Selasa, 04 Juli 2017

Mengenal Bangsa Neo-Babel (Kasdim/Chaldean)

Kekaisaran Neo-Babylonia/Neo-Babel, juga dikenal sebagai kekaisaran bangsa Chaldean/Kasdim, yang berkuasa pada tahun 626-539 SM (87 thn). Mereka bukanlah bangsa asli Mesopotamia namun diperkirakan berasal dari wilayah Levant/Suriah.

(Etimologi)
Kata Chaldean berasal dari kata latin Chaldea/Chaldaea, terjemahan dari bahasa Yunani Khaldaia, serta terjemahan dari bahasa Akkad mat Kaldu atau Kasdu, Ibrani "Kasdim", Aramaik "Kaldo".

(Sejarah Bangsa Kasdim)
Diperkirakan bangsa ini memasuki wilayah Mesopotamia sekitar tahun 940-860 SM, ketika penguasa Babel sedang dalam kondisi lemah dan tak berdaya untuk menghadapi berbagai penyusup asing dari barat (Levan/Suriah), seperti suku  Chaldean, Sutean & Aramean. Bangsa Sutean & Aramean telah menyusup ke Mesopotamia lebih awal yakni sejak tahun 1100 SM.

Bangsa Kasdim menempati wilayah tenggara dari Babel hingga ke teluk Persia, setelah lama menetap dan mendominasi, wilayah ini kemudian dikenal sebagai "mat Kaldi" atau "tanah bangsa Kasdim" oleh pribumi Mesopotamia (Ashur & Babel). Sering juga disebut dengan Bit Yakin, yang sebenarnya adalah nama ibu kota dari negeri ini. Raja Kasdim sering disebut raja Bit Yakin. Dan teluk Persia kadang kala disebut sebagai "Lautan Bit Yakin" atau "Lautan negeri Kasdim."

Selama kurang lebih seratus tahun setelah menetap diwilayah ini, suku Kasdim, yang hanya komunitas penggembala semi-nomaden, tidak memiliki pengaruh politik yang penting dalam perjalanan sejarah, dan mereka takluk oleh raja-raja pribumi Akkad dari Babel dan Ashur, atau oleh Elam, bahkan tunduk pada suku Aramean yang lebih berpengaruh.

Pada tahun 850 SM, bangsa ini pertama kali tercatat dalam prasasti Black Obelisk & Annals Shalmanasser III (859-824 SM) yang berbunyi:

"Pada tahun ke-9 pemerintahanku, pada ekspedisi militer ke-2, ku merebut kota Genannate. Marduk-bel-usati yang hendak melarikan diri ke Aleppo. Ku kejar dan kutebas dengan pedang, ia bersama dengan para pemberontak yang mengikutinya. Kemudian saya menuju negeri Babel, dan ku persembahkan qurban di kota Babel, Borsippa dan Kutha. Saya berjalan turun ke wilayah bangsa Chaldean/Kasdim dan ku rebut kota-kota mereka dan ku lanjutkan perjalanan menuju teluk Persia. Di Babel saya menerima upei dari: Adini anak  Dakuri, Mushallim-Marduk, anak Ukani - perak, emas, kayu...."

Shalmanasser III menginvasi wilayah Babel atas permintaan raja Babel, Marduk-zakir-shumi I (855-819 SM) yang terancam oleh  pemberontakan yang dilakukan oleh adiknya Marduk-bel-usati. Setelah mengalahkan sang pemberontak, ia melanjutkan ekspedisi militer ke Teluk Persia, untuk menaklukkan para penguasa Chaldean, dan berhasil memperoleh upeti dari: Adini raja bit-Dakkuri, Musallim-Marduk raja bit-Amukani, dan dari para pemimpin suku bit-Yakin.

Peta Lokasi Bangsa Kasdim/Chaldean, Suku Bit-Yakin mendiami lokasi kuno bangsa Sumeria


Para pemimpin suku Kasdim telah mengadopsi nama, agama, bahasa dan adat-istiadat Asyro-Babilonia, serta telah berasimilasi dengan orang Akkad. Bangsa Kasdim awalnya tunduk kepada para penguasa Mesopotamia, hingga kemudian pada tahun 780 SM, seorang bangsa Kasdim bernama Marduk-apla-usur merebut tahta raja Babel dari Marduk-bel-Zeri (790-780 SM). Marduk-bel-zeri adalah raja boneka dari raja Ashur Shalmanasser IV (783-773 SM).

Ini adalah peristiwa yang menandai aspirasi bangsa Kasdim di Babel selama imperium Neo-Ashur; mereka berada di posisi lemah dan tidak mampu menghadapi kekuatan bangsa Ashur. Bangsa Kasdim selalu menunggu waktu ketika, para raja Ashur sedang sibuk menghadapi pemberontakan di wilayah lain atau sedang terlibat konflik internal, maka bangsa Kasdim ini kemudian bersekutu dengan kekuatan lain terutama Elam, untuk mengendalikan Babel.

Shalmanasser IV kemudian menyerang dan mengalahkan Marduk-apla-usur, wilayah utara Babel direbut Ashur, dan terjadi perjanjian perbatasan yang merugikan Babel, namun ia dizinkan untuk tetap menjadi raja atas Babel, kemudian menjadi vassal Ashur. Eriba-Marduk, seorang Kasdim dari suku bit-Yakin, menggatikannya pada tahun 769 SM dan Nabu-shuma-ishkun dari suku bit-Dakkuri pada tahun 761 SM.

Negeri Babel pada masa ini sedang dalam keadaan kacau, wilayah utara diduduki Ashur, dan takhtanya diduduki oleh orang asing, serta kerusuhan sipil terus menerus terjadi di seluruh negeri.

Setelah 3 raja berturut-turut dari orang Kasdim (780-748 SM), seorang pribumi Babel bernama Nabonassar (748-734 SM) akhirnya berhasil merebut takhta Babel, serta menstabilkan situasi Babel.

Pada masa raja Ashur, Tiglath-Pileser III (745-727 SM) bahasa Aramean dijadikan lingua franca di wilayah ini, dan untuk sesaat ia membiarkan Nabonassar, dan penerusnya yang pribumi Babel yakni Nabu-nadin-zeri, Nabu-suma-ukin II dan Nabu-mukin-zeri menjadi raja atas Babel. Pada tahun 729 SM, Tiglath-Pileser III memutuskan untuk menjadi raja atas Ashur dan Babel. Kebijakan ini di-ikuti oleh anaknya Shalmanasser V (727-722 SM).

Penerus Shalmanasser V, yakni Sargon II (722-705 SM), disibukkan dengan kampanye militer ke berbagai wilayah, dan bangsa kasdim sekali lagi melihat kesempatan untuk menduduki tahta Babel, seorang dari suku Bit-Yakin bernama Marduk-apla-iddina II atau dalam Alkitab dikenal sebagai Merodakh-Baladan, meminta dukungan kerajaan Elam untuk merebut Babel pada tahun 721-710 SM.

/***

2 Raja-Raja 20:12-18
12. Pada waktu itu Merodakh-Baladan bin Baladan, raja Babel, menyuruh orang membawa surat dan pemberian kepada Hizkia, sebab telah didengarnya bahwa Hizkia sakit tadinya.
13. Hizkia bersukacita atas kedatangan mereka, lalu diperlihatkannyalah kepada mereka segenap gedung harta bendanya, emas dan perak, rempah-rempah dan minyak yang berharga, gedung persenjataannya dan segala yang terdapat dalam perbendaharaannya. Tidak ada barang yang tidak diperlihatkan Hizkia kepada mereka di istananya dan di seluruh daerah kekuasaannya.
14. Kemudian datanglah nabi Yesaya kepada raja Hizkia dan bertanya kepadanya: "Apakah yang telah dikatakan orang-orang ini? Dan dari manakah mereka datang?" Jawab Hizkia: "Mereka datang dari negeri yang jauh, dari Babel!"
15. Lalu tanyanya lagi: "Apakah yang telah dilihat mereka di istanamu?" Jawab Hizkia: "Semua yang ada di istanaku telah mereka lihat. Tidak ada barang yang tidak kuperlihatkan kepada mereka di perbendaharaanku."
16. Lalu Yesaya berkata kepada Hizkia: "Dengarkanlah firman TUHAN!
17. Sesungguhnya, suatu masa akan datang, bahwa segala yang ada dalam istanamu dan yang disimpan oleh nenek moyangmu sampai hari ini akan diangkut ke Babel. Tidak ada barang yang akan ditinggalkan, demikianlah firman TUHAN.
18. Dan dari keturunanmu yang akan kauperoleh, akan diambil orang untuk menjadi sida-sida di istana raja Babel."

Dipercaya Merodakh-Baladan dari Babel adalah sekutu Yehuda, dan yang memprovokasi Hizkiah untuk memberontak terhadap Ashur.

***/


Marduk-apla-iddina II terus terlibat konflik dengan raja Ashur berikutnya, yakni Sanherib (705-681 SM), anak dari Sargon II, ia kerap memprovokasi berbagai negeri vassal Ashur untuk memberontak. Pada tahun 703 SM, setelah menggulingkan Marduk-apla-iddina II, Sanherib sempat menunjuk Marduk-zakir-shumi II seorang pribumi Babel untuk menjadi raja di Babel.

Raja boneka Ashur ini hanya berkuasa beberapa bulan dan kembali digulingkan oleh Marduk-apla-iddina II. Raja Ashur kembali mengusir Marduk-apla-iddina II, dan menunjuk pribumi Babel lain yang telah mendapat didikan di istana Ashur, bernama Bel-ibni untuk menjadi raja Babel, pada tahun 703 SM. Namun raja boneka ini ternyata mengkhianati Ashur, dan bekerja sama dengan bangsa Kasdim dan Elam, menyatakan diri merdeka dari Ashur.

Pada tahun 700 SM, Sanherib mengasingkan Bel-ibni, dan mengangkat anaknya Ashur-nadin-shumi menjadi raja Babel, namun pada tahun 694 SM ia dibunuh oleh pasukan Elam yang menyerang Babel, mereka lalu mengangkat anak almarhum Marduk-apla-iddina II dari suku Kasdim, yang bernama Nergal-ushezib menjadi raja Babel, namun ia berkuasanya hanya sesaat dan raja Babel berikut dipegang oleh Mushezib-Marduk (693-689 SM).

Pada tahun 689 SM Sanherib kemudian menghancurkan ibu kota Babel.

Penerus Sanherib, yakni Esarhaddon (681-669 SM) kemudian membangun kembali kota Babel, dan menjadi raja atas Babel serta Ashur sekaligus, pihak Kasdim, Babel, dan Elam kali ini tidak melakukan pemberontakan.

Hingga kemudian, anak Esharhaddon yang bernama Shamash-shum-ukin (668-648 SM) ditunjuk menjadi raja Babel, dan adiknya Ashurbanipal (668-627 SM) menjadi raja Ashur. Selama 16 tahun Shamash-shum-ukin tunduk pada kekuasaan adiknya, kemudian ia memberontak, dan mengklaim kursi kekaisaran Ashur bukan di Nineveh (istana Ashurbanipal), namun di Babel.

Pada tahun 652 SM, ia mengumpulkan berbagai koalisi bangsa-bangsa untuk mendukungnya melawan Ashurbanipal. Pemberontakan terjadi bersamaan di wilayah Persia, Media, Elam, Israel, Arab dan Kanaan.

Pada tahun 648 SM pemberontakan ini berhasil ditumpas oleh Ashurbanipal.  Shamash-shum-ukin, digulingkan, dan status Babel menjadi provinsi, Kandalanu ditunjuk menjadi gubernur. Selama 22 tahun, rakyat Babel, atau Kasdim tunduk dengan patuh pada kekuasaan Ashur.

Hingga kemudian pada tahun 627 SM, raja Ashurbanipal dan Kandalanu wafat, terjadi perselisihan diantara penerus takhta Ashur, yang memicu keruntuhan kekaisaran Neo-Ashur untuk selama-lamanya.

/***

Dalam Alkitab, wilayah Kasdim ini adalah tempat kelahiran Abraham.

Kejadian 11:27-28
27. Inilah keturunan Terah. Terah memperanakkan Abram, Nahor dan Haran, dan Haran memperanakkan Lot.
28. Ketika Terah, ayahnya, masih hidup, matilah Haran di negeri kelahirannya, di Ur-Kasdim.

***/


Daftar Raja-raja Neo-Babel (Dinasti ke-11)

1. Nabopolassar (626-605 SM; 21 thn)
2. Nebuchadnezzar II (605-562 SM; 43 thn)
3. Amel-Marduk (562-560 SM; 2 thn)
4. Neriglissar (560-556 SM; 4 thn)
5. Labasi-Marduk (556 SM)
6. Nabonidus (556-539 SM; 17 thn)

Nabopolassar (626-605 SM; 21 thn)

/***

Raja Ashur, Terdapat kesulitan dalam penanggalan raja-raja Ashur setelah Ashurbanipal ini adalah perkiraan:
Ashur-etil-ilani (627 SM), Sin-shumu-lishir (626 SM), Sin-shar-ishkun (627/626-612), Ashur-uballit II (612-609 SM).

Raja Yehuda: Yosia (641-609 SM), Yoahas (608/609 SM), Elyakim/Yoyakim (608-597 SM).

Firaun Mesir
Dinasti 26: Psamtik I (664-610 SM), Necho II (610-595 SM).

Raja Media/Medes: Cyaxares: 625-585 SM.

***/


Nabopolassar (Akkad: Nabu-apal-usur) adalah salah satu tokoh sentral dalam keruntuhan kekaisaran Neo-Ashur yang kemudian menjadi raja Neo-Babel, selain raja Medes/media, Cyaxares, yang merupakan sekutu utamanya.

(Karir Awal Nabopolassar dan Keruntuhan Ashur)

Setelah raja Ashurbanipal wafat, pada tahun 627 SM, anaknya Ashur-etil-illani menjadi raja, namun terdapat beberapa fraksi yang juga mengklaim takhta Ashur. Seorang jendral Ashur, bernama Sin-shumu-lisir mengklaim sebagai raja Ashur, dan berpusat di wilayah Babel. Adik Ashur-etil-illani, yang bernama Sin-shar-ishkun, berhasil mengalahkan Sin-shumu-lisir, kemudian menjadi raja Ashur berikutnya. Melihat terjadi konflik dipusat pemerintahan, para negeri vassal Ashur, beramai-ramai memberontak.

Pada tahun 626 SM di Babel, seorang pemimpin pemberontak dari suku Kasdim bernama Nabopolassar, berusaha merebut kota Nippur, sebuah pusat kekuatan Ashur di wilayah Babel, namun gagal. Mundur dari pengepungan Nippur, Nabopolassar kemudian berusaha merebut kota Babel, yang ternyata mendapat dukungan penuh dari penduduk kota. Ia kemudian diangkat menjadi raja Babel sekitar tahun 625 SM.

Pada tahun 624 SM, Raja Ashur, Sinsharishkun yang sedang dalam keadaan lemah akibat perang sipil internal, serta telah  kehilangan wilayah di Babel, mengumpulkan kekuatan dan berhasil merebut kembali kota Uruk. Walau berhasil merebutnya, namun dengan cepat kota itu kembali lepas dari genggaman Ashur.

Pada tahun 623 SM, raja Ashur kembali mengumpulkan kekuatan yang lebih besar untuk menggempur kota Babel, namun ditengah perjalanan ia mendengar terjadi pemberontakan di Nineveh, ia mengirim separuh pasukan kembali ke Nineveh, namun pasukan tersebut justru bergabung dengan pemberontak. Sinsharishkun terpaksa kembali ke Nineveh untuk memadamkan pemberontakan tersebut.

Di Babel, kekuatan Nabopolassar semakin membesar, dan pada tahun 620/619 SM, Nabopolassar berhasil merebut kota Nipppur dan menjadi penguasa penuh wilayah Babel. Namun ia secara konsisten mendapat ancaman dari Ashur selama 4 tahun berikutnya.

Pada tahun 616 SM, Nabopolassar menyerang wilayah Ashur, dan mencoba untuk merebut kota Assur dan Arrapha (Kirkuk). Raja Sinsharishkun berhasil menghalaunya, kembali ke Babel, namun demikian Ashur tidak mampu menjungkalkan Nabopolassar dari takhta Babel.

Di wilayah Medes/Media, raja Cyaxares, kini telah berhasil menyatukan wilayah Iran (Persia & Parthian) yang terlepas dari genggaman Ashur, dan menjelma menjadi salah satu kekuatan besar. Pada tahun 615 SM, pasukan Media menyerang Ashur secara tiba-tiba, dan berhasil menjarah kota Arrapha, dan Kalhu (Nimrud).

Pada tahun 614 SM, Babel berkoalisi dengan Media, dan sebagai formalisasi dari aliansi ini, anak Nabopolassar yang bernama Nebuchadnezzar II dikawinkan dengan anak/cucu dari Cyaxares, yang bernama Amytis/Amuhia.

Pada tahun 613 SM, pasukan koalisi Media & Babel, bergabung dengan bangsa Schythian dan Cimmerian mengepung Nineveh. Pasukan Media berhasil merebut kota Tarbisu dekat Nineveh dan bermarkas disana, lalu sebagian pasukan koalisi ini menyerang kota Assur, yang merupakan tanah suci (kota relijius) dari  bangsa Ashur. Dalam naskah Babel, ketika pasukan koalisi menaklukkan dan menjarah kota ini, pasukan Babel belum tiba dilokasi.

Pasukan Babel lalu bergabung dengan pasukan Medes dan berkemah mengepung kota Nineveh, selama 3 bulan dan pada bulan Agustus tahun 612 SM, pertahanan Nineveh berhasil diruntuhkan, dan pasukan koalisi menerobos  melalui dinding terluar kota. Kuil-kuil di jarah dan istana akhirnya dibakar, kebakaran ini sebenarnya faktor utama yang turut mengawetkan tablet-tablet (naskah) kuno kerajaan, yang ditulis diatas tanah liat.

Raja Sin-shar-ishkun tewas dalam pertempuran, dan saudaranya, jendral  Ashur-uballit II, diangkat menjadi raja Ashur oleh para pasukan koalisi, namun status Ashur adalah sebagai vassal dari negeri Media. Ia menolak status memalukan tersebut dan berhasil kabur dari Nineveh, kemudian menetap di kota Harran yang ia deklarasikan sebagai ibu kota Ashur yang baru.

Pada tahun 609 SM, pasukan koalisi menyerang dan berhasil merebut kota Harran dari tangan Ashur-uballit II, yang kini mengungsi ke kota terdekat yaitu, Karkemis (Charchemis).

Ia meminta bantuan dari penguasa Mesir (dinasti 26), yang raja nya diangkat oleh kakeknya, raja Esarhaddon. Firaun Necho II (610-595 SM), kini beraliansi dengan Ashur, mantan tuan mereka.

Ia memimpin sendiri pasukan Mesir, melalui perjalanan laut dan berlabuh di wilayah Phoenicia, ketika hendak menuju kota Karkemis, ia dicegat oleh raja Yehuda, Yosia - yang nampaknya beraliansi dengan Babel - di kota Megiddo. Dan pada tahun 609 SM, raja Yosia tewas pada pertempuran Megiddo melawan Firaun Necho II.

/***

Pertempuran Megiddo ini tercatat dalam Alkitab

2 Tawarikh 35:20-24
20. Kemudian dari pada semua ini, setelah Yosia memperbaiki rumah TUHAN, majulah Nekho, raja Mesir, hendak berperang di Karkemis di tepi sungai Efrat. Yosia keluar menghadapinya.
21. Ia mengirim utusan kepada Yosia, dengan pesan: "Apakah urusanmu dengan aku, raja Yehuda? Saat ini aku tidak datang melawan engkau, tetapi melawan keluarga raja yang sedang kuperangi. Allah memerintahkan aku supaya segera bertindak. Hentikanlah niatmu menentang Allah yang menyertai aku, supaya engkau jangan dimusnahkan-Nya!"
22. Tetapi Yosia tidak berpaling dari padanya, melainkan menyamar untuk berperang melawan dia. Ia tidak mengindahkan kata-kata Nekho, yang merupakan pesan Allah, lalu berperang di lembah Megido.
23. Maka pemanah-pemanah menembaki raja Yosia, dan raja berseru kepada orang-orangnya: "Bawa aku dari sini, karena aku luka parah!"
24. Orang-orangnya mengangkatnya dari keretanya, lalu mengangkutnya dengan kereta cadangannya lalu membawanya ke Yerusalem. Kemudian matilah ia, lalu dikuburkan di pekuburan nenek moyangnya. Seluruh Yehuda dan Yerusalem berkabung karena Yosia.

Yosia, nampak berusaha merebut kembali wilayah Israel, setelah kekacauan menimpa Ashur, hal ini nampak pada posisi Yosia yang berada di wilayah bekas Israel, sebuah provinsi Ashur.

***/


Pasukan Mesir dan Ashur kemudian bersama-sama menuju kota Harran dan mengepungnya. Namun mereka gagal mengambil kota tersebut yang dijaga oleh para prajurit Babel. Pasukan Mesir dan Ashur lalu mundur dari Harran.

Pada tahun 605 SM, pasukan Babel yang dipimpin oleh sang putra mahkota, Nebuchadnezzar II, berusaha menghancurkan kekuatan terakhir Ashur yang dibantu oleh Mesir. Mereka bertempur di kota Karkemis, dan Nebuchadnezzar II kini membuktikan dirinya sebagai pemimpin yang handal dengan mengalahkan gabungan Mesir dan Ashur.

Tidak diketahui nasib Ashur-uballit II, yang kemudian hilang dari catatan sejarah bersama dengan runtuhnya benteng terakhir kekaisaran Ashur. Firaun Necho II, kembali ke Mesir, dan pengaruh kekuatan Mesir tidak lagi terlihat di wilayah Levant (tergantikan dengan Babel).

Raja Nabopolassar wafat pada bulan Agustus tahun 605 SM. Mendengar kematian ayahnya, Nebuchadnezzar II yang sedang berada di wilayah Suriah, kembali ke Babel untuk menduduki takhta Babel.

/***

Mengenai kekalahan Mesir dan Ashur oleh Nebuchadnezzar II, Alkitab mencatatnya pada
Yeremia 46
1. Firman TUHAN yang datang kepada nabi Yeremia tentang bangsa-bangsa.
2. Mengenai Mesir. Terhadap tentara Firaun Nekho, raja Mesir, yang berkemah di tepi sungai Efrat dekat Karkemis dan yang dipukul kalah oleh Nebukadnezar, raja Babel, dalam tahun yang keempat pemerintahan Yoyakim bin Yosia, raja Yehuda:
....
13. Firman yang disampaikan TUHAN kepada nabi Yeremia tentang datangnya Nebukadnezar, raja Babel, untuk memukul kalah tanah Mesir:
14. "Beritahukanlah di Mesir, dan kabarkanlah di Migdol! Kabarkanlah di Memfis dan di Tahpanhes! Katakanlah: Ambillah tempat dan bersiaplah, sebab sekitarmu habis dimakan pedang!
15. Mengapa Apis melarikan diri, tidakkah sanggup sapi jantanmu bertahan? Sungguh, TUHAN telah menundukkan dia!
....
25. TUHAN semesta alam, Allah Israel, berfirman: "Sesungguhnya, Aku mendatangkan hukuman atas dewa Amon dari Tebe, atas Firaun beserta Mesir, dewa-dewanya dan raja-rajanya, yakni atas Firaun beserta orang-orang yang percaya kepadanya.
26. Aku akan menyerahkan mereka ke dalam tangan orang-orang yang berusaha mencabut nyawa mereka, yakni ke dalam tangan Nebukadnezar, raja Babel, dan para pegawainya. Tetapi sesudahnya negeri itu akan didiami seperti dalam zaman purbakala, demikianlah firman TUHAN.

Mengenai suksesi di Yehuda: Yosia (641-609 SM), Yoahas (608/609 SM), Elyakim/Yoyakim (608-597 SM).

berikut informasi dari Alkitab:


2Tawarikh 36
1. Rakyat negeri menjemput Yoahas anak Yosia, dan mengangkat dia menjadi raja di Yerusalem menggantikan ayahnya.
2. Yoahas berumur dua puluh tiga tahun pada waktu ia menjadi raja dan tiga bulan lamanya ia memerintah di Yerusalem.
3. Raja Mesir memecatnya dari pemerintahannya di Yerusalem dan mendenda negeri itu seratus talenta perak dan satu talenta emas.
4. Kemudian raja Mesir itu mengangkat Elyakim, saudara Yoahas, menjadi raja atas Yehuda dan Yerusalem, dan menukar namanya dengan Yoyakim. Tetapi Yoahas, saudaranya itu, ditawan oleh Nekho, dan dibawa ke Mesir.
5. Yoyakim berumur dua puluh lima tahun pada waktu ia menjadi raja dan sebelas tahun lamanya ia memerintah di Yerusalem. Ia melakukan apa yang jahat di mata TUHAN, Allahnya.
6. Nebukadnezar, raja Babel, maju melawan dia, membelenggunya dengan rantai tembaga untuk membawanya ke Babel.
7. Juga beberapa perkakas rumah TUHAN dibawa Nebukadnezar ke Babel dan ditempatkan di istananya di Babel.
8. Selebihnya dari riwayat Yoyakim, segala kekejian yang dilakukannya dan kesalahan yang ada padanya, sesungguhnya semuanya itu tertulis dalam kitab raja-raja Israel dan Yehuda. Maka Yoyakhin, anaknya, menjadi raja menggantikan dia.

***/


Nebuchadnezzar II (605-562 SM; 43 thn).

/***

Raja Yehuda: Elyakim/Yoyakim (608-597 SM), Yoyakhin (597 SM), Zedekia (597-586 SM).

Yoyakim - bin Yoshia (2 Taw 36:5) 608-597 SM
Nama aslinya adalah Elyakim, setelah saudaranya ditawan oleh firaun, ia diangkat untuk menjadi raja atas Yehuda pada usia 25 thn dan memerintah selama 11 thn. Ia digambarkan sebagai raja yang zalim dan pada masa ia memerintah, Nebucadnezzar raja Babilon menginvasi Yehuda dan menawan Yoyakim ke Babel.

Yoyakhin - bin Yoyakim (2 Taw 36:9) 597 SM
Ia diangkat oleh raja babilon untuk menjadi raja Yehuda menggantikan ayahnya, pada usia 18 thn dan memerintah selama 3 bulan 10 hari, lalu di oleh Nebucadnezzar ia turut ditawan ke babilon bersama-sama dengan penjarahan bait allah.

Zedekia - bin Yoshiah (2 Taw 36:11) 597-586 SM
Ia diangkat menjadi raja Yehuda menggantikan kemenakan nya oleh penguasa Babilon, pada usia 21 thn, dan memerintah selama 11 thn.
Ia dikabarkan sebagai raja zalim dan menghiraukan seruan nabi Yeremia, dan memberontak terhadap Nebucadnezzar.
Bait allah dikatakan dinajiskan oleh Zedekia.
Hingga akhirnya karena memberontak kepada raja Babilon, Yehuda diperangi, Yerusalem dikepung.
Penduduk Yerusalem yang selamat dari invasi ditawan ke Babilon.

Firaun Mesir
Dinasti 26: Psamtik I (664-610 SM), Necho II (610-595 SM), Psamtik II (595-589 SM), Apries/Hophra (589-570 SM).

Raja Media/Medes: Cyaxares: 625-585 SM, Astyages (585-550 SM).

Raja Anshan - Achaemenid: Cambyses I (580-559 SM), Cyrus II/Cyrus Agung (559-530 SM)

***/


Nebuchadnezzar II (Akkad: Nabu-khudurri-usur "O dewa Nabu, lindungi lah anak sulungku") adalah raja dinasti Neo-Babel yang memerintah paling lama. Pada agustus 605 SM setelah kembali dari ekspedisi ke wilayah barat untuk menaklukkan Ashur & Mesir, serta menundukkan berbagai provinsi Ashur di wilayah pantai Mediterania (Hamat & Phoenicia), Nebuchadnezzar II lalu menduduki takhta sebagai raja Neo-Babel menggantikan ayahnya yang wafat.

Sekitar Juni hingga Desember 604 SM, ia kembali ke wilayah Suriah & Palestina, untuk memperkuat pengaruh Babel di wilayah ini. Ia merebut kota Ashkelon, dan banyak raja yang menyatakan takluk kemudian menjadi negeri vassal, termasuk Yehuda. Selama 3 tahun ia sibuk untuk memperkuat genggaman Neo-Babel atas wilayah ini.

/***

Pada tahun 604 SM, Laozi lahir di provinsi Henan, China. Wafat pada tahun 531 SM.

***/


Sekitar tahun 601/600 SM, Nebuchadnezzar II bertempur dengan pasukan Mesir, dan ia mengalami kekalahan; hal ini memicu beberapa negeri vassal yang membelot mendukung Mesir, salah satunya adalah Yehuda. Peristiwa ini sempat menghentikan rangkaian kampanye militer selama 1 tahun, dan Nebuchadnezzar II sedang mempersiapkan armada perang barunya di Babel.

Sekitar tahun 599/598, Nebuchadnezzar II, kembali ke wilayah ini, dan ia berhasil menundukkan suku-suku Arab, kemudian menyerang Yehuda. Yerusalem akhirnya jatuh pada tahun 597 SM, dan  raja Yoyakhin di deportasi  ke Babel.

Pada tahun 596 SM, perhatian Nebuchadnezzar II teralihkan ke timur, yakni ke wilayah Elam, ia mencoba untuk mengusir usaha invasi dari timur.

Aktivitas militer Nebuchadnezzar II tidak diketahui lebih lanjut dalam naskah sejarah Babel, namun dari sumber lain, khususnya Alkitab, tercatat terjadinya serangan berikut atas Yerusalem dan pengepungan kota Tirus/Tyre (berlangsung selama 13 tahun, menurut Flavius Josephus) serta terjadinya invasi Mesir.

Pengepungan berikut atas Yerusalem tejadi pada tahun 587/586 SM, dan  berakhir dengan deportasi penduduknya, kemudian deportasi ke-2 terjadi pada tahun 582 SM,

Nebuchadnezzar II mengontrol jalur perdagangan yang melintasi Mesopotamia, dari Teluk Persia hingga Laut Mediterania. Dan ia mengumpulkan banyak harta dari pajak dan upeti, hingga mampu membangun kota Babel menjadi termasyur.

Selama 43 tahun ia berkuasa, Nebuchadnezzar II menggunakan tenaga para budak untuk membangun tembok yang sangat tebal dan mengelilingi kota Babel. Sedemikian tebal hingga balap kereta dapat dilakukan diatas tembok, yang panjangnya 90 KM. Batu bata dari dinding tersebut di beri warna biru dan terdapat tulisan, "Saya Nebuchadnezzar, raja Babel."

Ia adalah raja yang sangat relijius, dan pemuja dewa Marduk, ia mengklaim sebagai "orang yang memerintahkan mulut manusia agar memuji para dewa," dan yang membuat para pendahulu dicibir karena hanya membangun istana di tempat lain bukan di kota Babel, dan hanya berziarah kesana (kota Babel) untuk perayaan tahun baru (Akitu).

Hanya sedikit yang diketahui tentang kehidupan keluarganya selain dari legenda bahwa ia menikahi putri Media, yang merindukan keindahan perbukitan yang hijau di kampung halamannya, sehingga Nebuchadnezzar II membangun sebuah taman yang mensimulasikan perbukitan. Bagaimana gambaran tentang taman gantung ini tidak dapat dikonfirmasi, baik dalam naskah cuneiform atau sisa-sisa arkeologis.

Meskipun Nebuchadnezzar II berperan penting dalam penghancuran Yehuda, ia dipandang positif dalam tradisi Yahudi. Ia di klaim memerintahkan pasukannya untuk melindungi Yeremia, dan Yeremia menganggapnya sebagai alat Yahweh untuk menghukum Israel yang tidak taat.

Nebuchadnezzar II adalah hamba Yahweh untuk menghukum bangsa-bangsa.

Yeremia 27:6-8
6. Dan sekarang, Aku menyerahkan segala negeri ini ke dalam tangan hamba-Ku, yakni Nebukadnezar, raja Babel; juga binatang di padang telah Kuserahkan supaya tunduk kepadanya.
...
8. Tetapi bangsa dan kerajaan yang tidak mau takluk kepada Nebukadnezar, raja Babel, dan yang tidak mau menyerahkan tengkuknya ke bawah kuk raja Babel, maka bangsa itu akan Kuhukum dengan pedang, kelaparan dan penyakit sampar, demikianlah firman TUHAN, sampai mereka Kuserahkan ke dalam tangannya.


Nebuchadnezzar II melindungi Yeremia

Yeremia 37:11-14
11. Mengenai Yeremia, Nebukadnezar, raja Babel, telah memberi perintah dengan perantaraan Nebuzaradan, kepala pasukan pengawal, bunyinya:
12. "Bawalah dan perhatikanlah dia, janganlah apa-apakan dia, melainkan haruslah kaulakukan kepadanya sesuai dengan permintaannya kepadamu!"
13. Maka Nebuzaradan, kepala pasukan pengawal, beserta Nebusyazban, kepala istana, dan Nergal-Sarezer, panglima, dan semua perwira tinggi raja Babel, mengutus orang--
14. mereka menyuruh mengambil Yeremia dari pelataran penjagaan, lalu menyerahkannya kepada Gedalya bin Ahikam bin Safan untuk membebaskannya, supaya pulang ke rumah. Demikianlah Yeremia tinggal di tengah-tengah rakyat.


Yehezkiel juga menganggap kejatuhan Tirus oleh Nebuchadnezzar II, akibat kesombongannya yang menghina Yerusalem.

Yehezkiel 26:2-7
2. "Hai anak manusia, oleh karena Tirus berkata mengenai Yerusalem: Syukur! Sudah rusak pintu gerbang bangsa-bangsa itu; ia akan beralih kepadaku, sehingga aku menjadi penuh, tetapi ia menjadi reruntuhan.
3. Oleh sebab itu beginilah firman Tuhan ALLAH: Lihat, Aku menjadi lawanmu, hai Tirus. Aku akan menyuruh bangkit banyak bangsa melawan engkau, seperti lautan menimbulkan gelombang-gelombangnya.
....
7. Sebab beginilah firman Tuhan ALLAH: Sungguh, Aku membawa dari utara raja Nebukadnezar, raja Babel, raja segala raja untuk melawan Tirus dengan memakai kuda, kereta, pasukan berkuda, dan sekumpulan tentara yang banyak.


Kitab Daniel, menggambarkan Nebuchadnezzar II sebagai manusia biasa yang terpengaruh oleh bujukan jahat, dan tidak ada naskah sejarah yang dapat membuktikan kisah Nebuchadnezzar II berada dalam kegilaan selama 7 tahun.

Kota Tyre/Tirus, tetap utuh pada zaman Nebuchadnezzar II walau di ramalkan akan runtuh oleh Yehezkiel. Kota ini akhirnya runtuh oleh serangan Alexander Agung pada tahun 332 SM. Kota ini adalah salah satu kota tersulit untuk ditundukkan karena letak geografisnya.


(Penghancuran Yerusalem 587 SM)

Setelah pengepungan Yerusalem pada tahun 597 SM, Nebuchadnezzar II mengangkat Zedekia menjadi raja Yehuda, pada usia 21 tahun. Namun kemudian, Zedekia memberontak terhadap Babel, dan bersekutu dengan Firaun Hophra/Apries. Nebuchadnezzar II lalu menginvasi Yehuda, dan memulai pengepungan pada bulan Desember 589 SM.

Pada tahun 586 SM, setelah genap 11 tahun masa pemerintahan Zedekia, tentara Babel berhasil menembus tembok Yerusalem, dan menaklukkannya. Zedekia dan pengikutnya mencoba melarikan diri namun berhasil ditangkap di dekat Yerikho dan di bawa ke Riblah (Hamat). Disana ia menyaksikan anaknya di sembelih, dan matanya lalu dibutakan, ia dirantai sebagai tawanan ke Babel, dan dipenjara hingga wafat. (Yeremia 52)

Setelah kejatuhan Yerusalem, jendral Babel, Nebuzaraddan di utus untuk meratakan Yerusalem serta Bait Allah. Para kaum elit dibawa ke pembuangan di Babylon, hanya beberapa orang yang diizinkan di negeri ini.

Gedaliah, di tunjuk sebagai gubernur atas provinsi Yehud, dan para tentara Kasdim/Neo-Babel tinggal di Mizpah. Mendengar berita ini, orang-orang Yehuda yang berada di Moab, Ammon, Edom, dan negeri lain kembali ke Yehuda. Gedaliah kemudian dibunuh 2 bulan kemudian, dan banyak rakyat Yehuda yang melarikan diri ke Mesir, mereka menetap di Migdol, Tahpanhes, Noph, dan Pathros.

/***

Pada tahun 563 SM, Siddharta Gautama/Buddha lahir di Lumbini, Nepal.

***/


Pada tahun 562 SM, Nebuchadnezzar II wafat, dan digantikan oleh anaknya Amel-Marduk.

Timeline Karir Nebuchadnezzar II

- 23 November 626 SM: Nabopolassar menjadi raja Babel; ia telah turut berperang melawan penguasa Ashur.
- 614 SM: Menurut Berossus, Nebuchadnezzar II, menikah dengan putri Media/Medes, Amythis.
- 612 SM: Penghancuran Nineveh.
- 605 SM: Mengalahkan raja Ashur-uballit II dan firaun Mesir, Necho II di Karkemis.
- Agustus 605 SM: Nabopolassar wafat, Nebuchadnezzar II menjadi raja.
- 604 SM: Ekspedisi ke wilayah Barat
- 598 SM: Memulai pengepungan kota Tirus/Tyre.
- 597 SM: Penaklukan pertama atas Yerusalem; pengangkatan Zedekiah menjadi raja Yehuda.
- 596 SM: Kampanye militer ke wilayah timur/Elam.
- 595 SM: Kempanye militer ke wilayah barat (Yerusalem).
- 587/586 SM: Kampanye ke-2 atas Yehuda, dan penaklukan Yerusalem; deportasi kaum Elit Yehuda.
- 582 SM: Penaklukan Moab dan Ammon.
- 562 SM: Wafat dan digantikan oleh anaknya, Amel-Marduk.

Peta Neo-Babel, Media, Lydia. Hubungan mereka adalah (Media-Lydia: raja mereka saling ber-Ipar, Media-NeoBabel: raja mereka Mantu dan Mertua)


Amel-Marduk (562-560 SM; 2 thn)

Amel-Marduk (Akkad: dibaca Awil-Marduk "lelaki kepunyaan Marduk", Ibrani: Ewil-Merodakh) menjadi raja Babel setelah kematian ayahnya, namun kemudian ia dibunuh oleh ipar nya, Nergal-sharezer. Menurut catatan Berossus ia terbunuh karena melakukan perbuatan yang dipandang illegal dan menyinggung para imam, termasuk mengganti kebijakan yang dibuat oleh Nebuchadnezzar.

Menurut Alkitab, ia membebaskan raja Yoyakhin dari penjara dan membiayai hidupnya.

2 Raja-Raja 25:27-30
27. Kemudian dalam tahun ketiga puluh tujuh sesudah Yoyakhin, raja Yehuda dibuang, dalam bulan yang kedua belas, pada tanggal dua puluh tujuh bulan itu, maka Ewil-Merodakh, raja Babel, dalam tahun ia menjadi raja, menunjukkan belas kasihannya kepada Yoyakhin, raja Yehuda, dengan melepaskannya dari penjara.
28. Ewil-Merodakh berbicara baik-baik dengan dia dan memberi kedudukan kepadanya lebih tinggi dari pada kedudukan raja-raja yang bersama-sama dengan dia di Babel;
29. ia boleh mengganti pakaian penjaranya dan boleh selalu makan roti di hadapan raja selama hidupnya.
30. Dan tentang belanjanya, raja selalu memberikannya kepadanya, sekadar yang perlu tiap-tiap hari, selama hidupnya.


Pada proyek penggalian di situs Babel pada tahun 1899-1917, ditemukan ruangan arsip raja Babel. Dan disana terdapat tablet yang berasal dari tahun 595-570 SM, 4 dari tablet ini berisi daftar jatah minyak dan gandum dari raja untuk diberikan kepada beberapa individu, salah satunya adalah raja Yoyakhin.

Pada salah satu table berbunyi:
"10 (sila minyak) kepada raja Yehuda, Yaukin (Yoyakhin); 2,5 sila (minyak) kepada keturunan raja Yehuda; 4 sila kepada 8 orang dari Yehuda."

dan pada tablet lain:
"1,5 sila untuk 3 orang tukang kayu dari Arvad, masing-masing mendapat 1/2; 11,5 sila untuk 8 orang pemotong kayu dari Byblos....;3,5 sila untuk 7 orang pengrajin dari Yunani, masing-masing mendapat 1/2;...10 sila kepaa la-ku-u-ki-nu, putra raja Yehuda; 2,5 sila untuk 5 anak raja Yehuda."
Neriglissar (560-556 M; 4 thn)

Sering pula dikenal sebagai Nergal-sharezer (Akkad: Nergal-sar-usur, "dewa Nergal, lindungi lah sang raja") merupakan anak mantu dari Nebuchadnezzar II, tidak jelas apakah ia adalah suku Chaldean/Kasdim atau bukan. Dalam catatan sejarah Babel, ia dikisahkan melakukan peperangan di wilayah barat (negeri Cilicia/Kilikia) pada tahun 556 SM. Dalam Alkitab namanya tertulis sebagai panglima pada masa Nebuchadnezzar II.

Yeremia 39:11-14
11. Mengenai Yeremia, Nebukadnezar, raja Babel, telah memberi perintah dengan perantaraan Nebuzaradan, kepala pasukan pengawal, bunyinya:
12. "Bawalah dan perhatikanlah dia, janganlah apa-apakan dia, melainkan haruslah kaulakukan kepadanya sesuai dengan permintaannya kepadamu!"
13. Maka Nebuzaradan, kepala pasukan pengawal, beserta Nebusyazban, kepala istana, dan Nergal-Sarezer, panglima, dan semua perwira tinggi raja Babel, mengutus orang--
14. mereka menyuruh mengambil Yeremia dari pelataran penjagaan, lalu menyerahkannya kepada Gedalya bin Ahikam bin Safan untuk membebaskannya, supaya pulang ke rumah. Demikianlah Yeremia tinggal di tengah-tengah rakyat.


Labashi-Marduk (556 SM)

Dalam bahasa Akkad, Labashi-Marduk berarti "semoga aku tidak memalukan, O Marduk" dan ia merupakan anak dari Neriglissar. Menjadi raja dalam usia kanak-kanak, 9 bulan setelah di-inagurasi, ia terbunuh dalam sebuah konspirasi karena dianggap tidak pantas menjadi raja.

Nabonidus (556-539 SM; 17 thn)

Nabonidus (Akkad: Nabu-na'id, "terpujilah dewa Nabu") adalah raja terakhir dari kekaisaran Neo-Babel. Latar belakan Nabonidus tidaklah jelas, Hanya sedikit informasi tentang keluarganya, yang digali dari sebuah prasasti, ibunya bernama Addagoppe, merupakan imam kuil dewa Sin (dewa bulan), di kota Harran, yang merupakan benteng terakhir bangsa Ashur saat keruntuhan mereka. Hal ini menyiratkan dirinya kemungkinan berasal dari bangsa Ashur, dan bukan dari suku Kasdim. Ia merebut tahta dengan menggulingkan Labashi-Marduk.

Nabonidus sangat tertarik dengan masa lalu kerajaan Babel, ia menggali berbagai reruntuhan bangunan-bangunan kuno dan memamerkan artifak-artifaknya dalam sebuah "museum," ia sering disebut sebagai arkeolog pertama. Ia berhasil menggali pondasi dari kuil dewa Shamas (matahari) di kota Sippar, dan kuil yang didedikasikan untuk Naram-Sin, cucu dari raja Akkad, Sargon Agung, serta memperkirakan usia nya, 3200 tahun yang lampau, ia menempatkan Naram-Sin sekitar tahun 3750 SM -- Naram-Sin hidup pada tahun 2250 SM -- dalam silinder Nabonidus (Nabonidus Cylinder) yang ditemukan di reruntuhan kota Sippar.

Nabonidus terkenal lebih memuja dewa Sin, namun ia menghormati berbagai sekte dan agama di kekaisarannya. Gambaran negatif dirinya berasal dari para imam dewa Marduk, hal ini di karenakan Nabonidus sangat lama absen dalam perayaan keagamaan di Babel (festival tahun baru Akitu) ketika menetap di kota Tayma, di gurun Arab, pada masa awal pemerintahannya -- roda pemerintahan ditangani oleh anaknya Belshazzar, ia digambarkan menghabiskan belasan tahun masa pemerintahannya (17 thn) di Tayma, dan kembali di Babel pada masa akhir sebelum di kalahkan oleh Cyrus Agung dari Persia.

Tidak diketahui secara jelas alasan Nabonidus tinggal di Tayma dalam waktu yang sangat lama, diperkirakan ia hendak menguasai rute perdagangan di Arab yang menguntungkan, bangsa Ashur telah mencoba melakukan hal yang sama. Ada pula yang mengatakan hasratnya pemujaan atas dewa bulan, Sin lebih cocok di wilayah Tayma dibandingkan kota Babel yang memuja dewa Marduk. Ia membangun kembali kota Tayma dengan kompleks istana yang besar, hal ini terungkap dari penemuan arkeologi moderen.

(Penaklukan Persia atas Babylon)

Pada tahun 549 SM, Cyrus Agung (Cyrus II), seorang raja dari bangsa Persia dari dinasti Achaemenid/Akamenid (Persia: Haxamanis) di negeri Anshan di bekas wilayah Elam, menyatakan diri merdeka dari status vassal dari negeri Media. Di ibu kota Media, Ecbatana, raja Astyages dikhianati oleh para prajuritnya yang membelot mendukung Cyrus. Ia segera menjadi penguasa kekaisaran Media yang sangat besar. Ketika ia dalam ekspedisi militer untuk menundukkan pemberontakan di provinsi Ashur, ia mengalihkan perhatiannya kepada negeri Babel dan menaklukkannya pada tahun 539 SM.

Terdapat berbagai catatan tentang kejatuhan Babel:

- Menurut silinder Cyrus, penduduk kota Babel membuka gerbang kota dan menyambut Cyrus sebagai pembebas mereka.
- Menurut Alkitab, Yesaya menubuatkan jika bangsa Persia akan menawan para wanita Babel dan patung berhala mereka.

Yesaya 43:14
Beginilah firman TUHAN, Penebusmu, Yang Mahakudus, Allah Israel: "Oleh karena kamu Aku mau menyuruh orang ke Babel dan mau membuka semua palang-palang pintu penjara, dan sorak-sorai orang Kasdim menjadi keluh kesah.

Yesaya 45:1
Beginilah firman TUHAN: "Inilah firman-Ku kepada orang yang Kuurapi, kepada Koresh (Cyrus) yang tangan kanannya Kupegang supaya Aku menundukkan bangsa-bangsa di depannya dan melucuti raja-raja, supaya Aku membuka pintu-pintu di depannya dan supaya pintu-pintu gerbang tidak tinggal tertutup.

Yesaya 46:1-2
1. Dewa Bel (sebutan pribadi, dewa Marduk, yang berarti tuan) sudah ditundukkan, dewa Nebo (Nabu) sudah direbahkan, patung-patungnya sudah diangkut di atas binatang, di atas hewan; yang pernah kamu arak, sekarang telah dimuatkan sebagai beban pada binatang yang lelah,
2. yang tidak dapat menyelamatkan bebannya itu. Dewa-dewa itu bersama-sama direbahkan dan ditundukkan dan mereka sendiri harus pergi sebagai tawanan.


/***

Informasi diatas bertentangan dengan Silinder Cyrus (Cyrus Cylinder 30-34):

"Adapun dewa-dewa Sumeria dan Akkad yang diboyong oleh Nabonidus ke Babel diwarnai dengan murka para dewa, dan atas perintah Marduk, sang tuan besar, saya (Cyrus) membuat mereka berdiam kembali dengan damai dalam kuil-kuil mereka. Semoga para dewa yang telah ku kembalikan kembali ke dalam kuil suci mereka, dan pemujaan harian dihadapan Bel dan Nabu, akan tetap berlangsung disepanjang masa pemerintahanku, semoga mereka bersyafaat dengan baik atas nama saya."

atau pada Sejarah Babel (Babylonian Chronicles) pada tahun ke-17 pemerintahan Nabonidus:

"Pada bulan Kislimu hingga Addaru, para dewa Akkad (merujuk pada wilayah bangsa Babel) yang dikumpulkan oleh Nabonidus ke kota Babel, dikembalikan ke kota-kota suci mereka masing-masing."

***/

Yesaya 47:1-3
1. Turunlah dan duduklah di atas debu, hai anak dara, puteri Babel! Duduklah di tanah dengan tidak bertakhta, hai puteri Kasdim! Sebab engkau tidak akan disebutkan lagi manis dan genit.
2. Ambillah batu kilangan dan gilinglah tepung, bukalah kerudungmu; angkatlah sarungmu, singkapkanlah paha, seberangilah sungai-sungai!
3. Biarlah auratmu tersingkap dan aibmu kelihatan! Aku akan mengadakan pembalasan dan tidak menyayangkan seorangpun.


- Herodotus menulis, Cyrus awalnya mengalahkan pasukan Babel di luar kota mereka, lalu setelah melalui pengepungan dalam waktu yang lama, ia lalu mengalihkan aliran sungai Efrat yang mengalir ke dalam kota Babel, hingga pasukan mereka dapat berjalan memasuki kota melalui dasar sungai.

- Xenophon menulis, seperti halnya Herodotus, Cyrus mengalihkan aliran sungai Efrat dan memasuki kota melalui dasar sungai, mamun ia tidak menyinggung mengenai pertempuran.

- Berossus menulis jika Cyrus mengalahkan tentara Babel, dan Nabonidus melarikan diri ke kota Borsippa, lalu Cyrus mengambil alih kota Babel dengan menghancurkan tembok luar kota, setelah itu Cyrus lalu mengejar Nabonidus ke Borsippa dan Nabonidus menyerah.

- Catatan Sejarah Babel (Babylonian Chronicles) pada tahun ke-17 pemerintahan Nabonidus, dianggap lebih faktual menceritakan:

"Pada bulan Tasritu, Ketika Cyrus menyerang para tentara Akkad di Opis di tepi sungai Tigris, penduduk Akkad memberontak, dan ia [Nabonidus atau Cyrus?] membantai penduduk yang sedang dalam kebimbangan. Pada hari ke-15 [12 Oktober], kota Sippar menyerah tanpa pertempuran. Nabonidus melarikan diri. Pada hari ke-16, Gobryas [Ugbaru], sang gubernur Gutium, dan tentara Cyrus memasuki Babel tanpa pertempuran. Nabonidus ditangkap di kota Babel ketika ia kembali ke sana. Hingga akhir bulan, perisai-perisai milik tentara Gutium/Gutian tetap disandang ketika mereka memasuki kuil Esagila namun demikian mereka tidak membawa senjata tajam di dalam kuil. Upacara tetap dilaksanakan tepat pada waktunya.

Pada bulan Arahsamna, pada hari ke-3 [29 Oktober], Cyrus memasuki kota Babel, ranting hijau dihamparkan dihadapannya - pernyataan damai diterapkan di dalam kota. Cyrus mengirim salam kepada semua penduduk Babel. kota Babel dimasukkan dalam kendali sang gubernur negeri Media, Gobryas."

Namun demikian, sebuah prasasti ditemukan dan menyebut tentang adanya perbaikan gerbang Enlil di kota Babel setelah penaklukannya. Berdasarkan informasi ini, sebuah rekonstruksi diajukan oleh para sejarawan:

Ketika Cyrus bergerak bersama pasukannya menuju wilayah selatan Mesopotamia, ia bertemu dengan tentara Babel di dekat kota Opis (di tepi sungai Tigris). Persia berhasil memenangkan pertempuran ini, dan memicu menyerahnya kota terdekat seperti Sippar. Tentara Babel yang mundur bergerak ke arah selatan untuk membangun garis pertahanan di dekat sungai Efrat, untuk mencegah laju tentara Persia. Namun demikian tentara Cyrus tidak menghadapi tentara Babel secara langsung, ia mengirim sejumlah pasukan kecil yang dipimpin oleh Gobryas, menyusuri sungai Tigris untuk melancarkan serangan mengejutkan terhadap kota Babel. Di luar dugaan, pasukan ini tidak terdeteksi dan mereka berhasil merebut kota Babel, dan hanya terjadi pertempuran kecil di dekat salah satu gerbangnya. Selain itu mereka juga berhasil menangkap raja Babel, Nabonidus.

Hal tersebut membuat moril para tentara Babel runtuh dan menyerahkan diri. Sementara itu sang komandan pasukan Persia, Gobryas, yang telah merebut Babel tidak melakukan perbuatan destruktif seperti menjarah dan membunuh penduduk kota, ia bahkan memastikan ritual di kuil suci tetap berjalan. Sebulan kemudian Cyrus memasuki kota Babel, ia tidak membuat banyak perubahan pada struktur pejabat di kota Babel pada saat transisi kekuasaan. Hal serupa terjadi ketika raja Neo-Ashur, Sargon II serta raja Macedonia, Alexander Agung merebut kota Babel.

Tidak diketahui nasib Nabonidus setelah kejatuhan Babel, namun Cyrus dikenal banyak mengampuni raja-raja yang ditaklukkannya, serta menurut catatan Berossus, sejarawan Babylon pada periode Hellenistik, menyebut jika ia hidup dengan damai hingga akhir hayatnya di kota Carmania. Ashur dan Babel kini menjadi vassal dari negeri Persia.

Minggu, 02 Juli 2017

Mengenal Bangsa Ashur (Periode Neo-Ashur) Part V

Ashurbanipal (668-627/631 SM; 38-41 thn)

/***

Raja Yehuda: Manasseh (698/697-642 SM), Amon (642-641 SM), Yosia (641-609 SM).

Firaun Mesir
Dinasti 25 dari Nubia/Ethiopia: Taharqa (690-664 SM), Tantamani (664-659 SM).
Dinasti 26 pribumi Mesir: Necho I (672-664 SM), Psamtik I (664-610).

Raja Media/Medes: Cyaxares: 625-585 SM.

***/

Ashurbanipal (Akkad: Assur-bani-apli, "Ashur sang pencipta si ahli waris"; Ibrani: Asenappar, Latin: Sardanapalus), dalam Alkitab namanya terdapat pada kitab:

Ezra 4:10
dan bangsa-bangsa lain, yang oleh Asnapar yang agung dan mulia itu dipindahkan dan disuruh menetap di kota Samaria dan di daerah yang lain sebelah barat sungai Efrat.

Ia adalah raja terakhir pada puncak kegemilangan kekaisaran Ashur, dan  terkenal dengan koleksi dokumen cuneiform di istana Nineveh, yang dikenal  dengan perpustakaan Ashurbanipal, yang saat ini di simpan di British Museum, juga terkenal dengan ukiran "Perburuan Singa, Ashurbanipal."

Ashurbanipal lahir pada masa akhir dari 1500 tahun kekuasaan bangsa Ashur, dan dibesarkan di istana kecil yang bernama Bit Reduti (rumah pewaris), di bagian utara dari kompleks Nineveh. Di istana ini pula raja Sanherib dibunuh oleh anaknya, Arad-Ninlil.

Awalnya ia bukanlah seorang pewaris Ashur, dan Ashurbanipal disibukkan dengan pendidikan umum seperti berkuda, berburu, mengendarai kereta perang, ketentaraan, seni kerajinan, matematika, membaca dan menulis; ia dapat membaca dan menulis dalam bahasa Sumeria, Akkad dan Aramaik.

(Penaklukan Mesir)

Meskipun ia adalah raja yang populer dimata rakyatnya, namun ia terkenal kejam terhadap musuh-musuhnya. Beberapa ukiran menggambarkan ia mengenakan rantai anjing kepada tawanannya (dan dibiarkan hidup dikandang anjing), banyak gambaran yang menggambarkan kebrutalan Ashurbanipal, namun itu hanya ditujukan pada mereka yang memberontak terhadap raja Ashur.

Ketika Ashurbanipal naik tahta, di Mesir sedang terjadi penggulingan kekuasaan oleh firaun Tiharka (dinasti 25 - dari Nubia) kepada firaun Necho I (dinasti 26), yang merupakan raja boneka Ashur.

Pada tahun 667/666 SM, Ashurbanipal mengutus tentara Ashur dan berhasil mengusir kekuatan Nubia/Ethiopia dari Mesir, Necho I dan beberapa pejabat Mesir yang dinilai berniat memberontak kemudian di deportasi ke Ashur, namun Ashurbanipal memafkan Necho I, dan mengembalikan posisi firaun kepadanya - (ibu kota Mesir berada di Sais), anak Necho I yaitu Psamtik I (Akkad: Nabu-sezibanni) yang mendapat pendidikan di Istana Nineveh kemudian diangkat menjadi gubernur Mesir.

Pada tahun 664 SM, firaun Taharqa/Tiharka wafat dan perjuangannya diteruskan oleh kemenakannya yang bernama Tantamani, ia berhasil merebut kota Thebes & Memphis, serta membunuh firaun Pribumi Mesir, Necho I.

 Ashurbanipal kembali mengutus tentara Ashur ke Mesir, dan mampu mengusir pasukan Nubia dan tidak pernah lagi kembali ke Mesir. Ashur menjarah kota Thebes, dan anak Necho I, yaitu Psammetichus/Psamtik I diangkat menjadi firaun Mesir- ia tercatat mengundang bangsa Yunani untuk menetap dan membuat koloni di kota Tahpanhes (Daphnae). (Pada tahun ini terjadi invasi oleh bangsa Elam, ke wilayah koloni Ashur di Babel)

Pada tahun 653 SM, firaun Psamtik I, meminta bantuan Kerajaan Lydian (raja Gyges) di Anatolia untuk mengusir tentara Ashur dari Mesir. Tidak diketahui reaksi Ashurbanipal terhadap pemberontakan ini, namun tidak terdapat catatan adanya pergerakan tentara Ashur yang berusaha merebut Mesir, mungkin karena ancaman bangsa Elam, yang lebih dekat dari Ashur menjadi prioritas utama, dan pada tahun 652 SM kakaknya di Babel juga berkoalisi dengan berbagai bangsa menyatakan merdeka.

Terdapat sebuah catatan di istana Nineveh, mengenai raja Gyges, yang mendapat mimpi dari dewa Ashur, yang memberi nubuat jika ia tunduk pada Ashurbanipal ia akan menaklukkan musuh-musuhnya. Setelah Gyges mengirim utusan ke Ashur untuk menyatakan diri menjadi vassal Ashur, ia segera mengalahkan musuh utamanya yaitu bangsa Cimmerian. Namun kemudian ketika ia membantu pemberontakan di Mesir, negerinya di taklukkan oleh bangsa Cilician.

Ashur pada masa ini adalah kekaisaran terbesar yang pernah disaksikan oleh orang-orang di masa ini, membentang dari wilayah Kaukus di utara hingga Mesir/Nubia & Semenanjung Arab di selatan, dari Cyprus di barat hingga ke wilayah Iran di timur. Ashurbanipal menyaksikan berbagai bangsa dan negara tunduk kepadanya, termasuk: Babylon/Babel, Chaldea/Kasim, Media/Mede, Persia, Mesir, Libya, Elam, Gutium, Parthia, Cissia, Phrygia, Mannea, Aramean, Urartu, Lydia, Cilicia, Commagene, Phoenicia, Kanaan, Sutean, Yehuda, Moab, Edom, Ammon, Nabatea, Arab, Nubia, Sycthia, Cimmeria, Armenia/Urartu. Hanya terdapat beberapa masalah kecil yang timbul dan dapat dikedalikan oleh Ashurbanipal.

(Penaklukan Elam & Babel)

Pada masa awal pemerintahan Ashurbanipal, bangsa Elam nampak dalam keadaan damai, bahkan Ashurbanipal mengirim bantuan makanan ke Elam ketika dilanda kelaparan.

Namun pada tahun 664 SM, situasi berubah. Raja Urtaku, dari Elam, melakukan serangan mendadak ke koloni Ashur di Babel. Setelah beberapa saat Ashur kemudian mengirim pasukan ke Babel, namun bangsa Elam telah mundur kembali ke negerinya, dan pada saat yang sama raja Urtaku kemudian wafat. Ia digantikan oleh Teumman yang dianggap bukanlah penerus yang sah, dan banyak pangeran Elam kemudian melarikan diri ke istana Nineveh, termasuk putra tertua Urtaku, Humban-nikash.

Pada tahun 658/657 SM, Ashur dan Elam kembali terlibat dalam pertempuran, dan Ashur keluar sebagai pemenang, raja Teumann mati bunuh diri. Ashurbanipal kemudian mengangkat Humban-nikash sebagai raja Elam. Para tentara Ashur mengarak kepala raja Teumann dan menjadikannya sebagai hiasan di pelabuhan Nineveh. Pada suatu saat para duta dari negeri Elam melihat kepala ini, seorang mencabut janggutnya dan yang lain bunuh diri, karena tidak tahan melihat penghinaan ini.

Pada tahun 652 SM, kakak Ashurbanipal, yakni Shamash-shum-ukin yang menjadi raja Babel, telah lelah menjadi raja boneka. Ia secara terbuka menyatakan kemerdekaan, dengan di dukung oleh sejumlah suku seperti Sutean, Chaldean/Kasdim, Aram, Arab, Gutium bahkan Elam. Ia bahkan menginvasi beberapa wilayah Ashur dan mengklaimnya sebagai milik Babel.

Ashur menunda memberi reaksi atas pemberontakan Babel, dipercaya hal ini karena kepercayaan Ashurbanipal akan tanda-tanda para dewa. Pada tahun 648 SM, Ashur menjawab pemberontakan Babel dengan mengepung Bosippa dan Babel.

Shamash-shum-ukin dikepung dalam kota Babel selama 4 tahun. Dan terdapat sebuah prasasti yang menggambarkan situasi di dalam kota Babel: "Mereka memakan daging anaknya yang laki-laki dan perempuan karena kelaparan." Ketika kota ini akhirnya jatuh, orang-orang yang bertahan ditebas oleh para tentara Ashur, Ashurbanipal menulis, "Mereka yang tersisa saya tumpas.. dan mayat mereka yang tercabik ku beri kepada anjing-anjing, babi, srigala, burung elang, burung dilangit, dan ikan di sungai."

Sebelum kejatuhan kota Babel, Shamash-shun-ukin mati bunuh diri dengan membakar istana nya. Penguasa Babel selanjutnya dipegang oleh seorang gubernur dari Ashur yang bernama Kandalanu.

/***

Situasi penghancuran Babel ini juga dialami oleh Yerusalem seperti yang ditulis dalam Alkitab:

Yeremia 19
7. Aku akan menggagalkan rancangan Yehuda dan Yerusalem di tempat ini dan Aku akan membuat mereka rebah oleh pedang di depan musuh mereka dan oleh tangan orang-orang yang ingin mencabut nyawa mereka. Aku akan membiarkan mayat-mayat mereka dimakan oleh burung-burung di udara dan oleh binatang-binatang di bumi.
...
9. Aku akan membuat mereka memakan daging anak-anaknya laki-laki dan daging anak-anaknya perempuan, dan setiap orang memakan daging temannya, dalam keadaan susah dan sulit yang ditimbulkan musuhnya kepada mereka dan oleh orang-orang yang ingin mencabut nyawa mereka.

atau

Imamat 26:29
29. dan kamu akan memakan daging anak-anakmu lelaki dan anak-anakmu perempuan.

***/

(Penaklukan Elam ke-2)

Penghancuran Susa, ibu kota bangsa Elam.


Pada tahun 648/647 SM, bersamaan dengan kejatuhan Babel, di Elam terjadi perang sipil. Raja Elam telah wafat dan berbagai pihak dalam istana mengklaim sebagai penerus tahta. Ashurbanipal melihat kesempatan ini sebagai waktu yang tepat untuk menghancurkan musuh bebunyutan Ashur ini untuk selama-lamanya. Ia lalu menginvasi negeri Elam, ibukota Susa di jarah, dan dibakar hingga hancur, Ashurbanipal juga memerintahkan agar seluruh kuburan para raja Elam dibongkar dan tulang belulang para raja di bungkus dan dibawa ke Ashur. Ia meninggalkan sebuah tablet yang mencatat tentang kemenangn atas Elam:

"Susa, kota suci yang agung, tempat tinggal para dewa mereka, kota yang penuh misteri, ku taklukkan. Saya memasuki istananya, ku buka perbendaharaan negeri di mana segala emas, dan perak serta kekayaan dikumpulkan.... saya menghancurkan ziggurat Susa. Ku hancurkan tanduk tembaga mereka. Ku musnahkan kuil Elam; dewa-dewi mereka ku serakkan ke angin. Makam raja-raja kuno maupun baru saya hancurkan, ku buat terpapar sinar matahari, dan ku bawa tulang mereka ke tanah Ashur. Ku hancurkan provinsi-provinsi Elam dan tanah mereka ku taburi garam."

Map Elam, dengan 2 kota pentingnya yakni Susa dan Anshan



Siapa saja yang memiliki potensi untuk mengklaim posisi tahta Elam ditangkap dan dibuang ke Nineveh sebagai budak. Sesuai dengan kebijakan Ashur, Ashurbanipal kemudian mendeportasi sejumlah besar populasi Elam ke wilayah lain dan membiarkan kota nya menjadi kosong serta ladang-ladang terbengkalai.

Ashurbanipal tidak bermaksud untuk membangun kembali serta memasang gubernur untuk wilayah ini, ia bermaksud menjadikannya gurun pasir. Namun kebijakan Ashurbanipal ini adalah kesalah besar, karena bangsa Persia secara perlahan mengambil alih wilayah ini, dan membangun kembali kota-kotanya, hingga suatu saat mereka membantu menggulingkan kekaisaran Ashur.

/***

Pada tahun 675-640 SM Teispes, seorang keturunan Achaemenid dari wilayah Persia, merebut kota Anshan dan akan menjadi basis Kekaisaran Persia dibawah pemerintahan Cyrus Agung.
 ***/

(Periode Akhir Ashurbanipal)

Selama 20 tahun terakhir dari pemerintahan Ashurbanipal, kekaisaran Ashur memasuki masa yang damai dan dominasinya tidak tertandingi, namun fundamental kekaisaraan ini sangat rapuh, hal ini karena proses ekspansi yang berlebihan, dan mengakibatkan Ashur mrnjadi  kekurangan dana akibat banyak koloni yang hancur (yang berarti berkurang nya sumber upeti), selain itu jumlah pasukan tidak cukup banyak untuk mengontrol wilayah kekaisaran yang demikian luas. Dokumentasi kerajaan pada masa-masa akhir Ashurbanipal sangat sedikit.

(Perpustakaan Ashurbanipal)

Setelah menaklukkan musuh-musuh bebunyutannya seperti Urartu dan Elam kekaisaran Ashur telah tenang, walau Mesir berhasil merdeka, namun mereka relatif bersahabat dengan Ashur. Ashurbanipal lalu mengalihan perhatiannya pada dunia seni. Ia adalah orang yang terdidik dan mengklaim dapat membaca dan menulis dalam berbagai bahasa, serta telah membaca semua naskah dari era sebelum banjir besar. Ia lalu mendirikan perpustakaan dan memiliki koleksi 30,000 tablet tanah liat di Nineveh, yang merupakan hasil pengumpulan dari berbagai naskah di seluruh penjuru kekaisaran Ashur, khususnya dari negeri Babel.

Perpustakaan ini berada di reruntuhan istana Nineveh, yang dikenal dengan "Ruangan Perburuan Singa." Diantara dokumen tersebut terdapat naskah Enuma Elish, atau yang dikenal sebagai "Epos Penciptaan," sebuah legenda dari Babel yang menceritakan bagaimana dewa Marduk membinasakan Tiamat - personafikasi dari lautan purba, dan dunia ini terbentuk dari sisa tubuhnya. Dalam versi tablet ini, dikisahkan jika manusia terbentuk dari darah dewa Qingu.

Selain itu ditemukan pula Epos Gilgamesh yang menceritakan tentang petualangan Gilgamesh dan sahabatnya Enkidu untuk menghancurkan kekuatan setan, Humbaba. Setelah kematian Enkidu, Gilgamesh mencari Utnapishtim, yang merupakan salah satu manusia yang selamat dari bencana banjir besar, untuk mencari rahasia hidup abadi (pohon kehidupan).

Di perpustakaan ini juga ditemukan berbagai naskah lagu pujian dan doa-doa keagamaan, medis, matematika, ritua, nubuat dan astrologi, astronomi, dan dokumen administrasi negara yang berupa surat-surat dan dokumen kontrak.
Sebuah naskah penting yang ditemukan adalah semacam kamus, yang berisi daftar kosa-kata dalam versi bilingual, yang membantu para ilmuwan untuk menterjemahkan berbagai dokumen dari berbagai periode di Mesopotamia.

British Musium, di London kini memiliki koleksi dari relief "Perburan Singa Ashurbanipal" di istana Nineveh, yang menggambarkan Ashurbanipal sedang berburu singa, yang dipandang sebagai olahraga para kaisar; penggambaran tersebut dipandang sebagai simbol kemampuan raja untuk menjaga kekaisaran Ashur.

Selain itu juga terdapat relief "Pesta Taman" yang menggambarkan raja dan ratu sedang mengadakan pesta kemenangan Ashur atas raja Teumman dari Elam. Ukiran dengan nilai seni tinggi ini merupakan bukti penghormatan Ashurbanipal terhadap seni, serta sebagai wahana komunikasi kepada anak cucunya.



British Musium, di London kini memiliki koleksi dari relief "Perburan Singa Ashurbanipal" di istana Nineveh, yang menggambarkan Ashurbanipal sedang berburu singa, yang dipandang sebagai olahraga para kaisar; penggambaran tersebut dipandang sebagai simbol kemampuan raja untuk menjaga kekaisaran Ashur.

Selain itu juga terdapat relief "Pesta Taman" yang menggambarkan raja dan ratu sedang mengadakan pesta kemenangan Ashur atas raja Teumman dari Elam. Ukiran dengan nilai seni tinggi ini merupakan bukti penghormatan Ashurbanipal terhadap seni, serta sebagai wahana komunikasi kepada anak cucunya.


(Kematian)

Pada tahun 627/629/631 SM, Ashurbanipal wafat di kota Harran, ia telah menetapkan Ashur-etil-illani (626-623 SM) sebagai raja Ashur, dan memerintah di Nineveh. Perang sipil kemudian terjadi dan kerajaan Ashur kemudian runtuh untuk selama-lamanya.

Peta Kekaisaran Ashur pada masa Ashurbanipal:
Hijau tua: provinsi
Hijau Muda: negeri vassal
Kuning: Babel


(Kehancuran Ashur)

Setelah Ashurbanipal wafat, Kekaisaran Ashur diteruskan oleh anaknya Ashur-etil-illani, namun kemudian terjadi pemberontakan oleh jendralnya yang bernama Sin-shumu-lishir yang memerintah dari kota Ur di Babel pada tahun 626 SM. Anak Ashurbanipal lain yang bernama Sin-shar-ishkun (627-612 SM) mengalahkan sang jendral dan memerintah dari wilayah Babel melawan Ashur-etil-illani di Nineveh. Terjadinya perang saudara di Ashur membuat negeri vassalnya mulai memberontak, koalisi Babel-Media-Persia-Cimmerian-Scythian kemudian mengepung dan menghancurkan Nineveh beserta kota Ashur lainnya. Salah satu anak Ashurbanipal, yang awalnya adalah seorang jendal/Tartan diangkat menjadi menjadi raja Ashur, posisi Ashur bagian utara (Nineveh) kini adalah sebuah provinsi dari negeri Media bernama Athura. Dan Ashur bagian selatan menjadi milik Babel.

Posisi Ashur kini dikuasai oleh kerajaan Media


(Perkembangan Bahasa Aram)

Sejak abad ke-8 SM, bahasa Aram/Aramaik secara bertahap telah menjadi lingua franca di kekaisaran. Ditemukan dua tablet yang mencatat tentang penjualan budak wanita, dalam bahasa Aramaik namun ditulis dalam huruf Akkad, menunjukkan bagaimana pengaruh bahasa Aram yang telah menjadi bahasa umum diantara rakyat dibidang perdagangan. Namun demikian bahasa resmi di kalangan administrasi negara tetap bahasa Akkad (dialek Ashur). Bahasa dalam tablet banyak yang merupakan pencampuran Aramaik dan Akkad.

Pada abad ke-6 SM, bahasa Aram telah menyingkirkan bahasa Akkad, dan menjadi bahasa resmi kekaisaran Achaemenid. Pada masa kekaisaran Ashur, para raja sering melakukan deportasi, kolonisasi dan kawin campur antar orang Aram dan berbagai bangsa di Ashur & Babel. Pada abad ke-7 SM, rakyat di kekaisaran Ashur fasih dalam 2 bahasa sekaligus. Bahasa Aram yang populer di kalangan pedagang juga telah mencapai wilayah di luar kekaisaran Ashur.

Ketika kekaisaran Ashur runtuh, hanya kelompok elit yang tahu bagaimana membaca dan menulis dalam naskah Akkad. Para kaum elit ini banyak menjadi korban dalam pembantaian di kota-kota Ashur, dan hanya sedikit dari kelompok ini yang selamat dan mewariskan kemampuannya, terutama di kota Arrapkha.

Catatan terakhir dalam bahasa Akkad (dengan bentuk cuneiform) berasal dari abad ke 1 Masehi, dan penulisan dalam bahasa Akkad, namun dengan huruf Aramaik terakhir pada abad ke-3 Masehi.

Detail mengenai detik-detik terakhir kejatuhan bangsa Ashur dapat anda baca pada bagian Mengenal bangsa Neo-Babel/Neo-Babylonia

Mengenal Bangsa Ashur (Periode Neo-Ashur) Part IV

Sennacherib (705-681 SM; 24 thn)

/***

Raja Yehuda: Hizkiah (727-698 SM), Manasseh (698/697-642 SM).

Ratu Arab: Shamsi (733-713 SM), Yatie/Lati'e.

Firaun Mesir: Shebitku(705-690 SM), Taharqa (690-664 SM) - Dinasti 25 dari Nubia/Ethiopia.

***/

Sennacherib (Akkad: Sin-ahhi-eriba, dewa Sin telah menggantikan para saudaranya; Ibrani:Sanherib) adalah salah satu raja Ashur yang paling terkenal karena di sebut dalam Alkitab (2 Raja, II Taw, Yesaya), ia juga dikenal sebagai raja Ashur ke-2 yang menghancurkan kuil suci di Babel dan dibunuh karena penghinaannya kepada para dewa (raja pertama adalah Tukulti-Ninurta I, pada tahun 1225 SM).

Wajah Sanherib
Setelah kematian ayahnya, Sargon II, ia meninggalkan kota baru rancangan ayahnya, Dur-Sharrukin, dan menetap di kota Nineveh/Niniwe, yang ia perbesar dan dipercantik. Imajinasi tentang taman gantung yang terkenal di dunia kuno, sering dikaitkan dengan kota Babel, namun beberapa ilmuwan meyakini bahwa, taman tersebut berada di kota Nineveh, hasil renovasi Sennacherib.

(Awal Pemerintahan & Penghancuran Babel)

Selama pemerintahan Sargon II (722-705 SM), Sennacherib secara efektif menjalankan roda pemerintahan, ayahnya aktif dalam kampanye militer. Menurut sebuah prasasti, Sargon II mempercayai anaknya untuk menangani urusan administrasi negara, namun tampaknya ia meragukan kemampuannya sebagai seorang raja. Menurut sejarawan Susan Wise Bauer, Sargon II seringkali mengucapkan pendapat tentang anaknya ketika berada di peperangan. Dan ketika Sennacherib naik tahta, beberapa provinsi - meragukan kemampuan sang pangeran - merayakannya seperti sebuah "kebebasan dari pemerintahan Ashur."

Sennacherib juga memiliki pemikiran negatif tentang ayahnya; ia sama sekali tidak pernah menyebut tentang Sargon II dalam prasastinya, dan tidak ada catatan, monumen atau kuil yang dihubungkan dengan pemerintahan ayahnya (ketika ia menjadi administrator kekaisaran). Ibu kota baru Ashur, hasil rancangan ayahnya di Dur-Sharrukin, yang dibangun dan diawasi selama 10 tahun oleh Sanherib sendiri atas tugas dari ayahnya, ia tinggalkan.

Selama ini Sennacherib ditugaskan oleh ayahnya hanya untuk menjalankan roda pemerintahan, ia sama sekali tidak pernah menemani ayahnya dalam kampanye militer, hal ini tidak seperti kebiasaan raja-raja Ashur sebelumnya. Maka timbullah rasa ragu akan kemampuan Sennacherib diantara para bawahannya, juga oleh musuh Sargon II. Tidak lama setelah Sennacherib menjadi raja menggantikan Sargon II, Marduk-apla-iddina II/Mardukh-Baladan bersama para tentara dari suku Kasdim/Chaldean serta Elam, menggulingkan penguasa Ashur di Babel, dan sekali lagi mengklaim sebagai raja Babel.

Sennacherib tidak berusaha untuk mengambil hati para penduduk Babel, tidak seperti ayahnya yang berusaha untuk mengambil hati para penduduk Babel dan diakui sebagai raja atas negeri itu. Rakyat Babel, mengharapkan setelah naik tahta, Sanherib akan mengunjungi kuil di Babel untuk, "memegang tangan patung dewa Marduk" dan melegitimasi kekuasaannya atas kota Babel dan daerah selatan Mesopotamia. Memegang tangan Marduk adalah seremoni untuk mengakui Marduk sebagai dewa babel dan menunjukkan rasa hormat kepada kota itu. Namun ia meninggalkan tradisi ini dan memproklamirkan dirinya sebagai raja Babel, bahkan tanpa mengunjungi kota itu, ini dianggap sebagai penghinaan atas dewa utama kota Babel. Sebaliknya, rakyat Babel menyambut kedatangan Merodakh-Baladan dan mereka merasa tidak perlu takut akan raja Ashur yang baru.

Pada tahun 703 SM, Sennacherib/Sanherib mengirim bala tentara Ashur untuk merebut Babel, ia tidak memimpin ekspedisi militer ini, namun menjunjuk seorang jendral. Namun tentara Ashur ini dapat dikalahkan dengan cepat oleh pasukan gabungan Elam, Kasdim, Aram & Arab (tentara Arab dipimpin oleh Baasqanu, saudara dari ratu Arab, Yatie/Latie dari suku Qedarit). Menganggap remeh Sanherib adalah kesalah bagi Babel, karena kini Sanherib turun tangan langsung untuk menyapu sekutu Babel dan sekutunya.

Kekuatan Babel terdesak, dan Merodakh-Baladan lari dari medan perang dan bersembunyi di antara jerami rawa-rawa. Sanherib melanjutkan perjalanannya ke kota Babel, rakyat Babel seketika membuka gerbang untuk raja Ashur, namun ia lalu memerintahkan untuk menjarah kota tersebut dan menawan hampir 250.000 rakyatnya, menghancurkan ladang dan kebun orang-orang yang bergabung melawannya. Rakyat Babel seketika menyadari bahwa pendapat mereka tentang Sanherib adalah keliru, dalam kampanye militer pertama, raja baru ini menunjukkan dirinya adalah seorang ahli strategi dan pemimpin militer yang cakap, serta musuh yang kejam.

(Pemberontakan & Kampanye Lanjutan)

Mardukh-Baladan melarikan diri ke negeri Elam, namun tidak tinggal lama disana. Ia lalu membujuk penguasa lain untuk memberontak melawan Ashur. Salah satunya adalah raja Hizkia dari Yehuda, serta Firaun Mesir. Setelah penjarahan atas Babel, kota-kota lain di wilayah pantai Mediterrania seperti Tyre/Tirus, Sidon, kota Ekron di Filistin, Yehuda turut memberontak.

Pada tahun 701 SM, Sanherib membawa pasukannya ke wilayah ini untuk memadamkan pemberontakan. Raja boneka di kota Ekron, yang diangkat oleh Ashur, digiring kepada Hizkia dan dipenjara di Yerusalem. Ketika Sanherib sedang berusaha membongkar tembok kota Lakish ia mengirim utusannya ke Yerusalem, untuk membebaskan raja pilihan Ashur atas Ekron. Lakish akhirnya berhasil ditaklukkan dan penduduknya dibantai serta di deportasi ke wilayah lain.

Ketika pengepungan atas Lakish berlangsung, para utusan Sanherib bernegosiasi dengan utusan raja Hizkiah di luar gerbang Yerusalem. Hizkia lalu membebaskan raja Ekron dan mengirim upeti 10 ton perak dan 1 ton emas kepada Sanherib di Lakish. Para tentara Ashur lalu mengundurkan diri dari Yerusalem dan melanjutkan peperangan mereka terhadap tentara Mesir di Eltekeh. Setelah mengalahkan pasukan Mesir, mereka kemudian berbalik arah menyerang pemberontak di kota Ekron, Tirus dan Sidon.

(Pengepungan Yerusalem)

Setelah menghancurkan para pemberontak di daerah pantai, Sanherib lalu menuju Yerusalem, walau ia telah diberi upeti oleh Hizkia, Sanherib tidak memaafkan perbuatan Hizkia. Menurut sebuah prasasti milik Sanherib:

"Mengenai Hizkia, si orang Yahudi, yang tidak tunduk pada kuk/kuasa saya, ku kepung kota-kota berkubunya, serta perkampungannya yang tidak terhitung jumlahnya, ku taklukkan mereka dengan bukit buatan pemanjat tembok, dan penghancur tembok ku letakkan di dinding mereka, disertai serangan prajurit pejalan kaki, serta pasukan penggali, untuk menggali fondasi mereka hingga runtuh. Saya mendapatkan 200.250 tawana dari orang muda dan tua, lelaki dan wanita, serta ternak kuda, keledai, unta, lembu besar dan kecil yang tak terhitung jumlahnya, ku anggap mereka sebagai budak. Ia sendiri ku jadikan tahanan di Yerusalem, di istananya, seperti seekor burung di dalam sangkar. Ku kelilingi dia dengan benteng dari tanah untuk menakuti mereka yang berada di pintu gerbang. Ku kecilkan ukuran negerinya, namun ku perberat jumlah upeti nya lebih banyak dari yang sebelumnya, yang harus dipersembahkan setiap tahun. Hizkiah sendiri yang kemudian mengantarnya, ke Niniveh, kota kerajaanku, yang terdiri dari 30 talenta emas, 800 talenta perak, batu mulia, antimon, potongan besar batu merah, sofa bertahtakan gading, kursi bertahta gading, kulit gajah, kayu eboni, kota kau dan segala jenih benda berharaga, serta anak-anak perempuan dan gundiknya sendiri".

Menurut Alkitab dalam kitab 2 Raja-Raja 18-19, 2 Tawarik 32, Yesaya 37, pengepungan ini berakhir melalui campur tangan illahi. Tercatat jika ketika Sanherib mengepung Yerusalem, nabi Yesaya berkata kepada Hizkia bahwa ia tidak perlu takut karena Yahweh akan menyelamatkan Yerusalem.

2 Raja-Raja 19:32-37
32. Sebab itu beginilah firman TUHAN mengenai raja Asyur: Ia tidak akan masuk ke kota ini dan tidak akan menembakkan panah ke sana; juga ia tidak akan mendatanginya dengan perisai dan tidak akan menimbun tanah menjadi tembok untuk mengepungnya.
33. Melalui jalan, dari mana ia datang, ia akan pulang, tetapi ke kota ini ia tidak akan masuk, demikianlah firman TUHAN.
34. Dan Aku akan memagari kota ini untuk menyelamatkannya, oleh karena Aku dan oleh karena Daud, hamba-Ku."
35. Maka pada malam itu keluarlah Malaikat TUHAN, lalu dibunuh-Nyalah seratus delapan puluh lima ribu orang di dalam perkemahan Asyur. Keesokan harinya pagi-pagi tampaklah, semuanya bangkai orang-orang mati belaka!
36. Sebab itu berangkatlah Sanherib, raja Asyur, dan pulang, lalu tinggallah ia di Niniwe.
37. Pada suatu kali ketika ia sujud menyembah di dalam kuil Nisrokh, allahnya, maka Adramelekh (Arda-mulissi) dan Sarezer, anak-anaknya, membunuh dia dengan pedang, dan mereka meloloskan diri ke tanah Ararat (Urartu). Kemudian Esarhadon, anaknya, menjadi raja menggantikan dia.

Dalam laporan Herodotus tentang nasib sial yang menimpa Ashur ketika berperang melawan Mesir di kota Pelusiumm, yang mirip dengan kisah pengepungan Yerusalem. Herodotus menulis bahwa firaun Mesir, Sethos (ada yang mengaitkan Sethos = Taharqa) berdoa kepada para dewa meminta pertolongan untuk mengalahkan bala tentara Ashur yang sangat besar jumlahnya, dan dewa mengirim ke perkemahan Ashur "sejumlah besar tikus ladang, yang menggerogoti semua tali dan busur, serta tali perisai mereka, hingga pada keesokan hariny mereka tidak memiliki senjata, dan akhirnya mereka melarikan diri, serta menderita kerugian yang besar."

/***

Firaun Taharqa dalam Alkitab

2 Raja-Raja 19:9
9. Dalam pada itu raja (Ashur) mendengar tentang Tirhaka, raja Etiopia, berita yang demikian: "Sesungguhnya, ia telah keluar berperang melawan engkau," maka disuruhnyalah kembali utusan-utusan kepada Hizkia...

***/

(Proyek Pembangunan)

Setelah kembali ke ibu kota Ashur, Nineveh, ia menyibukkan dirinya pada proyek infrastruktur. Ia mengawasi secara personal renovasi Nineveh, pembangunan taman bunga & kebun istana. Ia sangat menyukai bunga-bungaan dan tanaman asing yang ia bawa dari seluruh kekaisaran. Istana Sanherib dihiasi dengan gambar-gambar mahluk illahi, dan ukiran yang menggambarkan peperangan yang dilakukan oleh Sanherib, termasuk perebutan Lakish, penghukuman pemberontak, dan penjarahan istana musuh, yang terdiri dari 2000 lempengan batu pahat pada 71 ruangan. Ia menyebut rumahnya sebagai "Istana Tanpa Tanding", ungkapan yang sama digunakan oleh ayahnya untuk menyebut istana di Dur-Sharrukin.

Niniveh/Niniwe ibu kota Ashur pada zaman Sanherib

(Invasi Elam & Babel)

Sementara ia sibuk membangun, di selatan terjadi pemberontakan. Sebelumnya ia telah merebut Babel, dan menempatkan seorang pejabat terpercaya (seorang yang dibesarkan di istana dan dikenal Sanherib secara personal) bernama Bel-Ibni untuk berkuasa atas Babel, namun Bel-Ibni tidak dapat mengendalikan situasi di Babel, para penguasa di wilayah ini bebas melakukan apa saja. Merodakh-Baladan telah kembali dari persembunyian dan memprovokasi timbulnya kerusuhan di seluruh wilayah, dengan didukung oleh bangsa Elam.

Pada tahun 699 SM, ia memanggil kembali Bel-Ibni ke Nineveh, dan mengirim anaknya, sang putra mahkota, Ashur-nadin-Shumi untuk memerintah atas Babel. Dan ia memburu Merodakh-Baladan, ketika pasukannya menemui lokasi dari pemimpin pemberontakan, Merodakh-Baladan telah wafat karena penyebab alami. Sanherib lalu kembali ke Nineveh.

Pada tahun 694 SM, bangsa Elam, menangkap Ashur-nadin-shumi, dan mengangkat Nergal-ushezib, anak Merodakh-Baladan menjadi raja Babel. Tidak diketahui nasib tentang Ashur-nadin-shumi, dipercaya ia tewas karena dieksekusi. Sanherib menggunakan kapal buatan bangsa Phoenicia/Fenesia, berlayar melalui sungai Tigris hingga ke Teluk Persia, menghancurkan markas tentara Elam.

Pada tahun 693 SM, Sanherib merebut Babel dan menangkap Nergal-ushezib dan dibawa ke Nineveh. Sekali lagi ia menyerang Elam, hingga raja Elam, Humban-ninema, menyelamatkan diri ke wilayah pegunungan, namun Elam kembali ke Babel dan mengangkat Mushezib-Marduk, seorang bangsawan Kasdim/Chaldean menjadi raja Babel.

Pada tahun 689 SM, Ketika raja Elam wafat, Sanherib bergegas ke selatan dan mengepung Babel selama 9 bulan, dan berencana menyelesaikan masalah Babel, dengan menghancur leburkan dinding serta isi kotanya, ia kemudian membelokkan aliran sungai Efrat agar membanjiri reruntuhan kota Babel. Ia menulis dalam sebuah prasasti:

"Ku hancurkan, ku binasakan, ku bakar dengan api. Semua dinding kota, kuil dan patung para dewa, zigurrat, sebanyak yang ada, ku runtuhkan dan kubuang ke kanal Arahtu. Ku gali kanal di tengah kota, dan ku banjiri dengan air... Demikianlah dimasa yang akan datang, lokasi kota ini, beserta kuil dan dewa-dewanya, tidak akan di ingat, ku hapus mereka dengan air banjir dan membatnya seperti padang rumput. Ku musnahkan debu Babel sebagai hadiah untuk dikirim kepada orang-orang yang terjauh."

Patung dewa Marduk, digiring ke Nineveh. Sanherib berharap tidak lagi dipusingkan dengan masalah Babel, ia tidak peduli apa yang terjadi di wilayah selatan, karena kota Babel sudah musnah.

(Kampanye Minor)

Sanherib melakukan kampanye berskala kecil diperbatasan Ashur:

Pada tahun 702 SM, dan 699 SM-607 SM, ia melakukan beberapa kampanye ke wilayah pegunungan di sebelah timur Ashur, dan menerima upeti dari bangsa Media/Medes.

Pada tahun 696-695 SM ia mengirim ekspedisi militer ke wilayah Anatolia, untuk memadamkan beberapa negeri vassal yang memberontak sejak kematian Sargon II.

Pada tahun 690 SM, Ia melakukan kampanye ke wilayah utara Arab, dan menaklukkan kota Dumat al-Jandal (Akkad: Aummatu), dimana ratu Arab berlindung.

(Kematian Sanherib)

Dalam Alkitab terdapat informasi jika Sanherib tewas karena dibunuh oleh anaknya:

Kitab 2 Raja-Raja 19:37
Pada suatu kali ketika ia sujud menyembah di dalam kuil Nisrokh, allahnya, maka Adramelekh dan Sarezer, anak-anaknya, membunuh dia dengan pedang, dan mereka meloloskan diri ke tanah Ararat. Kemudian Esarhadon, anaknya, menjadi raja menggantikan dia.

Dalam sebuah prasasti milik Esarhaddon, anak dari Sanherib yang menjadi raja berikutnya, ia menggambarkan ketika para kakak laki-lakinya saling bertengkar di tengah jalan Nineveh, ia bergegas mengumpulkan tentara, dan kembali untuk menundukkan mereka semua, dan merebut tahta.
Prasasti tersebut tidak menyebut alasan pertengkaran mereka, apakah karena salah satu dari mereka telah membunuh ayah mereka?

Dan dalam prasasti Babel (Tawarikh Babel) :

http://www.sacred-texts.com/ane/rp/rp201/rp20109.htm

34. Pada tanggal 10 di bulan Tebet, Sanherib raja Ashur
35. ia dibunuh oleh anaknya dalam sebuah pemberontakan. Sanherib memerintah selama 24 tahun
36. atas Ashur. Sejak tanggal 20 di bulan Tebet hingga
37. tanggal 2 bulan Adar disebut sebagai masa pemberontakan di Ashur.
38. Pada tanggal 8 bulan Sivan, Assur-akhi-iddina (Esar-haddon) anaknya duduk di tahta Ashur.

Menurut Alkitab, pembunuhnya adalah Adrammelech, menurut sumber Yunani, Berossus (290-278 SM) pembunuhnya adalah Arda-mulissi/Urad-Mullissu. Di percaya kedua nama tersebut adalah terjemahan dari Arad-Ninlil, yang tercatat dalam naskah Ashur sebagai anak Sanherib. Sebelumnya anak sulung Sanherib yang menjadi putra mahkota adalah Ashur-nadin-shumi, namun ia wafat ditangan bangsa Elam dan pemberontak Babel (sekitar tahun 694 SM). Arad-Ninlil yang merupakan putra tertua berikutnya mengharapkan menjadi putra mahkota, namun 11 tahun (tahun 683 SM) setelah kematian putra mahkota, Sanherib menunjuk Esarhaddon, anak dari gundiknya yang bernama Naqi'a (Akkad: Zakutu), menjadi putra mahkota (Beberapa ahli mempercayai jika Naqi'a adalah salah satu wanita pemberian raja Yehuda Hizkiah kepada Sanherib).

Sanherib memerintahkan semua rakyat Ashur menyatakan kesetiaan kepada pangeran mahkota yang baru. Namun demikian, Arad-Ninlil menjadi tokoh yang populer di kalangan istana. Dan lama-kelamaan ketidaksukaan Arad-Ninlil dan saudara lainnya terhadap Esarhaddon semakin kuat. Sanherib yang khawatir akan hal ini mengirim sang putra mahkota Esarhaddon ke wilayah barat (wilayah Mitanni).

Arad-Ninlil lalu membunuh Sanherib entah dengan ditusuk langsung atau ditimpa dengan patung raksasa di kuil, dan sebagai legitimasi kematian Sanherib, adalah sebuah penghukuman dari para dewa atas perbuatannya yang telah menghancurkan Babel, kota suci dewa Marduk, seperti yang dipercaya menimpa Tukulti-Ninurta I yang mengarak patung dewa Marduk ke Ashur dari Babel, dan akhirnya juga terbunuh karena dianggap telah menistakan para dewa. Kemudian terjadi perang saudara antar Esarhaddon dan pendukung kakaknya selama 6 minggu, ia kemudian mengeksekusi keluarga dan rekan kakaknya.

Esarhaddon (681-669 SM; 12 thn)

/***

Raja Yehuda: Manasseh (698/697-642 SM).

Firaun Mesir
Dinasti 25 dari Nubia/Ethiopia: Taharqa (690-664 SM).
Dinasti 26 pribumi Mesir: Necho I (672-664 SM).

***/

Esarhaddon (Akkad: Assur-aha-iddina "Ashur telah memberi saudara"; Latin: Asor-Haddan) adalah raja Ashur yang sangat mempercayai astrologi dan sering berkonsultasi dengan para ahli nujum, dibanding para raja sebelumnya. Dan ia juga dikenal sebagai raja Ashur yang kembali membangun kota Babel setelah dihancurkan oleh ayahnya Sanherib. Dalam sebuah prasasti ia mengklaim bahwa Babel dihancurkan oleh karena kehendak illahi (penghukuman dari para dewa), dan kini ia mendapat perintah dari Marduk untuk membangun kembali kota & kuil suci nya:

"(Esarhaddon) Raja Agung, ...., raja dari tanah Ashur, dan Babel, sang gembala yang setia, kekasih yang dicintai Marduk, ....
Ketika masa pemerintahan raja sebelumnya (Sanherib) muncul sebuah pertanda illahi, bahwa kota ini (Babel) telah menistai para dewanya, dan dihancurkan atas perintah mereka (para dewa). Adalah aku, Esarhaddon, yang dipilih oleh para dewa untuk memulihkan seperti sedia kala, untuk menenangkan murka dan amarah mereka. Dialah Marduk, yang mempercayakan perlindungan tanah Ashur kepadaku. Para dewa Babel bersabda kepadaku untuk membangun kembali kuil suci mereka dan memperbaharui ibadah di istana mereka, Esagila....

Ku tuangkan minyak terbaik, madu, keju, anggur merah dan putih, untuk menanamkan rasa hormat dan takut akan kekuatan Marduk, dalam hati semua rakyat. Aku sendiri mengambil keranjang pertama yang berisi tanah, ku taruh di atas kepalaku, dan membawanya..."

Ia membangun kembali seluruh kota, dari kuil suci hingga kompleksnya dan rumah serta jalan bagi para penduduk, untuk memastikan jika mereka semua mengenang kedermawanannya. Walau terdapat sebuah nubuat dari nabi Marduk mengenai janji pemulihan kota Babel setelah 70 tahun terbengkalai, Esarhaddon memanipulasi para imam untuk membacanya terbalik, hingga menjadi 11 tahun.

/***

Nubuat dengan masa 70 tahun juga terdapat pada Alkitab, terhadap kota Yerusalem

Yeremia 25:11
Maka seluruh negeri ini akan menjadi reruntuhan dan ketandusan, dan bangsa-bangsa ini akan menjadi hamba kepada raja Babel tujuh puluh (70) tahun lamanya.

***/


Wajah Esarhaddon


(Kampanye Militer)

Setelah memulihkan Babel, Esarhaddon mulai memperluas kekaisaran Ashur. Bangsa Cimmerian/Kimmerian, suku nomaden di utara mulai mengancam perbatasan disebelah barat, dan kerajaan Urartu/Ararat, yang telah dikalahkan oleh kakeknya pada tahun 714 SM, mulai bangkit di utara. Saudaranya (menurut Alkitab: Adramelekh dan Sarezer) yang telah membunuh ayah mereka, dilindungi oleh raja Rusas II, seperti kebiasaan para raja Urartu sebelumnya, mereka kerapkali mengganggu perbatasan Ashur.

Bangsa Cimmerian terkenal dengan ketangguhan pasukan kaveleri, dan Esarhaddon menandatangani perjanjian damai dengan mereka. Walau ia membutuhkan pertolongan bangsa Cimmerian, ia tidak mempercayai mereka sebagai sekutunya. Ditemukan berbagai tablet di kuil, mengenai pertanyaan Esarhaddon kepada para nabi/ahli nubuat para dewa, tentang bangsa Urartu, Cimmerian dan Scythian.

"Shamash, sang tuan besar, akankah Rusas, raja Urartu, datang bersama pasukannya, bersama orang Cimmerians, dan berperang, membunuh, menjarah dan merampok?

Shamash, sang tuan besar, jika saya memberikan salah satu anak perempuan saya untuk dinikahkan dengan raja Scythians, akankah ia menjadi setia kepadaku, berkata benar dan damai? Akankah ia mematuhi perjanjian kami, dan akan melakukan segala sesuatu yang menyenangkan ku?"

Ketika Esarhaddon berkonsultasi dengan ahli nubuat, bangsa Cimmerian menyerbu dari timur pada tahun 679 SM. Pada tahun 676 SM mereka bahkan merengsek masuk ke wilayah Ashur dan menaklukkan bangsa Phyrgia. Esarhaddon menghadapi mereka di Cilicia dan mengalahkan mereka, ia mengklaim dalam sebuah prasasti telah membunuh raja Cimmerian, Teushpa.


Pada tahun 677 SM, raja Sidon, Abdi-Milkutti di Levant menyatakan diri merdeka dari Ashur, Esharhaddon kemudian melanjutkan perjalanannya ke wilayah Mediterannia, untuk mengekseskusi penguasa Sidon, ia menghancurkan kota ini dan membangun ulang dengan nama "Kar-Ashur-aha-Iddina" (pelabuhan Esarhaddon), penduduk Sidon di deportasi. Harta rampasan Sidon dibagi kepada penguasa Tirus, Baal I.

Pada tahun 676 SM, ia kemudian berbalik ke utara, untuk menyerang bangsa Mannaean, Scythian, Gutium, dipegunungan Taurus dan pada tahun 673 SM, melawan Urartu.

(Penaklukan Mesir & Kematian)

Setelah mengamankan wilayah perbatasan, Esarhaddon mulai berpikir untuk memperluas wilayah Ashur. Dan Mesir adalah sasaran utamanya, negeri ini telah memberi banyak masalah sejak pemerintahan ayahnya dan seringkali memprovokasi negeri vassal Ashur untuk memberontak.

Pada tahun 673 SM, Esarhaddon melancarkan kampanye militer pertamanya melawan Mesir. Ia berasumsi Mesir akan mudah ditaklukkan dengan serangan kilat dalam satu kali gebrakan, namun ia keliru. Firaun Mesir, Tirhaka/Taharqa yang berasal dari bangsa Kush (Nubia/Ethiopia) - dinasti 25, telah menunggu pasukan Ashur, di sekitar kota Ashkelon. Pasukan Ashur yang sedang dalam kondisi lelah dengan cepat dapat dikalahkan, dan Esarhaddon memilih untuk mundur dari medan perang dan kembali ke Nineveh.

Pada tahun 672 SM, anak sulung dan pewaris kerajaan Ashur, Sin-iddina-apla, wafat. dan anak keduanya, Shamash-shun-ukin menjadi raja Babel. Ashurbanipal lalu menunjuk anak bungsunya, Ashurbanipal sebagai penggantinya (namun ia kurang populer), dan ia memerintahkan semua negeri vassal Ashur, untuk bersumpah setia kepada Ashurbanipal, demikian pula yang dilakukan oleh ibu Esarhaddon, yakni Naqia-Zakutu,  memaksa seluruh pejabat istana juga untuk bersumpah setia untuk menghindari konflik diantar para penerus.

Setelah menyelesaikan masalah penerus Ashur, perhatian Esarhaddon kembali kepada Mesir, dan pada tahun 671 SM, setelah belajar dari kesalahan ekspedisi sebelumnya, kali ini Esarhaddon membawa pasukan yang lebih besar, dan bergerak secara perlahan ke wilayah perbatasan Mesir; sebagian pasukan dikirim ke Tirus & Ashkelon untuk memadamkan pemberontakan, dan sebagian bergerak ke selatan ke Rapihu (Rafah), kemudian menyeberangi gurun Sinai.

Ia lalu memerintahkan penyerangan, dan kota-kota Mesir kini jatuh dengan cepat ketangan Ashur. Meskipun Esharhaddon berhasil merebut ibu kota Memphis, namun firaun Tirhakah berhasil meloloskan diri. Esarhaddon kemudian menawan anak, istri, serta keluarga firaun, serta sebagian besar penghuni istana dan penduduk Memphis, yang kemudian dikirim ke Ashur.


Patung Sphinx Taharqa di Sudan

Sosok Firaun Taharqa/Tirkahah asal Nubia/Ethiopia-Sudan/Kush dengan mahkota 2 ular Kobra yang menandakan sebagai penguasa Mesir dan Nubia


Esarhaddon kini menyebut dirinya seabgai "Raja Mesir, Patros & Kush." Dan ia mengangkat sekutunya, penguasa Sais, menjadi raja atas Mesir (dinasti 26), kemudian ia kembali ke Nineveh dengan sejumlah besar kekayaan Mesir. Kemenangan ini diperingati dalam sebuah prasasti yang menggambarkan Esarhaddon dalam kemegahannya, memegang sebuah tongkat kerajaan, bersama seorang pejabat kerajaan (raja Tirus, Baal I) dan anak firaun Tirhakah (Ushankhuru), berlutut dengan tali di leher mereka.


Prasasti kemenangan Esarhaddon yang menampilkan sosok anak firaun Tirhakah, dan raja/gubernur Suriah.


Setelah sampai ke Nineveh, Esharhaddon disibukkan dengan masalah intrik istana, dan ia memerintahkan eksekusi atas beberapa bangsawan, tidak lama kemudian ia mendengar jika di Mesir, Tirkaha telah menggulingkan Necho I, dan kembali menjadi penguasa disana. Esharhaddon lalu mengutus jendralnya, Sha-Nabu-shu, untuk menundukkan para pemberontak. Dan pada tahun 669 SM, ia sendiri berangkat ke Mesir, namun ia wafat ketika baru mencapai kota Harran. Dan ia pun digantikan oleh Ashurbanipal sebagai raja Ashur, dan Shamash-shum-ukin sebagai raja Babel.

(Esharhaddon Dalam Alkitab)

2 Raja-Raja 19:37
Pada suatu kali ketika ia sujud menyembah di dalam kuil Nisrokh, allahnya, maka Adramelekh dan Sarezer, anak-anaknya, membunuh dia dengan pedang, dan mereka meloloskan diri ke tanah Ararat. Kemudian Esarhadon, anaknya, menjadi raja menggantikan dia.

2 Tawarikh 33:11
Oleh sebab itu TUHAN mendatangkan kepada mereka panglima-panglima tentara raja Asyur yang menangkap Manasye dengan kaitan, membelenggunya dengan rantai tembaga dan membawanya ke Babel.

Ezra 4:2
maka mereka mendekati Zerubabel serta para kepala kaum keluarga dan berkata kepada mereka: "Biarlah kami turut membangun bersama-sama dengan kamu, karena kami pun berbakti kepada Allahmu sama seperti kamu; lagipula kami selalu mempersembahkan korban kepada-Nya sejak zaman Esar-Hadon, raja Asyur, yang memindahkan kami ke mari."

Map Ashur pada masa Esarhadon


Bersambung Part V
(Index) Time Line Sejarah Kerajaan Di Mesopotamia 

Apakah Abraham Berasal Dari Ur atau Haran?

Abraham berasal dari kota Haran dan bukan dari kota Ur-Kasdim, ya itulah pendapat beberapa para ahli biblikal moderen, mengapa mereka berpen...