanon mulai dari Hamat bahkan sampai ke pintu masuk Mesir. Meskipun orang Kanaan telah mengambil kepemilikan tanah secara tidak sah, namun Abram menghormati hak-hak mereka; ia memberikan penutup mulut kepada untanya, untuk mencegah mereka memakan hasil milik orang lain.

PENGEMBARAAN DI MESIR
Abram hanya sesaat berada di Kanaan ketika kekeringan dan kelaparan melanda negeri itu - ini adalah kutukan ke-2 dari 10 kutukan kekeringan yang diberikan Allah pada tanah itu. Yang ke-1 pada zaman Adam, ketika Tuhan mengutuk tanah untuk Adam; Ke-3 ketika Ishak harus tinggal diantara orang Filistin; Ke-4 ketika keturunan Yakub ke Mesir membeli gandum; Ke-5 ketika Hakim Elimelekh dan keluarganya harus menetap di tanah Moab; Ke-6 pada masa Daud kekeringan terjadi selama 3 tahun; Ke-7 pada masa Elia yang menyatakan jika hujan tidak akan turun ke bumi; Ke-8 pada masa Elisa ketika kepada keledai dijual dengan harga sekeping perak; Ke-9 ketika kelaparan melanda sedikit demi sedikit sepanjang waktu; Ke-10 kelaparan akan melanda umat manusia sebelum kedatangan Mesias. Dan itu bukanlah kelaparan akan roti ataupun air, namun untuk mendengar Firman Allah.

Kelaparan pada zaman Abram hanya terjadi di Kanaan, dan itu ditimpakan ke negeri itu untuk menguji imannya. Namun dia dapat bertahan menghadapi godaan kedua ini seperti halnya yang pertama. Dia tidak mengeluh, dan dia tidak menunjukkan tanda-tanda kekecewaan terhadap Tuhan, yang telah membawanya untuk meninggalkan tanah kelahirannya untuk tanah kelaparan. Bencana kelaparan akhirnya memaksa dia meninggalkan Kanaan untuk sementara waktu, dan dia mengungsi ke Mesir, disana ia saling bertukar kebijaksanaan dengan para imam dan, serta memberi mereka pengajaran akan kebenaran.

Dalam perjalanan dari Kanaan ke Mesir, Abram mengamati kecantikan Sarah, ketika mereka mengarungi sungai, dia melihat pantulan kecantikannya dari permukaan air yang nampak seperti kecemerlangan matahari. Karena itulah dia berbicara kepadanya, "Orang-orang Mesir sangat sensual, dan aku akan menyembunyikanmu ke dalam peti, dan semoga tidak ada kesulitan menimpa kita karena kecantikanmu." Di perbatasan Mesir, pemungut cukai bertanya kepadanya tentang isi peti, dan Abram memberi tahu mereka bahwa ada jelai di dalamnya. "Tidak," kata mereka, "itu berisi gandum." "Baiklah," jawab Abram, "saya siap membayar pajak gandum." Para petugas kemudian menebak, "Ini berisi lada!" Abram setuju untuk membayar pajak lada, dan ketika mereka menuduhnya menyembunyikan emas di peti mati, ia tidak menolak untuk membayar pajak atas emas, dan akhirnya pada batu-batu berharga. Melihat bahwa ia tidak keberatan berapapun terhadap tingginya bayaran yang dipungut, para pemungut pajak, menjadi sangat curiga, dan  bersikeras untuk membuka peti dan memeriksa isinya. Ketika peti terbuka, seluruh Mesir gemerlap dengan keindahan Sarah. Dibandingkan dengan dia, semua keindahan lainnya akan nampak seperti kera dibandingkan dengan manusia. Dia mengalahkan Hawa sendiri. Para pelayan Firaun saling berebut untuk mencari siapa yang dapat memilikinya. Mereka lalu melaporkan hal itu kepada raja, dan Firaun mengirim pasukan bersenjata untuk membawa Sarah ke istana, dan begitu terpesona dia dengan kecantikannya, saking gembiranya raja, orang yang membawakan berita tentang Sarah diberi banyak hadiah.

Dengan berlinang air mata, Abram mengucapkan doa. Dia memohon kepada Tuhan dalam kata-kata ini: "Apakah ini ganjaran untuk kepercayaanku pada-Mu? Demi rahmat-Mu dan kasih sayang-Mu, hendaklah engkau tidak membuatku dipermalukan." Sarah juga memohon kepada Tuhan, dengan mengatakan: "Ya Tuhan, Engkau meminta tuanku Abram meninggalkan rumahnya, tanah leluhurnya, menuju tanah Kanaan, dan Engkau berjanji kepadanya untuk meberkatinya jika ia memenuhi perintah-Mu. Dan sekarang kami telah melakukan apa yang telah Engkau perintahkan. Kami meninggalkan negeri kami dan keluarga kami, dan kami menempuh perjalanan ke tanah yang asing, kepada orang-orang yang belum kami kenal sebelumnya. Kami datang kemari untuk menyelamatkan keluarga kami dari kelaparan, dan sekarang kemalangan yang mengerikan menimpa kami. Ya Tuhan, tolonglah aku dan selamatkanlah aku dari tangan musuh ini, dan demi rahmatMu, tunjukkan padaku kuasamu. "

Seorang malaikat menampakkan diri kepada Sarah ketika dia berada di hadapan raja, namun dia tidak terlihat dihadapan orang lain, dan dia berkata, "Jangan takut, Sarah, karena Tuhan telah mendengar doamu." Raja menanyai Sarah tentang pria yang menemani dia, ketika datang ke Mesir, dan Sarah menyebut Abram saudaranya. Firaun berjanji untuk menjadikan Abram kuat dan berkuasa, dan dapat melakukan apa pun yang diinginkannya. Dia mengirim banyak emas dan perak kepada Abram, dan berlian dan mutiara, domba dan lembu, dan budak laki-laki dan budak perempuan, dan dia memberi tempat tinggal kepadanya di dalam kawasan istana kerajaan. Untuk membuktikan cintanya kepada Sarah, dia menulis kontrak pernikahan, memberikan padanya semua yang dia miliki dalam bentuk emas dan perak, dan budak laki-laki dan budak perempuan, dan provinsi Goshen, provinsi ini dikemudian hari akan diduduki oleh keturunan Sarah, karena itu adalah milik mereka. Yang paling luar biasa dari semua itu, dia memberi putrinya Hagar sebagai budak, karena dia lebih suka melihat putrinya, menjadi pelayan Sarah, dari pada menjadi gundik di harem lain.

Namun pada malam hari, ketika raja hendak menghampiri Sarah, seorang malaikat muncul dengan bersenjatakan sebuah tongkat, ketika Firaun menyentuh sepatu Sarah untuk melepaskannya dari kakinya, malaikat itu memukul tangannya, dan ketika dia menggenggam gaunnya, pukulan kedua menyusul. Dan mukjizat besar terjadi. Firaun, dan para bangsawannya, dan para pelayannya, seluruh penghuni istana menderita kusta, dan dia tidak bisa menuruti keinginan jasmaninya. Malam itu di mana Firaun dan istananya menderita hukuman adalah malam kelima belas di bulan  Nisan, malam yang sama ketika Allah mengunjungi orang Mesir di kemudian hari untuk menebus Israel, keturunan Sarah.

Takut oleh tulah yang dikirim kepadanya, Firaun bertanya bagaimana dia bisa terlepas dari darinya. Dia mengumpulkan para imam, untuk mencari penyebab tulah tersebut. Dia kemudian memanggil Abram dan mengembalikan istrinya kepadanya, murni dan tidak tersentuh, dan minta maaf untuk apa yang telah terjadi, karena ia mengira Abram adalah saudara laki-laki Sarah. Dia menganugerahkan banyak hadiah kepada suami dan istri itu, dan mereka pergi ke Kanaan, setelah tinggal selama tiga bulan di Mesir.

Tiba di Kanaan mereka mencari tempat bermalam yang sama di mana mereka telah beristirahat sebelumnya, dari kejadian ini mereka memetik sebuah pelajaran, bahwa mereka bahwa tidak boleh untuk mencari tempat baru kecuali sangat terpaksa.

Persinggahan Abram di Mesir sangat bermanfaat bagi penduduk negeri itu, karena ia menunjukkan kepada orang-orang bijak negeri itu betapa hampa dan sia-sia pandangan mereka, dan juga ia mengajari mereka astronomi dan astrologi, yang tidak dikenal di Mesir sebelum zamannya.

Firaun pertama

Penguasa Mesir, yang bertemu dengan Abram adalah sebuah peristiwa khusus, karena ia adalah yang pertama memakai nama Firaun. Raja-raja berikutnya memakai nama yang sama setelah dia. Asal usul nama itu terhubung dengan kehidupan dan petualangan Rakyon, seorang pria yang bijak, tampan, namun miskin, yang tinggal di tanah Shinar (Sumeria). Karena mendapati dirinya tidak mampu menghidupi dirinya sendiri di Shinar, ia memutuskan untuk pergi ke Mesir, di mana ia berharap untuk menunjukkan kebijaksanaannya di hadapan raja, Ashwerosh, putra 'Anam. Mungkin dia akan menemukan belaskasihan di mata raja, dan akan memberi Rakyon kesempatan untuk menafkahi dirinya sendiri dan bangkit menjadi orang besar.

Ketika sampai di Mesir, ia mengetahui bahwa sudah menjadi kebiasaan bagi raja untuk tetap tinggal di istana sepanjang waktu, dan terhindar dari pandangan rakyatnya. Hanya pada satu hari dalam setahun dia menunjukkan dirinya di depan umum, dan menerima semua petisi untuk diberikan kepadanya. Kenyataan ini membuat Rakyon putus asa, karena ia tidak tahu bagaimana dia bisa mencari nafkah di negara asing. Dia terpaksa menghabiskan malam dengan kelaparan di reruntuhan bangunan.

Hari berikutnya dia memutuskan untuk mencoba mendapatkan sesuatu dengan menjual sayuran. Secara kebetulan ia berkenalan dengan penyalur sayur-sayuran, tetapi karena ia tidak tahu kebiasaan negara itu, usaha barunya dengan cepat menemui kegagalan. Ruffian menyerangnya, mengambil dagangannya, dan menertawakannya. Malam kedua, dia terpaksa menghabiskan waktu di reruntuhan lagi, seketika sebuah rencana licik muncul dalam benaknya. Dia bangkit dan mengumpulkan anak-anak muda yang terdiri dari tiga puluh orang. Dia membawa mereka ke kuburan, dan memerintahkan mereka, atas nama raja, menagih dua ratus keping perak untuk setiap tubuh yang mereka kubur. Jika tidak, pemakaman tidak dapat dilakukan. Dengan cara ini ia berhasil mengumpulkan kekayaan besar dalam waktu delapan bulan. Tidak hanya dia mendapatkan perak, emas, dan permata berharga, tetapi juga dia mengumpulkan kekuatan yang cukup besar, dan dipersenjatai.

Pada hari ketika raja muncul dihadapan orang-orang, mereka mulai mengeluhkan tentang pajak  pada orang mati. Mereka berkata: "Apa yang telah Engkau lakukan atas hambamu - tidak mengizinkan siapa pun untuk dikuburkan kecuali mereka membayar kepadamu perak dan emas! Apakah hal seperti ini terjadi di dunia sejak zaman Adam, bahwa orang mati seharusnya tidak dimakamkan kecuali uang dibayarkan karenanya! Kami mengerti adalah hak istimewa raja untuk mengambil pajak tahunan dari yang hidup. Tetapi engkau juga mengambil upeti dari kematian, dan engkau menghakimi itu hari demi hari, ya raja, kita tidak bisa menanggung ini lebih lama, karena seluruh kota hancur karenanya. "

Raja, yang tidak tahu dengan tindakan Rakyon, menjadi sangat marah ketika orang-orang memberinya informasi tentang hal ini. Dia memerintahkan perwiranya untuk membawa Rakyon beserta gerombolannya kehadapan raja. Namun Rakyon tidak datang dengan tangan hampa. Dia didahului oleh seribu pemuda dan pemudi, yang menunggangi kuda dan memakai pakaian kenegaraan. Ini adalah hadiah untuk raja. Ketika dia sendiri melangkah di hadapan raja, dia mengirimkan emas, perak, dan berlian kepadanya dalam jumlah sangat besar. Hal ini membuat raja terkagum-kagum. Dengan kata-kata yang tertata dengan rapi, menggambarkan usahanya selama ini, dia tidak hanya memenangkan raja di sisinya, tetapi juga keseluruh penghuni istana, dan raja berkata kepadanya, "Kamu tidak akan lagi disebut Rakyon, tetapi Firaun, Sang Juru Bayar, karena kamu telah mengumpulkan pajak dari orang mati."

Begitu mendalam kesan yang dibuat oleh Rakyon sehingga raja, para penghulu, dan rakyat, bersama-sama memutuskan untuk menempatkan keputusan kerajaan di tangan Firaun. Di bawah restu  Ashwerosh, dia mengelola hukum dan keadilan sepanjang tahun; hanya pada suatu hari ketika dia menunjukkan dirinya kepada rakyatlah raja sendiri memberikan penilaian dan memutuskan kasus. Melalui kuasa yang diberikan kepadanya dan melalui praktik-praktik licik, Firaun berhasil merebut kekuasaan kerajaan, dan ia memungut pajak dari semua penduduk Mesir. Namun demikian, ia dicintai rakyat, dan ditetapkan bahwa setiap penguasa Mesir sejak saat itu akan menyandang nama Firaun.

Perang Para Raja

Sekembalinya dari Mesir, terjadi perselisihan antara Abraham dengan keluarganya sendiri. Pada mulanya perselisihan berkembang diantara para gembala ternak Abram dan para gembala ternak Lot. Abram melengkapi kawanan ternaknya dengan moncong, tetapi Lot tidak melakukan hal serupa, dan ketika para gembala Abraham menegur para gembala Lot akan kelalaian tersebut, mereka menjawab: "Ketahuilah, Tuhan telah berkata kepada Abraham, "Untuk keturunanmu aku akan memberikan tanah itu." Namun Abraham adalah orang yang mandul. Dia tidak akan pernah memiliki anak. Pada hari esok ketika ia wafat, Lot lah yang akan menjadi pewarisnya. Dengan demikian kawanan domba Lot sebenarnya hanya memakan apa yang menjadi milik mereka." Tetapi Tuhan berbicara: "Sesungguhnya, Aku berkata kepada Abraham Aku akan memberikan tanah itu kepada keturunannya, tetapi hanya setelah tujuh bangsa akan dihancurkan dan terusir keluar. Sampai hari ini orang Kanaan dan orang Feris ada di sana, mereka masih memiliki hak tempat tinggal. "

Sekarang, perselisihan telah meluas dari para pelayan hingga ke para majikan, dan Abraham dengan memanggil Lot keponakannya untuk membicarakan perkara tersebut, Abraham memutuskan bahwa ia harus berpisah dari keponakannya. Lot kemudian memisahkan diri bukan terhadap Abraham saja, tetapi terhadap Allah Abraham juga, dan ia mempertaruhkan dirinya sendiri ke sebuah wilayah di mana imoralitas dan dosa berkuasa, karena hal tersebut hukuman pasti akan menyusul, karena dagingnya sendiri kemudian membujuknya untuk berbuat dosa.

Allah tidak senang dengan Abraham karena tidak hidup damai dan harmonis dengan saudara-saudaranya sendiri, seperti ia dapat hidup dengan orang lain. Di sisi lain, Allah juga menganggap jika Abraham mengakui Lot sebagai pewarisnya, meskipun Dia telah berjanji kepadanya, dengan kata-kata yang jelas, "Untuk benihmu, aku akan memberikan tanah itu." Setelah Abraham memisahkan diri dari Lot, ia menerima kepastian lagi bahwa Kanaan seharusnya menjadi bagian dari keturunannya, yang akan Allah gandakan jumlahnya hingga seperti pasir di pantai. Sebagaimana pasir memenuhi seluruh bumi, demikian pula keturunan Abraham akan tersebar di seluruh bumi; dan seperti bumi diberkati hanya ketika dibasahi dengan air, demikian pula keturunannya akan diberkati melalui Taurat, yang disamakan dengan air; dan karena bumi bertahan lebih lama dari logam, maka keturunannya akan bertahan selamanya, sementara orang-orang kafir akan lenyap; dan seperti halnya bumi yang diinjak, demikian juga keturunannya akan diinjak-injak oleh empat kerajaan.

Kepergian Lot memiliki konsekuensi, karena perang yang dilancarkan oleh Abraham terhadap keempat raja terkait erat dengannya. Lot ingin menetap di sekitar sungai Jordan yang berkelimpahan air, namun satu-satunya kota di dataran itu yang akan menerimanya adalah Sodom, raja menerima Lot karena ia adalah keponakan laki-laki Abraham. Lima raja jahat kemudian bersatu dan merencanakan peperangan melawan Sodom, namun sebenarnya karena Lot dan kemudian menyasar Abraham. Salah satu dari lima raja itu, yakni Amrafel, tidak lain adalah Nimrod, musuh Abraham sejak dulu. Raja lainnya adalah Kedorlaomer, pada mulanya ia adalah salah satu jenderal Nimrod, namun memberontak setelah pembangunan menara Babel dibubarkan, dan ia mengangkat dirinya sebagai raja Elam. Kemudian dia menaklukkan suku-suku Ham yang tinggal di lima kota di dataran Yordan, dan menjadikan mereka sebagai negeri vassal. Selama dua belas tahun mereka setia kepada penguasa mereka, Kedorlaomer, namun kemudian mereka menolak untuk membayar upeti, dan mereka memberontak pada tahun ketiga belas.

Pada mulanya, Nimrod memimpin sejumlah tujuh ribu prajurit melawan mantan jendralnya Kedorlaomer. Dalam pertempuran yang terjadi diperbatasan Elam dan Shinar, Nimrod mengalami  kekalahan, ia kehilangan 600 pasukannya, dan di antara yang terbunuh adalah putranya yang bernama Mardon. Dihina dan direndahkan, dia kembali ke negaranya, dan dia dipaksa untuk mengakui kekuasaan Kedorlaomer, yang sekarang melanjutkan pembentukan aliansi dengan Ariokh, raja Elasar, dan Tidael, raja dari beberapa negara, yang tujuannya adalah untuk menghancurkan kota-kota disekitar sungai Yordania. Pasukan gabungan dari raja-raja ini, berjumlah delapan ratus ribu, berbaris di lima kota, menundukkan apa pun yang mereka temui dalam perjalanan mereka, dan memusnahkan keturunan para raksasa. Kota-kota berbenteng maupun tidak, tanah datar dan terbuka, semuanya jatuh ke tangan mereka. Mereka menerobos padang pasir hingga ke mata air yang keluar dari batu di Kadesh, tempat yang ditunjuk oleh Allah sebagai tempat untuk menyatakan penghukuman terhadap Musa dan Harun karena perselisihan masalah air. Maka dari itu mereka berbelok ke bagian tengah Palestina, negara kurma, di mana mereka bertemu lima raja yang tak bertuhan, Bera, si penjahat, raja Sodom; Birsha, pendosa, raja Gomora; Shinab, pembenci ayah, raja Admah; Shemeber, raja Zeboiim; dan raja Bela, kota yang melahap penduduknya. Kelimanya dikalahkan di lembah Siddim, kanal yang kemudian membentuk Laut Mati. Para prajurit mereka melarikan diri ke pegunungan, tetapi para raja terjatuh ke sumur aspal dan terjebak di sana. Hanya raja Sodom yang diselamatkan, secara ajaib, untuk tujuan agar ia dapat mempertobatkan para orang kafir yang tidak percaya pada pembebasan Abraham dari tungku berapi-api, dan beriman kepada Allah.

Para pemenang menjarah dan menawan penduduk kota Sodom, termasuk Lot, dengan membual mereka berkata, "Kita telah mengambil tawanan anak dari saudara laki-laki Abraham," dengan demikian mereka mulupakan tujuan utama mereka umtuk menyerang Abraham.

Hal itu terjadi pada malam pertama Paskah, dan Abraham sedang makan roti tidak beragi, ketika malaikat Michael membawakan  berita tentang tertawannya Lot. Malaikat ini memiliki nama lain, Palit, yang berarti yang dilepaskan, karena ketika Tuhan melemparkan Samael bersama pengikutnya dari tempat suci mereka di surga, pemimpin pemberontak berpegang pada Michael dan mencoba menyeretnya ke bawah, namun Michael dapat melepaskan diri dari kejatuhan tersebut hanya melalui pertolongan Tuhan.

Ketika mendengar berita tentang Lot, Abraham segera menyingkirkan semua pikiran tentang perselisihannya, dan hanya memikirkan cara untuk membebaskannya. Dia meyakinkan para muridnya yakni orang-orang yang telah diajarkannya tentang iman yang benar. Dia membawa emas dan perak, sambil berkata: "Ketahuilah bahwa kita pergi berperang untuk tujuan menyelamatkan nyawa manusia. Karena itu, jangan mengarahkan pandanganmu pada uang, di sini terbentang emas dan perak di hadapanmu." Lebih lanjut ia memperingatkan mereka dengan kata-kata ini: "Kita sedang bersiap-siap untuk pergi berperang. Janganlah ada orang yang bergabung dengan kami jika telah melakukan pelanggaran, karena hukuman Tuhan akan turun kepadanya." Khawatir dengan peringatannya, tidak seorang pun mematuhi panggilannya untuk bersenjata, mereka takut karena dosa-dosa mereka. Eliezer sendiri tetap bersamanya, oleh karena itu Allah berfirman, dan berkata: "Semua meninggalkanmu kecuali Eliezer. Sesungguhnya, aku akan menambahkan bantuan kekuatan tiga ratus delapan belas orang yang tidak kamu cari dengan sia-sia."

Pertempuran terjadi dengan para raja yang perkasa, dari mana Abraham muncul sebagai pemenang, terjadi pada tanggal lima belas Nisan, malam yang ditunjuk untuk melakukan mukjizat. Panah dan batu terlempar ke arahnya tidak melukai mereka, tetapi debu tanah, sekam, dan tunggul yang dia lemparkan ke musuh diubah menjadi lembing dan pedang yang mematikan. Abraham, berangkat dengan sebanyak tujuh puluh orang, berbaris maju dengan langkah raksasa, masing-masing langkahnya sejauh empat mil, sampai ia menyusul raja, dan memusnahkan pasukan mereka. Lebih jauh lagi dia tidak bisa pergi, karena dia telah mencapai Dan, tempat Yerobeam pernah akan menaikkan anak lembu emas, dan di tempat yang tidak menyenangkan ini kekuatan Abraham berkurang.

Kemenangan ini terjadi hanya karena kekuatan surgawi berada disisinya. Planet Jupiter membuat malam itu cerah baginya, dan seorang malaikat, Lailah namanya, turut berjuang untuknya. Dalam arti yang sebenarnya, itu adalah kemenangan Tuhan. Semua bangsa mengakui pencapaiannya lebih dari manusia, dan mereka membentuk takhta untuk Abraham, dan mendirikannya di medan perang. Ketika mereka mencoba untuk mendudukkannya di atasnya, di tengah seruan "Engkau raja kami! Engkau adalah pangeran kami! Engkau adalah tuhan kami!" Abraham mengusir mereka, dan berkata, "Alam semesta memiliki Rajanya, dan ia memiliki Tuhannya!" Dia menolak semua penghargaan, dan mengembalikan hartanya kepada setiap orang. Hanya anak-anak kecil yang ia pelihara sendiri. Dia membesarkan mereka dalam pengetahuan tentang Tuhan, dan kemudian mereka menebus aib orang tua mereka.

Dengan sombong raja Sodom berangkat untuk menemui Abraham. Dia bangga bahwa keajaiban besar, penyelamatannya dari sumur aspal, telah dilakukan untuknya juga. Dia meminta agar Abraham menyimpan barang-barang yang sudah dirampas untuk dirinya sendiri. Tetapi Abraham menolak mereka, dan berkata: "Aku telah mengangkat tanganku kepada Tuhan, Allah Yang Mahatinggi, yang telah menciptakan dunia demi orang yang saleh, bahwa aku tidak akan mengambil seutas benang pun, atau selempang sepatu atau pun yang adalah milikmu. Aku tidak berhak atas barang-barang yang diambil sebagai barang rampasan, kecuali barang yang dimakan anak-anak muda itu, dan bagian dari orang-orang yang tinggal di dekat barang-barang itu, meskipun mereka tidak pergi ke pertempuran itu sendiri. Contoh dari Abraham dalam memberikan bagian dalam rampasan bahkan kepada orang-orang yang tidak terlibat langsung dalam pertempuran, diikuti kemudian oleh Daud, yang tidak mengindahkan protes dari orang-orang jahat dan pihak yang bersekutu dengan dia, bahwa para prajurit yang tidak ikut berperang tidak berhak mendapatkan bagian dengan para pejuang yang turun ke medan perang.

Terlepas dari keberhasilannya yang besar, Abraham khawatir tentang masalah perang. Dia takut larangan untuk menumpahkan darah manusia telah dilanggar, dan dia juga takut akan kebencian Sem, yang keturunannya telah binasa dalam pertempuran itu. Tetapi Tuhan meyakinkan dia, dan berkata: "Jangan takut! Engkau telah memusnahkan duri, untuk Sem, ia akan memberkatimu bukan mengutukmu." Ketika Abraham kembali dari perang, Sem atau yang kadang-kadang disebut, Melkisedek, raja kebenaran, imam Allah Yang Mahatinggi, dan raja Yerusalem, maju untuk menemuinya dengan roti dan anggur. Dan imam besar ini menginstruksikan Abraham dalam hukum-hukum imamat dan dalam Taurat, dan untuk membuktikan persahabatannya dengannya, dia memberkatinya, dan memanggilnya sahabat Tuhan yang memiliki dunia, melihat bahwa melalui dia Nama Allah pertama kali diketahui di kalangan umat manusia. Tetapi Melkisedek mengucapkan kalimat berkatnya dengan cara yang tidak pantas. Dia menyebut nama Abraham pertama dan kemudian Tuhan. Sebagai hukuman, ia digulingkan oleh Allah dari jabatan keimaman, dan alih-alih itu diserahkan kepada Abraham, dan keturunannya untuk selamanya.




"Index Legenda Bangsa Yahudi.

Nimrod, Legenda Bangsa Yahudi

Nimrod & Menara Babel

Nimrod adalah salah satu pemimpin umat manusia yang rusak akhlaknya. Ayahnya bernama Kush, menikahi ibunya pada usia lanjut. Ia sangat disayangi oleh oleh orang tuanya dan mendapat pemberian sebuah jubah kulit, yang dibuat oleh Allah untuk Adam dan Hawa, pada saat mereka akan meninggalkan taman Firdaus.

Adam mewariskan jubah tersebut kepada keturunannya, hingga kemudin menjadi milik Henokh, dan kepada Methusalah, lalu Nuh, yang turut dibawa serta kedalam bahtera. Ham mencuri dan menyembunyikannya, ketika Nuh sedang sibuk mengatur para hewan untuk meninggalkan bahtera. Ham kemudian mewariskan jubah tersebut kepada anak sulungnya Kush. Kush menyembunyikan jubah tersebut selama bertahun-tahun dan ia wariskan kepada anaknya, Nimrod ketika berusia 20 tahun.

Jubah tersebut memiliki keajaiban. Siapa yang mengenakan jubah tersebut tidak akan terkalahkan. Binatang dan burung di hutan, tunduk kepada Nimrod, dan ia memperoleh banyak kemenangan dalam pertempuran. Sumber kekuatan ini tak diketahui oleh para pengikutnya. Mereka menganggap Nimrod memiliki bakat alami sebagai pemimpin, karena itu mereka menunjuknya menjadi raja.

Hal ini terjadi setelah  perselisihan antara keturunan Kush dan keturunan Yafet, dimana Nimrod muncul sebagai pemenang, ia mengalahkan para musuhnya walau dengan pasukan yang lebih sedikit.

Nimrod memilih Sinear (Sumer) sebagai ibukota nya. Dari sana ia memperluas wilayah nya, hingga ia menjadi penguasa tunggal seluruh dunia. Ia adalah manusia pertama yang menguasai dunia, penguasa ke-9 yang mempunyai kekuatan yang sama adalah sang Mesias.

Kecongkakkannya semakin bertambah seiring kekuasaannya. Setelah masa banjir tidak ada manusia, yang memiliki dosa melebihi Nimrod. Ia membuat berhala dari kayu dan batu, kemudian menyembah nya. Tidak puas untuk terjerumus sendiri, ia mempengaruhi rakyatnya dalam kemusyirikan, dimana ia dibantu oleh anaknya yang bernama Mardon. Anaknya ini melampaui ayahnya dalam kedurhakaan. Pada masa mereka lah sebuah pepatah muncul, "Dari kefasikan muncul lah kejahatan."

Keberhasilan Nimrod berdampak pada manusia, yang tidak lagi percaya kepada Allah, melainkan hanya pada kekuatan dan kemampuan manusia itu sendiri, inilah prinsip yang disebarkan oleh Nimrod ke seluruh manusia. Oleh karena itu orang-orang berkata, "Sejak penciptaan dunia, tidak ada yang seperti Nimrod, seorang pemburu manusia dan hewan yang gagah perkasa, dan pendosa di hadapan Allah."

Namun bukan ini saja kejahatan Nimrod, tidak cukup ia membalikkan dan menjauhkan manusia dari Allah, ia mencoba membuat dirinya dihormati seperti Allah, dan menjadi Allah. Ia bahkan membuat singgasana yang menyerupai singgasana Allah. Sebuah menara dibangun dari bebatuan, dan di puncaknya ia menempatkan singgasana dari kayu cedar, dan bertingkat 4, yang terdiri dari besi, tembaga, perak dan emas. Singgasana tersebut, bermahkotakan batu mulia, bulat bentuknya, dan besar ukurannya. Inilah singgasana Nimrod, dimana ia bertahta, dan semua bangsa datang menyembahnya.

Menara Babel

Kedurhakaan dan Kefasikan Nimrod mencapai puncaknya ketika ia membangun Menara Babel. Adalah penasehatnya yang pertama mengusulkan rencana pendirian menara ini, lalu Nimrod menyetujuinya, dan ia memutuskan untuk dibangun di Shinar (Sumeria) dengan mempekerjakan 600.000 orang.

Proyek ini adalah pemberontakan terhadap Allah, ada 3 jenis pemberontakan dari para pembangun menara ini. Kelompok ke-1 berbicara, mari kita naik ke langit dan berperang melawan-Nya; kelompok ke-2 berbicara, mari kita naik ke langit, dan menaruh berhala-berhala kita, dan menyembah mereka disana; kelompok ke-3 berbicara, mari kita naik ke langit, dan menghancurkan mereka dengan panah dan tombak kita.

Tahun demi tahun berlalu, kemudian selesailah menara tersebut. Begitu besar dan tinggi nya hingga butuh 1 tahun untuk berjalan mencapai puncaknya. Sebuah batu bata lebih berharga di mata para pembangun, dibandingkan nyawa manusia. Jika seseorang terjatuh dan tewas, ia tidak akan dihiraukan, namun jika sebuah bata jatuh, mereka menangisinya, karena akan butuh waktu 1 tahun untuk menggantinya. Begitu kukuh niat mereka, para kaum wanita tidak akan berhenti melakukan tugas mereka mencetak batu bata walau akan melahirkan bayi, mereka akan melakukan keduanya secara bersamaan.

Mereka tidak pernah mengendurkan pekerjaan mereka, dan dari ketinggian  mereka terus menerus mencoba memanah ke langit, yang ketika panah tersebut terjatuh ke bumi, mereka melihatnya seakan diselimuti darah. Dalam delusi ini, lalu berseru, "Kita telah membunuh penghuni surga."

Kemudian Allah berfirman kepada 70 malaikat yang mengelilingi singgasana-Nya, "Baiklah Kita turun dan mengacaubalaukan di sana bahasa mereka, sehingga mereka tidak mengerti lagi bahasa masing-masing." Demikianlah terjadi, sejak saat itu mereka tidak mengetahui ucapan satu sama lainnya. Ketika seseorang meminta semen, maka temannya akan memberikan batu bata; dengan kesal, ia kemudian melempar bata tersebut kepada temannya dan membunuhnya.

Banyak yang tewas karena hal ini, sisa dari mereka di hukum berdasarkan pemberontakan mereka. Mereka yang berbicara, "Marilah kita naik ke langit, mendirikan berhala kita, dan menyembah mereka disana," Allah mengutuk mereka menjadi kera dan hantu (phantoms); mereka yang hendak menyerang langit dengan senjata, Allah membuat mereka saling berkelahi satu sama lain; mereka yang hendak berperang dengan Allah di langit dibuat berserakan diseluruh bumi, dan sebagian musnah dibakar api; hanya 1/3 dari mereka yang selamat. Menara tersebut tetap berdiri, namun siapa pun yang melihatnya tidak akan mengingat apa pun tentangnya.

Hukuman terhadap orang yang berdosa pada generasi menara relatif lebih ringan, dibanding generasi banjir yang benar-benar hancur. Generasi menara masih tetap hidup meskipun hujatan mereka sangat menyakiti Allah. Hal ini karena Allah melihat para generasi menara babel hidup dalam damai bersama-sama, dan mencintai satu sama lain, sementara generasi banjir, hidup dalam kebencian satu sama lain.

Selain untuk menghukum orang berdosa dengan mengacaukan bahasa, salah satu peristiwa penting turunnya Allah ke bumi ini--satu dari 10 peristiwa, diantara penciptaan langit dan bumi serta hari penghukuman.-- Allah disertai 70 malaikat, mengundi berbagai bangsa, setiap malaikat akan menerima sebuah bangsa, Israel jatuh sebagai milik Allah. Kepada setiap bangsa, diberikan satu bahasa khusus, bahasa Ibrani diperuntukkan untuk Israel -- bahasa yang digunakan oleh Allah sejak penciptaan dunia.

Index Legenda Bangsa Yahudi.

Apakah Abraham Berasal Dari Ur atau Haran?

Abraham berasal dari kota Haran dan bukan dari kota Ur-Kasdim, ya itulah pendapat beberapa para ahli biblikal moderen, mengapa mereka berpen...