Senin, 23 Januari 2017

Pengantar Alkitab Ibrani (21)

Kuliah 21 - Syair Dalam Alkitab: Mazmur & Kidung Agung [November 27, 2006]

Bab 1. Panduan Penafsiran.

Setelah mempelajari kitab Ayub, kita melihat bahwa Alkitab ternyata tidak memiliki gaya dan pesan yang seragam. Hal ini dikarenakan ia adalah sebuah karya antologi yang memiliki perbedaan sudut pandang.

Dalam ketekunan relijius dari kitab Amsal, terdapat keyakinan yang teguh akan adanya sistem illahi akan ganjaran dan penghukuman, yang juga sangat penting dalam mazhab Deuteronomis, namun prinsip ini di tentang dalam kitab Ayub.

Ayub menyimpulkan bahwa tidak ada keadilan dalam dunia ini, atau dunia lain. Namun demikian Ayub tidak menentang pola hidup yang saleh dan benar. Dan ini adalah sebuah fakta yang indah karena para orang bijak Yahudi memilih untuk memasukkan semua suara-suara yang tidak seragam ini dalam kanon Alkitab Ibrani, dan sebagian besarnya, tidak berupaya untuk mendamaikan konflik ini.

Kita juga telah mempelajari bahwa Alkitab bukan lah, sekumpulan set cerita tentang orang-orang kudus yang selalu berkata dan berlaku benar serta menjadi suri teladan. Tokoh dalam Alkitab hanyalan manusia biasa mereka bukan manusia super. Prilaku mereka dapat membingungkan, kadang tak bermoral; dan jika kita mencoba untuk membenarkan seorang tokoh hanya karena ia terdapat dalam Alkitab. Mencoba membuat mereka berlaku seperti keinginan kita, maka kita akan melewati dilema moral yang telah diletakkan oleh sang penulis. Kita akan kehilangan kompleksitas psikologis dari kisah ini.

Kedua, kita harus menyadari bahwa Alkitab bukan buku manual agama. Ia tidak mengandung sistimatis theologi, tidak mengandung dogma tertentu tentang Allah, dan kita harus berhati-hati dalam menetapkan sebuah konsep dalam Alkitab, gagasan theologi dan kepercayaan yang baru muncul beberapa ratus tahun kemudian, setelah sebagian besar Alkitab telah tersirkulasi - misalnya, kepercayaan  akan surga dan neraka sebagai balasan dari perbuatan manusia, atau kepercayaan bahwa Allah tidak berubah pikiran.

Karakter Yahweh dalam Alkitab itu pikirannya berubah-ubah; ini adalah fakta dalam naskah.

Jika kita ingin memahami Alkitab dalam dunianya dan konteksnya sendiri, maka kita harus siap untuk menemukan ide-ide di dalamnya yang mungkin bertentangan dengan gagasan theologis moderen.

Dalam menafsirkan Alkitab, kita perlu memahami beberapa hal berikut: Tidak semua pernyataan dalam Alkitab adalah bernilai sama.

Ketika sebuah kisah dinarasikan, informasi yang disampaikan oleh narator adalah dapat diandalkan.

Pernyataan yang diatributkan kepada Allah dapat diandalkan.

Pernyataan yang disampaikan oleh karakter individu tidak selalu dapat diandalkan.

Karakter bisa keliru. Namun suara dari narator sangat otoratif dan itu adalah bagian yang menarik ketika kita membaca sebuah karya sastra; kita menerima fakta-fakta yang dibentuk oleh narator sebagai fakta yang memandu penafsiran kita.

Contoh dalam kisah Ayub. Narator membentuk sebuah fakta bahwa karakter Ayub memiliki moral yang nyaris sempurna. Itu adalah suara narator dalam pembuka, dan dinyatakan secara eksplisit; ia mengulang pernyataan semula sebagai ucapan Yahweh.

Narator juga membentuk fakta bahwa Ayub mengalami penderitaan yang ia tidak pantas menerimanya. Hal itu bukan karena hukuman atas dosa. Dan ia membuat karakter Ayub berjuang dengan hal tersebut.

Teman-teman Ayub berpendapat bahwa Allah mempunyai sistem ganjaran dan penghukuman dan yang berdosa akan menderita. Kita sebagai pembaca mengetahui bahwa mereka salah, berdasarkan fakta dalam narasi yang dibentuk pada awal cerita.

Ayub yang mengetahui, seperti kita sebagai pembaca, bahwa ia tidak berdosa, dan ia tidak sedang dihukum karena dosa, dan ia menyimpulkan bahwa Allah sama sekali tidak menetapkan penghukuman dan penghargaan - dan ini adalah ide radikal.

Bahwa Allah tidak menghukum orang fasik dan memberi ganjaran pada orang benar dalam hidup ini, bahkan ada pula penghukuman yang tertunda, yang merupakan gagasan dasar dalam banyak kitab yang telah kita pelajari sejauh ini. Dan hal itu akan semakin lemah dalam kitab-kitab yang kita pelajari nanti.

Namun Ayub menolak gagasan ini, dan ia sampai pada kesimpulan yang sangat radikal secara moral. Orang benar adalah benar untuk dirinya sendiri, bahkan ia bisa saja mendapatkan penderitaan dalam kehidupan ini. Ingat bahwa pada akhir kitab, narator membuat Yahweh berkata, bahwa Ayub lah yang berbicara dengan benar, bukan teman-temannya.

Bab 2. Masalah Penanggalan: Kritik Kanonik.

Terdapat perbedaan diantara para ahli biblikal mengenai penanggalan kitab Ayub, juga pada kitab-kitab Ketuvim. Ketuvim dalam bahasa Ibrani berarti tulisan, dan itu adalah nama untuk bagian ke-3 Alkitab. Setelah Torah, Neviim atau nabi-nabi.

Kebanyakan para ahli bersepakat bahwa banyak materi kuno dalam kitab Ketuvim, dan mereka mencapai bentuk akhir nya, pada periode setelah pembuangan (post-exilic). Kita akan mempelajari kitab ini dengan tema utama mereka, yaitu sebagai respon terhadap bencana nasional, terutama kekalahan, kehancuran dan pembuangan sekitar tahun 587-586 SM.

Kita akan menggunakan pendekatan yang relatif baru pada bagian ini, yang dikenal sebagai kritik kanonik. Kritik Kanonik ini memusatkan perhatian pada makna dari naskah Alkitab sebagai bentuk akhir yang digunakan dalam komunitas pada masa dan tempat yang berbeda.

Hal ini berbeda dengan kritik Alkitab yang memusatkan perhatian pada asal muasal, struktur dan sejarah dari naskah Alkitab. Dan pada titik mana kisah-kisah dan naskah ini menjadi otoratif dalam komunitas? Dan bagaimana mereka membaca, memahami dan menafsirkannya?

Jadi konteks sejarah, adalah metode utama dalam kiritk ini, dalam memahami tulisan dari para kontributor original dari Alkitab. Kritik Kanonik mengasumsikan jika naskah Alkitab dihasilkan, ditransmisikan, dan dikerjakan-ulang, serta dilestarikan dalam berbagai komunitas oleh orang-orang yang dianggap berwibawa/otoratif. Dan kritik ini mencakup studi mengenai bagaimana kitab-kitab ini berfungsi dalam komunitas yang mempercayai dan menjunjungnya.

Jadi seorang kritikus kanonik mungkin bertanya: "apa arti, otoritas, dan nilai yang dicari oleh penulis Alkitab dalam tradisi-tradisi kuno, yang kemudian dituliskan dalam karya mereka?", "Apa arti, otoritas, dan nilai yang akan didapatkan oleh komunitasnya, atau komunitas berikutnya?", "Mengapa dan bagaimana kelompok keagamaan menerima sesuatu sebagai kanonik?"

Kita akan menggunakan metode ini pada pembahasan bagian ke-3 dari Alkitab. Kita akan melihat Alkitab melalui mata komunitas setelah pembuangan, yang mana mereka menganggapnya sebagai kononik - setidaknya sebagian kitab. Dengan cara ini kita akan memahami bagaimana kitab-kitab ini adalah sebagai respon terhadap sejarah bangsa.

Yang menarik adalah, banyak bagian dalam Ketuvim, mengeksplorasi pertanyaan mengenai penderitaan dan kejahatan, yang menentang beberapa gagasan mendasar dalam Torah dan Neviim.

Bab 4. Pengantar Kitab Mazmur.

Berikutnya kita membahas kitab Mazmur secara garis besar. Kitab ini terdiri dari kumpulan 150 syair relijius yang kebanyakan ditujukan kepada Allah.

Terdapat dialog pendek mengenai Mazmur dalam novel berjudul "Jane Eyre". Di mana seorang gadis berusia 10 tahun bernama Jane - seorang gadis yang polos, namun mengalami penganiayaan, dan ia di wawancara oleh Brocklehurst, seorang kepala sekolah yang galak.

B : Apakah engkau membaca Alkitab?
J : Kadang-kadang.
B : Anda menikmatinya? menyukainya?
J : Saya menyukai kitab Wahyu, Daniel, Kejadian, Samuel, dan sedikit pada Keluaran, dan beberapa bagian pada Raja-Raja, Tawarikh, Ayub dan Yunus.
B : Bagaimana dengan Mazmur? Ku harap engkau menyukainya?
J : Tidak, pak.
B : Tidak? Oh, mengejutkan! Saya memiliki anak kecil, lebih muda dari engkau, ia menghafal 6 ayat Mazmur; dan ketika engkau bertanya padanya, yang mana lebih engkau sukai, mendapatkan gula-gula untuk dimakan, atau ayat Mazmur untuk dibaca, ia akan berkata: 'Oh! ayat Mazmur, para malaikat menyanyikan Mazmur, saya ingin menjadi malaikat kecil didunia ini'; ia akan mendapat 2 gula-gula karena kesalehan itu.
J : Mazmur tidak menarik.
B : Itu pertanda engkau memiliki hati yang jahat.

Menurutku, penulis novel menunjukkan beberapa aspek yang menarik pada dialog itu. Ia telah menunjukkan pengaruh sastra dan selera individu yang nampak pada Jane. Jane menyukai kitab Neviim, Daniel, Wahyu dengan gambaran apokaliptik yang dramatis, juga menyukai karya yang mengandung narasi dan sejarah - Kejadian, Samuel, Keluaran, Raja-Raja, Tawarikh, ia menyukai cerita mengenai orang-orang yang selamat dari cobaan dan kesusahan, seperti nasibnya - Ayub dan Yunus.

Pak Brocklehurst sedang mencari bukti kepolosan dan kesalehan pada Jane, namun yang ia temukan adalah gadis itu tidak menyukai kisah drama cinta, dan menyukai gambaran mengenai penderitaan, dan hal ini mengagetkannya. Anak yang saleh secara alami akan menyukai Mazmur yang dalam pikiran Brocklehurst adalah berisi lagu-lagu para malaikat; mereka mengajarkan kerendahan hati dan rasa hormat, dan anaknya yang saleh menyukai Mazmur.

Jane kurang berminat akan Mazmur, dan preferensinya dalam pikiran penulis novel adalah sebuah kebiadaban dan kenyataan hidup, dan ini adalah pertanda dari sifat jahat/kejam. Namun persepsi Brocklehurst tentang Mazmur, menurutku juga dalam pikiran banyak orang, bukanlah sesuatu yang akurat. Jika Jane melihat lebih telit kedalam kitab Mazmur, ia akan menemukan banyak emosi dan drama penderitaan.

Dalam bahasa Yunani kitab Mazmur disebut Psalmoi. Ini mengandung arti sebuah lagu relijius yang dinyanyikan dengan iringan alat musik yang bernama psalterion (harpa); Jadi mereka membayangkan kitab ini dinyanyikan dengan iringan musik. Psalmoi dalam Septuaginta adalah terjemahan dari bahasa Ibrani, Tehillim, yang berarti "pujian."

Mazmur adalah antologi besar dari syair-syair yang dikumpulkan pada periode pasca-pembuangan, kira-kira pada abad ke-5 atau ke-4 SM. Namun banyak dari syair tersebut dikaitkan dengan pemusik profesional pada Bait Allah, dan syair itu digunakan dalam liturgi. Sebagian besar isi Mazmur ditanggalkan pada periode sebelum pembuangan ke Babel.

Kitab Mazmur hanya memberi kita sedikit informasi, mengenai waktu dan situasi pada saat pengkomposisian. Beberapa, nampaknya digunakan pada saat penobatan raja, yang mungkin saja berarti mereka ditulis ketika raja Daud masih memerintah di Yerusalem.

Mazmur 45 adalah contoh dari sebuah lagu cinta yang ditulis dalam perayaan pernikahan raja dengan penganting asing, dan ini juga menunjukkan penanggalan pada periode sebelum pembuangan, yaitu pada periode monarki. Berikut adalah contoh Mazmur mengenai perkawinan raja:

Mazmur 45:10-17
10. (45-11) Dengarlah, hai puteri, lihatlah, dan sendengkanlah telingamu, lupakanlah bangsamu dan seisi rumah ayahmu!
11. (45-12) Biarlah raja menjadi gairah karena keelokanmu, sebab dialah tuanmu! Sujudlah kepadanya!
12. (45-13) Puteri Tirus datang dengan pemberian-pemberian; orang-orang kaya di antara rakyat akan mengambil muka kepadamu.
13. (45-14) Keindahan belaka puteri raja itu di dalam, pakaiannya berpakankan emas.
14. (45-15) Dengan pakaian bersulam berwarna-warna ia dibawa kepada raja; anak-anak dara mengikutinya, yakni teman-temannya, yang didatangkan untuk dia.
15. (45-16) Dengan sukacita dan sorak-sorai mereka dibawa, mereka masuk ke dalam istana raja.
16. (45-17) Para bapa leluhurmu hendaknya diganti oleh anak-anakmu nanti; engkau akan mengangkat mereka menjadi pembesar di seluruh bumi.
17. (45-18) Aku mau memasyhurkan namamu turun-temurun; sebab itu bangsa-bangsa akan bersyukur kepadamu untuk seterusnya dan selamanya.

Para ahli biblikal membagi kitab Mazmur dalam 5 koleksi utama. Masing-masing dari syair ini ditutup dengan suatu pujian kecil yang menunjukkan bahwa ini adalah akhir dari sebuah bagian:

1: Himne pujian & syukur.
8, 19, 23, 24, 46, 103, 104, 114, 115, 118, 131, 136, 139, 150.

2. Penobatan, Istana atau Syair Mesianik.
2, 21, 45, 72, 93, 96, 97, 98, 99, 110.

3. Syair Ratapan, Petisi dan Hutang.
22, 44, 55, 74, 78, 79, 80, 105, 106.

4. Syair Berkat dan Kutuk.
1, 109, 137.

5. Syair Kebijaksanaan, Meditasi dan Instruksi.
32, 37, 49, 52, 73, 90, 112, 119, 128.

Yang terbaru adalah berdasarkan urutan kronologi. Diperkirakan nomor 5, mungkin adalah yang paling akhir, karena pada naskah Qumran (Dead Sea Scrolls) terdapat variasi yang besar, dan menunjukkan bahwa mereka masih fleksibel selama beberapa waktu sebelum akhirnya dibuat menjadi bentuk final.

nomor 2, atau buku ke-2, pada Mazmur 72:2 terdapat akhiran "Sekianlah doa-doa Daud bin Isai." Jadi pada suatu masa, Mazmur dari Daud dianggap telah berakhir. Hampir semua Mazmur pada buku ke-1 diawali dengan kata kepada atau dari, Daud.

Berdasarkan tradisi, kitab Mazmur diatributkan kepada raja Daud, dan ini bermuara pada fakta, 72 bab dari 150 bab Mazmur secara eksplisit disebutkan Mazmur Daud. Dan dalam kitab sejarah Daud dikisahkan sangat pandai bermain musik. Dan hal ini di pandang sebagai penambahan pada masa akhir, jadi mungkin kitab Mazmur dikatakan disusun oleh Daud atau para dinasti Daud, dengan kata lain syair-syair tersebut adalah hasil patronase dinasti Daud.

Didalam naskah Alkitab itu sendiri terdapat informasi mengenai penulis lain untuk beberapa Mazmur, di percaya 72 bab berasal dari Salomon. Dan bab 90 di anggap berasal dari Musa, yang lainnya berasal dari Assaf dan anak-anak Korah.

Korah adalah nenek moyang dari keluarga imam. Beberapa dari mereka dengan jelas nampak berasal dari periode setelah pembuangan. Bab 74 berisi ratapan kehancuran Bait Allah.

Mazmur 137:1-6
1. Di tepi sungai-sungai Babel, di sanalah kita duduk sambil menangis, apabila kita mengingat Sion.
2. Pada pohon-pohon gandarusa di tempat itu kita menggantungkan kecapi kita.
3. Sebab di sanalah orang-orang yang menawan kita meminta kepada kita memperdengarkan nyanyian, dan orang-orang yang menyiksa kita meminta nyanyian sukacita: "Nyanyikanlah bagi kami nyanyian dari Sion!"
4. Bagaimanakah kita menyanyikan nyanyian TUHAN di negeri asing?
5. Jika aku melupakan engkau, hai Yerusalem, biarlah menjadi kering tangan kananku!
6. Biarlah lidahku melekat pada langit-langitku, jika aku tidak mengingat engkau, jika aku tidak jadikan Yerusalem puncak sukacitaku!

Ayat diatas adalah jelas dari perspektif orang di pembuangan. Jadi apa yang kita miliki adalah sebuah antologi, antologi dari ekspresi keagamaan yang berasal dari berabad-abad sejarah Israel. Jadi meskipun klaim dari tradisi agama bahwa Mazmur ditulis oleh Daud, adalah nampak jelas bahwa tidak semua seperti itu.

Beberapa Mazmur berorientasi pada ibadah komunitas, beberapa bersifat ibadah individu. Di masa lampau, orang-orang Israel kuno berdoa kepada Allah di kuil sebagai anggota komunitas yang terikat oleh perjanjian.

Kembali ke Index Artikel

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Apakah Abraham Berasal Dari Ur atau Haran?

Abraham berasal dari kota Haran dan bukan dari kota Ur-Kasdim, ya itulah pendapat beberapa para ahli biblikal moderen, mengapa mereka berpen...