Minggu, 02 Juli 2017

Mengenal Bangsa Ashur (Periode Neo-Ashur) Part IV

Sennacherib (705-681 SM; 24 thn)

/***

Raja Yehuda: Hizkiah (727-698 SM), Manasseh (698/697-642 SM).

Ratu Arab: Shamsi (733-713 SM), Yatie/Lati'e.

Firaun Mesir: Shebitku(705-690 SM), Taharqa (690-664 SM) - Dinasti 25 dari Nubia/Ethiopia.

***/

Sennacherib (Akkad: Sin-ahhi-eriba, dewa Sin telah menggantikan para saudaranya; Ibrani:Sanherib) adalah salah satu raja Ashur yang paling terkenal karena di sebut dalam Alkitab (2 Raja, II Taw, Yesaya), ia juga dikenal sebagai raja Ashur ke-2 yang menghancurkan kuil suci di Babel dan dibunuh karena penghinaannya kepada para dewa (raja pertama adalah Tukulti-Ninurta I, pada tahun 1225 SM).

Wajah Sanherib
Setelah kematian ayahnya, Sargon II, ia meninggalkan kota baru rancangan ayahnya, Dur-Sharrukin, dan menetap di kota Nineveh/Niniwe, yang ia perbesar dan dipercantik. Imajinasi tentang taman gantung yang terkenal di dunia kuno, sering dikaitkan dengan kota Babel, namun beberapa ilmuwan meyakini bahwa, taman tersebut berada di kota Nineveh, hasil renovasi Sennacherib.

(Awal Pemerintahan & Penghancuran Babel)

Selama pemerintahan Sargon II (722-705 SM), Sennacherib secara efektif menjalankan roda pemerintahan, ayahnya aktif dalam kampanye militer. Menurut sebuah prasasti, Sargon II mempercayai anaknya untuk menangani urusan administrasi negara, namun tampaknya ia meragukan kemampuannya sebagai seorang raja. Menurut sejarawan Susan Wise Bauer, Sargon II seringkali mengucapkan pendapat tentang anaknya ketika berada di peperangan. Dan ketika Sennacherib naik tahta, beberapa provinsi - meragukan kemampuan sang pangeran - merayakannya seperti sebuah "kebebasan dari pemerintahan Ashur."

Sennacherib juga memiliki pemikiran negatif tentang ayahnya; ia sama sekali tidak pernah menyebut tentang Sargon II dalam prasastinya, dan tidak ada catatan, monumen atau kuil yang dihubungkan dengan pemerintahan ayahnya (ketika ia menjadi administrator kekaisaran). Ibu kota baru Ashur, hasil rancangan ayahnya di Dur-Sharrukin, yang dibangun dan diawasi selama 10 tahun oleh Sanherib sendiri atas tugas dari ayahnya, ia tinggalkan.

Selama ini Sennacherib ditugaskan oleh ayahnya hanya untuk menjalankan roda pemerintahan, ia sama sekali tidak pernah menemani ayahnya dalam kampanye militer, hal ini tidak seperti kebiasaan raja-raja Ashur sebelumnya. Maka timbullah rasa ragu akan kemampuan Sennacherib diantara para bawahannya, juga oleh musuh Sargon II. Tidak lama setelah Sennacherib menjadi raja menggantikan Sargon II, Marduk-apla-iddina II/Mardukh-Baladan bersama para tentara dari suku Kasdim/Chaldean serta Elam, menggulingkan penguasa Ashur di Babel, dan sekali lagi mengklaim sebagai raja Babel.

Sennacherib tidak berusaha untuk mengambil hati para penduduk Babel, tidak seperti ayahnya yang berusaha untuk mengambil hati para penduduk Babel dan diakui sebagai raja atas negeri itu. Rakyat Babel, mengharapkan setelah naik tahta, Sanherib akan mengunjungi kuil di Babel untuk, "memegang tangan patung dewa Marduk" dan melegitimasi kekuasaannya atas kota Babel dan daerah selatan Mesopotamia. Memegang tangan Marduk adalah seremoni untuk mengakui Marduk sebagai dewa babel dan menunjukkan rasa hormat kepada kota itu. Namun ia meninggalkan tradisi ini dan memproklamirkan dirinya sebagai raja Babel, bahkan tanpa mengunjungi kota itu, ini dianggap sebagai penghinaan atas dewa utama kota Babel. Sebaliknya, rakyat Babel menyambut kedatangan Merodakh-Baladan dan mereka merasa tidak perlu takut akan raja Ashur yang baru.

Pada tahun 703 SM, Sennacherib/Sanherib mengirim bala tentara Ashur untuk merebut Babel, ia tidak memimpin ekspedisi militer ini, namun menjunjuk seorang jendral. Namun tentara Ashur ini dapat dikalahkan dengan cepat oleh pasukan gabungan Elam, Kasdim, Aram & Arab (tentara Arab dipimpin oleh Baasqanu, saudara dari ratu Arab, Yatie/Latie dari suku Qedarit). Menganggap remeh Sanherib adalah kesalah bagi Babel, karena kini Sanherib turun tangan langsung untuk menyapu sekutu Babel dan sekutunya.

Kekuatan Babel terdesak, dan Merodakh-Baladan lari dari medan perang dan bersembunyi di antara jerami rawa-rawa. Sanherib melanjutkan perjalanannya ke kota Babel, rakyat Babel seketika membuka gerbang untuk raja Ashur, namun ia lalu memerintahkan untuk menjarah kota tersebut dan menawan hampir 250.000 rakyatnya, menghancurkan ladang dan kebun orang-orang yang bergabung melawannya. Rakyat Babel seketika menyadari bahwa pendapat mereka tentang Sanherib adalah keliru, dalam kampanye militer pertama, raja baru ini menunjukkan dirinya adalah seorang ahli strategi dan pemimpin militer yang cakap, serta musuh yang kejam.

(Pemberontakan & Kampanye Lanjutan)

Mardukh-Baladan melarikan diri ke negeri Elam, namun tidak tinggal lama disana. Ia lalu membujuk penguasa lain untuk memberontak melawan Ashur. Salah satunya adalah raja Hizkia dari Yehuda, serta Firaun Mesir. Setelah penjarahan atas Babel, kota-kota lain di wilayah pantai Mediterrania seperti Tyre/Tirus, Sidon, kota Ekron di Filistin, Yehuda turut memberontak.

Pada tahun 701 SM, Sanherib membawa pasukannya ke wilayah ini untuk memadamkan pemberontakan. Raja boneka di kota Ekron, yang diangkat oleh Ashur, digiring kepada Hizkia dan dipenjara di Yerusalem. Ketika Sanherib sedang berusaha membongkar tembok kota Lakish ia mengirim utusannya ke Yerusalem, untuk membebaskan raja pilihan Ashur atas Ekron. Lakish akhirnya berhasil ditaklukkan dan penduduknya dibantai serta di deportasi ke wilayah lain.

Ketika pengepungan atas Lakish berlangsung, para utusan Sanherib bernegosiasi dengan utusan raja Hizkiah di luar gerbang Yerusalem. Hizkia lalu membebaskan raja Ekron dan mengirim upeti 10 ton perak dan 1 ton emas kepada Sanherib di Lakish. Para tentara Ashur lalu mengundurkan diri dari Yerusalem dan melanjutkan peperangan mereka terhadap tentara Mesir di Eltekeh. Setelah mengalahkan pasukan Mesir, mereka kemudian berbalik arah menyerang pemberontak di kota Ekron, Tirus dan Sidon.

(Pengepungan Yerusalem)

Setelah menghancurkan para pemberontak di daerah pantai, Sanherib lalu menuju Yerusalem, walau ia telah diberi upeti oleh Hizkia, Sanherib tidak memaafkan perbuatan Hizkia. Menurut sebuah prasasti milik Sanherib:

"Mengenai Hizkia, si orang Yahudi, yang tidak tunduk pada kuk/kuasa saya, ku kepung kota-kota berkubunya, serta perkampungannya yang tidak terhitung jumlahnya, ku taklukkan mereka dengan bukit buatan pemanjat tembok, dan penghancur tembok ku letakkan di dinding mereka, disertai serangan prajurit pejalan kaki, serta pasukan penggali, untuk menggali fondasi mereka hingga runtuh. Saya mendapatkan 200.250 tawana dari orang muda dan tua, lelaki dan wanita, serta ternak kuda, keledai, unta, lembu besar dan kecil yang tak terhitung jumlahnya, ku anggap mereka sebagai budak. Ia sendiri ku jadikan tahanan di Yerusalem, di istananya, seperti seekor burung di dalam sangkar. Ku kelilingi dia dengan benteng dari tanah untuk menakuti mereka yang berada di pintu gerbang. Ku kecilkan ukuran negerinya, namun ku perberat jumlah upeti nya lebih banyak dari yang sebelumnya, yang harus dipersembahkan setiap tahun. Hizkiah sendiri yang kemudian mengantarnya, ke Niniveh, kota kerajaanku, yang terdiri dari 30 talenta emas, 800 talenta perak, batu mulia, antimon, potongan besar batu merah, sofa bertahtakan gading, kursi bertahta gading, kulit gajah, kayu eboni, kota kau dan segala jenih benda berharaga, serta anak-anak perempuan dan gundiknya sendiri".

Menurut Alkitab dalam kitab 2 Raja-Raja 18-19, 2 Tawarik 32, Yesaya 37, pengepungan ini berakhir melalui campur tangan illahi. Tercatat jika ketika Sanherib mengepung Yerusalem, nabi Yesaya berkata kepada Hizkia bahwa ia tidak perlu takut karena Yahweh akan menyelamatkan Yerusalem.

2 Raja-Raja 19:32-37
32. Sebab itu beginilah firman TUHAN mengenai raja Asyur: Ia tidak akan masuk ke kota ini dan tidak akan menembakkan panah ke sana; juga ia tidak akan mendatanginya dengan perisai dan tidak akan menimbun tanah menjadi tembok untuk mengepungnya.
33. Melalui jalan, dari mana ia datang, ia akan pulang, tetapi ke kota ini ia tidak akan masuk, demikianlah firman TUHAN.
34. Dan Aku akan memagari kota ini untuk menyelamatkannya, oleh karena Aku dan oleh karena Daud, hamba-Ku."
35. Maka pada malam itu keluarlah Malaikat TUHAN, lalu dibunuh-Nyalah seratus delapan puluh lima ribu orang di dalam perkemahan Asyur. Keesokan harinya pagi-pagi tampaklah, semuanya bangkai orang-orang mati belaka!
36. Sebab itu berangkatlah Sanherib, raja Asyur, dan pulang, lalu tinggallah ia di Niniwe.
37. Pada suatu kali ketika ia sujud menyembah di dalam kuil Nisrokh, allahnya, maka Adramelekh (Arda-mulissi) dan Sarezer, anak-anaknya, membunuh dia dengan pedang, dan mereka meloloskan diri ke tanah Ararat (Urartu). Kemudian Esarhadon, anaknya, menjadi raja menggantikan dia.

Dalam laporan Herodotus tentang nasib sial yang menimpa Ashur ketika berperang melawan Mesir di kota Pelusiumm, yang mirip dengan kisah pengepungan Yerusalem. Herodotus menulis bahwa firaun Mesir, Sethos (ada yang mengaitkan Sethos = Taharqa) berdoa kepada para dewa meminta pertolongan untuk mengalahkan bala tentara Ashur yang sangat besar jumlahnya, dan dewa mengirim ke perkemahan Ashur "sejumlah besar tikus ladang, yang menggerogoti semua tali dan busur, serta tali perisai mereka, hingga pada keesokan hariny mereka tidak memiliki senjata, dan akhirnya mereka melarikan diri, serta menderita kerugian yang besar."

/***

Firaun Taharqa dalam Alkitab

2 Raja-Raja 19:9
9. Dalam pada itu raja (Ashur) mendengar tentang Tirhaka, raja Etiopia, berita yang demikian: "Sesungguhnya, ia telah keluar berperang melawan engkau," maka disuruhnyalah kembali utusan-utusan kepada Hizkia...

***/

(Proyek Pembangunan)

Setelah kembali ke ibu kota Ashur, Nineveh, ia menyibukkan dirinya pada proyek infrastruktur. Ia mengawasi secara personal renovasi Nineveh, pembangunan taman bunga & kebun istana. Ia sangat menyukai bunga-bungaan dan tanaman asing yang ia bawa dari seluruh kekaisaran. Istana Sanherib dihiasi dengan gambar-gambar mahluk illahi, dan ukiran yang menggambarkan peperangan yang dilakukan oleh Sanherib, termasuk perebutan Lakish, penghukuman pemberontak, dan penjarahan istana musuh, yang terdiri dari 2000 lempengan batu pahat pada 71 ruangan. Ia menyebut rumahnya sebagai "Istana Tanpa Tanding", ungkapan yang sama digunakan oleh ayahnya untuk menyebut istana di Dur-Sharrukin.

Niniveh/Niniwe ibu kota Ashur pada zaman Sanherib

(Invasi Elam & Babel)

Sementara ia sibuk membangun, di selatan terjadi pemberontakan. Sebelumnya ia telah merebut Babel, dan menempatkan seorang pejabat terpercaya (seorang yang dibesarkan di istana dan dikenal Sanherib secara personal) bernama Bel-Ibni untuk berkuasa atas Babel, namun Bel-Ibni tidak dapat mengendalikan situasi di Babel, para penguasa di wilayah ini bebas melakukan apa saja. Merodakh-Baladan telah kembali dari persembunyian dan memprovokasi timbulnya kerusuhan di seluruh wilayah, dengan didukung oleh bangsa Elam.

Pada tahun 699 SM, ia memanggil kembali Bel-Ibni ke Nineveh, dan mengirim anaknya, sang putra mahkota, Ashur-nadin-Shumi untuk memerintah atas Babel. Dan ia memburu Merodakh-Baladan, ketika pasukannya menemui lokasi dari pemimpin pemberontakan, Merodakh-Baladan telah wafat karena penyebab alami. Sanherib lalu kembali ke Nineveh.

Pada tahun 694 SM, bangsa Elam, menangkap Ashur-nadin-shumi, dan mengangkat Nergal-ushezib, anak Merodakh-Baladan menjadi raja Babel. Tidak diketahui nasib tentang Ashur-nadin-shumi, dipercaya ia tewas karena dieksekusi. Sanherib menggunakan kapal buatan bangsa Phoenicia/Fenesia, berlayar melalui sungai Tigris hingga ke Teluk Persia, menghancurkan markas tentara Elam.

Pada tahun 693 SM, Sanherib merebut Babel dan menangkap Nergal-ushezib dan dibawa ke Nineveh. Sekali lagi ia menyerang Elam, hingga raja Elam, Humban-ninema, menyelamatkan diri ke wilayah pegunungan, namun Elam kembali ke Babel dan mengangkat Mushezib-Marduk, seorang bangsawan Kasdim/Chaldean menjadi raja Babel.

Pada tahun 689 SM, Ketika raja Elam wafat, Sanherib bergegas ke selatan dan mengepung Babel selama 9 bulan, dan berencana menyelesaikan masalah Babel, dengan menghancur leburkan dinding serta isi kotanya, ia kemudian membelokkan aliran sungai Efrat agar membanjiri reruntuhan kota Babel. Ia menulis dalam sebuah prasasti:

"Ku hancurkan, ku binasakan, ku bakar dengan api. Semua dinding kota, kuil dan patung para dewa, zigurrat, sebanyak yang ada, ku runtuhkan dan kubuang ke kanal Arahtu. Ku gali kanal di tengah kota, dan ku banjiri dengan air... Demikianlah dimasa yang akan datang, lokasi kota ini, beserta kuil dan dewa-dewanya, tidak akan di ingat, ku hapus mereka dengan air banjir dan membatnya seperti padang rumput. Ku musnahkan debu Babel sebagai hadiah untuk dikirim kepada orang-orang yang terjauh."

Patung dewa Marduk, digiring ke Nineveh. Sanherib berharap tidak lagi dipusingkan dengan masalah Babel, ia tidak peduli apa yang terjadi di wilayah selatan, karena kota Babel sudah musnah.

(Kampanye Minor)

Sanherib melakukan kampanye berskala kecil diperbatasan Ashur:

Pada tahun 702 SM, dan 699 SM-607 SM, ia melakukan beberapa kampanye ke wilayah pegunungan di sebelah timur Ashur, dan menerima upeti dari bangsa Media/Medes.

Pada tahun 696-695 SM ia mengirim ekspedisi militer ke wilayah Anatolia, untuk memadamkan beberapa negeri vassal yang memberontak sejak kematian Sargon II.

Pada tahun 690 SM, Ia melakukan kampanye ke wilayah utara Arab, dan menaklukkan kota Dumat al-Jandal (Akkad: Aummatu), dimana ratu Arab berlindung.

(Kematian Sanherib)

Dalam Alkitab terdapat informasi jika Sanherib tewas karena dibunuh oleh anaknya:

Kitab 2 Raja-Raja 19:37
Pada suatu kali ketika ia sujud menyembah di dalam kuil Nisrokh, allahnya, maka Adramelekh dan Sarezer, anak-anaknya, membunuh dia dengan pedang, dan mereka meloloskan diri ke tanah Ararat. Kemudian Esarhadon, anaknya, menjadi raja menggantikan dia.

Dalam sebuah prasasti milik Esarhaddon, anak dari Sanherib yang menjadi raja berikutnya, ia menggambarkan ketika para kakak laki-lakinya saling bertengkar di tengah jalan Nineveh, ia bergegas mengumpulkan tentara, dan kembali untuk menundukkan mereka semua, dan merebut tahta.
Prasasti tersebut tidak menyebut alasan pertengkaran mereka, apakah karena salah satu dari mereka telah membunuh ayah mereka?

Dan dalam prasasti Babel (Tawarikh Babel) :

http://www.sacred-texts.com/ane/rp/rp201/rp20109.htm

34. Pada tanggal 10 di bulan Tebet, Sanherib raja Ashur
35. ia dibunuh oleh anaknya dalam sebuah pemberontakan. Sanherib memerintah selama 24 tahun
36. atas Ashur. Sejak tanggal 20 di bulan Tebet hingga
37. tanggal 2 bulan Adar disebut sebagai masa pemberontakan di Ashur.
38. Pada tanggal 8 bulan Sivan, Assur-akhi-iddina (Esar-haddon) anaknya duduk di tahta Ashur.

Menurut Alkitab, pembunuhnya adalah Adrammelech, menurut sumber Yunani, Berossus (290-278 SM) pembunuhnya adalah Arda-mulissi/Urad-Mullissu. Di percaya kedua nama tersebut adalah terjemahan dari Arad-Ninlil, yang tercatat dalam naskah Ashur sebagai anak Sanherib. Sebelumnya anak sulung Sanherib yang menjadi putra mahkota adalah Ashur-nadin-shumi, namun ia wafat ditangan bangsa Elam dan pemberontak Babel (sekitar tahun 694 SM). Arad-Ninlil yang merupakan putra tertua berikutnya mengharapkan menjadi putra mahkota, namun 11 tahun (tahun 683 SM) setelah kematian putra mahkota, Sanherib menunjuk Esarhaddon, anak dari gundiknya yang bernama Naqi'a (Akkad: Zakutu), menjadi putra mahkota (Beberapa ahli mempercayai jika Naqi'a adalah salah satu wanita pemberian raja Yehuda Hizkiah kepada Sanherib).

Sanherib memerintahkan semua rakyat Ashur menyatakan kesetiaan kepada pangeran mahkota yang baru. Namun demikian, Arad-Ninlil menjadi tokoh yang populer di kalangan istana. Dan lama-kelamaan ketidaksukaan Arad-Ninlil dan saudara lainnya terhadap Esarhaddon semakin kuat. Sanherib yang khawatir akan hal ini mengirim sang putra mahkota Esarhaddon ke wilayah barat (wilayah Mitanni).

Arad-Ninlil lalu membunuh Sanherib entah dengan ditusuk langsung atau ditimpa dengan patung raksasa di kuil, dan sebagai legitimasi kematian Sanherib, adalah sebuah penghukuman dari para dewa atas perbuatannya yang telah menghancurkan Babel, kota suci dewa Marduk, seperti yang dipercaya menimpa Tukulti-Ninurta I yang mengarak patung dewa Marduk ke Ashur dari Babel, dan akhirnya juga terbunuh karena dianggap telah menistakan para dewa. Kemudian terjadi perang saudara antar Esarhaddon dan pendukung kakaknya selama 6 minggu, ia kemudian mengeksekusi keluarga dan rekan kakaknya.

Esarhaddon (681-669 SM; 12 thn)

/***

Raja Yehuda: Manasseh (698/697-642 SM).

Firaun Mesir
Dinasti 25 dari Nubia/Ethiopia: Taharqa (690-664 SM).
Dinasti 26 pribumi Mesir: Necho I (672-664 SM).

***/

Esarhaddon (Akkad: Assur-aha-iddina "Ashur telah memberi saudara"; Latin: Asor-Haddan) adalah raja Ashur yang sangat mempercayai astrologi dan sering berkonsultasi dengan para ahli nujum, dibanding para raja sebelumnya. Dan ia juga dikenal sebagai raja Ashur yang kembali membangun kota Babel setelah dihancurkan oleh ayahnya Sanherib. Dalam sebuah prasasti ia mengklaim bahwa Babel dihancurkan oleh karena kehendak illahi (penghukuman dari para dewa), dan kini ia mendapat perintah dari Marduk untuk membangun kembali kota & kuil suci nya:

"(Esarhaddon) Raja Agung, ...., raja dari tanah Ashur, dan Babel, sang gembala yang setia, kekasih yang dicintai Marduk, ....
Ketika masa pemerintahan raja sebelumnya (Sanherib) muncul sebuah pertanda illahi, bahwa kota ini (Babel) telah menistai para dewanya, dan dihancurkan atas perintah mereka (para dewa). Adalah aku, Esarhaddon, yang dipilih oleh para dewa untuk memulihkan seperti sedia kala, untuk menenangkan murka dan amarah mereka. Dialah Marduk, yang mempercayakan perlindungan tanah Ashur kepadaku. Para dewa Babel bersabda kepadaku untuk membangun kembali kuil suci mereka dan memperbaharui ibadah di istana mereka, Esagila....

Ku tuangkan minyak terbaik, madu, keju, anggur merah dan putih, untuk menanamkan rasa hormat dan takut akan kekuatan Marduk, dalam hati semua rakyat. Aku sendiri mengambil keranjang pertama yang berisi tanah, ku taruh di atas kepalaku, dan membawanya..."

Ia membangun kembali seluruh kota, dari kuil suci hingga kompleksnya dan rumah serta jalan bagi para penduduk, untuk memastikan jika mereka semua mengenang kedermawanannya. Walau terdapat sebuah nubuat dari nabi Marduk mengenai janji pemulihan kota Babel setelah 70 tahun terbengkalai, Esarhaddon memanipulasi para imam untuk membacanya terbalik, hingga menjadi 11 tahun.

/***

Nubuat dengan masa 70 tahun juga terdapat pada Alkitab, terhadap kota Yerusalem

Yeremia 25:11
Maka seluruh negeri ini akan menjadi reruntuhan dan ketandusan, dan bangsa-bangsa ini akan menjadi hamba kepada raja Babel tujuh puluh (70) tahun lamanya.

***/


Wajah Esarhaddon


(Kampanye Militer)

Setelah memulihkan Babel, Esarhaddon mulai memperluas kekaisaran Ashur. Bangsa Cimmerian/Kimmerian, suku nomaden di utara mulai mengancam perbatasan disebelah barat, dan kerajaan Urartu/Ararat, yang telah dikalahkan oleh kakeknya pada tahun 714 SM, mulai bangkit di utara. Saudaranya (menurut Alkitab: Adramelekh dan Sarezer) yang telah membunuh ayah mereka, dilindungi oleh raja Rusas II, seperti kebiasaan para raja Urartu sebelumnya, mereka kerapkali mengganggu perbatasan Ashur.

Bangsa Cimmerian terkenal dengan ketangguhan pasukan kaveleri, dan Esarhaddon menandatangani perjanjian damai dengan mereka. Walau ia membutuhkan pertolongan bangsa Cimmerian, ia tidak mempercayai mereka sebagai sekutunya. Ditemukan berbagai tablet di kuil, mengenai pertanyaan Esarhaddon kepada para nabi/ahli nubuat para dewa, tentang bangsa Urartu, Cimmerian dan Scythian.

"Shamash, sang tuan besar, akankah Rusas, raja Urartu, datang bersama pasukannya, bersama orang Cimmerians, dan berperang, membunuh, menjarah dan merampok?

Shamash, sang tuan besar, jika saya memberikan salah satu anak perempuan saya untuk dinikahkan dengan raja Scythians, akankah ia menjadi setia kepadaku, berkata benar dan damai? Akankah ia mematuhi perjanjian kami, dan akan melakukan segala sesuatu yang menyenangkan ku?"

Ketika Esarhaddon berkonsultasi dengan ahli nubuat, bangsa Cimmerian menyerbu dari timur pada tahun 679 SM. Pada tahun 676 SM mereka bahkan merengsek masuk ke wilayah Ashur dan menaklukkan bangsa Phyrgia. Esarhaddon menghadapi mereka di Cilicia dan mengalahkan mereka, ia mengklaim dalam sebuah prasasti telah membunuh raja Cimmerian, Teushpa.


Pada tahun 677 SM, raja Sidon, Abdi-Milkutti di Levant menyatakan diri merdeka dari Ashur, Esharhaddon kemudian melanjutkan perjalanannya ke wilayah Mediterannia, untuk mengekseskusi penguasa Sidon, ia menghancurkan kota ini dan membangun ulang dengan nama "Kar-Ashur-aha-Iddina" (pelabuhan Esarhaddon), penduduk Sidon di deportasi. Harta rampasan Sidon dibagi kepada penguasa Tirus, Baal I.

Pada tahun 676 SM, ia kemudian berbalik ke utara, untuk menyerang bangsa Mannaean, Scythian, Gutium, dipegunungan Taurus dan pada tahun 673 SM, melawan Urartu.

(Penaklukan Mesir & Kematian)

Setelah mengamankan wilayah perbatasan, Esarhaddon mulai berpikir untuk memperluas wilayah Ashur. Dan Mesir adalah sasaran utamanya, negeri ini telah memberi banyak masalah sejak pemerintahan ayahnya dan seringkali memprovokasi negeri vassal Ashur untuk memberontak.

Pada tahun 673 SM, Esarhaddon melancarkan kampanye militer pertamanya melawan Mesir. Ia berasumsi Mesir akan mudah ditaklukkan dengan serangan kilat dalam satu kali gebrakan, namun ia keliru. Firaun Mesir, Tirhaka/Taharqa yang berasal dari bangsa Kush (Nubia/Ethiopia) - dinasti 25, telah menunggu pasukan Ashur, di sekitar kota Ashkelon. Pasukan Ashur yang sedang dalam kondisi lelah dengan cepat dapat dikalahkan, dan Esarhaddon memilih untuk mundur dari medan perang dan kembali ke Nineveh.

Pada tahun 672 SM, anak sulung dan pewaris kerajaan Ashur, Sin-iddina-apla, wafat. dan anak keduanya, Shamash-shun-ukin menjadi raja Babel. Ashurbanipal lalu menunjuk anak bungsunya, Ashurbanipal sebagai penggantinya (namun ia kurang populer), dan ia memerintahkan semua negeri vassal Ashur, untuk bersumpah setia kepada Ashurbanipal, demikian pula yang dilakukan oleh ibu Esarhaddon, yakni Naqia-Zakutu,  memaksa seluruh pejabat istana juga untuk bersumpah setia untuk menghindari konflik diantar para penerus.

Setelah menyelesaikan masalah penerus Ashur, perhatian Esarhaddon kembali kepada Mesir, dan pada tahun 671 SM, setelah belajar dari kesalahan ekspedisi sebelumnya, kali ini Esarhaddon membawa pasukan yang lebih besar, dan bergerak secara perlahan ke wilayah perbatasan Mesir; sebagian pasukan dikirim ke Tirus & Ashkelon untuk memadamkan pemberontakan, dan sebagian bergerak ke selatan ke Rapihu (Rafah), kemudian menyeberangi gurun Sinai.

Ia lalu memerintahkan penyerangan, dan kota-kota Mesir kini jatuh dengan cepat ketangan Ashur. Meskipun Esharhaddon berhasil merebut ibu kota Memphis, namun firaun Tirhakah berhasil meloloskan diri. Esarhaddon kemudian menawan anak, istri, serta keluarga firaun, serta sebagian besar penghuni istana dan penduduk Memphis, yang kemudian dikirim ke Ashur.


Patung Sphinx Taharqa di Sudan

Sosok Firaun Taharqa/Tirkahah asal Nubia/Ethiopia-Sudan/Kush dengan mahkota 2 ular Kobra yang menandakan sebagai penguasa Mesir dan Nubia


Esarhaddon kini menyebut dirinya seabgai "Raja Mesir, Patros & Kush." Dan ia mengangkat sekutunya, penguasa Sais, menjadi raja atas Mesir (dinasti 26), kemudian ia kembali ke Nineveh dengan sejumlah besar kekayaan Mesir. Kemenangan ini diperingati dalam sebuah prasasti yang menggambarkan Esarhaddon dalam kemegahannya, memegang sebuah tongkat kerajaan, bersama seorang pejabat kerajaan (raja Tirus, Baal I) dan anak firaun Tirhakah (Ushankhuru), berlutut dengan tali di leher mereka.


Prasasti kemenangan Esarhaddon yang menampilkan sosok anak firaun Tirhakah, dan raja/gubernur Suriah.


Setelah sampai ke Nineveh, Esharhaddon disibukkan dengan masalah intrik istana, dan ia memerintahkan eksekusi atas beberapa bangsawan, tidak lama kemudian ia mendengar jika di Mesir, Tirkaha telah menggulingkan Necho I, dan kembali menjadi penguasa disana. Esharhaddon lalu mengutus jendralnya, Sha-Nabu-shu, untuk menundukkan para pemberontak. Dan pada tahun 669 SM, ia sendiri berangkat ke Mesir, namun ia wafat ketika baru mencapai kota Harran. Dan ia pun digantikan oleh Ashurbanipal sebagai raja Ashur, dan Shamash-shum-ukin sebagai raja Babel.

(Esharhaddon Dalam Alkitab)

2 Raja-Raja 19:37
Pada suatu kali ketika ia sujud menyembah di dalam kuil Nisrokh, allahnya, maka Adramelekh dan Sarezer, anak-anaknya, membunuh dia dengan pedang, dan mereka meloloskan diri ke tanah Ararat. Kemudian Esarhadon, anaknya, menjadi raja menggantikan dia.

2 Tawarikh 33:11
Oleh sebab itu TUHAN mendatangkan kepada mereka panglima-panglima tentara raja Asyur yang menangkap Manasye dengan kaitan, membelenggunya dengan rantai tembaga dan membawanya ke Babel.

Ezra 4:2
maka mereka mendekati Zerubabel serta para kepala kaum keluarga dan berkata kepada mereka: "Biarlah kami turut membangun bersama-sama dengan kamu, karena kami pun berbakti kepada Allahmu sama seperti kamu; lagipula kami selalu mempersembahkan korban kepada-Nya sejak zaman Esar-Hadon, raja Asyur, yang memindahkan kami ke mari."

Map Ashur pada masa Esarhadon


Bersambung Part V
(Index) Time Line Sejarah Kerajaan Di Mesopotamia 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Apakah Abraham Berasal Dari Ur atau Haran?

Abraham berasal dari kota Haran dan bukan dari kota Ur-Kasdim, ya itulah pendapat beberapa para ahli biblikal moderen, mengapa mereka berpen...