Minggu, 02 Juli 2017

Mengenal Bangsa Ashur (Periode Neo-Ashur) Part II


Shamshi-Adad V (824-811 SM; 13 thn)

[***

Raja Israel: Yehu (841-814 SM); Yoahas (817-800 SM).
Raja Yehuda: Ahazia (843-842 SM); Atalya (842-836 SM); Yoas (836-796 SM).
Raja Aram-Damaskus: Hazael (842-796 SM).

***]

Ia adalah suami dari ratu Shammuramat (beberapa menyebutnya sebagai figur mitos Semiramis, yang merupakan refleksi dari Shammuramat). Masa awal dari pemerintahan Shamshi-Adad V adalah meredam pemberontakan yang dilakukan oleh saudaranya Assur-danin-pal. Menurut catatan dari Shamshi-Adad V, ia berhasil mengembalikan 27 kota yang memberontak sejak tahun 826-820 SM. Pemberontakan ini menyebabkan melemahnya kerajaan Ashur; dan hal ini berlangsung hingga reformasi yang dilakukan oleh Tiglath-Pileser III. Namun demikian Ashur masih menyempatkan diri untuk berperang dengan Babel (raja Marduk-zakir-shumi I & Marduk-balassu-iqbi), serta menaklukkan pemberontakan bangsa Aram yang menetap di Babel.

Adad-nirari III (811-783 SM; 28 thn)

/***

Raja Israel: Yoahas (817-800 SM), Yoas (800-784 SM), Yerobeam II (789-748 SM).
Raja Yehuda: Yoas (836-796 SM), Amazia (798-769 SM).
Raja Aram-Damaskus: Hazael (842-796 SM), Ben-Hadad III (796-792 SM).

***/

Ia naik tahta ketika masih berusia muda, menggantikan ayahnya Shamshi-Adad V, selama 5 tahun ia menjadi raja, ibunya ratu Shammuramat menjadi sangat berpengaruh.

Ia adalah ayah dari raja Ashur: Shalmanesser IV (783-773 SM), Ashur-dan III (771-755 SM) & Ashur-nirari V (755-745 SM).
Tiglath-Pileser III (745-727 SM) menuliskan dalam prasasti bahwa ia adalah anak dari Adad-nirari III, namun hal ini diragukan.

Menjadi raja pada usia muda, mewarisi situasi Ashur yang krisis, menyebabkan pada awal pemerintahannya pengaruh Ashur melemah di Mesopotamia. Namun dalam catatannya di sebuah prasasti, ia mengklaim memimpin kampanye militer untuk berusaha memperkuat kekuasaan Ashur seperti zaman kakeknya, Shalmanesser III.

Berdasarkan kanon epnoym (riwayat para Limmu), ia berkampanye diseluruh wilayah selama 18 tahun, dan membangun kuil nabu di Nineveh. Salah satu pencapaiannya adalah mengepung Damaskus pada masa Ben-Hadad III, pada tahun 796 SM, yang akhirnya membawa  Aram-Damaskus dalam keruntuhan. Dan membawa pemulihan bagi Israel dan Yehuda yang selama ini tertekan oleh Aram-Damaskus. Selain Damaskus, ia juga menyerang negeri Phoenicia, Filistin, Israel, Neo-Het, Edom

[***

Alkitab mencatat, Israel melemah pada masa Hazael dan anaknya, Ben-hadad III berkuasa.

2 Raja 13
3. Sebab itu bangkitlah murka TUHAN terhadap Israel, lalu diserahkan-Nyalah mereka ke dalam tangan Hazael, raja Aram, dan ke dalam tangan Benhadad, anak Hazael, selama zaman itu.

***]

Shalmanesser IV (783-773 SM; 10 thn)

[***

Raja Israel: Yerobeam II (789-748 SM).
Raja Yehuda: Amazia (798-769 SM).

***]

Ia menggantikan ayahnya, Adad-nirari III. Sangat sedikit informasi tentang masa pemerintahannya, dan berdasarkan catatan Eponym (Limmu), terjadi ekspedisi militer ke wilayah Urartu melawan raja Argishi, di Til Barsip, oleh turtanu (panglima perang) Shamshi-ilu (ia adalah bangsa Aram yang dibesarkan di istana Ashur). Juga tercatat mengenai kemenangan sang turtanu atas bangsa Aram dan neo-Het, yang sama sekali tidak menyebut sang raja. Hal ini menyiratkan pengaruh raja sangat kecil di periode ini.

Ashur-dan III (772-755 SM; 17 thn)

[***

Raja Israel: Yerobeam II (789-748 SM).
Raja Yehuda: Amazia (798-769 SM), Uzia (785-733 SM).

***]


Ia menggantikan saudaranya Shalmanesser IV, dan mewarisi kerajaan Ashur yang sedang memasuki masa sulit. Pengaruh raja semakin tenggelam oleh kepopuleran sang turtanu, Shamshi-ilu. Berdasarkan catatan limmu (Eponym canon), pada tahun 765 SM, terjadi bencana wabah penyakit di Ashur, dan mengakibatkan tertundanya kampanye militer tahunan. Pada tahun 763 SM, terjadi pemberontakan yang berakhir hingga 759 SM, ketika terulangnya wabah penyakit yang melanda Ashur.

Ashur-nirari V (755-745 SM; 10 thn)

[***

Raja Israel: Yerobeam II (789-748 SM), Zakharia (747 SM), Salum (747 SM), Menahem (747-737 SM).
Raja Yehuda: Uzia (785-733 SM).
Raja Aram: Rezin (754-732 SM).

***]

Ia menggantikan saudaranya Ashur-dan III, dan pada masanya kekuasaan Shamshi-ilu, sang turtanu masih terasa, dan berdasarkan Eponym canon, selama 4 tahun tidak terjadi kampanye militer, hal ini tidak lazim bagi kebiasaan Ashur. Pada tahun 746 SM, terjadi pemberontakan, dan tahta Ashur direbut oleh Tiglath-Pileser III, yang mungkin adalah: anaknya, saudaranya, atau pemberontak yang sama sekali tidak memiliki jalur darah dari keluarga istana.

Tiglath-Pileser III (745-727 SM; 18 thn)

[***

Raja Israel: Zakharia (747 SM), Salum (747 SM), Menahem (747-737 SM), Pekahya (737-735 SM), Pekah (735-732 SM), Hosea (732-724 SM).

Raja Yehuda: Uzia (785-733 SM), Yotham (758-743 SM), Ahaz (743-727 SM), Hizkiah (727-698 SM).

Raja Aram: Rezin (754-732 SM).

Ratu Arab: Zabibe (738-733 SM), Shamsi (733-713 SM).

***]

Ukiran dinding raja Tiglath-Pileser III


Ia merebut tahta melalui perang saudara dan membunuh Ashur-nirari V beserta keluarganya, sebelumnya ia tercatat sebagai jendral dan gubernur Kalhu (Calah/Nimrud), nama nya adalah Pulu, Pul dalam Alkitab:

1 Tawarikh 5
26. maka Allah Israel menggerakkan hati Pul, yakni Tilgat-Pilneser, raja Asyur, lalu raja itu mengangkut mereka ke dalam pembuangan, yaitu orang Ruben, orang Gad dan setengah suku Manasye. Ia membawa mereka ke Halah, Habor, Hara dan sungai negeri Gozan; demikianlah mereka ada di sana sampai hari ini.

Ia menggunakan nama kerajaan sebagai Tiglath-Pilesser (bahasa Ibrani dari nama Akkad: Tukulti-Apil-Esara), serta mengklaim sebagi anak Adad-nirari III dalam prasastinya. Namun dalam kronologi raja-raja Ashur, ia disebut sebagai anak dari Ashur-nirari V, dengan demikian ia adalah cucu dari Adad-nirari III.

Pada tahun 1894, ditemukan sebuah prasasti, yang menampilkan nama Tiglath-Pileser (III) yang ditulis menimpa nama Shalmanesser (IV), sebagai penerus Adad-Nirari (III), ditambah dengan kurangnya informasi tentang 3 raja dari Adad-nirari III hingga Tiglath-Pileser, membuat para sejarawan berkesimpulan bahwa Tiglath-Pileser adalah seorang perebut tahta yang berusaha menghancurkan catatan dari 3 raja pendahulunya.

Berikut daftar raja-raja Ashur dari Adad-nirari III:
- Adad-nirari III (811-783 SM)
- Shalmanesser IV anak Adad-nirari III (783-773 SM)
- Ashur-dan III anak Adad-nirari III (771-755 SM)
- Ashur-nirari V anak Adad-nirari III (755-745 SM)
- Tiglath-Pileser III (745-727 SM)

Selain itu di Babel terdapat sebuah naskah yang menyebut Pulu dan keturunannya adalah keturunan dari Ululayu. Usaha Pulu dan anak-anaknya yang mengadopsi nama Ashur, mengindikasikan jika ia adalah orang asing yang telah merampas mahkota kekaisaran Ashur ketika terjadi pemberontakan di Kalhu. Selain Alkitab dan naskah Babel, ditemukan pula catatan bangsa Phoenicia yang menulis: "Pulu raja besar Ashur."

(Catatan Alkitab)

Informasi dari Alkitab memberitahukan jika Tiglath-Pileser III menuntut upeti 1000 talenta perak dari raja Menahem (Israel) (2 Raja 15:19), dan menundukkan anak Menahem, yaitu Pekah (2 Raja 15:29).

Pekah bersekutu dengan Rezin, raja Aram untuk melawan Ahaz, raja Yehuda, yang kemudian meminta bantuan raja Ashur dengan memberi upeti emas dan perak yang diambil dari kas di Bait Allah. Tiglath-Pileser nampak cepat menanggapi permintaan Ahaz (dalam bahasa Ashur, Yahu-Khazi), ia kemudian membaris pasukannya ke wilayah pantai Mediterrania, merebut kota-kota di lokasi ini hingga Mesir. Setelah itu ia berbalik ke arah utara untuk menundukkan Israel, dan mendeportasi suku Ruben, Gad dan Manasye ke wilayah Halah, Habor, Hara dan sungai Gozan (1 Taw 5:16). Ia kemudian mengangkat Hosea (732-723 SM) sebagai raja Israel, menggantikan Pekah. Ia mengakhiri kampanye militernya dengan menghancurkan bangsa Aram, merebut Damaskus, mengeksekusi raja Rezin, dan mendeportasi penduduknya ke wilayah Kir (2 Raja 16:9).

2 Tawarikh 28
20. Maka datanglah Tilgat-Pilneser, raja negeri Asyur, kepadanya, hanya bukan membantu dia, melainkan menyesakkannya.
21. Walaupun Ahas merampas barang-barang dari rumah TUHAN, dari rumah raja dan dari rumah-rumah para pemimpin dan menyerahkan semua itu kepada raja negeri Asyur, namun perbuatannya itu tidak menguntungkan dia.

(Reformasi)

Setelah naik tahta, ia mereformasi struktur dan kekuasaan politik para pejabat senior di Ashur, yang selama ini berlebihan, contoh utamanya adalah sang turtanu (jendral) Shamshi-ilu, seorang pejabat terkemuka sejak Adad-nirari III, yang sering kali memimpin kampanye militer dan membangun prasasti yang menyebut dirinya tanpa menyinggung raja sama sekali.

Saat ini posisi gubernur banyak yang diangkat dari kalangan kasim istana; hal ini untuk menghapus ancaman politik dinasti pada posisi gubernur, dimana sang ayah menurunkan posisi gubernur kepada anaknya. Ia juga berusaha mengurangi pengaruh dari para gubernur dengan mengurangi ukuran provinsi, dan menambah jumlah provinsi dari 12 menjadi 25, hal ini untuk mengurangi sumber dana bagi para gubernur yang berniat untuk memberontak. Ia mempelajari hal ini dari pengalamannya, dari seorang gubernur namun berhasil menggulingkan raja, dan ia tidak mau hal serupa terjadi pada dirinya.

Reformasi berikut adalah di bidang militer. Pada periode sebelumnya, para tentara terdiri dari penduduk asli Ashur yang dipaksa untuk wajib militer dan biasanya hanya aktif di musim panas (setelah gandum ditanam, terdapat waktu jeda untuk menunggu waktu panen). Kini para tentara terdari berbagai bangsa yang berasal dari wilayah taklukan, mereka kebanyakan berposisi sebagai pasukan infanteri ringan, sedangkan orang Ashur asli sebagai kavaleri, infanteri berat dan pasukan kereta perang. Raja memerintahkan setiap provinsi untuk mengirim sekelompok lelaki yang akan dilatih menjadi tentara Ashur. Hasilnya adalah kekuatan militer Ashur menjadi sangat kuat dan terbesar di dunia, serta mampu berkampanye sepanjang tahun.

(Kebijakan Deportasi)

Untuk mencegah pemberontakan dari negeri vassal, ia mendeportasi paksa secara massal, para penduduk dari negeri vassal yang memberontak ke wilayah lain di kekaisaran Ashur, ia adalah salah satu administrator ulung dan pemimpin militer terbesar sepanjang sejarah.

Orang-orang yang di deportasi adalah orang yang memiliki kemampuan berharga untuk Ashur, relokasi mereka di rencanakan dan terorganisasi dengan baik. Dalam berbagai ukiran kuno Ashur, pria, wanita dan anak-anak digambarkan bepergian dengan berkelompok, terkadang berkendaraan dengan kereta atau binatang dan tidak dalam keadaan terikat.

Dalam surat kerajaan, dari para pejabat Ashur kepada Tiglath-Pileser III:

"Mengenai orang Aram yang tuan tuliskan kepadaku: 'Persiapkan perjalanan mereka!' Saya memberi mereka persediaan makanan, pakaian, kantung air, sepatu dan minyak. Saya tidak memiliki keledai, namun begitu kudapatkan, aku akan segera mengirim menyusul mereka." (NL 25 = SAA 19 17)

"Mengenai orang Aram yang tuan katakan kepadaku: 'Mereka harus memiliki istri!' Kami telah menemukan banyak wanita yang cocok, namun ayah mereka menolak untuk memberi mereka untuk menikah, karena mengatakan: 'tidak akan kami izinkan kecuali mereka dapat membayar mahar.' Biarkan mereka dibayar agar orang Aram dapat menikah." (NL 26 = SAA 19 18)

Ashur memiliki kebijakan pemukiman penduduk dengan membagi orang-orang menjadi 2 kelompok: orang yang harus tinggal dan mereka yang harus pergi, sesuai dengan kebutuhan negara. Populasi dipindahkan ke wilayah lain dalam kekaisaran Ashur, mereka diganti dan mengganti bangsa-bangsa pada wilayah tertentu. Mereka berusaha untuk membaurkan orang-orang dan menciptakan populasi yang homogen dengan budaya dan identitas yang sama yaitu "bangsa Ashur."

Deportasi bangsa Elam


(Bahasa Aram menjadi Ligua Franca)

Walau Tiglath-Pileser III berhasil menaklukkan bangsa Aram, namun sesuatu yang tidak lazim adalah bahasa Akkad (bahasa Ashur) tidak menggantikan bahasa Aram, justru bahasa Aram menjadi bahasa internasional untuk wilayah ini (Mesopotamia), menggantikan bahasa Akkad. Sejak tahun 700 SM, bahasa Aram telah tersebar ke seluruh penjuru, namun kehilangan homogenitasnya. Berbagai dialek bermunculan di Ashur, Babel, Levant dan Mesir. Dialek Aram yang dipengaruhi bahasa Akkad Ashur-Babel, nampak dalam Alkitab, ketika Hizkiah dikepung oleh raja Ashur, Sanherib/Sennacherib (705-681 SM), cucu dari Tiglath-Pileser III:

2 Raja-Raja 18:26
Lalu berkatalah Elyakim bin Hilkia, Sebna dan Yoah kepada juru minuman agung: "Silakan berbicara dalam bahasa Aram kepada hamba-hambamu ini, sebab kami mengerti; tetapi janganlah berbicara dengan kami dalam bahasa Yehuda sambil didengar oleh rakyat yang ada di atas tembok."

Sebuah dokumen dari raja Adon, dari negeri Kanaan, pada tahun 600 SM, menulis surat kepada raja Mesir dengan menggunakan bahasa Aram.

(Kampanye Militer)

Menurut sejarawan Gwendolyn Leick, Tiglath-Pileser III adalah seorang pemimpin perang yang tidak kenal lelah, ia memimpin pasukan super powernya setiap tahun selama 17 tahun ia berkuasa. Ekspedisi utamanya adalah:

Pada tahun 745 SM, ia memulai kampanyenya ke Babel, dan menundukkan suku-suku di sepanjang sungai Tigris & Efrat, seperti suku Aram, Kasdim (chaldean) & Arab. Ketika raja Babel telah tunduk dan menyatakan perdamaian, ia meninggalkan kota ini dengan terlebih dahulu memberi hormat dan persembahan bagi dewa setempat di kuil.

Pada tahun 744 SM, ia menyerang wilayah Persia dan menaklukkan suku-suku disana, dan kembali ke Ashur dengan membawa 50,000 tawanan perang, serta sejumlah besar kuda, lembu, domba dan binatang lainnya.

Pada tahun 743 SM, ia bergerak ke utara untuk menaklukkan kerajaan Urartu, salah satu musuh terkuat bangsa Ashur, dan membawa tawanan perang 73,000 tentara.

Pada tahun 741 SM, ia melanjutkan perjalanannya ke wilayah Suriah untuk menundukkan kerajaan Arvad, sekutu bangsa Urartu, dan membayar upeti kepada raja.

Pada tahun 736 SM, ia berbaris menuju utara dan sekali lagi ke wilayah Media/Mede/Persia, yang memperluas wilayah Ashur hingga Iran.

Pada tahun 735 SM, ia menaklukkan wilayah Ararat. Pada saat ini menurut Alkitab, Aram-Damaskus dan Israel bersekutu untuk menyerang Yehuda. Ahaz, raja Yehuda lalu mengirim upeti kepada Tiglath-Pileser III untuk meminta bantuan. Ia lalu membaris pasukannya ke Suriah dan bertempur dengan tentara raja Rezin. Setelah menggulingkan pasukan Rezin, ia lalu mengepung Damaskus, dan separuh pasukan menyerang Israel. Ia menghancurkan kota-kota Israel dan mengepung raja Pekah di Samaria. Ia juga menaklukkan Amon dan Moab dan memaksa mereka membayar upeti. Ia juga menyerang raja Hanun di Gaza, yang turut tunduk dan membayar upeti.

Pada tahun 734 SM, ia menaklukkan suku-suku Arab yang berada dibawah pemerintahan ratu Samsi, dan membawa ke Ashur sejumlah tawanan perang, 30,000 unta, 20,000 lembu, 5,000 kantung berbagai jenis rempah-rempah, patung dewa-dewi sebagai rampasan perang. Sebuah prasasti mencatat 9.400 tentara Arab terbunuh, dan ratu Shamsi melarikan diri ke wilayah gurun pasir. Ia kemudian ditangkap dan dijadikan tawanan perang kepada Tiglath-Pileser III, namun ia dikembalikan ke posisinya sebagai ratu Arab namun mendapat pengawasan dari "Qepu" (mungkin gubernur) dan membayar upeti. Terdapat 7 kerajaan di wilayah Arab yang diharuskan membayar upeti: Massa, Tyma, Saba, Haiappa (Ephah), Badana, Hattia & Idibi'lu.

Pada tahun 732 SM, pengepungan Damaskus berakhir dan akhirnya takluk kepada Ashur, wilayah bangsa Aram di Suriah kemudian diberi nama menjadi Eber-Nari yang berarti wilayah "di luar sungai" atau "menyeberang sungai", ekspedisi kemudian dilanjutkan dengan menaklukkan Babel.

Pada tahun 730 SM, Ashur adalah kekuatan yang tidak tertandingi di Timur-Tengah Kuno.

Pada tahun 729 SM, terjadi pemberontakan di Babel setelah wafatnya raja Nabonassar, yang sangat loyal sebagai vassal kepada Ashur, sekali lagi ia berbaris ke Babel dan menundukkan kekuatan para pemberontak, dan ia pun mengangkat dirinya menjadi raja Babel, sekaligus Ashur.

(Wafat & Suksesi)

Setelah menyelesaikan tugas di Babel ia kembali ke Kalhu. Setelah ia wafat kekuasaan Ashur berpindah ditangan anaknya Shalmanesser V.



Bersambung Part III
(Index) Time Line Sejarah Kerajaan Di Mesopotamia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Apakah Abraham Berasal Dari Ur atau Haran?

Abraham berasal dari kota Haran dan bukan dari kota Ur-Kasdim, ya itulah pendapat beberapa para ahli biblikal moderen, mengapa mereka berpen...