Jumat, 31 Maret 2017

Index Sejarah asal-usul bangsa Israel dari tinjauan arkeologis

Artikel ini adalah terjemahan dari judul asli "Religion, Identity and the Origins of Ancient Israel"
yang berarti "Agama, Identitas dan Asal-Usul Bangsa Israel Kuno" karya K.L. Spark, dan dapat di download di :  https://www.academia.edu/1059820/Religion_Identity_and_the_Origins_of_Ancient_Israel

K . L. Sparks, Eastern University, 1300 Eagle Road, St. Davids, PA
19312, USA. Email: ksparks@eastern.edu.
https://eastern.academia.edu/KentonSparks

Bagian I
Bagian II
Bagian III
Bagian IV
Bagian V
Bagian VI 
Bagian VII 

Timeline sejarah bangsa Ibrani di tanah Kanaan hingga menjadi Palestina

Kamis, 30 Maret 2017

Pengantar Alkitab Ibrani (24 Final)

Kuliah 24 - Pandangan Alternatif: Esther & Yunus [Desember 6, 2006]

Bab 1. Kitab Esther.

Sebuah pemikiran tandingan atas literatur apokaliptik dan ketergantungan akan tindakan illahi yang sempurna dan dahsyat dari Yahweh untuk memberi keadilan bagi orang benar dan penghukuman bagi orang fasik, dapat ditemukan dalam kitab Esther. Ia adalah sebuah novel pendek yang disetting pada zaman Persia pada abad ke-5 M, dan kemungkinan ditulis pada abad ke-4 SM, pada masa pemerintahan Xerxes (Aahasyweros) yang bertahta sekitar tahun 486-465 SM.

Ini adalah sebuah fiksi heroik yang menampilkan seorang Yahudi di istana raja kafir, jadi situasinya mirip seperti Daniel. Orang-orang Yahudi sedang terancam dalam proses genosida, dan mereka diselamatkan bukan karena campur tangan illahi, namun seluruhnya melalui usaha mereka sendiri. Yang unik dalam kitab Esther sama sekali tidak menyebut Yahweh.

Kisahnya berpusat pada Mordekhai, seorang Yahudi yang saleh. Yang hidup di kota Susan, ia memiliki seroang keponakan yang cantik, bernama Esther, dan juga menjadi pusat dalam kisah ini. Ada banyak ironi ala komik dan menghibur pembaca dalam kitab ini. Ketika raja Persia menceraikan istrinya, Vashti, karena menolak untuk muncul di hadapan undangan serta pembesar raja disebuah acara. Esther lalu menjadi ratu karena kecantikannya, dan Mordekhai menasehati Esther untuk menyembunyikan identitas ke-Yahudiannya dengan alasan keamanan.

Ester 2:10-11
10. Ester tidak memberitahukan kebangsaan dan asal usulnya, karena dilarang oleh Mordekhai.
11. Tiap-tiap hari berjalan-jalanlah Mordekhai di depan pelataran balai perempuan itu untuk mengetahui bagaimana keadaan Ester dan apa yang akan berlaku atasnya.

Setelah beberapa saat kemudian, raja mengangkat Haman, seorang Agag, menjadi kepala administrator. Dan semua orang di istana berlutut kepada Haman, sebagaimana titah raja, semua orang kecuali Mordechai. Setelah beberapa saat penolakan ini, akhirnya masalah ini terdengar oleh Haman.

Esther 3:4-6
4. Setelah mereka menegor dia berhari-hari dengan tidak didengarkannya juga, maka hal itu diberitahukan merekalah kepada Haman untuk melihat, apakah sikap Mordekhai itu dapat tetap, sebab ia telah menceritakan kepada mereka, bahwa ia orang Yahudi.
5. Ketika Haman melihat, bahwa Mordekhai tidak berlutut dan sujud kepadanya, maka sangat panaslah hati Haman,
6. tetapi ia menganggap dirinya terlalu hina untuk membunuh hanya Mordekhai saja, karena orang telah memberitahukan kepadanya kebangsaan Mordekhai itu. Jadi Haman mencari ikhtiar memunahkan semua orang Yahudi, yakni bangsa Mordekhai itu, di seluruh kerajaan Ahasyweros.
7. Dalam bulan pertama, yakni bulan Nisan, dalam tahun yang kedua belas zaman raja Ahasyweros, orang membuang pur--yakni undi--di depan Haman, hari demi hari dan bulan demi bulan sampai jatuh pada bulan yang kedua belas, yakni bulan Adar.
8. Maka sembah Haman kepada raja Ahasyweros: "Ada suatu bangsa yang hidup tercerai-berai dan terasing di antara bangsa-bangsa di dalam seluruh daerah kerajaan tuanku, dan hukum mereka berlainan dengan hukum segala bangsa, dan hukum raja tidak dilakukan mereka, sehingga tidak patut bagi raja membiarkan mereka leluasa.
9. Jikalau baik pada pemandangan raja, hendaklah dikeluarkan surat titah untuk membinasakan mereka; maka hamba akan menimbang perak sepuluh ribu talenta dan menyerahkannya kepada tangan para pejabat yang bersangkutan, supaya mereka memasukkannya ke dalam perbendaharaan raja."
10. Maka raja mencabut cincin meterainya dari jarinya, lalu diserahkannya kepada Haman bin Hamedata, orang Agag, seteru orang Yahudi itu,
11. kemudian titah raja kepada Haman: "Perak itu terserah kepadamu, juga bangsa itu untuk kauperlakukan seperti yang kaupandang baik."

Pada ayat 7 Haman melempar undian, atau Pur, atau Purim; ini adalah untuk menentukan tanggal pembantaian orang Yahudi, kemudian ia menawarkan raja sejumlah uang sebagai imbalan untuk mengizinkan ia membunuh orang Yahudi dalam kerajaan Persia. Haman memberitahukan penyebab pembantaian ini, bersamaan dengan tawaran uang agar mendapatkan titah ini. Dan keputusan raja keluar untuk membantai dan memusnahkan semua orang Yahudi, muda, tua, anak-anak dan perempuan serta merampas semua harta mereka. Dan hal ini terjadi pada tanggal 13 bulan Adar.

Mendengar titah raja tersebut orang Yahudi di mana-mana mulai berpuasa, menangis dan meratap akan nasib mereka, dengan memakai kain berkabung dan abu. Esther lalu mendapatkan informasi ini dari Mordekhai, karena selama ia tinggal di istana, ia tidak mengetahui akan hal tersebut. Mordekhai meminta Esther agar mendesak raja untuk menarik titah tersebut. Awalnya Eshter ragu-ragu, karena ia takut di hukum mati karena perbuatannya itu, dan respon Mordekhai adalah

Esther 4:13-16
13. maka Mordekhai menyuruh menyampaikan jawab ini kepada Ester: "Jangan kira, karena engkau di dalam istana raja, hanya engkau yang akan terluput dari antara semua orang Yahudi.
14. Sebab sekalipun engkau pada saat ini berdiam diri saja, bagi orang Yahudi akan timbul juga pertolongan dan kelepasan dari pihak lain, dan engkau dengan kaum keluargamu akan binasa. Siapa tahu, mungkin justru untuk saat yang seperti ini engkau beroleh kedudukan sebagai ratu."
15. Maka Ester menyuruh menyampaikan jawab ini kepada Mordekhai:
16. "Pergilah, kumpulkanlah semua orang Yahudi yang terdapat di Susan dan berpuasalah untuk aku; janganlah makan dan janganlah minum tiga hari lamanya, baik waktu malam, baik waktu siang. Aku serta dayang-dayangkupun akan berpuasa demikian, dan kemudian aku akan masuk menghadap raja, sungguhpun berlawanan dengan undang-undang; kalau terpaksa aku mati, biarlah aku mati."

Mordekhai pun pergi dan melakukan seperti yang dipesan oleh Esther. Esther kemudian meminta raja menghadiri pesta yang ia adakan dan turut pula mengundang Haman. Pada acara tersebut raja menawarkan kepada Esther untuk mengabulkan apa saja permintaannya.

Esther 7:3-6
3. Maka jawab Ester, sang ratu: "Ya raja, jikalau hamba mendapat kasih raja dan jikalau baik pada pemandangan raja, karuniakanlah kiranya kepada hamba nyawa hamba atas permintaan hamba, dan bangsa hamba atas keinginan hamba.
4. Karena kami, hamba serta bangsa hamba, telah terjual untuk dipunahkan, dibunuh dan dibinasakan. Jikalau seandainya kami hanya dijual sebagai budak laki-laki dan perempuan, niscaya hamba akan berdiam diri, tetapi malapetaka ini tiada taranya di antara bencana yang menimpa raja."
5. Maka bertanyalah raja Ahasyweros kepada Ester, sang ratu: "Siapakah orang itu dan di manakah dia yang hatinya mengandung niat akan berbuat demikian?"
6. Lalu jawab Ester: "Penganiaya dan musuh itu, ialah Haman, orang jahat ini!" Maka Haman pun sangatlah ketakutan di hadapan raja dan ratu.

Esther mengungkapkan identitas Yahudi nya dihadapan raja. Raja meninggalkan ruangan dengan marah, lalu Haman berlutut dan bersujud di sofa Esther memohon ampunan. Namun ketika raja kembali memasuki ruangan, ia melihat Haman dan berpikir jika Haman hendak mencabuli Esther. Raja pun menghukum Haman untuk di tusuk pada tiang pancang yang telah di atur oleh Haman sendiri untuk Mordekhai. Posisi Haman lalu digantikan oleh Mordekhai.

Namun posisi orang Yahudi masih dalam bahaya karena titah raja tidak dapat di cabut. Apa yang telah keluar dari raja maka itu adalah hukum. Jadi solusinya adalah titah ke dua di mana raja memerintahkan orang Yahudi untuk mempersenjatai diri dan menumpas semua yang ingin menyerang mereka.

Esther 8:11-13, 17
11. yang isinya: raja mengizinkan orang Yahudi di tiap-tiap kota untuk berkumpul dan mempertahankan nyawanya serta memunahkan, membunuh atau membinasakan segala tentara, bahkan anak-anak dan perempuan-perempuan, dari bangsa dan daerah yang hendak menyerang mereka, dan untuk merampas harta miliknya,
12. pada hari yang sama di segala daerah raja Ahasyweros, pada tanggal tiga belas bulan yang kedua belas, yakni bulan Adar.
13. Salinan pesan tertulis itu harus diundangkan di tiap-tiap daerah, lalu diumumkan kepada segala bangsa, dan orang Yahudi harus bersiap-siap untuk hari itu akan melakukan pembalasan kepada musuhnya.
....
17. Demikian juga di tiap-tiap daerah dan di tiap-tiap kota, di tempat manapun titah dan undang-undang raja telah sampai, ada sukacita dan kegirangan di antara orang Yahudi, dan perjamuan serta hari gembira; dan lagi banyak dari antara rakyat negeri itu masuk Yahudi, karena mereka ditimpa ketakutan kepada orang Yahudi.

Kemudian terjadilah pembalikan hari, dimana seharusnya hari kekalahan dan pembantaian orang Yahudi, menjadi hari kemenangan bagi orang Yahudi. Perayaan kemenangan ini kemudian diperingati sebagai festival Purim oleh orang Yahudi hingga hari ini. Kisah melodrama kehidupan istana Persia yang megah dengan intrik politik dari para pejabatnya.

Perayaan Purim Menurut Talmud disebut sebagai mitzvah yang berarti perintah atau perbuatan baik menurut agama (pahala), dan pada  festival ini seseorang harus minum hingga mabuk hingga tidak dapat dibedakan antara Haman atau Mordekhai (Taldmud tractate Megillah 7b).

Pada kisah diatas terdapat tema penting yang mencolok. Pertama terdapat unsur etnis atau identitas bangsa Yahudi, bukan keagamaan. Gambaran kisah diatas bernuansa sekular, Yahudi digambarkan sebagai orang atau etnis, Esther yang sepenuhnya terasimilasi dengan lingkungan non-Yahudi. Tidak seperti Daniel, yang setiap hari bersembahyang mengarah ke Yerusalem serta mematuhi hukum makanan ketika berada di istana, kita tidak melihat hal tersebut dalam kitab Esther.

Dalam kisah diatas juga terdapat pesan yang sangat manusiawi dan sangat berlawanan dengan tema apokaliptik. Ia mengekpresikan keyakian akan pentingnya solidaritas dan perlawanan heroik dalam menghadapi agresi anti-Yahudi untuk menjamin kelangsungan hidup orang Yahudi. Isi kitab Esther begitu berbeda dengan Daniel, dan ini adalah sesuatu yang penting dipelajari dalam sejarah Israel.

Jika kitab Esther mewakili salah satu literatur eskatologi pada periode setelah pembuangan, di mana musuh Yahweh akan menderita dan akibat kejahatan mereka maka kitab Yunus menawarkan perspektif yang lain.

Bab 2. Kitab Yunus.

Kitab Yunus saat ini diletakkan pada bagian Alkitab yang disebut Neviim atau nabi-nabi, atau pada kitab tema nubuat, hal karena para penyusun Alkitab merasa Yunus pada kitab ini adalah sama dengan Yunus yang ditemukan pada :

2 Raja-Raja 14:25
Ia mengembalikan daerah Israel, dari jalan masuk ke Hamat sampai ke Laut Araba sesuai dengan firman TUHAN, Allah Israel, yang telah diucapkan-Nya dengan perantaraan hamba-Nya, nabi Yunus bin Amitai dari Gat-Hefer.

Namun kitab ini berbeda secara signifikan dengan kitab nabi lainnya. Ia bukan merupakan koleksi nubuat, namun lebih mirip sebuah cerita yang cenderung komikal, mengenai seorang nabi yang penuh ke-enggangan bernama Yunus. Yang menarik dan sangat tidak biasa adalah Yahweh menugaskan Yunus untuk membawa pesan-Nya kepada orang-orang Niniwe/Nineveh, ibu kota kerajaan Ashur, bukan kepada orang Israel.

Konsep Israel mengenai pengampunan illahi diekpresikan dalam kitab Yunus. Pada bab 1, Yunus menerima panggilan Yahweh untuk menuju Niniwe, dimana kejahatan disana sangatlah besar, dan memberitakan mengenai penghakiman Yahweh. Namun Yunus malah melarikan diri ke Tarsis, dan menghindar dari perintah Yahweh - Tarsis adalah wilayah terjauh bagi pelaut Mediterania pada masa itu. Namun tentu saja Yunus tidak dapat menghilang dari hadapan Yahweh, karena Yahweh mengirim badai untuk menghancurkan kapal.

Para pelaut non-Israel yang berada di atas kapal berdoa kepada dewa-dewa mereka dan akhirnya mereka membuang undi untuk mencari tahu siapa pembawa bencana atas kapal mereka. Dan undian mereka jatuh kepada Yunus. Yunus kemudian mengaku sebagai orang Ibrani  yang menyembah Yahweh, yang sekarang ia sadari adalah penguasa darat dan laut.

Hal tersebut adalah fakta yang menakutkan bagi para pelaut ketika mereka mendengar Allah bernama Yahweh. Yunus melanjutkan ceritanya bahwa ia mencoba untuk melarikan diri dari panggilan untuk menjadi pelayan Yahweh, dan implikasinya adalah jelas jika ia sebenarnya adalah biang kerok dari badai yang mengerikan itu.

Yunus kemudian mengusulkan agar ia dibuang ke laut untuk menyelamatkan kapal. Para pelaut akhirnya menyerah menghadapi badai dan mereka berdoa kepada Yahweh untuk mengampuni mereka karena akan melempar Yunus ke laut.

Narator kemudian mengatakan bahwa para pelaut itu kemudian memuja Yahweh, dan menawarkan qurban untuk-Nya. Kemudian, Yahweh memerintahkan seekor ikan besar untuk menelan Yunus, dan tinggallah Yunus dalam perut ikan tersebut 3 hari 3 malam. Disana Yunus berdoa dan bermazmur, namun nampaknya tidak sesuai dengan konteks narasi, ini mungkin sebuah penyisipan dalam cerita oleh penulis kemudian. Ini adalah sisipan yang mungkin untuk merujuk pada konsep "perut" dari "dunia orang mati" dan Yunus dalam perut ikan, resonansi linguistik mungkin mendorong seseorang untuk memasukkan doa disana.

Menanggapi doa Yunus, Yahweh memerintahkan ikan untuk memuntahkan Yunus ke daratan. Dalam bab 3 Yunus kemudian pergi ke Niniwe dan menyampaikan pesan Yahweh: "Empat puluh hari lagi, maka Niniwe akan ditunggangbalikkan." Dan elemen mengejutkan terjadi

Yunus 3:5-10
5. Orang Niniwe percaya kepada Allah, lalu mereka mengumumkan puasa dan mereka, baik orang dewasa maupun anak-anak, mengenakan kain kabung.
6. Setelah sampai kabar itu kepada raja kota Niniwe, turunlah ia dari singgasananya, ditanggalkannya jubahnya, diselubungkannya kain kabung, lalu duduklah ia di abu.
7. Lalu atas perintah raja dan para pembesarnya orang memaklumkan dan mengatakan di Niniwe demikian: "Manusia dan ternak, lembu sapi dan kambing domba tidak boleh makan apa-apa, tidak boleh makan rumput dan tidak boleh minum air.
8. Haruslah semuanya, manusia dan ternak, berselubung kain kabung dan berseru dengan keras kepada Allah serta haruslah masing-masing berbalik dari tingkah lakunya yang jahat dan dari kekerasan yang dilakukannya.
9. Siapa tahu, mungkin Allah akan berbalik dan menyesal serta berpaling dari murka-Nya yang bernyala-nyala itu, sehingga kita tidak binasa."
10. Ketika Allah melihat perbuatan mereka itu, yakni bagaimana mereka berbalik dari tingkah lakunya yang jahat, maka menyesallah Allah karena malapetaka yang telah dirancangkan-Nya terhadap mereka, dan Iapun tidak jadi melakukannya.

Jadi para penyembah berhala di Niniwe percaya kepada Allah dan merendahkan diri di hadapan Allah, dan mengharapkan belas-kasih-Nya. Dan sentuhan humor lain dapat kita lihat pada hewan yang turut dikenakan kain kabung, dan turut berpuasa, untuk memohon belas kasih. Dan yang mengagumkan adalah semua penduduk Niniwe berbalik dari tingkah laku jahat mereka untuk kemudian memohon ampun kepada Allah.

Orang Ashur terhindar dari malapetaka, namun hal ini membuat Yunus menjadi gusar.

Yunus 4:1-4
1. Tetapi hal itu sangat mengesalkan hati Yunus, lalu marahlah ia.
2. Dan berdoalah ia kepada TUHAN, katanya: "Ya TUHAN, bukankah telah kukatakan itu, ketika aku masih di negeriku? Itulah sebabnya, maka aku dahulu melarikan diri ke Tarsis, sebab aku tahu, bahwa Engkaulah Allah yang pengasih dan penyayang, yang panjang sabar dan berlimpah kasih setia serta yang menyesal karena malapetaka yang hendak didatangkan-Nya.
3. Jadi sekarang, ya TUHAN, cabutlah kiranya nyawaku, karena lebih baik aku mati dari pada hidup."
4. Tetapi firman TUHAN: "Layakkah engkau marah?"

Ia merajut dan tinggal di dalam kota menunggu apa yang akan terjadi pada kota itu. Ia mengeluh karena jika Allah akan menghukum orang fasik di hukum saja. Karena mereka layak mendapatkannya. Dan jika Allah berencana untuk mengampuni mereka, maka ampuni saja, jangan membuang waktu ku untuk menyampaikan pesan dan nubuat.

Yang dipermasalahkan oleh Yunus adalah tidak dihukumnya para orang fasik. Ia merasa orang Ashur tidak mendapatkan penghukuman yang pantas mereka terima, Allah terlalu pemaaf dan sangat lamban untuk menunjukkan amarah-Nya, belas-kasih menyimpang dari keadilan. Ada beberapa hal yang tidak boleh untuk dimaafkan. Orang-orang harus di hukum berdasarkan kejahatan mereka. Bagaimana mungkin Allah tidak menegakkan keadilan?

Yunus tinggal di sebuah bilik kecil, dan Allah membuat tanaman berdaun lebat, tumbuh untuk menaungi Yunus. Tanaman ini menjadi sumber pelajaran Yunus.

Yunus 4:6-11
6. Lalu atas penentuan TUHAN (Yahweh) Allah tumbuhlah sebatang pohon jarak melampaui kepala Yunus untuk menaunginya, agar ia terhibur dari pada kekesalan hatinya. Yunus sangat bersukacita karena pohon jarak itu.
7. Tetapi keesokan harinya, ketika fajar menyingsing, atas penentuan Allah datanglah seekor ulat, yang menggerek pohon jarak itu, sehingga layu.
8. Segera sesudah matahari terbit, maka atas penentuan Allah bertiuplah angin timur yang panas terik, sehingga sinar matahari menyakiti kepala Yunus, lalu rebahlah ia lesu dan berharap supaya mati, katanya: "Lebih baiklah aku mati dari pada hidup."
9. Tetapi berfirmanlah Allah kepada Yunus: "Layakkah engkau marah karena pohon jarak itu?" Jawabnya: "Selayaknyalah aku marah sampai mati."
10. Lalu Allah berfirman: "Engkau sayang kepada pohon jarak itu, yang untuknya sedikitpun engkau tidak berjerih payah dan yang tidak engkau tumbuhkan, yang tumbuh dalam satu malam dan binasa dalam satu malam pula.
11. Bagaimana tidak Aku akan sayang kepada Niniwe, kota yang besar itu, yang berpenduduk lebih dari seratus dua puluh ribu orang, yang semuanya tak tahu membedakan tangan kanan dari tangan kiri, dengan ternaknya yang banyak?"

Bagaimana mungkin Yahweh tidak berbelas-kasih? Bahkan kepada ciptaan-Nya yang paling jahat, ia harus mengasihinya, walau tidak seberharga Israel. Jika mereka berbalik dan memohon ampunan, Ia akan menghapus dosanya, Ia akan menunjukkan belas kasih. Allah merindukan mereka untuk berubah.

Penanggalan kitab Yunus sangat sulit dilakukan, dan dipercaya kisahnya berasal dari legenda kuno. Niniwe digambarkan sama seperti kota Sodom. Kisahnya diselaraskan dengan tradisi Taurat dengan mengasumsikan bahwa Yahweh juga menghukum bangsa non-Israel karena prilaku tidak bermoral, tidak selalu karena masalah penyembahan berhala.

Bahkan para pelaut kafir, yang menyembah berhala, belum tentu akan dihukum, bahkan mereka menghormati Yahweh dan enggan untuk membuang Yunus ke laut. Dalam kitab Yunus, bangsa lain tidak diwajibkan untuk menerima monotheisme. Namun mereka terikat pada hukum dasar moralitas, mungkin Hukum Nuh.

Jadi tema atau perhatian dasar dari kitab singkat ini adalah mengenai masalah keadilan Allah vs belas kasih-Nya. Yunus mengharapkan keadilan illahi, ia percaya bahwa dosa harus dihukum, dan dia menjadi marah pada pengampunan Allah. Namun Yunus akhirnya belajar bahwa dengan perubahan hati atau pertobatan, kita memperoleh pengampunan, dan hal itu adalah tugas dari para nabi untuk menggerakkan orang untuk berubah.

Bagaimana orang-orang pada periode setelah pembuangan, merespon kitab ini? sekali lagi kita tidak mengetahui persis kapan kitab ini ditulis. Gagasan seorang nabi yang diutus ke Ninewe ibu kota Ashur yang sangat di benci oleh orang Ibrani, yang menghancurkan kerajaan utara, Israel, pada tahun 722 SM dan menyerakkan 10 suku untuk selama-lamanya, bangsa ini juga yang mengepung dan menarik upeti dari Yehuda selama bertahun-tahun.

Yang pasti, akhirnya kitab ini mewakili untaian pemikiran di Yehuda pada periode paska-pembuangan yang sangat berbeda dari nuansa eskatologi yang menikmati fantasi kehancuran dari musuh-musuh Israel, seperti yang kita temukan pada kitab Yoel atau Daniel, ataupun pada literatur apokaliptik pada kitab Wahyu milik orang Kristen.

Kitab ini mengingatkan Israel bahwa Yahweh adalah Allah yang universal, dan berkeinginan agar terjadi reformasi dan perubahan pada semua ciptaan-Nya, manusia dan hewan. Dan mempromosikan gagasan bahwa nabi-nabi Israel juga dipanggil untuk membawa pesan pengampunan illahi bagi bangsa-bangsa lain, bukan hanya penghakiman. Bahkan terhadap bangsa yang telah mempermalukan dan menghina bangsa pilihan Yahweh. Kita tidak pernah tahu apakah penulis ini sedang memupuk pemahaman akan, Israel sebagai pembawa terang bagi bangsa-bangsa, yang juga merupakan gagasan dari nabi akhir, bagi masyarakat Yehuda di periode setelah pembuangan.

Bab 3. Penutup: Pesan Dinamis dan Kompleks Dalam Alkitab Ibrani.

Beberapa kata untuk kesimpulan dari kuliah ini. Literatur dari Alkitab Ibrani menceritakan pengembaraan bangsa Israel dari awal, dari kisah-kisah para leluhur mereka yang menyembah dewa Kanaan hingga mencapai kedewasaan sebagai bangsa yang dipaksa oleh perjalanan sejarah untuk melihat melihat segala sesuatu, melampaui batasan pemikiran mereka.

Orang Israel terangkat menjadi sesuatu yang lebih besar dari yang pernah mereka pikirkan. Mereka melihat diri mereka sebagai hamba Allah kepada dunia, pada saat yang sama mereka berjuang dan berdebat dengan Allah mereka dan mengkritik diri mereka sendiri yang sangat lemah dan jatuh dalam kegagalan.

Dari sudut pandang lain, Alkitab bisa juga dilihat sebagai sebuah antologi perjuangan melawan rintangan besar dalam mempertahankan hubungan perjanjian sebuah bangsa dengan Allah mereka.

Kontradiksi antara realitas dan ideal moralitas keagamaan bahwa kebaikan akan mengalahkan kejahatan adalah sesuatu yang membingungkan dan hal ini merasuki para penulis Alkitab. Eksistensi kejahatan, penderitaan orang benar, kekalahan dari bangsa pilihan Allah, semua ini nampak tidak sesuai dengan pemikiran dasar dari monotheisme, bahwa Allah pemegang kekuasaan tertinggi di alam semesta, bahwa Allah pada dasarnya baik dan adil terhadap semua mahluk. Bagaimana keyakinan akan Allah seperti itu, menjelaskan penderitaan dan kejahatan di dunia ini?

Semua kebudayaan kuno - bahkan hingga moderen - berjuang menjelaskan masalah kejahatan, dan ini juga menghantui orang-orang Israel kuno. Dalam literatur kuno di Timur-Tengah, kita menemukan adanya keraguan tentang eksistensi tatanan moral di dunia. Namun di Israel, eksistensi kejahatan bersentuhan dengan esensi Allah dan menjadi dasar iman. Paganisme berpendapat eksistensi kejahatan berasal dari iblis atau dewa yang jahat.

Figur dalam Alkitab tidak memiliki perlindungan dari kejahatan dan penderitaan, ia hanya setia mengimani keadilan Allah. Dan jika keadilan itu nampak lambat untuk terjadi, maka keputusasaan dan keraguan-raguan mungkin akan mengancam iman. Jika seseorang telah kehilangan iman maka secara essensi ia telah kehilangan moral universal, seseorang akan kehilangan Allah. Demikian yang kita lihat pada kitab Ayub.

Para penulis Alkitab tidak memakai pendekatan sebagaimana para filsuf atau theolog. Bagi para filsuf, eksistensi kejahatan adalah masalah logis dan itu kontradiksi. Bagaimana Allah yang baik dan adil mengizinkan kejahatan dan penderitaan di dunia ini? Bagi mereka masalah ini bukan filosofis; hal ini adalah personal, psikologis dan spiritual. Yang paling penting dan utama adalah bagaimana seseorang bisa mempertahankan komitmen dan loyalitas kepada Allah Israel dalam menghadapi bencana nasional dan penderitaan personal? Bagaimana seseorang dapat memiliki kekuatan untuk terus percaya dan loyal serta mencintai Allah, walau ia sering diderita penderitaan setiap saat.

Dan beberapa penulis dari berbagai periode sejarah Israel, menambahkan suara mereka pada perjuangan Israel untuk mendamaikan iman mereka ditengah penderitaan. Tujuan Alkitab adalah bukan untuk memecahkan masalah filosofis teodisi, namun berfokus pada menjaga hubungan dengan Allah dalam menghadapi bencana, untuk membuat hidup mereka tetap dalam perjanjian dengan Allah dan menjalaninya dengan setia.

Terdapat banyak variasi model disajikan, dan tidak semua konsisten satu sama lain, masing-masing bertujuan untuk melayani segment tertentu dari masyarakat dalam menghadapi tantangan dalam masa tertentu. Kesemuanya adalah upaya untuk mempertahankan hubungan Israel dengan Allah.

Penulis Alkitab menceritakan berbagai kisah dan mereka menafsirkan sejarah dengan tujuan untuk menggambarkan dalam berbagai macam kasus di mana berbagai individu dan bangsa secara keseluruhan, telah berhasil mempertahankan hubungan perjanjian dengan Allah. Terdapat ruang yang luas untuk beberapa model, beberapa gambaran Allah dalam hubungannya dengan Israel. Dan sebagai pembaca Alkitab di zaman moderen, kita harus mampu memahami polifonik kuno yang mengagumkan ini.

Seperti para rabbi yang kemudian mengkanonisasi koleksi ini melihat kebenaran dalam kata-kata Qohelet (Pengkhotbah) 3:1 " Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah langit ada waktunya." Dan mereka pun memasukkan kitab-kitab yang memiliki berbagai macam pendekatan terhadap masalah-masalah fundamental yang dihadapi oleh orang Israel kuno sebagaiman manusia pada umumnya.

Setelah tahun 586 SM, Deuteronomist menyelamatkan Yahwenisme dari kepunahan sebagaimana agama-agama nasional lainnya yang musnah setelah bangsa mereka ditaklukkan, dengan menyatakan bahwa Israel menderita bukan karena janji-janji Allah yang tidak benar, namun karena mereka tidak percaya. Dan ini memungkinkan orang Israel untuk tetap setia kepada Allah mereka, meskipun tempat kudus, kota pilihan-Nya dihancurkan.

Para nabi kemudian menekankan aspek moral dan komunal dari perjanjian walau tidak diikuti ibadah qurban. Dan hal ini secara tidak sadar, mereka telah memperisiapkan sebuah bentuk ibadah tanpa adanya qurban bagi Yudaisme kemudian di diaspora.

Mazmur memberikan ekspresi emosi bagi para jemaat yang berjuang atas masalah pribadi atau mengungkapkan suka cita. Ayub memberikan solusi atas  kemarahan kita pada penderitaan yang terasa tidak adil, sementara Pengkhotbah mengajarkan kebahagiaan sebagai penghiburan atas semua kesia-siaan usaha manusia.

Ezra dan Nehemia menghadapi ancaman nyata asimilasi dan ancaman kehilangan identitas Israel, sementara Yunus dan Ruth mengingatkan orang-orang Yahudi akan sifat universal Allah mereka dalam mengasihi semua bangsa. Esther dan Daniel memberikan semacam dorongan bagi berbagai macam tipe orang Yahudi dalam menghadapi penganiayaan dan ancaman pembantaian - satu mengandalkan kemandirian dan solidaritas, dan lainnya dalam pengharapan janji intervensi illahi pada hari kiamat.

Apakah kitab ini saling bertentangan satu sama lain? Tidak! ini seperti halnya saya tidak bertentangan dengan diri saya ketika saya mengatakan jika hari ini saya merasa senang, namun kemarin saya merasa sedih. Hubungan Israel dengan Allah mereka selalu dinamis dan kompleks.

Pada masing-masing kitab tersebut ada waktu dan tujuan di masa lalu, dan para pembaca Alkitab yang jumlahnya tak terhitung, dan berasal dari segala zaman, telah menemukan berbagai pengajaran dan inspirasi dari nya.

Tamat

Kembali ke Index Artikel

Minggu, 26 Maret 2017

Pengantar Alkitab Ibrani (23)

Kuliah 23 - Penglihatan Akhir Zaman: Daniel dan Literatur Apokaliptik [Desember 4, 2006]

Bab 1. Kitab Ruth.

Kitab Ruth dikisahkan terjadi pada Periode Hakim-Hakim; namun yang pasti ini adalah karya dari masa kemudian, namun tidak pasti apakah pada masa sebelum pembuangan atau setelah pembuangan, jadi kita akan memposisikan diri kita sebagai kritikus kanonikal dalam hal ini.

Kita tidak membahas secara detail waktu penyusunannya, namun yang perlu kita ketahui bagaimana fungsi dari kitab ini bagi komunitas Yahudi pada Periode Bait Allah Kedua? Sebagaimana dikisahkan dalam kitab Ruth mengenai seorang wanita Moab, yang berstatus orang asing terus menerus ditekankan disepanjang kitab, ia berprilaku mulia dan memasuki komunitas Israel dengan pilihan suka rela, kisah ini tentu saja bertolak belakang dengan pandangan negatif akan orang asing, dan pelarangan perkawinan campur serta kemurnian identitas Israel yang dipromosikan oleh Ezra dan Nehemia pada periode pasca-pembuangan.

Cerita menurut kitab adalah terjadi sebuah peristiwa kelaparan di Israel dan hal ini menyebabkan seorang dari Betlehem-Yehuda bernama Elimelekh beserta istrinya Naomi, dan 2 anak mereka meninggalkan Yehuda dan menetap di negeri Moab. Dua anak mereka menikahi wanita Moab yang bernama Orpa dan Ruth.

Kita berusaha menyelami efek psikologis dari ayat-ayat pembuka ini bagi telinga orang Israel kuno. Moab adalah musuh diperbatasan tenggara Israel. Orang Moab dibenci karena perlakuan mereka terhadap Israel, akibat prilaku yang kurang bersahabat tersebut maka dilarang perkawinan antara Isrel dan Moab menurut Taurat.

Ulangan 23:3-4
3. Seorang Amon atau seorang Moab janganlah masuk jemaah Yahweh, bahkan keturunannya yang kesepuluhpun tidak boleh masuk jemaah Yahweh sampai selama-lamanya,
4. karena mereka tidak menyongsong kamu dengan roti dan air pada waktu perjalananmu keluar dari Mesir, dan karena mereka mengupah Bileam bin Beor dari Petor di Aram-Mesopotamia melawan engkau, supaya dikutukinya engkau.

Orang Israel juga memiliki pemahaman yang merendahkan status orang Moab, seperti yang tertulis dalam kitab Kejadian, pada kisah  keturunan Moab yang berasal dari hubungan incest antara Lot dan salah satu putrinya, setelah kejatuhan Sodom. Dan sekarang kita membaca seorang dari Betlehem menetap di Moab dan 2 putranya menikahi perempuan Moab!

Kisah selanjutnya Elimelekh dan kedua anaknya yang bernama Mahlon dan Kilyon - yang jika diterjemahkan bernama Penyakit dan Kematian - kemudian meninggal. Dan Naomi sang janda Israel tersisa tanpa relasi pria, ia hanya ditemani oleh mantu wanita orang Moab, ia  lalu menyuruh kedua anak mantunya untuk kembali kerumah orang tua mereka, karena ia sangat miskin dan tak mampu membiayai mereka, serta tidak ada anak lain dari Naomi yang bisa diberikan kepada mereka sebagai kewajiban hukum dan moral. Orpa kemudian berpamit diri untuk kembali kepada orang tuanya, namun tidak dengan Ruth.

Rut 1:15-16,19-22
15. Berkatalah Naomi: "Telah pulang iparmu kepada bangsanya dan kepada para allahnya; pulanglah mengikuti iparmu itu."
16. Tetapi kata Rut: "Janganlah desak aku meninggalkan engkau dan pulang dengan tidak mengikuti engkau; sebab ke mana engkau pergi, ke situ jugalah aku pergi, dan di mana engkau bermalam, di situ jugalah aku bermalam: bangsamulah bangsaku dan Allahmulah Allahku;
...
19. Dan berjalanlah keduanya sampai mereka tiba di Betlehem. Ketika mereka masuk ke Betlehem, gemparlah seluruh kota itu karena mereka, dan perempuan-perempuan berkata: "Naomikah itu?"
20. Tetapi ia berkata kepada mereka: "Janganlah sebutkan aku Naomi; sebutkanlah aku Mara, sebab Yang Mahakuasa telah melakukan banyak yang pahit kepadaku.
21. Dengan tangan yang penuh aku pergi, tetapi dengan tangan yang kosong Yahweh memulangkan aku. Mengapakah kamu menyebutkan aku Naomi, karena Yahweh telah naik saksi menentang aku dan Yang Mahakuasa telah mendatangkan malapetaka kepadaku."
22. Demikianlah Naomi pulang bersama-sama dengan Rut, perempuan Moab itu, menantunya, yang turut pulang dari daerah Moab. Dan sampailah mereka ke Betlehem pada permulaan musim menuai jelai.

Semua nama-nama dalam cerita ini mengandung simbolik yang mengagumkan. Mahlon dan Kilyon berarti Penyakit dan Kematian, Orpah berarti belakang leher, karena ia membaliki ibu mertuanya. Ini adalah kisah indah yang penuh nama simbolis.

Rut 2:1-3
1. Naomi itu mempunyai seorang sanak dari pihak suaminya, seorang yang kaya raya dari kaum Elimelekh, namanya Boas.
2. Maka Rut, perempuan Moab itu, berkata kepada Naomi: "Biarkanlah aku pergi ke ladang memungut bulir-bulir jelai di belakang orang yang murah hati kepadaku." Dan sahut Naomi kepadanya: "Pergilah, anakku."
3. Pergilah ia, lalu sampai di ladang dan memungut jelai di belakang penyabit-penyabit; kebetulan ia berada di tanah milik Boas, yang berasal dari kaum Elimelekh.

Ruth kemudian bergabung dengan komunitas mertuanya di Yehuda, dan ia menghidupi mertuanya dengan memungut bulir jelai yang jatuh di ladang. Karena menurut hukum Taurat, bulir gandum yang jatuh dan tersisa setelah dipanen harus dibiarkan agar dipungut oleh orang miskin; pemilik ladang dilarang untuk mengumpulkannya.

Boaz adalah kerabat yang agak jauh, namun Naomi percaya dia adalah jawaban atas permasalahan mereka atas kemiskinan dan status janda Ruth. Dalam bab 3 ia mendesak Ruth untuk mengunjungi Boaz di tempat pengirikan gandum pada malam hari, setelah membersihkan diri dan  berdandan.

Untuk anda ketahui, tempat pengirikan adalah sebuah tempat keramaian pada akhir musim panen dan sering dikunjungi oleh pelacur. Naomi nampaknya menyusun rencana agar Ruth merayu Boaz, dia menyuruh Ruth untuk menyembunyikan dirinya hingga Boaz selesai makan dan minum, dan ketika ia berbaring, Ruth harus mendekatinya untuk berbaring di kaki Boaz.

Boaz adalah orang yang murah hati dan ia memperhatikan Ruth dengan baik. Ia mengetahui bagaimana prilaku Ruth yang rela meninggalkan kaumnya dan mengikuti Naomi, dan ia berniat untuk menjadi penebus Ruth.

Rut 3:11-13
11. Oleh sebab itu, anakku, janganlah takut; segala yang kauqkatakan itu akan kulakukan kepadamu; sebab setiap orang dalam kota kami tahu, bahwa engkau seorang perempuan baik-baik.
12. Maka sekarang, memang aku seorang kaum yang wajib menebus, tetapi walaupun demikian masih ada lagi seorang penebus, yang lebih dekat dari padaku.
13. Tinggallah di sini malam ini; dan besok pagi, jika ia mau menebus engkau, baik, biarlah ia menebus; tetapi jika ia tidak suka menebus engkau, maka akulah yang akan menebus engkau, demi Yahweh yang hidup. Berbaring sajalah tidur sampai pagi."

Pada kisah diatas terdapat kata penebus yang dalam bahasa Ibrani Goel. Istilah ini akan sering dipakai oleh orang Kristen sebagai "Penebus hidupku." Goel adalah seorang kerabat dekat, yang memiliki kewajiban hukum tertentu untuk orang lain.

Kewajiban utama seorang Goel ada 3:
1. Untuk menebus orang atau properti mereka jika telah terjual ke orang asing karena kemiskinan. Sebagai penebus dari perbudakan karena timbulnya utang.
2. Untuk menikahi seorang janda tak beranak. Jika seseroang wafat dan meninggalkan istri tanpa anak, seorang Goel harus menikahinya, untuk meneruskan keturunan, dan anak pertama mereka harus dinamakan menurut orang yang wafat; biasanya dilakukan oleh saudara orang yang wafat.
3. Penebus darah, seseorang harus menuntut darah dari kaumnya. Jadi jika seseorang terbunuh, maka seorang Goel akan menuntut balas atas kaumnya yang wafat.

Boaz berkata bahwa ada kerabat lain yang lebih dekat hubungannya, dan ia akan menunaikan kewajibannya jika orang tersebut menolak. Boaz berkata ia akan menyelesaikan masalah hukum tersebut di pagi hari. Dalam bab 4 kita membaca bagaimana proses hukum ini terjadi, dan Boaz pun akhirnya menikahi Ruth.

Rut 4:13-17
13. Lalu Boas mengambil Rut dan perempuan itu menjadi isterinya dan dihampirinyalah dia. Maka atas karunia Yahweh perempuan itu mengandung, lalu melahirkan seorang anak laki-laki.
14. Sebab itu perempuan-perempuan berkata kepada Naomi: "Terpujilah Yahweh, yang telah rela menolong engkau pada hari ini dengan seorang penebus. Termasyhurlah kiranya nama anak itu di Israel.
15. Dan dialah yang akan menyegarkan jiwamu dan memelihara engkau pada waktu rambutmu telah putih; sebab menantumu yang mengasihi engkau telah melahirkannya, perempuan yang lebih berharga bagimu dari tujuh anak laki-laki."
16. Dan Naomi mengambil anak itu serta meletakkannya pada pangkuannya dan dialah yang mengasuhnya.
17. Dan tetangga-tetangga perempuan memberi nama kepada anak itu, katanya: "Pada Naomi telah lahir seorang anak laki-laki"; lalu mereka menyebutkan namanya Obed. Dialah ayah Isai, ayah Daud.

Jadi Daud, raja yang diurapi Yahweh atas Israel; Daud, kepadanya Yahweh berjanji jika keturunannya akan memerintah Israel untuk selamanya; Daud, dari garis keturunannya akan datang sang raja mesias yang memerintah pada akhir zaman, Daud adalah keturunan wanita asing dari negara penyembah berhala, Moab.

Jadi kisah pendek ini merupakan untaian pemikiran yang berdiri untuk menentang garis pemikiran yang dipromosikan oleh Ezra yang melarang perkawinan campur, sebagai satu-satunya cara mengamankan kesetiaan kepada Yahweh, Allah Israel. Ruth wanita Moab, tidak bersalah dan menjadi kambing hitam akan prilaku kejijikan, dia adalah nenek moyang dari raja yang dipilih Yahweh. Dan dalam cerita ia dipuji sebagai teladan, kasih setia, dan loyalitasnya untuk mengikat diri pada komunitas umat Yahweh.

Keterbukaan atas orang asing di dokumentasikan dengan baik dalam Yudaisme, setelah pembuangan, meskipun ada upaya polemik yang ditimbulkan oleh Ezra untuk menyingkirkan orang asing dari komunitas. Sangat penting untuk dicatat, reformasi yang dilakukan Ezra tidak pernah menjadi normatif bagi seluruh masyarakat.

Orang Yahudi pasca-pembuangan, dan era rabbinik Yudaisme, tidak pernah mengadopsi kemurnian silsilah identitas Yahudi. Mereka mengizinkan fenomena konversi dan pernikahan dari orang-orang asing, untuk menerima Yahweh, Allah Israel, dan mengikat perjanjian bersama komunitas.

Pandangan ekstrim Ezra populer di kalangan kelompok sektarian, dan mereka menjunjung eksklusifitas Ezra, hal ini terlihat dalam naskah-naskah Qumran. Dan pengaruhnya meluas pada kelompok Kristen awal yang melarang pernikahan antara orang percaya dan tidak. Kitab Ruth adalah fitur menonjol dalam upacara konversi ke Yudaisme hingga hari ini.

Bab 2. Kitab Nubuat Terakhir (Hagai, Zakaria).

Kita telah melihat berbagai jenis sikap terhadap orang asing yang diungkapkan oleh nabi pada periode pemulihan (berasal dari sekitar akhir abad ke-6 SM hingga abad ke 5 SM). Sekarang kita akan melihat secara singkat pada beberapa kitab nubuat yang berasal dari generasi pertama orang buangan ini setelah kembali ke Tanah Perjanjian.

Jika nabi pada saat di pengasingan atau pun para nabi klasik, yang telah kita bahas, berbicara mengenai sisa dari orang buangan yang akan dipulihkan, dikembalikan, dan dimuliakan di Tanah Perjanjian.

Namun setelah orang buangan ini kembali ke Tanah Perjanjian, mereka menghadapi kehidupan yang keras, hidup dalam kemiskinan, dan kesulitan untuk membangun kembali Bait Allah. Selain itu timbul sikap permusuhan dari orang-orang Yehuda yang tidak ikut terbuang, demikian pula dengan bangsa tetangga mereka. Komunitas ini tidak memiliki kemandirian politik yang nyata dibawah keturunan Daud - segala hal ini jauh dari gambaran akan kemuliaan yang ditulis oleh para nabi mengenai pemulihan sisa Israel.

Demikianlah nabi baru muncul pada Periode Restorasi bertugas untuk mengatasi kekecewaan masyarakat. Kitab pendek dari Hagai berisi kalimat-kalimat untuk Zerubabbel, sang gubernur Yudea. Hagai bernubuat sekitar tahun 520 SM, dan ia menyatakan bahwa semua kesulitan yang dihadapi masyarakat seperti kegagalan pertanian dan kelaparan, adalah pertanda dari Yahweh akan ketidaksenangan-Nya karena pembangunan Bait Allah belum juga selesai dirampungkan.

Zerubabbel meyakini hal tersebut. Dan orang-orang kembali ke tugas mereka dengan antusias, demikianlah Bait Allah selesai dibangun. Walau bangunan kuil tersebut sangat sederhana, namun Haggai berjanji jika harta benda akan mengalir dari seluruh bangsa. Selain pembangunan Bait Allah, Haggai juga merindukan kemerdekaan Yehuda di bawah raja dari keturunan Daud. Dia memberi harapan untuk Zerubabbel, sang gubernur. Ia berharap Zerubabel akan berfungsi sebagai mesias Yahweh.

Hagai 2:21-23
21. (2-22) "Katakanlah kepada Zerubabel, bupati Yehuda, begini: Aku akan menggoncangkan langit dan bumi
22. (2-23) dan akan menunggangbalikkan takhta raja-raja; Aku akan memunahkan kekuasaan kerajaan bangsa-bangsa dan akan menjungkirbalikkan kereta dan pengendaranya; kuda dan pengendaranya akan mati rebah, masing-masing oleh pedang temannya.
23. (2-24) Pada waktu itu, demikianlah firman Yahweh semesta alam, Aku akan mengambil engkau, hai Zerubabel bin Sealtiel, hamba-Ku--demikianlah firman Yahweh--dan akan menjadikan engkau seperti cincin meterai; sebab engkaulah yang Kupilih, demikianlah firman Yahweh semesta alam."

Harapan Hagai ini semakin kuat dalam karya Zakharia, seorang nabi yang hidup sezaman dengan Hagai. Kitab Zakharia terdiri dari 14 bab, dan pada bab 1-8 berisi nubuat dari nabi Zakharia tahun 520 SM atau lebih. Bagian berikut pada bab 9-14, dikenal sebagai Zakharia kedua, adalah tulisan dari masa berikutnya yang terdiri dari berbagai macam jenis tema. Mereka ditulis dalam nuansa apokaliptik, ini akan kita bahas pada akhir kuliah ini. Pembahasan kita berfokus pada bab 1-8 yang mewakili nubuat dari Zakharia pada tahun 520 SM.

Ia berkhotbah dan bernubuat selama kurang lebih 2 tahun. Pada bab ini ia terlihat mendesak untuk pembangunan kembali Bait Allah. 6 bab pertama berisi serangkaian penglihatan simbolis yang rumit, terdapat 8 penglihatan yang diwahyukan oleh malaikat atau utusan illahi. Ini adalah model wahyu yang akan menjadi standar dalam literatur apokaliptik, nabi sebelumnya menerima perkataan atau penglihatan, namun begitu kita bergerak ke literatur apokaliptik, nabi sering menerima pesan dari Allah melalui utusan malaikat.

Penglihatan ini berpusat pada pengharapan atas Zerubabel sang gubernur dan imam besar Yosua. Gagasan utama nya adalah, mereka akan memerintah dalam  bentuk dwitunggal kekuasaan: raja dan imam. Namun pada saat yang sama, nampaknya pihak otoritas Persia mendeteksi pengharapan mesianik pada Zerubabbel, hingga ia kemudian disingkirkan.

Nubuat Zakharia nampaknya menyesuaikan kondisi ini, yang mana kemudian merujuk pada Yosua. Walaupun awalnya sempat menyinggung Zerubabbel, khususnya pada bab 6, hal ini sekarang berubah, ia menggambarkan Yosua sebagai tunas atau cabang dari ranting Isai, yang bermakna serumpum dengan Daud - Isai adalah ayah Daud.

Yosua dikatakan akan membangun kembali Bait Allah; ia akan memakai lambang kerajaan, meskipun ia hanya seorang imam. Pengangkatan imam besar adalah fitur utama pada periode pasca-pembuangan/restorasi. Ini adalah sesuatu yang mencolok di Yehuda, imam besar datang untuk mengambil alih beberapa fungsi dari kerajaan.

Bab 7-8, menyatakan janji Yahweh untuk mengubah dan melakukan beberapa hal untuk Yerusalem dan dinasti Yehuda, asalkan orang-orang berbalik dari kesesatan. Dan Zakharia merujuk pada hari depan yang penuh kemuliaan, ketika semua negara di dunia dengan penuh semangat mencari Yahweh di Yerusalem untuk memperoleh berkah-Nya. Kita juga membaca pada:

Zakharia 8:23
Beginilah firman Yahweh semesta alam: "Pada waktu itu sepuluh orang dari berbagai-bagai bangsa dan bahasa akan memegang kuat-kuat punca jubah seorang Yahudi dengan berkata: Kami mau pergi menyertai kamu, sebab telah kami dengar, bahwa Allah menyertai kamu!

Demikianlah pada periode Restorasi ini, kita akan melihat para nabi, membayangkan negara-negara lain akan bergabung bersama Israel dalam penyembahan terhadap Yahweh. Gelombang terakhir dari tulisan kenabian ini akan berusaha mengatasi kekecewaan dari realita penduduk Yudea yang hidup pada akhir abad ke-6 SM dan abad ke-5 SM.

Apakah pesan dari tulisan-tulisan tersebut? Keutamaan pesan mereka adalah bahwa janji-janji para nabi sebelumnya, mengenai kemuliaan di masa depan bagi sisa-sisa Israel yang akan dipulihkan - ini semua adalah benar adanya. Masa depan itu belum terjadi saat ini, mereka akan terjadi pada hari "eschaton," hari terakhir atau akhir zaman.

Pada saat itu kemuliaan Yerusalem dan sang raja mesias akan dikembalikan, dan jika memiliki pengharapan ini, kehidupan masyarakat akan dapat dipertahankan untuk menghadapi kesuraman hidup, harapan eskatologis  berfokus pada pengharapan ideal di hari akhir.

Jadi begitu kita bergerak ke depan dalam periode ini, kita akan melihat semakin besarnya harapan masyarakat akan eskatologi, dan hari akhir selalu di dorong ke depan.

Bagian dari Yesaya III menggambarkan kenyataan pahit akan kehidupan penduduk Yehuda setelah masa pembuangan hingga menuju pada eskatologi. Pada kitab Yesaya yang terdiri dari 66 bab, terbagi dalam 3 bagian: 1-39 adalah Yesaya historis, kemudian bab 40-55 sebagai Yesaya II, dan bab 56-66 sebagai Yesaya III.

Penulis dari Yesaya III yang anonim, dalam pasal-pasalnya sangat mencela kegagalan dari orang-orang buangan, dan pengharapan pada eskatologi; doktrin tentang akhir dari segala hal, digambarkan akan terjadi pada hari akhir.

Eskatologi semacam ini berbeda dari penggambaran kemuliaan Zion di masa depan, oleh para nabi klasik awal. Para nabi klasik awal umumnya mengungkapkan tentang pembentukan ulang kerajaan Yehuda dalam waktu dekat, namun literatur eskatologi seperti Yesaya III umumnya melihat sesuatu yang melampau waktu (sejarah). Mereka mencari hingga ke waktu pada saat : langit yang baru, bumi yang baru, dosa Yehuda dihapuskan, dunia akan diubah menjadi surga, hari-hari akan penuh berkah dan kemakmuran.

Yesaya 65:17-25
17. "Sebab sesungguhnya, Aku menciptakan langit yang baru dan bumi yang baru; hal-hal yang dahulu tidak akan diingat lagi, dan tidak akan timbul lagi dalam hati.
18. Tetapi bergiranglah dan bersorak-sorak untuk selama-lamanya atas apa yang Kuciptakan, sebab sesungguhnya, Aku menciptakan Yerusalem penuh sorak-sorak dan penduduknya penuh kegirangan.
19. Aku akan bersorak-sorak karena Yerusalem, dan bergirang karena umat-Ku; di dalamnya tidak akan kedengaran lagi bunyi tangisan dan bunyi erangpun tidak.
20. Di situ tidak akan ada lagi bayi yang hanya hidup beberapa hari atau orang tua yang tidak mencapai umur suntuk, sebab siapa yang mati pada umur seratus tahun masih akan dianggap muda, dan siapa yang tidak mencapai umur seratus tahun akan dianggap kena kutuk.
21. Mereka akan mendirikan rumah-rumah dan mendiaminya juga; mereka akan menanami kebun-kebun anggur dan memakan buahnya juga.
22. Mereka tidak akan mendirikan sesuatu, supaya orang lain mendiaminya, dan mereka tidak akan menanam sesuatu, supaya orang lain memakan buahnya; sebab umur umat-Ku akan sepanjang umur pohon, dan orang-orang pilihan-Ku akan menikmati pekerjaan tangan mereka.
23. Mereka tidak akan bersusah-susah dengan percuma dan tidak akan melahirkan anak yang akan mati mendadak, sebab mereka itu keturunan orang-orang yang diberkati Yahweh, dan anak cucu mereka ada beserta mereka.
24. Maka sebelum mereka memanggil, Aku sudah menjawabnya; ketika mereka sedang berbicara, Aku sudah mendengarkannya.
25. Serigala dan anak domba akan bersama-sama makan rumput, singa akan makan jerami seperti lembu dan ular akan hidup dari debu. Tidak ada yang akan berbuat jahat atau yang berlaku busuk di segenap gunung-Ku yang kudus," firman Yahweh.

Sekarang kita melihat gagasan menarik dan benar-benar baru, langit dan bumi berubah. Singa akan kembali menjadi vegetarian, ular tidak akan bermusuhan dengan manusia, seperti kutukan pada kitab Kejadian. Dunia akan penuh dengan kedamaian.

Yesaya III juga membuka peluang bagi orang-orang asing dan orang-orang yang dikebiri untuk bergabung dalam jemaat Yahweh, mereka akan di terima di Bait Allah untuk melayani Yahweh dan membawa qurban bakaran. Ini adalah sesuatu yang signifikan. Karena pada kitab Ulangan 23 yang merupakan jantung dari hukum Taurat, melarang orang-orang yang di kebiri serta orang asing tertentu seperti Moab & Amon untuk menjadi jemaat.

Kita mengingat Yehezkiel 44 juga secara eksplisit mengecualikan orang asing dari Bait Allah yang baru dalam penglihatannya. Hal yang sama juga terlihat jelas pada kebijakan Ezra dan Nehemia, yang menemukan orang Amon tinggal di dalam Bait Allah, mereka lalu mengusirnya dari sekitar Bait Allah.

Yesaya 56:3-7
3. Janganlah orang asing yang menggabungkan diri kepada Yahweh berkata: "Sudah tentu Yahweh hendak memisahkan aku dari pada umat-Nya"; dan janganlah orang kebiri berkata: "Sesungguhnya, aku ini pohon yang kering."
4. Sebab beginilah firman Yahweh: "Kepada orang-orang kebiri yang memelihara hari-hari Sabat-Ku dan yang memilih apa yang Kukehendaki dan yang berpegang kepada perjanjian-Ku,
5. kepada mereka akan Kuberikan dalam rumah-Ku dan di lingkungan tembok-tembok kediaman-Ku suatu tanda peringatan dan nama--itu lebih baik dari pada anak-anak lelaki dan perempuan--,suatu nama abadi yang tidak akan lenyap akan Kuberikan kepada mereka.
6. Dan orang-orang asing yang menggabungkan diri kepada Yahweh untuk melayani Dia, untuk mengasihi nama Yahweh dan untuk menjadi hamba-hamba-Nya, semuanya yang memelihara hari Sabat dan tidak menajiskannya, dan yang berpegang kepada perjanjian-Ku,
7. mereka akan Kubawa ke gunung-Ku yang kudus dan akan Kuberi kesukaan di rumah doa-Ku. Aku akan berkenan kepada korban-korban bakaran dan korban-korban sembelihan mereka yang dipersembahkan di atas mezbah-Ku, sebab rumah-Ku akan disebut rumah doa bagi segala bangsa.

Jadi dalam topik ini jelas terlihat jika masyarakat pada periode setelah pembuangan(periode restorasi) cukup terbagi.

Bab 3. Fitur Literatur Apokaliptik.

Saat ini, hanya ada 1 kitab dalam Alkitab yang secara keseluruhan adalah bertema apokaliptik, atau dengan kata lain paling signifikan dalam Alkitab.

Istilah apokaliptik berasal dari bahasa Yunani "apocalypsis," yang berarti mengungkap. Dan arti dari Apokalipsis adalah mengungkap sesuatu yang akan datang, dan secara umum ia dimaksudkan untuk memprediksi akhir dari waktu sejarah, dan awal dari sebuah tatanan dunia baru, dan umumnya ia berfokus pada eskatologi (eschaton = akhir zaman); sehingga karya apokaliptik cenderung eskatologi.

Hal ini tidak berarti semua karya eskatologi adalah apokaliptik. Literatur apokaliptik dalam Alkitab, dan lebih signifikan pada kitab-kitab di luar Alkitab Ibrani (Apokrip), ditandai dengan fitur tertentu, yang tidak dimiliki oleh fitur eskatologi.

Fitur Apokaliptik adalah :

1. Kebanyakan tulisan apokaliptik adalah pseudonim. Mereka umumnya dikaitkan dengan tokoh-tokoh penting dari masa lalu, seperti Henokh atau Abraham. Mereka cenderung mengandung wahyu dari utusan surgawi, sosok malaikat yang datang melalui penglihatan atau mimpi untuk menyampaikan semacam pesan.

2. Umumnya pesan tersebut berupa simbol, mereka adalah sebuah kode, dan simbol-simbol tersebut cenderung cukup aneh. Anda akan menemukan gambar binatang tidak wajar atau monster, biasanya ini melambangkan bangsa-bangsa asing.

3. Penglihatan tersebut cenderung kronologis, kejadian dari masa lalu, masa sekarang dan masa depan yang mewakili perjalanan sejarah, dan lagi-lagi dalam bentuk kode, dan cenderung membutuhkan penafsiran. Jadi malaikat tersebut mengungkapkan kode kronologi melalui simbol.

4. Apokaliptik cenderung berisi prediksi akan serangkaian bencana, yang merupakan tanda-tanda akan datangnya akhir zaman, sebuah titik akhir dari sebuah rancangan sejarah. Kita akan menemui corak dari mitos-mitos kuno yang sering digunakan untuk menggambarkan bencana ini.

5. Apokaliptik cenderung bersifat dualistik dalam hal moral. Mereka membagi manusia menjadi 2 kelompok yang saling eksklusif; orang benar selalu berupa kelompok minoritas, dan orang fasik adalah mayoritas. Orang-orang benar akan diselamatkan dan orang fasik akan dimusnahkan. Hal ini menunjukkan pengaruh pemikiran Persia yang memandang alam semesta ini dalam dualistik. Terang dan gelap yang beroposisi, baik dan jahat, kehidupan dan kematian, dan sebagainya. Tentu saja pada periode ini pengaruh Persia mendominasi wilayah ini.

6. Allah umumnya muncul dalam literatur apokaliptik sebagai raja yang bertahta. Ia akan mengkhiri perjalanan sejarah untuk menunjukkan kedaulatan-Nya. Dia mengontrol untuk mengalahkan para orang fasik dan menetapkan diri-Nya sebagai raja yang berdaulat dan bertahta. Literatur ini juga sering menggabungkan corak gambaran mitologi, terutama mengenai pertempuran antara Allah dan elemen primordial yang penuh kekacauan. Yang sering kali merupakan penggambaran akan pertempuran akhir dengan orang fasik.

7. Apokaliptik umumnya menggambarkan tentang penghakiman atas individu, dan diikuti dengan penghukuman abadi. Jadi literatur apokaliptik telah mengembang cukup jauh dari substansi tulisan-tulisan Alkitab Ibrani.

Di dalam Alkitab Kita memiliki beberapa elemen apokaliptik yang tersebar dalam beberapa kitab, dan berbagai elemen tersebut paling banyak muncul dalam kitab Daniel. Kita juga jarang menemukan gagasan tentang kehidupan setelah kematian dalam kitab lain pada Alkitab hingga pada literatur apokaliptik dari kitab Daniel yang merupakan kitab terakhir.

Gagasan ini sangat mendominasi dalam Naskah Laut Mati (Dead Sea Scrolls - yang sangat dualistik) dan juga pada tulisan di Perjanjian Baru. Jadi kepercayaan akan kehidupan abadi, atau kepercayaan akan kebangkitan setelah kematian - ini muncul dari pandangan negatif atas dunia ini - sebagai tempat dimana keadilan yang sesungguhnya dapat diperoleh.

Jadi para penulis apokaliptik mengamati dunia yang kita tinggali ini; dan akhirnya mereka mengambil kesimpulan bahwa ganjaran atas pahala dan penghukuman akan dilakukan pada kehidupan setelah kematian. Mereka tidak mengharapkan pada dunia ini, karena pada kenyataannya Israel cukup menderita dan teraniaya.

Hal tersebut menandai perpecahan dari keyakinan umum Alkitab Ibrani, bahwa kehidupan manusia terbatas pada dunia ini, dan bahwa perhatian mendasar dari manusia dan Allah adalah moralitas dalam dunia ini, bukan kehidupan abadi di alam lain.

Menurutku, literatur apokaliptik dapat digambarkan sebagai literatur pengharapan dan keputusasaan. Ia adalah literatur yang pesimis dan penuh dengan keputusasaan karena premis dasar bahwa dunia ini tidak memberi tempat bagi orang benar. Sekaligus juga sebagai literatur pengharapan atau optimisme, karena menegaskan bahwa Allah akan campur tangan. Dia akan campur tangan dalam sejarah manusia, Dia akan mengatur segalanya dengan benar, Dia akan mengubah tatanan alam, Dia akan menghancurkan dunia yang rusak ini. Ia melakukan hal tersebut untuk menyelamatkan orang-orang benar dan mempermalukan orang fasik, dan jika anda terlanjur keburu wafat jangan khawatir akan ada kebangkitan, semua akan diperbaiki. Namun demikian segala harapan ini akan terjadi di masa depan. Jadi literatur apokaliptik merupakan respon akan peristiwa traumatis atau krisis dan kekecewaan dari sejarah Israel.

Sebelum kita membawas kitab Daniel, ada bagian apokaliptik pada kitab Zakharia II, dan kita Yoel.

Bab 4. Ayat-Ayat Apokaliptik Dalam Literatur Periode Setelah Pembuangan.

** Zakharia II ***

Zakharia II terdapat pada bab 9-14. Kita telah membahas mengenai Zakharia historis yang berada pada bab 1-8. Zakharia II adalah koleksi dari beragam nubuat, mungkin berasal dari abad ke-5 SM atau setelahnya, yang berisi beberapa penglihatan aneh dan prediksi. Maknanya tidak selalu dapat dimengerti, namun mereka berfokus pada konsep "Hari Tuhan,"  dan pemulihan Yerusalem, dan munculnya raja baru yang rendah hati yang akan memerintah dalam damai, yang merupakan sebuah tatanan dunia baru.

Zakharia 14, berisi penglihatan akan pertempuran global yang akan menuju pada akhir dari sejarah dunia. Yahweh akan membawa semua bangsa ke Yerusalem di mana mereka akan menjarah kota, mereka akan membunuh semua penduduknya dan pada saat akhir ketika keputusasaan telah terlihat, Yahweh akan turun tangan, dan Dia akan berjuang untuk Israel dan membalaskan dendamnya. Setelah berakhirnya pertempuran final ini, Yahweh akan mengubah dunia menjadi taman firdaus. Musuh-musuh Israel akan saling berperang satu sama lain, dan bangsa yang tersisa akan berziarah ke Yerusalem. Saat itu status Yerusalem akan lebih tinggi dari semua kota, dan bangsa ini akan datang ke Yerusalem untuk menyembah Yahweh di kuil-Nya, dan Yahweh akan berdaulat atas dunia.

*** Yoel ***

Yoel adalah sebuah kitab yang sangat singkat, dan juga mengandung materi apokaliptik. Terjemahan syair dari kitab Yoel sangat sering ditemukan bervariasi.

Kitab ini dibagi menjadi 2 bagian:

Bagian ke-1 dari bab 1 hingga 2:27, yang berisi gambaran mengenai invasi militer. Ini dilambangkan dengan hama belalang. Invasi ini ditafsirkan sebagai hukuman illahi yang harus datang sebelum datangnya Hari Tuhan.

Bagian ke-2 dari bab 2:28 hingga 3, yang sepenuhnya merupakan apokaliptik terakhir dari hari penuh teror.

Yoel 2:28-31
28. "Kemudian dari pada itu akan terjadi, bahwa Aku akan mencurahkan Roh-Ku ke atas semua manusia, maka anak-anakmu laki-laki dan perempuan akan bernubuat; orang-orangmu yang tua akan mendapat mimpi, teruna-terunamu akan mendapat penglihatan-penglihatan.
29. Juga ke atas hamba-hambamu laki-laki dan perempuan akan Kucurahkan Roh-Ku pada hari-hari itu.
30. Aku akan mengadakan mujizat-mujizat di langit dan di bumi: darah dan api dan gumpalan-gumpalan asap.
31. Matahari akan berubah menjadi gelap gulita dan bulan menjadi darah sebelum datangnya hari TUHAN yang hebat dan dahsyat itu.
32. Dan barangsiapa yang berseru kepada nama TUHAN akan diselamatkan, sebab di gunung Sion dan di Yerusalem akan ada keselamatan, seperti yang telah difirmankan TUHAN; dan setiap orang yang dipanggil TUHAN akan termasuk orang-orang yang terlepas."

Ketika kita berpindah ke bab 4, Hari Tuhan digambarkan sebagai hari penghakiman bagi semua orang. Jadi ini semakin cenderung kepada pandangan eskaton: pertempuran akhir zaman dan hari penghakiman, dan hari penghakiman adalah pertanda di mulainya dunia baru. Ini adalah gagasan utama dalam kitab Daniel.

Pada hari penghakiman, Yahweh akan mengumpulkan semua bangsa yang tidak mengenal Yahweh (kafir) ke lembah Yosafat yang berarti "Yahweh akan mengadili," jadi lembah Yosafat adalah lembah pengadilan atau sering diterjemahkan lembah penentuan. Dan disini pertempuran terakhir antara kebaikan dan kejahatan akan terjadi, dan setelah itu Yahweh akan memberkati kota suci dan tidak pernah lagi menanggung malu.

Yoel 3
1. "Sebab sesungguhnya pada hari-hari itu dan pada waktu itu, apabila Aku memulihkan keadaan Yehuda dan Yerusalem,
2. Aku akan mengumpulkan segala bangsa dan akan membawa mereka turun ke lembah Yosafat; Aku akan berperkara dengan mereka di sana mengenai umat-Ku dan milik-Ku sendiri, Israel, oleh karena mereka mencerai-beraikannya ke antara bangsa-bangsa dan membagi-bagi tanah-Ku,
...
12. Baiklah bangsa-bangsa bergerak dan maju ke lembah Yosafat, sebab di sana Aku akan duduk untuk menghakimi segala bangsa dari segenap penjuru.
13. Ayunkanlah sabit, sebab sudah masak tuaian; marilah, iriklah, sebab sudah penuh tempat anggur; tempat-tempat pemerasan kelimpahan, sebab banyak kejahatan mereka.
..
16. Yahweh mengaum dari Sion, dari Yerusalem Ia memperdengarkan suara-Nya, dan langit dan bumi bergoncang. Tetapi Yahweh adalah tempat perlindungan bagi umat-Nya, dan benteng bagi orang Israel.
17. "Maka kamu akan mengetahui bahwa Aku, Yahweh, adalah Allahmu, yang diam di Sion, gunung-Ku yang kudus. Dan Yerusalem akan menjadi kudus, dan orang-orang luar tidak akan melintasinya lagi.
18. Pada waktu itu akan terjadi, bahwa gunung-gunung akan meniriskan anggur baru, bukit-bukit akan mengalirkan susu, dan segala sungai Yehuda akan mengalirkan air; mata air akan terbit dari rumah Yahweh dan akan membasahi lembah Sitim.
19. Mesir akan menjadi sunyi sepi, dan Edom akan menjadi padang gurun tandus, oleh sebab kekerasan terhadap keturunan Yehuda, oleh karena mereka telah menumpahkan darah orang yang tak bersalah di tanahnya.
20. Tetapi Yehuda tetap didiami untuk selama-lamanya dan Yerusalem turun-temurun.
21. Aku akan membalas darah mereka yang belum Kubalas; TUHAN tetap diam di Sion."

Jadi kita melihat terdapat banyak fitur eskatologi dalam kitab Yoel. Pertama kita melihat rankaian bencana; mereka adalah pertanda akan murka Allah yang akan datang. Kita melihat pertempuran kosmik di mana Yahweh akan mengalahkan musuh Israel. Persamaan antara orang benar dan orang fasik adalah Israel dengan negara musuhnya. Kemudian kita melihat pencurahan berkah bagi umat, kota dan tanah milik Yahweh. Dan akhirnya Yahweh akan menjadi pelindung dan bersemayam di sana; dan bangsa-bangsa yang tidak memusuhi Israel akan bergabung untuk menyembah Yahweh pada hari akhir.

Sekali lagi, kita melihat perbedaan penting antara nubuat klasik dan literatur apokaliptik. Keduanya berbicara tentang hal-hal akhir; keduanya berbicara tentang akhir zaman. Namun para nabi klasik tidak melihat kehidupan manusia seperti yang kita ketahui ini akan berakhir. Hanya pemberontakan Israel lah yang berakhir dan Israel akan hidup dibawah kepemimpinan seorang raja yang semprna yang di urapi oleh Yahweh.

Dalam bayangan apokaliptis, sejarah itu sendiri akan berproses menuju akhir; dan tatanan dunia baru akan muncul. Zaman sekarang dan zaman baru adalah berbeda. Zaman sekarang adalah di bawah kekuasaan kekuatan jahat. Kita dapat melihatnya terutama dalam tulisan-tulisan apokaliptik di luar Alkitab Ibrani atau pada Perjanjian Baru.

Bahwa kekuasaan yang dominan pada saat ini berada dalam pengaruh Satan. Satan adalah musuh besar Yahweh. Zaman yang akan datang akan bebas dari segala kejahatan, korupsi moral, dan kematian; Satan akan dikalahkan. Dan Yahweh sendiri yang akan melakukan hal tersebut. Yahweh harus turun tangan untuk menghentikan zaman ini dan memulai tatanan dunia baru.

Bab 5. Bagian ke-1 Kitab Daniel, Bab 1-6

Sekarang kita membahas kitab Daniel yang sepenuhnya adalah karya apokaliptik. Daniel dibagi menjadi 2 bagian, dan bab 1-6 menggambarkan secara fiksi heroik, ia sedikit seperti kitab Ester yang akan kita bahas pada kuliah terakhir. Seperti tokoh Ester, Daniel adalah seorang Yehuda (atau Yahudi) yang tinggal di istana bangsa asing, dan ia diselamatkan dari bencana. Bab ini menceritakan tentang petualangan Daniel di bawah 2 periode raja Babel. Nebukadnezzar dan Belsyazar; serta pada raja bangsa Median (Mede) Darius yang kebetulan tidak diketahui sejarah, dan raja Persia Cyrus - ini adalah waktu yang sangat panjang (75 tahun).

Timeline Raja Neo-Babel & Persia

Neo Babylonia - Bangsa Kasdim (Dinasty Chaldean)
Daftar raja-raja Neo-Babylonia
626-605 sm : Nabopolassar
605-562 sm : Nebucadnezzar II (mendeportasi bangsa Yehuda ke Babylon)
562-560 sm : Amel-Marduk
560-556 sm : Neriglissar
556 sm : Labasi-Marduk (di kudeta oleh anak mantu Nebucadnezzar II - Nabonidus)
556-539 sm : Nabonidus & Belshazzar

Persia
Dinasty Achaemenid
559-530 sm : Cyrus II / Cyrus the great
530-522 sm : Cambyses
522 sm : Bardiya (Gaumata)
522-486 sm : Darius I
485-465 sm : Xerxes I
465-424 sm : Artaxerxes I
424-423 sm : Sogdianus (hanya diakui dibeberapa wilayah persia lalu dibunuh oleh Darius II)
424-404 sm : Darius II
404-358 sm : Artaxerxes II
358-338 sm : Artaxerxes III
338-336 sm : Artaxerxes IV
336-330 sm : Darius III
330-329 sm : Artaxerxes V

Terdapat ketidaktelitian sejarah dalam karya ini. Belshazzar sebenarnya tidak pernah menjadi raja, ia semacam pangeran yang merangkap jabatan raja (raja sebenarnya adalah Nabonidus, namun sering tidak menetap di istana). Dia dikalahkan oleh Cyrus, bukan oleh Darius, jadi ada ketidak akuratan sejarah, hal ini menunjukkan jika kitab ini ditulis di waktu kemudian, dan ia mencoba melihat kembali sejarah 300 tahun silam yang tentu saja telah samar pada saat itu. Tidak terdapat sumber informasi yang cukup jelas mengenai kekaisaran Neo-Babel dan Persia. Dan kemungkinan kitab ini ditulis sekitar akhir abad ke-3 SM (Daniel 1-6).

Namun kita memiliki informasi yang lebih baik pada sisa kitab ini yaitu pada bab 7-12 yang sepenuhnya bertema apokaliptik, dan mereka diperkirakan disusun sekitar tahun 167 atau 164 SM. Ini adalah masa ketika orang-orang Yahudi mengalami penganiayaan secara intens di tangan dinasti Seleukus/Seleucid raja Syria/Suriah, Antiochus Epiphanes, atau dikenal sebagai Antiochus IV. Jika demikian maka Daniel adalah kitab terakhir dari Alkitab Ibrani.

Secara kronologi kitab ini adalah yang paling terbaru, ditulis sekitar 167 - 164 SM. Namun sang penulis menulisnya dalam bentuk kode. Hal ini dimaksudkan agar beberapa orang yang mempunyai sikap permusuhan tidak memahami tulisannya. Penulis menyamarkan segala peristiwa sejarah dan tokoh-tokoh kontemporer (pada zaman itu) dan membuatnya seakan terjadi di masa silam.

Pada Daniel 1, tokoh Daniel digambarkan sebagai orang Yahudi yang taat tinggal di pengasingan di Babilonia/Babel, pada abad ke-6 SM, dan ia tinggal di antara penyembah berhala. Dia menolak untuk menyembah dewa apa saja. Dia sangat ketat menjalankan hukum Taurat dalam hal makanan dan berdoa menghadap Yerusalem. Ia memperoleh posisi yang tinggi dan terhormat di dalam istana, dan memiliki kemampuan untuk menafsirkan mimpi serta memprediksi masa depan, walau ia mendapat beberapa cobaan namun ia sangat setia kepada Yahweh, dan ia pun sering mendapat pertolongan ajaib. Tema utama dari bagian pertama ini adalah bagaimana Daniel menafsirkan mimpi dari raja Babel Nebuchadnezzar dan kesetiannya kepada Yahweh.

Pada bab 2, Nebuchadnezzar bermimpi tentang sebuah patung berukuran sangat besar. Ia memiliki kepala dari emas, dada dan lengan dari perak, dan perut serta pinggang dari tembaga, paha dari besi, dan kaki sebagian dari besi dan sebagain lagi dari tanah liat. Jadi disini kita memiliki mimpi yang terdiri dari simbol yang diwakili oleh berbagai jenis logam dan tanah.

Namun sebuah batu tiba-tiba bergerak tanpa campur tangan manusia, menimpa patung itu tepat pada bagian kaki yang terdiri dari besi dan tanah liat hingga hancur remuk. Dan pecahannya sirna dihembus angin, namun batu yang menimpa patung itu menjadi gunung besar yang memenuhi seluruh bumi.

Daniel kemudian mengartikan simbol-simbol dalam mimpi ini; dan rupanya mereka adalah lambang dari sebuah peristiwa sejarah. Setiap jenis logam melambangkan berbagai kerajaan yang berkuasa di Timur-Tengah Kuno. Daniel hanya secara eksplisit mengartikan emas sebagai Babel, namun kita mengetahui jika perak berarti Media, tembaga adalah Persia dan besi adalah Macedonia - Yunani yang menaklukkan wilayah ini pada tahun 330 SM, serta membawa pengaruh Hellenistik.

Setelah kematian raja Alexander Agung, kerajaan terpecah! Di wilayah Mesopotamia, pecahan kerajaan yang lebih besar adalah dinasti Ptolemaic yang berkuasa di Mesir dan yang lebih kecil dinasti Seleukus di Suriah. Orang Yahudi yang mendiami Yehuda terjebak diantara 2 kekuatan ini, dan mereka sering terlibat perselisihan untuk menguasai wilayah Yehuda yang terletak di perbatasan 2 kerajaan ini.

Jadi paha dari Besi dan kaki dari tanah liat adalah kerajaan Hellenistik di Mesir dan Suriah yang mewarisi kekaisaran Alexander. Batu yang yang menggelinding tanpa sentuhan manusia adalah kekuatan surgawi yang merupakan kerajaan masa depan Allah. Ia akan datang dan menghancurkan kerajaan tak bertuhan ini dan akan kekuasaannya akan memenuhi seluruh bumi selamanya.

Pada Bab 3 bercerita tentang Daniel dan 3 sahabatnya yang menolak untuk menyembah patung emas raksasa, hal ini menyebabkan mereka dilempar kedalam api tungku peleburan. Ketika mereka muncul tanpa luka, raja sangat terkesan dan akhirnya mengakui Yahweh Allah Israel.

Pada Bab 4 adalah mimpi kedua, dan ditafsirkan oleh Daniel sebagai tanda bahwa Nebukadnezzar akan dipukul 7 kali. Ia akan kehilangan kewarasan serta tahtanya, sampai ia menyadari bahwa Yahweh adalah sumber dari segala kuasa serta kekuatan manusia. Nebukadnezzar lalu menderita kegilaan dan terasing dari orang-orang, raja kemudian akhirnya menyadari dan memuji Yahweh sebagai Allah yang tertinggi dan raja semesta alam.

Dalam Bab 6, musuh Daniel di istana melakukan intrik terhadap raja Mede (saat ini kita telah tiba pada masa Darius) untuk mengeluarkan sebuat dekrit bahwa barang siapa yang menyembah kepada selain raja Darius maka ia akan di hukum. Daniel pun terbukti melanggar dekrit itu, dan ia ditangkap serta dilemparkan ke dalam gua singa. Namun ia kemudian ditemukan tidak terluka, dan sekali lagi raja asing sekarang mengakui kekuasaan Yahweh dan memerintahkan semua dikerajaannya untuk tunduk kepada Allah bangsa Yahudi.

Tentu saja tidak ada bukti historis dari catatan bangsa Babel dan Persia tentang pengakuan terhadap Allah bangsa Yahudi yang berada diantara mereka. Kisah ini tampaknya untuk memberi harapan atau impian bahwa raja yang kejam dan kafir akan diajarkan mengenai kerendahan hati oleh Yahweh. Kisah ini dimaksudkan untuk sebuah model untuk orang Yahudi di perantauan/diaspora. Orang Yahudi boleh hidup di lingkungan non-Yahudi, namun mereka tidak boleh melupakan Allah dan hukum-hukum Nya.

Bab 6. Bagian ke-2 Kitab Daniel, Bab 7-12.

Pada bagian ini, sudut pandang berubah, dari orang ke-3  menjadi orang pertama dan sepenuhnya adalah apokaliptik. Disini Daniel mendapatkan serangkaian penglihatan dan mimpi yang ditafsirkan oleh seorang malaikat kepada Daniel, dan ini adalah fitur klasik dari tema apokaliptik. Dan penglihatan ini adalah sebuah perjalanan sejarah di Mesopotamia dari abad ke-6 hingga ke-2 SM.

Bab 7 bercerita tentang suksesi dari kerajaan Babel, Median/Mede, Persia, Macedonia-Yunani. Namun kali ini dalam perlambangan binatang. Kita akan menemui singa bersayap, beruang, macan tutul bersayap dan binatang berkepala 4 dan bertanduk 10. Salah satu tanduk binatang aneh itu melambangkan 2 pecahan kerajaan Helenisktik, dinasti Ptolemaic di Mesir dan Seleucid di Suriah. Tanduk kecil yang sombong adalah raja Suriah, Antiochus Epiphanes.

Pada penglihatan ke-2 :

Daniel 7:9.
Sementara aku terus melihat, takhta-takhta diletakkan, lalu duduklah Yang Lanjut Usianya; pakaian-Nya putih seperti salju dan rambut-Nya bersih seperti bulu domba; kursi-Nya dari nyala api dengan roda-rodanya dari api yang berkobar-kobar;

Istilah "Yang Lanjut Usianya" nampak seperti sosok Yahweh dalam pakaian putih dan tahta berapi, namun muncul sosok lain yang di sebut sebagai "anak manusia" dan menemui "Yang Lanjut Usianya" dan di beri anugerah kemuliaan dan kekuasaan sebagai raja pada :

Daniel 7:13-14.
13. Aku terus melihat dalam penglihatan malam itu, tampak datang dengan awan-awan dari langit seorang seperti anak manusia; datanglah ia kepada Yang Lanjut Usianya itu, dan ia dibawa ke hadapan-Nya.
14. Lalu diberikan kepadanya kekuasaan dan kemuliaan dan kekuasaan sebagai raja, maka orang-orang dari segala bangsa, suku bangsa dan bahasa mengabdi kepadanya. Kekuasaannya ialah kekuasaan yang kekal, yang tidak akan lenyap, dan kerajaannya ialah kerajaan yang tidak akan musnah.

Istilah "Anak Manusia" umumnya berarti mahluk fana, bukan mahluk abadi seperti Yahweh dalam Alkitab. Namun dalam kitab Daniel istilah tersebut nampaknya merujuk pada sosok yang dalam bentuk manusia, namun ia lebih dari manusia. Mungkin seperti malaikat Michael atau Gabriel. Dan figur ini akan mendirikan kerajaan yang kekal untuk menggantikan kerajaan yang disimbolkan dengan para binatang terdahulu.

Jadi "Anak Manusia" menaklukkan tanduk kecil atau Antiochus, yang diceritakan memerangi orang-orang kudus (ini adalah kode untuk menggambarkan orang-orang Yahudi yang taat) yang dikisahkan mencoba untuk mengubah hukum mereka dan menghapuskan agama mereka, dan kita tahu bahwa ini adalah peristiwa penindasan pada tahun 167-164 SM oleh Antiochus, ketika ia mencoba untuk menghentikan ibadah di Bait Allah.

Penglihatan ke-3, tanduk yang mewakili Antiochus diceritakan menginjak-injak Israel, dan menentang Yang Maha Tinggi, menghapus ritual qurban dan membuat kekejian diatas altar, kita mengetahui bahwa Antiochus mendirikan altar pagan serta patung Zeus di Bait Allah, Yerusalem. Jadi segala penajizan oleh Antiochus disajikan disini dalam bentuk simbol untuk alasan keamanan.

Pada bab 9 kita melihat malaikat Gabriel memberitahu Daniel tentang masa akhir, yang mana diurut berdasarkan prediksi Yeremia, bahwa Yerusalem akan sunyi senyap selama 70 tahun.

Daniel 9:24-27
24. Tujuh puluh kali tujuh masa telah ditetapkan atas bangsamu dan atas kotamu yang kudus, untuk melenyapkan kefasikan, untuk mengakhiri dosa, untuk menghapuskan kesalahan, untuk mendatangkan keadilan yang kekal, untuk menggenapkan penglihatan dan nabi, dan untuk mengurapi yang maha kudus.
25. Maka ketahuilah dan pahamilah: dari saat firman itu keluar, yakni bahwa Yerusalem akan dipulihkan dan dibangun kembali, sampai pada kedatangan seorang yang diurapi, seorang raja, ada tujuh kali tujuh masa; dan enam puluh dua kali tujuh masa lamanya kota itu akan dibangun kembali dengan tanah lapang dan paritnya, tetapi di tengah-tengah kesulitan.
26. Sesudah keenam puluh dua kali tujuh masa itu akan disingkirkan seorang yang telah diurapi, padahal tidak ada salahnya apa-apa. Maka datanglah rakyat seorang raja memusnahkan kota dan tempat kudus itu, tetapi raja itu akan menemui ajalnya dalam air bah; dan sampai pada akhir zaman akan ada peperangan dan pemusnahan, seperti yang telah ditetapkan.
27. Raja itu akan membuat perjanjian itu menjadi berat bagi banyak orang selama satu kali tujuh masa. Pada pertengahan tujuh masa itu ia akan menghentikan korban sembelihan dan korban santapan; dan di atas sayap kekejian akan datang yang membinasakan, sampai pemusnahan yang telah ditetapkan menimpa yang membinasakan itu."

Yeremia bernubuat, pada abad ke-6 SM dan kitab Daniel ditulis ratusan tahun kemudian (ada yang mengatakan tahun 160 SM). Apakah nubuat Yeremia keliru ketika ia mengatakan bahwa Yahweh akan membebaskan Israel dari musuh-musuhnya serta membangun kembali Yehuda dalam 70 tahun?

Berdasarkan kitab Daniel, jawabannya adalah "tidak," karena dalam kitab Daniel, Yeremia berbicara dalam simbol. Maksud Yeremia adalah 70 tahun sabat, yang berarti 490 tahun, akan berlalu sebelum penistaan Antiochus terjadi, dengan demikian waktu akhir telah dekat pada saat pemerintahan Antiochus.

Sang penulis berpikir bahwa ia telah hidup di masa akhir, dan ini sangat khas literatur apokaliptik. Waktu akhir sudah dekat, saat ini adalah masa dari kemunculan Mesias, bencana akan segera menimpa kita, dan Yahweh akan memberi kemenangan secara gemilang dan dimulainya masa Mesianik, ini adalah akhir dari tahun-tahun kekejian yang menimpa Israel.

Literatur apokaliptik melihat sejarah sebagai sesuatu yang telah ditentukan. Ini adalah sebuah pentas yang telah pasti dan harus dimainkan, manusia tidak perlu bertidak karena hanya harus menunggu setia. Kerajaan Allah akan datang karena kuasa Allah, namun harus didahului dengan bencana pada saat ini.

Bab 12 menceritakan tentang kebangkitan orang mati untuk mendapatkan kembali ganjaran mereka, dan ini adalah upaya untuk mengatasi ketidakadilan diatas dunia ini, dan ini adalah satu-satunya ayat di Alkitab yang secara eksplisit mendukung gagasan tentang kehidupan setelah kematian, dan ini sebuah pemikiran baru dari tradisi kuno Israel yang diam pada masalah ini.

Tidak semua orang Yahudi menerima gagasan ini, namun hal ini sangat penting dalam gerakan kemunculan Kristen awal, yang sangat bergantung pada pemikiran apokaliptik. Dan melalui agama Kristen, pemikiran ini memiliki dampak luas pada peradaban Barat.

Kitab Daniel merupakan respon terhadap situasi historis tertentu dalam sejarah Israel. Ia merespon pada krisis penganiayaan dan kemartiran yang terjadi pada abad ke-2 SM. Ini adalah jenis baru dibanding krisis sebelumnya yakni dalam rentang tahun 722-586 SM, dijelaskan sebagai penghukuman atas dosa dan ketidaksetiaan. Namun saat ini pada abad ke-2 SM, orang-orang Yahudi mati bukan karena mereka tidak setia namun justru karena mereka setia kepada Yahweh; karena mereka menolak untuk mematuhi perintah Antiochus dan mengingkari hukum dan perjanjian Yahweh, dan mereka mati karena itu.

Jadi fenomena martir ini adalah baru pertama-kalinya terjadi, dan diperlukan respon baru pula, demikianlah kitab Daniel muncul untuk memberi tanggapan dan sepenuhnya apokaliptik. Tetaplah setia & menunggu, itu lah nasehat penulis Daniel, ia mengetahui bahwa hal ini semua telah di tata secara tepat oleh Yahweh, kemenangan akan muncul pada akhirnya dan akan ada ganjaran atas kesetiaan dan kejahatan, dan itu akan datang segera.

Danel menekankan kontrol Yahweh yang kuat atas perjalanan sejarah, dan ini menyokong para Yahudi yang setia, yang saat ini sedang ditimpa penderitaan dan penghinaan, bahkan kematian karena mempertahankan iman.

Jadi kita telah melihat bagaimana respon kefanatikan pada abad ke-5 SM oleh Ezra dan Nehemia dalam peristiwa sejarah Israel. Mereka meyakini bahwa dedikasi penuh Isrel terhadap Yahweh dalam perjanjian, penghentian kawin campur atau hubungan dengan bangsa asing, serta pemusnahan praktik kenajisan mereka.

Sekarang kita melihat munculnya konsep apokaliptik sebagai ungkapan putus asa, dan pengharapan atas masa depan, yang diikuti dengan kemenangan gemilang atas orang fasik yang telah menganiaya Israel.

Kembali ke Index Artikel

Sabtu, 18 Maret 2017

Index Pengantar Alkitab Ibrani/Perjanjian Lama (Prof. Christine Hayes)


Kuliah ini mempelajari Alkitab Ibrani sebagai ekspresi keagamaan dan pemikiran bangsa Israel kuno, dan sebagai dokumen dasar bagi kebudayaan barat. Berbagai jenis metodologi, seperti kritik sumber dan kritik historis, kritik tradisi, kritik redaksi dan pendekatan literatur dan kanonisasi diperkenalkan pada kuliah ini, tidak lupa juga dengan penafsiran dari Alkitab. Beberapa penekanan khusus terhadap Alkitab juga disandingkan dengan latar belakang sejarah dan kebudayaan di Timur-Tengah kuno.

Kuliah ini, diajarkan oleh Professor Christine Hayes di Universitas Yale, pada jurusan Studi Keagamaan. Ia adalah ahli dalam studi talmud-midrash.

Sebagai pengantar dari isi kuliah, berikut saya sadur pernyataan dari William Dever, seorang arkeolog terkemuka dari Amerika mengenai Alkitab:
Dalam masa waktu yang lama, Alkitab menjadi sumber tertua bagi rekonstruksi dari keagamaan orang Israel kuno, namun sekitar 100 tahun terakhir, bidang Arkeologi mulai memberi informasi penting. Dan selama 20-30 tahun belakangan terjadi revolusi dalam pemahaman keagamaan Israel kuno. Mungkin anda mengira Alkitab sudah cukup untuk menjadi sumber, bukankah ia adalah buku agama? Tapi tidak demikian, ia bukanlah sumber yang bagus. Alkitab ditulis setelah puluhan atau bahkan ratus tahun sejak keruntuhan kerajaan Israel dan Yehuda.

Bukan hanya itu, ia juga di tulis oleh sekelompok kaum elit yang berafiliasi dengan kuil (Bait Allah) dan istana di Yerusalem. Kelompok elit ini adalah orang-orang yang berpaham ekstrim kanan, ortodoks, nasionalis. Dan tulisan mereka bukanlah representatif dari pandangan umum mayoritas. Alkitab adalah gambaran idealis dari kepercayaan Israel kuno yang seharusnya dipraktekkan, dan kelompok elit ini tidak mampu  mewujudkannya, malah yang terjadi adalah sebaliknya.

Alkitab adalah "laporan minoritas" yang mencoba merekonstruksi agama yang ideal, yang sesuai dengan pandangan para penulis Alkitab, berdasarkan sumber kuno yang mereka miliki. Dan arkeologi memberi kita jendela baru untuk melihat kepercayaan dan praktek keagamaan orang-orang Israel kuno, sebuah "alat" untuk memahami orang Israel kuno. Alkitab adalah sebuah "sumber sekunder" ia terbatas, kita tidak dapat menggali informasi baru dari naskah-naskahnya selain yang tersedia disana. Dan Arkeologi setiap waktu memberi kita informasi melalui penemuan-penemuan di Israel dan Suriah. Dan saya akan menceritakan dalam sudut pandang sejarawan mengenai keagamaan dari orang-orang Israel kuno. Dan agama Israel kuno itu adalah segala sesuatu yang dicela oleh penulis Alkitab.

Kuliah 1 (Pengantar : Mitos Umum Tentang Alkitab)
Kuliah 2 (Kejadian : Konteks Budaya Mesopotamia)
Kuliah 3 (Kejadian : Enuma Elish)
Kuliah 4 (Kejadian 5-11 : Epos Gilgamesh)
Kuliah 5 (Kejadian 12-50 : Dokumenter Hipotesis)
Kuliah 6 (Kejadian, Patriakh - Abraham, Ishak, Yakub)
Kuliah 7 (Kejadian - Yakub & Keluarganya, Keluaran : Israel Di Mesir - Musa)
Kuliah 8 (Keluaran: Mesir -> Sinai : Musa)
Kuliah 9 (Priestly: Bilangan, Imamat)
Kuliah 10 (Hukum Alkitab: Kesatuan 3 Hukum : JE (Keluaran), P (Imamat, Bilangan), D (Ulangan))
Kuliah 11 (Ulangan)
Kuliah 12 (Ulangan, Yoshua)
Kuliah 13 (Hakim-Hakim, Samuel)
Kuliah 14 (Raja-Raja - Sejarah Israel & Yehuda - Deuteronomis)
Kuliah 15 (Penutup Deuteronomis & Kitab Nubuat Nabi Klasik)
Kuliah 16 (Amos)
Kuliah 17 (Hosea, Yesaya I)
Kuliah 18 (Mikha, Zefanya, Nahum, Habakuk, Yeremia)
Kuliah 19 (Yehezkiel, Yesaya II)
Kuliah 20 (Ratapan, Amsal, Ayub)
Kuliah 21 (Pengkhotbah & Mazmur)
Kuliah 22  (Mazmur, Kidung Agung, Tawarik, Ezra, Nehemia)
Kuliah 23 (Ruth, Hagai, Zakharia, Yoel, Daniel) 
Kuliah 24 (Ester, Yunus - Final)

Sumber : http://oyc.yale.edu/religious-studie...t-145#sessions


Apakah Abraham Berasal Dari Ur atau Haran?

Abraham berasal dari kota Haran dan bukan dari kota Ur-Kasdim, ya itulah pendapat beberapa para ahli biblikal moderen, mengapa mereka berpen...