Minggu, 02 April 2017

Dunia Greko - Romawi dan Yudaisme Di Abad Pertama.

Bab 1. Alexander Agung

Alexander lahir pada tahun 356 SM dan ia merupakan anak dari raja Macedonia, Philip II, ia di didik oleh Aristoteles pada permulaan tahun 343 SM, kemudian menjadi raja menggantikan ayahnya yang terbunuh pada tahun 336 SM.

Alexander berhasil mengalahkan pasukan Persia, yang saat itu menguasai Asia Kecil, (moderen Turki) pada pertempuran Granicus pada tahun 334 SM. Dan hal ini membuat Alexander menjadi penguasa Yunani dan Asia Kecil. Ia kemudian mengalahkan Persia, dan bersama pasukannya penaklukan mereka mencapai wilayah India. Alexander wafat pada tahun 323 SM dalam usia 33 tahun, di Babel.

Setelah kematiannya, kerajaannya dibagi di antara para jendralnya, dan setelah melalui beberapa pertempuran, 4 penerus Alexander akhirnya sepakat untuk membagi kerajaan menjadi 4 kerajaan kecil. 4 jendral ini disebut dengan Diadochi yang berarti "penerus."

Para penerus Alexander ini walau mereka adalah orang Macedonia dan berbicara dalam bahasa Macedonia, seperti Alexander mereka mengadopsi budaya dan bahasa Yunani. Mereka mendidik anak-anak mereka dalam budaya Yunani, Alexander sendiri adalah murid Aristoteles orang Yunani.

Alexander menginginkan kekaisarannya yang terdiri dari berbagai macam bahasa dan budaya diseragamkan, dan ia memilih budaya dan bahasa Yunani sebagai penyatu. Ia tidak memikirkan tentang orang-orang kelas bawah yang mayoritas, yang bertempat tinggal di desa-desa dan bertani serta berbicara dalam bahasa lokal. Namun jika anda ingin menjadi orang elit -- ia ingin mendirikan berbagai kota bergaya Yunani di kekaisarannya, maka dibutuhkan kelompok elit yang berbicara dalam bahasa Yunani -- dan ini adalah kampanye, propaganda budaya yang digerakkan oleh Alexander.

Ini adalah pertama kali dalam sejarah, sebuah impian untuk membuat semua kerajaan menjadi universal, menjadi 1 dunia, di bawah 1 budaya dan 1  bahasa. Jika anda melihat pada kerajaan-kerajaan sebelumnya, seperti Ashur dan Mesir, ketika mereka menaklukkan negara lain, yang mereka inginkan hanyalah upeti, pajak dan makanan. Mereka tidak berkeinginan untuk mengubah bangsa jajahan mereka untuk menjadi Mesir atau Ashur.

Dalam proses pendirian kota-kota Yunani ini, Alexander mengirim veteran perangnya di berbagai wilayah yang berbeda di kerajaannya seperti Mesir dan Suriah, kadang hingga ke India. Semua kota-kota Yunani ini, memiliki kesamaan dan dikenal sebagai Koine Greek, Koine berarti umum (common dalam bahasa Inggris.) Dan bahasa pada kota-kota Yunani ini (Koine) kemudian menjadi bahasa umum di wilayah timur Mediterania, bahkan Alkitab Ibrani serta Perjanjian Baru diterjemahkan kedalam bahasa ini.

Bab 2. Negara Kota Yunani.

Polis Yunani, polis dalam bahasa Yunani berarti kota, memiliki penduduk sekitar 1000-5000 orang. Tidak sebesar kota-kota Romawi yang penduduknya bisa berjumlah jutaan orang. Dan setiap polis memiliki beberapa institusi penting, dimana pusat pemerintahan berada, setiap polis dikelilingi oleh tanah pertanian dan desa-desa kecil.

Penduduk kota mengikuti sistem pendidikan Yunani. Dalam bahasa Yunani adalah paidea, yang secara sederhana berarti pendidikan, namun disana mereka tidak hanya belajar bagaimana membaca atau menghafal. Paidea dalam bahasa Yunani mempunyai arti lain: pembentukan anak lelaki (pendidikan hanya untuk pria.) Jadi paidea merujuk pada pendidikan anak lelaki baik secara mental, militer -diajarkan bertarung- dan budaya; termasuk pelatihan seni musik dan sebagainya.

Dan salah satu tempat pendidikan itu disebut sebagai gymnasium, yang berasal dari bahasa Yunani gymnos yang berarti telanjang, gymnasium berarti "tempat telanjang." Karena orang Yunani berolahraga secara telanjang. Namun ini juga adalah tempat untuk belajar, jadi jika anda belajar berpidato contohnya, anda melakukan itu di gymnasium. Tempat itu juga berfungsi sebagai tempat berkumpul para lelaki di kota. Jadi anda mungkin belajar disana, dan berkumpul dengan teman-teman anda, bermain beberapa permainan hiburan seperti catur dan lain-lain disana.

Anda juga akan menemukan sebuah tempat yang disebut Ephebeia dan pesertanya disebut Ephebe, ini adalah tempat pelatihan sekunder bagi pemuda yang telah berusia 16-17 atau 20-22 tahun, dan disini mereka dilatih untuk menjadi seorang prajurit dan warga negara. Disini mereka akan diajarkan baris-berbaris dengan mengelilingi kota, berlatih militer serta berolahraga bersama-sama, hal ini untuk mengembangkan persahabatan, karena mereka diharapkan menjadi kekuatan tempur untuk negara-kota mereka. Jadi untuk menjadi warga negara penuh setiap orang harus melalui Ephebeia.

Struktur politik di negara kota Yunani, yang pertama adalah demos, yang berarti "rakyat." Namun sebenarnya hanya merujuk pada warga negara lelaki, karena hanya lelaki yang dihitung sebagai warga negara. Hal ini akan berubah pada masa Romawi, karena wanita Romawi juga adalah warga negara. Dan setelah terjadi revolusi demokrasi di Athena, yang juga meluas ke seluruh kota-kota Yunani, hal ini terjadi karena Athena ingin melakukan, seperti apa yang ingin dilakukan oleh George Bush di Iraq, mereka ingin memaksa demokrasi diterapkan diseluruh kota Yunani termasuk di wilayah timur Mediterania. Dan demokrasi ini berarti semua pria dewasa yang menjadi warganegara; hal ini tidak termasuk pria dari kota lain, orang asing, para budak, dan wanita. Hanya warga negara pria yang memiliki suara. Demos juga berarti badan politik dari pria yang memiliki suara. Demokrasi sempat runtuh, dan raja Philip serta Alexander tidak mempromosikan demokrasi. Namun mereka meneruskan gagasan bahwa demo adalah badan politik yang terdiri dari warga negara pria dari sebuah kota. Dan disini kita menemukan setiap orang berkumpul di theater untuk mendengar perdebatan, dan orang-orang memungut suara untuk memutuskan hal-hal tertentu dalam kota. Namun demikian mereka tidak bisa memerintah diri mereka sendiri secara otonom.

Kemudian kita memiliki sebuah dewan kota yang berjumlah 50 orang (ukuran in bervariasi sesuai dengan ukuran kota). Dewan kota ini disebut Boule, terdiri dari pria senior, biasanya mereka membuat keputusan sehari-hari tentang kota.

Kemudian terdapat sebuah ekklesia, atau badan suara bagi seluruh warga negara yang berkumpul. Ekklesia berasal dari kata "dipanggil keluar." Ada yang menyebut ekklesia dengan majelis. Jadi ini adalah Majelis kota biasanya berdebat akan suatu hal dan mengambil suara untuk keputusan yang dilimpahkan dari Boule.

Disetiap negara kota Yunani terdapat sebuah theater, yang merupakan tempat pertunjukan atau hiburan, misalnya pertunjukan komedi. Namun disini juga sering para demos atau ekklesia akan bertemu untuk berdebat.

Selain itu terdapat pula hippodrome, yang dalam bahasa Yunani berarti "tempat kuda berlari." Ia berukuran stadion sepak bola dan memiliki lintasan. Dalam bahasa latin hippodrome disebut circus, dan ini adalah tempat populer pada zaman Romawi.

Terdapat pula tempat permandian umum, banyak pria pergi ketempat ini, dan di beberapa tempat, kadang wanita dan pria bercampur. Para lelaki biasa mengunjungi tempat ini setelah berolahraga di gymnasium. Dan tempat ini juga berfungsi sebagai toilet umum. Anda akan selalu menemukan jamban dan tempat mandi di seluruh negara kota Yunani. Terdapat kolam air dingin, hangat dan panas disini. Jadi ini adalah tempat untuk relaksasi, melakukan deal-deal bisnis, bertemu teman, berbincang, bahkan untuk berhubungan sexual.

Itu adalah struktur dasar dari kota Yunani di dunia kuno. Dan apa yang dilakukan oleh Alexander dan penerusnya adalah mereka mengambil strutur dasar kota Yunani tersebut dan menerapkannya di seluruh Timur-Tengah (Mediterania Timur), baik di Mesir, Suriah, atau Asia Kecil. Ini adalah koine atau keumuman budaya Yunani, atau Hellenisme di seluruh wilayah timur Mediterania.

Bab 3. Sinkritisme Agama.

Hal lain yang kita temui pada periode ini adalah sinkritisme agama. Bahasa Yunani untuk ini adalah synkresis atau "dicampur bersama-sama." Ketika Alexander sampai ke Mesir, ia menemukan dewa wanita yang disebut Isis, yang populer dan patungnya ada di mana-mana. Ia berpendapat Isis sama dengan Artemis sang dewi Yunani. Dan ketika ia mencapai Yerusalem, mereka menemukan orang-orang menyembah Yahweh, Alexander menganggap ia setara dengan Zeus, dan Yahweh hanyalah nama lain Zeus, mereka adalah dewa yang sama. Alexander mencampurkan tradisi agama dari berbagai tempat dan mempromosikannya di seluruh wilayahnya.

Ia bahkan mengidentifikasi dirinya memiliki status illahi. Dia menyebarkan rumor bahwa ibunya dihamili oleh dewa Apollo, yang muncul dalam wujud ular di ranjangnya. Klaim dari Alexander ini bukan tradisi Yunani, namun tradisi dari raja-raja timur, dan menurut Alexander, jika mengklaim mereka diri mereka titisan dewa, mengapa dirinya bukan? Ia percaya memiliki ibu manusia, namun ayah dewa, ia pun mengidentifikasi dirinya dengan banyak dewa dari berbagai tempat.

Namun demikian mereka tidak selalu menganggap semua dewa itu sama, kadang mereka menambahkan dewa dari tempat lain ke koleksi dewa mereka. Ketika sampai di Mesir mereka menemukan lebih banyak dewa, dari yang mereka ketahui, dan mereka menambahkan para dewa Mesir itu ke koleksi mereka. Dan ini adalah bagian dari praktik agama-agama kuno, mereka tidak eksklusif. Hanya karena anda selama ini hanya menyembah 1 dewa, tidak berarti anda tidak boleh menambah dewa lainnya, para dewa tidak cemburu akan hal itu. Jadi inilah yang dipromosikan oleh Alexander dan penerusnya, yang berusaha mempromosikan sinkritisme untuk menyatukan orang-orang di dalam kerajaannya. Tentu saja hal ini akan menjadi masalah serius ketika kita bersinggungan dengan Yudaisme, hal ini karena para penguasa Yunani, berusaha melakukan hal yang sama terhadap dewa orang Yahudi. Beberapa orang Yahudi nampaknya menerima hal tersebut, dan beberapa menolaknya.

Bab 4. Setelah Alexander: Dinasti Seleucid dan Ptolemaic.

Alexander Agung yang mendirikan 1 dunia, 1 kekaisaran yang universal, 1 bahasa, 1 budaya serta mendirikan kota-kota bergaya Yunani diseluruh kekaisarannya. Ini adalah proses yang kita sebut sebagai Hellenisasi dunia atau disebut Periode Hellenistik.

Hellenisme penting bagi kita, karena setelah wafatnya Alexander, terjadi kekacauan dan pertikaian diantara jendral utamanya, kerajaan Alexander akhirnya dibagi menjadi 4 kerajaan. Dan dalam pembahasan kita hanya 2 dari kerajaan itu yang difokuskan. Kita akan melihat nama Seleucid, Antiochus. Seleucus adalah salah satu dari jendral Alexander yang menguasai wilayah yang dahulu dikenal sebagai Babel, saat ini adalah wilayah Irak dan Suriah. Seleucus memiliki anak yang bernama Antiochus. Seleucid adalah sebutan untuk dinasti dari keturunan Seleucus, dan raja-raja mereka sering memakai nama Seleucus dan Antiochus, jadi anda akan menemukan nama Seleucus I, II, III; Antiochus I, II, III dan IV, hal ini kadang membingungkan.

Salah satu jendral Alexander bernama Ptolemy II menguasai wilayah Mesir, yang merupakan salah satu wilayah yang sangat kaya di dunia kuno. Ptolemy II mendirikan kerajaan bernuansa gabungan Yunani-Mesir disana. Pada masa itu dapat ditemukan orang Mesir yang berbicara dalam bahasa Mesir kuno, namun para elit di kota-kota akan berbicara dalam bahasa Yunani, jadi budaya dari kaum Elit adalah Yunani dan hal serupa juga terjadi di Suriah. Dinasti Ptolemy lebih mudah dipahami karena semua rajanya menggunakan nama Ptolemy, mereka mungkin memiliki nama panggilan seperti Ptolemy Philadelphus yang sangat terkenal, dan di ikuti dengan angka. Ptolemy II adalah jendral Alexander yang menguasai Mesir, dan keturunannya di beri nama Ptolemy III, IV dan seterusnya.

Jika anda melihat garis perbatasan diantara kerajaan Seleucus dan Ptolemy, atau yang memisahkan Mesir dan Suriah, maka garis tersebut akan melewati wilayah Yehuda atau Yudea. Dan orang-orang Yahudi disana sekali lagi terperangkap di wilayah rebutan dari 2 kekaisaran yang kerap kali berkonflik untuk memperluas wilayahnya.

Antiochus IV Epiphanes berkuasa dari tahun 175 hingga 164 SM di Suriah. Epiphanes adalah nama panggilan yang berarti "manifes" atau "jelmaan." Apa yang dilakukan oleh Antiochus dengan nama nya adalah ia mengklaim memiliki kehormatan illahi, karena ia mengatakan, "Aku Antiochus, Jelmaan dewa diantara kalian." Ini bukanlah hal yang baru, ia mengikuti klaim Alexander yang juga berkata memiliki "kehormatan illahi" di dalam dirinya. Pada suatu masa ia hampir menaklukkan Mesir, namun kemudian Romawi turun tangan. Romawi belum mengendalikan wilayah timur Mediterania pada saat itu, namun mereka mulai muncul sebagai kekuatan yang diperhitungkan, dan memaksa Antiokhus IV untuk keluar dari wilayah Mesir.

Romawi membantu Ptolemaic dikarenakan mereka tidak ingin ada sebuah kekuatan tunggal yang mendominasi di Mediterania, mereka menginginkan semua wilayah ini tetap kecil dan lemah, karena mereka sedang menunda penaklukan wilayah ini hingga tiba saatnya. Mereka menginginkan kekuatan di timur ini tetap seimbang dan hanya menjadi wasit pada saat ini.

Bab 5. Orang-orang Yahudi, Hellenisasi Dan Pemberontakan Makabe.

Sementara itu penduduk Yudea yang berada dalam cengkraman Antiochus, sedang bergulat dengan pengaruh Hellenisasi yang meluas di wilayah ini. Para orang tua Yahudi dihadapkan pada dilema, jika anda menginginkan anak-anak anda untuk maju dalam dunia hellenisme, atau jika anda ingin menjadi kelompok elit di kota, anak-anak anda harus mendapatkan akses di institusi pendidikan Yunani. Anak anda harus mampu berbicara, membaca dan menulis dalam bahasa Yunani. Mengapa? Karena saat itu lingua franca atau bahasa internasional di wilayah ini adalah adalah Yunani, menggantikan bahasa Aramaik/Aram. Ia adalah bahasa para elit, bahasa bisnis dan pemerintahan, dan lain sebagainya.

Dan hal ini terjadi di Yerusalem pada masa itu. Walau Yerusalem bukanlah kota besar, tapi ia cukup penting karena disana berkumpul kaum elit, dan mereka menanggapi positif proses Hellenisasi. Mereka mengirim anak-anak mereka untuk di didik di gymnasum, sebuah institusi pendidikan Yunani. Pada saat itu di Yerusalem terjadi konflik, antara kelompok liberal mendukung Hellenisasi, dan kelompok konservatif yang menolaknya. Kelompok liberal ini terdiri dari mayoritas kaum imam dan bangsawan.

Imam besar pada saat itu bernama Jason, dan pada tahun 175 SM, ia membangun sebuah gymnasium di Yerusalem, ia juga mengubah Yerusalem menjadi terstruktur seperti kota Yunani lainnya (Polis). Sang imam besar mendukung proses Hellenisasi atas Yerusalem, sebagai timbal balik posisi imam besar dari Antiochus IV, di samping itu terdapat sejumlah uang suap yang diberikan kepada kaisar. Hal ini juga berarti mengkonsolidasi kekuatan para orang-orang Yahudi yang mendukung Hellenisasi. Jika anda mengontrol gymnasium, anda akan mengontrol pendidikan, dan hal ini berarti mengontrol rakyat, dengan demikian kekuatan para keluarga terkemuka yang menentang Hellenisasi akan semakin terkikis.

Pada saat itu, Antiochus menawarkan status kewarganegaraan kepada orang-orang Yahudi, namun mereka harus lulus dari gymnasium dan ephebate. Jason dan kelompoknya mengganti nama Yerusalem menjadi "Antioch of Jerusalem." Terdapat banyak kota yang di beri nama Antioch di kota kuno, hal ini untuk menghormati berbagai raja yang bernama Antiochus. Imam besar adalah penguasa bagi orang-orang Yahudi pada saat itu, mereka tidak memiliki raja atau gubernur, jadi Imam besar merangkap jabatan sebagai penguasa politik selain keagamaan.

Namun demikian hak untuk menunjuk imam besar, berada di tangan Antiochus. Seorang terkemukan Yahudi, bernama Manelaus kemudian menyogok Antiochus untuk menggantikan Jason sebagi imam besar. Dan untuk itu ia mengambil beberapa perkakas emas di Bait Allah sebagai sogokan, dan hal ini menyebabkan kerusuhan. (Jason dan Manelaus adalah nama Yunani)

Dalam kerusuhan itu, Antiochus IV mengambil alih Yerusalem pada tahun 167 SM, serta menempatkan pasukan militer di Yerusalem. Saat ini situasi semakin memanas. Mungkin karena para pasukan ini bertempat tinggal di sekitar Bait Allah, dan membuat beberapa perubahan di sana. Manelaus dan kelompoknya adalah penanggung jawab Yerusalem saat ini, mereka adalah pendukung Hellenisme dan reformis radikal, dan mereka menerapkan beberapa hukum yang bertentangan dengan hukum-hukum Yahudi.

Pada saat ini diberlakukan undang-undang untuk melarang praktik sunat. Orang-orang Yahudi dilarang menyunat anak mereka; Terjadi pelarangan untuk mematuhi hukum Taurat, hukum orang Yahudi; bahkan seekor babi menjadi qurban di atas Altar Bait Allah, di tempat tersuci dari orang Yahudi, Bait Allah direnovasi menjadi kuil sinkritisme dengan agama pagan, pohon-pohon keramat ditanam di sekitar kuil, seperti tempat keagamaan Yunani sebagai wilayah suci. Bait Allah diganti namanya menjadi Kuil Zeus Olympus.

Para kaum Yahudi liberal tidak menganggap buruk hal ini, mereka menganggap tidak meninggalkan kepercayaan Yudaisme, mereka menganggap sedang memperbaharui agama mereka, mengikuti era moderenitas. Mengubah nama Kuil Yerusalem menjadi Kuil Zeus Olympus tidaklah masalah, Zeus adalah nama lain dari dewa tertinggi, jadi Yahweh memiliki nama lain yaitu Zeus, mereka adalah dewa yang sama. Nama lain mereka di Suriah adalah Baal Shamin. Altar Baal Shamin juga di dirikan di Bait Allah, dengan harapan menyenangkan para orang Suriah karena turut memuja dewa mereka.

Pada proses Hellenisasi ini, terdapat informasi yang lain dalam sumber-sumber sejarah, bahwa semua orang Yahudi itu adalah taat dan menjaga hukum Taurat, dan Antiochus IV lah yang memaksa praktik agama serta budaya Yunani kepada para orang Yahudi ini. Sebenarnya hal ini sedikit keliru. Jika anda membaca beberapa naskah-naskah Yahudi, akan terjadi perdebatan di kalangan orang Yahudi itu sendiri akan hal ini.

Dalam merespon Hellenisasi, diantara orang Yahudi terdapat kelompok liberal dan mempromosikannya, seperti imam besar Jason dan Manelaus. Namun sebuah keluarga imam yang telah tersingkir sebelumnya yaitu keturunan Onias. Yakni Onias IV menyingkir dari Yerusalem, dan membangun kuil baru, dan orang-orang yang mengikutinya disebut Hasidim, yang berarti orang-orang kudus atau orang saleh. Mereka adalah kelompok Yahudi yang memutuskan untuk menaati hukum Taurat dengan ketat dan mereka menolak semua bentuk kebudayaan Yunani. Mereka juga mengutamakan bahasa Ibrani, menggunakan tulisan Ibrani dalam kitab-kitab mereka.

Selain itu terdapat pula kelompok keluarga imam yang menyingkir dari Yerusalem ke wilayah padang pasir, dekat Laut Mati, dan membangun komunitas baru, dan peninggalan mereka kita kenal dengan "Dead Sea Scrolls" yang ditemukan pada tahun 1940-an (ada banyak hipotesis mengenai kelompok penulis naskah-naskah itu). Kelompok ini mendirikan semacam biara disana, dan mereka sangat ketat dalam menjalankan hukum komunitas-nya, dokumen keagamaan mereka terdiri dari berbagai bahasa, ada yang tertulis dalam bahasa Yunani, Ibrani, dan Aramaik. Mungkin ini adalah salah satu bukti dari proses berkala dari orang-orang yang menolak proses Hellenisasi yang semakin meningkat, dan membentuk beberapa komunitas yang berbeda disana.

Respon yang berbeda dapat anda liahat pada keluarga Mattathias, ia adalah seorang Imam dari Yerusalem yang menetap disebuh desa bernama Modein. Menurut naskah yang kita miliki saat ini, yang mungkin telah menjadi semacam legenda, ia digambarkan sebagai sosok heroik. Menurut cerita, Mattathias seorang imam desa, suatu hari bertemu dengan tentara dan imam yang datang dari Yerusalem, memaksa penduduk desa untuk mendirikan sebuah mezbah berhala, sebuah pilar tinggi dengan altar untuk qurban - berdasarkan tradisi kuno Yunani, tidak diperlukan qurban binatang untuk itu, cukup dengan menabur anggur dan beberapa genggam gandum lalu membakarnya, hal itu sudah cukup untuk persembahan bagi para dewa.

Diceritakan jika Mattathias kemudian merampas pedang si tentara dan kemudian membunuh imam dan tentara tersebut, karena mendorong orang-orang Yahudi di desa nya untuk mempersembahkan qurban kepada para dewa pagan. Akibat perbuatan ini, Mattathias dan keluarganya kemudian menyinggir ke perbukitan, dan ini adalah awal dari peperangan yang akan dikenal sebagai Pemberontakan Makabe. Disebut Makabe karena tidak lama setelah kematian Mattathias, perjuangannya dilanjutkan oleh anaknya yang bernama Yudas, dan memiliki julukan Makabe yang berarti "martil" atau hammer, atau Yudas si martil, mungkin dijuluki demikian karena ia adalah jendral yang tangkas dan memenangkan banyak pertempuran.

Dengan melalui berbagai rintangan, sekelompok pejuang gerilya dibawah kepemimipinan Yudas, melawan tentara Antiochus IV, yang lebih superior, akhirnya mereka mampu merebut kembali Yerusalem. Mereka tentu saja tidak mampu mengalahkan Antiochus IV hingga ke Suriah, hanya mengalahkan mereka di Yudea/Yehuda. Pada tahun 164 SM, mereka merebut Bait Allah dan membersihkan dari segala kecemaran pengaruh berhala, akibat dijadikan kuil Yunani, peristiwa ini diperingati sebagai festival Hanukkah.

Yudas Makabe memerintah bukan secara resmi sebagai raja, namun ia adalah penguasa Yudea pada masa itu, masih terdapat pertempuran diantara dia dan keluarganya, serta dengan Antiochus IV dan keturunannya. Setelah Yudas wafat, saudaranya menjadi pemimpin, dan secara turun temurun keluarga ini memimpin Yudea dan mendirikan dinasti yang diberi nama Hasmoneus, kita menyebut dinasti ini sebagai Hasmonean, mereka adalah keturunan dari Mattathias. Beberapa dari mereka memproklamasikan sebagai raja, dan Dinasti Hasmonean ini berkuasa dari tahun 165 SM hingga 60 SM.

Bab 6. Nubuat Daniel.

Demikianlah berbagai macam repons orang Yahudi terhadap peristiwa itu, ada yang memberontak terhadap penguasa. Dan ada beberapa orang Yahudi yang merespons secara berbeda, mereka meyakini jika pemberontakan militer bukanlah jalan yang tepat, mereka meyakini jika Allah akan segera turun tangan dengan mujizatnya, Allah akan mengirim para malaikat ke bumi atau para tentara langit untuk mengalahkan Antiochus dan mendirikan kerajaan Israel baru. Dan begitulah yang tertulis dalam kitab Daniel.

Kitab Daniel terbagi menjadi 2 bagian, bagian ke-1 bercerita tentang petualangan anak muda Yahudi bernama Daniel, ia sangat bijak, pandai, dan setia kepada Allah Israel, Ia menolak menyembah dewa bangsa Persia. Namn ini adalah cerita moral yang ditulis oleh orang Yahudi yang sebenarnya hidup dibawah dominasi bangsa Yunani yang sedang berusaha membuat mereka untuk menyembah dewa Yunani, namun mereka membuatnya menjadi kisah di masa lampau.

Pada bagian ke-2, berisi tentang serangkaian penglihatan dan nubuat. Daniel mengatakan: "saya bermimpi, saya mendapat penglihatan, saya melihat ini, malaikat memberitahu saya seperti ini." Kitab ini berisi narasi sejarah di masa lampau, dan sebagaian dari kisah itu telah terjadi pada masa Daniel (cerita kejatuhan Nebuchadnezzar), namun sebagian lagi akan menjadi masa depan bagi Daniel. Beberapa dari nubuat di kitab ini sebenarnya memang terjadi. Contohnya ketika ia bernubuat tentang berbagai macam binatang yang merupakan simbol berbagai kerajaan.

Daniel 8:20
Domba jantan yang kaulihat itu, dengan kedua tanduknya, ialah raja-raja orang Media dan Persia.

Ada kerajaan Media dan Persia yang berada di bawah pemerintahan Cyrus Agung.

Daniel 8:21
Dan kambing jantan yang berbulu kesat itu ialah raja negeri Yunani, dan tanduk besar yang di antara kedua matanya itu ialah raja yang pertama.

Kambing jantan adalah raja Macedonia yang menaklukkan Yunani, yaitu Philip II, tanduk besar, tanduk besar diantara kedua matanya adalah raja pertama, atau anak dari Philips II, yaitu Alexander Agung.

Daniel 8:22
Dan bahwa tanduk itu patah dan pada tempatnya itu muncul empat buah, berarti: empat kerajaan akan muncul dari bangsa itu, tetapi tidak sekuat yang terdahulu.

Dari tanduk besar yang patah itu, akan muncul 4 tanduk, ini adalah 4 penerus Alexander yaitu:
1. Seleucus menjadi raja Suriah.
2. Ptolemy menjadi raja di Mesir.
3. Antigonus menjadi raja di Asia Minor dan sebagian Levant.
4. Cassander menjadi raja Macedonia dan Yunani.
Dan mereka tidak sekuat kerajaan Alexander Agung.

Kita melihat kitab ini memberi sebuah petunjuk, dalam kitab Daniel, gambar binatang berbeda ini merujuk pada kerajaan yang akan datang di masa depan dalam perspektif Daniel. Dan pembaca Daniel pada masa Antiochus IV mengetahui bahwa hal tersebut telah terjadi. Dan pada bab lain dari kitab Daniel, ia memberi sebuah nubuat lain dan berurut secara kronologi, pada bab 9, 10 dan 11, semuanya berisi nubuat tentang kejadian di Yudea, sebuah kisah yang sama dalam simbol yang berbeda.

Daniel 11:2-8
2. "Oleh sebab itu, aku akan memberitahukan kepadamu hal yang benar. Sesungguhnya, tiga raja lagi akan muncul di negeri Persia, dan yang keempat akan mendapat kekayaan yang lebih besar dari mereka semua, dan apabila ia telah menjadi kuat karena kekayaannya, ia akan berusaha sekuat-kuatnya untuk melawan kerajaan Yunani.
3. Kemudian akan muncul seorang raja yang gagah perkasa, yang akan memerintah dengan kekuasaan yang besar dan akan berbuat sekehendaknya.
4. Tetapi baru saja ia muncul, maka kerajaannya akan pecah dan terbagi-bagi menurut keempat mata angin dari langit, jatuh bukan kepada keturunannya, dan tanpa kekuasaan seperti yang dipunyainya; sebab kerajaannya akan runtuh dan menjadi milik orang-orang yang lain dari pada orang-orang ini.
5. Maka raja negeri Selatan akan menjadi kuat; tetapi salah seorang dari panglima-panglimanya akan menjadi lebih kuat dari padanya dan orang ini memerintah, lalu kekuasaannya akan menjadi kekuasaan yang besar.
6. Beberapa tahun kemudian keduanya akan bersekutu: puteri raja negeri Selatan akan datang kepada raja negeri Utara untuk mengadakan persetujuan. Tetapi puteri itu tidak berhasil, juga keturunannya tidak dapat bertahan: puteri itu akan diserahkan, demikian pula orang-orang yang mengantarnya, anak yang dilahirkannya dan orang yang mengawininya.
7. Dan pada waktu itu akan tumbuh suatu tunas yang seakar dengan puteri itu menggantikan orang itu, dan orang ini akan bergerak maju melawan tentara raja negeri Utara dan memasuki kota bentengnya, dan ia akan bertindak terhadap mereka dan ia akan berkuasa.
8. Bahkan dewa-dewa mereka dan patung-patung tuangan mereka dan barang-barang mereka yang berharga dari perak dan emas akan diangkutnya sebagai jarahan ke Mesir, lalu beberapa tahun lamanya ia akan berhenti berperang melawan raja negeri Utara.

Ayat 2 sekali lagi membahas peristiwa peralihan Persia dan Yunani, dimana raja Persia yang mencoba menyerang Yunani, hingga muncul Alexander, dan diteruskan oleh 4 jendralnya. Pada Ayat 5, disebut raja negeri selatan akan menjadi kuat, lalu putri raja selatan akan datang ke raja utara untuk mengadakan persetujuan. Raja selatan adalah Ptolemy II Philadelphus, dan raja utara adalah Antiochus II Theos. Putri raja adalah Berenice, anak dari Ptolemy II Philadelphus raja Mesir, ia dinikahkan dengan Antiochus II Theos. Berenice dikenal sebagai Berenice Phernophorus atau "sang mahar".

Sekitar tahun 252 SM, menyusul kesepakatan damai (253 SM) antara Antiochus II dan Ptolemy II untuk mengakhiri perang ke-2 antara Suriah dan Mesir, Berenice menikah dengan raja Antionchus II Theos, yang menceraikan istrinya Laodice dan berjanji akan meneruskan kekuasaan Suriah kepada keturunan Berenice.

Pada tahun 246 SM, ketika Ptolemy II wafat, Antiochus II melanggar perjanjian dengan mengawini kembali istri pertamanya, Laodice dan menjanjikan anak Laodice sebagai penerusnya. Antiochus II wafat setelah itu, dicurigai ia diracun oleh ratu Berenice yang berusaha mengamankan kekuasaan bagi anaknya yang masih kecil, namun Berenice dan anaknya dibunuh oleh Laodice.

Ayat ke 7 bercerita tentang Saudara Berenice, Ptolemy III Euergetes, yang menjadi penerus ayahnya akhirnya menuntut balas atas kematian adiknya dengan menginvasi Suriah dan berhasil membunuh Laodice, kejadian ini dikenal sebagai "peperangan Laodice."

Sekarang kita melompat kepada ayat 29. Kita tidak membahas seluruh sejarah pertempuran dan aliasi antara Seleucus dan Ptolemi dimana Yehuda terperangkap di tengah-tengah pada waktu yagn berbeda dalam bab 11 ini.

Daniel 11:29-32
29. Pada waktu yang ditetapkan ia akan memasuki pula negeri Selatan, tetapi kali yang kedua ini tidak akan sama dengan yang pertama,
30. karena akan datang kapal-kapal orang Kitim melawan dia, sehingga hilanglah keberaniannya. Lalu pulanglah ia dengan hati mendendam terhadap Perjanjian Kudus dan ia akan bertindak: setelah pulang kembali, ia akan menujukan perhatiannya kepada mereka yang meninggalkan Perjanjian Kudus.
31. Tentaranya akan muncul, mereka akan menajiskan tempat kudus, benteng itu, menghapuskan korban sehari-hari dan menegakkan kekejian yang membinasakan.
32. Dan orang-orang yang berlaku fasik terhadap Perjanjian akan dibujuknya sampai murtad dengan kata-kata licin; tetapi umat yang mengenal Allahnya akan tetap kuat dan akan bertindak.

Pada ayat 30, disebut tentang kapal dari Kitim, siapa yang dimaksud dengan Kitim? Kitim adalah istilah Ibrani yang kadang digunakan untuk merujuk wilayah yang berbeda, kadang kala merujuk pada orang-orang Yunani, namun dalam ayat 30 ia merujuk pada orang Romawi. Mereka datang untuk mengusir raja Suriah dari Mesir.

Ayat 30, pada kalimat "Lalu pulanglah ia dengan hati mendendam terhadap Perjanjian Kudus dan ia akan bertindak: setelah pulang kembali, ia akan menujukan perhatiannya kepada mereka yang meninggalkan Perjanjian Kudus." Adalah ketika Antiochus IV mengalihkan perhatiannya pada orang-orang Yahudi yang telah meninggalkan hukum Taurat.

Ayat 31-32, ketika Antiochus IV mengirim pasukan ke Yerusalem adalah kejadian penistaan terhadap Bait Allah seperti yang telah kita bahas sebelumnya.

Daniel 11:33-35
33. Dan orang-orang bijaksana di antara umat itu akan membuat banyak orang mengerti, tetapi untuk beberapa waktu lamanya mereka akan jatuh oleh karena pedang dan api, oleh karena ditawan dan dirampas.
34. Sementara jatuh, mereka akan mendapat pertolongan sedikit, dan banyak orang akan menggabungkan diri kepada mereka secara berpura-pura.
35. Sebagian dari orang-orang bijaksana itu akan jatuh, supaya dengan demikian diadakan pengujian, penyaringan dan pemurnian di antara mereka, sampai pada akhir zaman; sebab akhir zaman itu belum mencapai waktu yang telah ditetapkan.

Pada Ayat 33, terdapat kalimat orang-orang bijaksana? Ia adalah penulis kitab, ingat sang penulis membahas panjang lebar pada bagian pertama kitab ini dengan membuat figur Daniel sebagai orang bijak. Jadi sang penulis menulis dengan nama Daniel, seorang yang bijaksana, mengidentifikasi sesama orang-orang bijak lain dari zamannya sendiri, dan ia mengatakan mereka menentang Antiochus IV dan beberapa dari mereka akan mati karena itu.

Ayat 34, berkisah tentang Yudas Makabe, sang penulis mengetahui bahwa terdapat perlawanan bersenjata dari orang Yahudi yang taat, namun ia beranggapan jika perlawanan mereka tidak akan sukses, pemberontakan bersenjata bukanlah jawaban atas permasalahan Antiochus IV. Ia lebih meyakini akan adanya intervensi illahi, bukan Yudas Makabe. Penderitaan yang dialami oleh orang Yahudi adalah sebuah ujian dan penyaringan, hal ini nampak pada ayat 35.

Daniel 11:36-37
36. Raja itu akan berbuat sekehendak hati; ia akan meninggikan dan membesarkan dirinya terhadap setiap allah. Juga terhadap Allah yang mengatasi segala allah ia akan mengucapkan kata-kata yang tak senonoh sama sekali, dan ia akan beruntung sampai akhir murka itu; sebab apa yang telah ditetapkan akan terjadi.
37. Juga para allah nenek moyangnya tidak akan diindahkannya; baik pujaan orang-orang perempuan maupun allah manapun juga tidak akan diindahkannya, sebab terhadap semuanya itu ia akan membesarkan diri.

Ayat 34-37, berkisah tentang Antiochus IV Epiphanes yang mengklaim dirinya adalah jelmaan dewa, dan berbuat sesuka hati, namun menurut penulis, segala kelakuannya akan berakhir sesaat lagi, dan segala kejadian ini telah di tetapkan: "dan ia akan beruntung sampai akhir murka itu; sebab apa yang telah ditetapkan akan terjadi."

Daniel 11:40-45
40. Tetapi pada akhir zaman raja negeri Selatan akan berperang dengan dia, dan raja negeri Utara itu akan menyerbunya dengan kereta dan orang-orang berkuda dan dengan banyak kapal; dan ia akan memasuki negeri-negeri, dan menggenangi dan meliputi semuanya seperti air bah.
41. Juga Tanah Permai akan dimasukinya, dan banyak orang akan jatuh; tetapi dari tangannya akan terluput tanah Edom, tanah Moab dan bagian yang penting dari bani Amon.
42. Ia akan menjangkau negeri-negeri, dan negeri Mesir tidak akan terluput.
43. Ia akan menguasai harta benda emas dan perak dan segala barang berharga negeri Mesir, dan orang Libia serta orang Etiopia akan mengikuti dia.
44. Tetapi kabar-kabar dari sebelah timur dan dari sebelah utara akan mengejutkan hatinya, sehingga ia akan keluar dengan kegeraman yang besar untuk memusnahkan dan membinasakan banyak orang.
45. Ia akan mendirikan kemah kebesarannya di antara laut dan gunung Permai yang kudus itu, tetapi kemudian ia akan menemui ajalnya dan tidak ada seorangpun yang menolongnya."

Pada ayat 40, penulis kitab memprediksi jika Antiochus IV akan menginvasi Mesir, dan akan menjadi penguasa segala harta kekayaan Mesir, tidak hanya itu, bahkan invasinya hingga ke Libya dan Ethiopia. Pada ayat 41, terdapat istilah Tanah Permai, ini merujuk pada Yehuda. Ayat 45 berbicara tentang laut dan gunung Permai yang kudus, itu wilayah diantara laut Mediterania dan gunung Zion, Ini berbicara ketika Antiochus pulang dari penaklukan Mesir, Libya dan Ethiophia, ia akan melintasi daerah Yehuda, berkemah disana dan terbunuh. Pada kenyataannya penaklukan Mesir, Libya dan Ethiopia tidak pernah terjadi, dan ia wafat di Babel.

Bagaimana kita mengetahui bahwa kitab ini ditulis di sekitar tahun 164 SM? Karena penulis ini tidak tahu akhir dari cerita Antiochus IV. Kita perhatikan bagaimana di sepanjang sejarah Persia hingga Yunani, ia menulis dengan benar, sebenarnya tidak benar secara detail namun banyak yang benar. Ia mengetahui sejarah pertempuran Seleucus dan Ptolemaic, ketika terjadi perdamaian karena Berenice, perang Laodice, Pihak Romawi yang turun tangan untuk menghentikan perselisihan 2 dinasti ini. Dia tahu semua ini, dia juga tahu bahwa Antiochus menajiskan Bait Allah, jadi kitab ini ditulis setelah 167 SM karena dia menyinggung tentang penajisan Bait Allah, dia tahu dengan benar segala sesuatu yang terjadi hingga tahun 167 SM, dan ia sedikit mengetahui tentang Yudah Makabe, namun ia tidak tahu jika akan terjadi pemurnian bait Allah dan tidak tahu jika Yudas Makabe merebut kemenangan di Yudea dan itu terjadi pada tahun 164 SM.

Setelah kematian Antiochus di akhir bab 11 tadi, kita melangkah ke bab 12, bab terakhir dari kitab ini:

Daniel 12:1-2
1. "Pada waktu itu juga akan muncul Mikhael, pemimpin besar itu, yang akan mendampingi anak-anak bangsamu; dan akan ada suatu waktu kesesakan yang besar, seperti yang belum pernah terjadi sejak ada bangsa-bangsa sampai pada waktu itu. Tetapi pada waktu itu bangsamu akan terluput, yakni barangsiapa yang didapati namanya tertulis dalam Kitab itu.
2. Dan banyak dari antara orang-orang yang telah tidur di dalam debu tanah, akan bangun, sebagian untuk mendapat hidup yang kekal, sebagian untuk mengalami kehinaan dan kengerian yang kekal.

Pada ayat 1, ia menyebut penghulu malaikat, Michael akan muncul pada saat orang Israel meratap. Dengan kata lain segala kepedihan ini harus terjadi, sebelum kekuatan illahi akan muncul. Dan kekuatan illahi inilah yagn akan membawa kemenangan. Menurut prediksi penulis kitab Daniel, Yudas Makabe tidak akan memenangkan pertempuran ini.

Ini adalah cara bagaimana para ahli memberi penanggalan pada sebuah literatur apokaliptik. Kitab Daniel adalah salah satu contoh kasus paling awal dari apa yang dikenal sebagai literatur apokaliptik. Ia menceritakan sebuah penglihatan tentang apa yang akan terjadi di masa depan - dalam waktu dekat, dan jawaban atas segala penderitaan adalah bukan dengan mempersenjatai diri dan bertempur, karena kesempatan itu sangat kecil untuk dimenangkan. Anda tidak akan mampu mengalahkan Romawi, Yunani, anda tidak akan mampu mengalahkan tentara Antiochus IV Epiphanes dengan kekuatan anda, namun Allah mampu. Jadi bala tentara malaikat akan muncul dalam perjalanan sejarah dan membawa solusi atas penderitaan orang benar.

Para penulis apokaliptik biasanya membuat kisah tentang orang yang hidup di masa lampau, seperti dalam hal Daniel yang diceritakan hidup pada abad ke-6 SM. Dan mereka akan membuat narasi sejarah hingga ke zaman penulisan, sehingga pembaca merasa apa yang ia ceritakan adalah benar. Daniel dikisahkan telah meramalkan kisah ini di tahun 580 SM, dan mengetahui tentang sejarah Persia, Media, Yunani, dia mengetahui tentang Alexander, perpecahan kerajaan Alexander diantara para jendralnya, dia tahu tentang Berenice, dia tahu tentang Roma. Jika anda memposisikan diri anda, sebagai pembaca kitab ini di tahun 164 atau 165 SM, anda pasti akan berpikir jika apa yang kisahkan Daniel berikutnya akan terjadi. Anda akan berpikir jika Allah sesaat lagi akan turun tangan dan menyelamatkan kita, kita tidak perlu mengangkat senjata, kita akan diselamatkan.

Ini adalah pemikiran apokaliptik, pandangan dunia seperti itu akan menjadi sangat populer pada masa kekristenan awal, para nabi apokaliptik adalah Yesus dan Paulus, dan pengikut Yesus yang paling awal adalah orang-orang Yahudi yang berpandangan apokaliptik, dan permulaan era Kekristenan diawali dengan sekte Yudaisme apokaliptik. Mereka semua adalah pembaca Daniel, dan ketika mereka membaca nubuat lain dari Alkitab Ibrani mereka selalu memfokuskan diri pada tema apokaliptik. Apokaliptik adalah salah satu respon dari proses Hellenisasi.

Bab 7. Perang Yahudi dan Penghancuran Bait Allah.

Pada tahun 63 SM, sekitar 100 tahun setelah pembersihan Bait Allah di Yerusalem, Pompey, seorang jenderal Romawi, memasuki Yerusalem, dan ini adalah awal mula dari kekuasaan Romawi di tanah Yuhuda. Kemudian Herodes Agung, seorang Edom, ditunjuk menjadi raja atas atas orang Yahudi oleh Senat Romawi. Yang dapat mengangkat seseorang menjadi raja adalah para Senat, dan mereka tidak ingin bersusah payah untuk mengontrol segala sesuatu pada wilayah perbatasan kekuasaan mereka, dengan mengirim gubernur, jadi jalan pintasnya adalah menunjuk raja dari orang setempat.

Herodes Agung memerintah Yehuda dari tahun 37 SM hingga 4 SM. Setelah Herodes wafat, kerajaan itu terpecah diantara anak-anaknya, namun Yehuda jatuh dibawah pemerintahan Romawi, dan dikendalikan oleh seorang procurator yang ditunjuk oleh Senat atau kadang-kadang oleh Kaisar. Dan inilah tugas dari Pilate, si Pontius Pilate, yang bertugas seperti gubernur bagi Yehuda. Wilayah Galilea diperintah oleh anak Herodes Agung bernama Herodes Antipas, dan Keturunan lain dari Herodes memerintah di bagian lain dari Palestina.

Selama abad pertama ini, terjadi pemberontakan sporadis diantara orang Yahudi, beberapa dari adalah berpandangan apokaliptik, mereka adalah orang-orang Yahudi yang mengharapkan datangnya hari akhir, dan berpikir bahwa merekalah yang harus memulai datangnya hari itu. Contohnya seperti dalam laporan Josephus tentang beberapa nabi Yahudi yang muncul dan berkata: "ikuti saya ke Yerusalem," kemudian berdiri di bukit Zaitun, yang posisinya berada di depan kota Yerusalem, dan mereka lalu berjalan mengellingi tembok Yerusalem, berharap dinding tembok akan rubuh secara ajaib. Mereka ingin meniru kejadian tembok Yerikho dalam Alkitab setelah dikelilingi selama 7 hari.

Nabi-nabi mulai bermunculan, dan mereka terinspirasi oleh kisah para nabi di masa lampau. Dan mengharapkan Allah untuk membantu mereka dengan keajaiban. Kadang kala nabi yang muncul berpandangan apokaliptik, dan mengumumkan akhir dunia akan segera terjadi. Kadang muncul pula orang yang mengklaim diri sebagai raja orang Yahudi, dan hal ini secara tidak langsung mengklaim sebagai seorang Mesias, dalam bahasa Ibrani berarti "yang diurapi." Dan bagaimana menetapkan seseorang sebagai raja di dunia kuno? mereka mengoleskan minyak di kepala mereka, dan ia menjadi raja. Dan adalah perbuatan yang sangat berbahaya jika mengklaim sebagai seorang raja pada wilayah kontrol Romawi. Karena pengangkatan seorang raja harus diangkat oleh Senat, dan perbuatan itu adalah penghianatan. Dan ada pula sosok Mesias yang mencoba untuk memprovokasi agar terjadi pemberontakan.

Pemberontakan yang paling terkenal dari orang-orang Yahudi pada periode ini, terjadi pada tahun 66 Masehi. Dimana orang-orang Yahudi di Yehuda dan Galilea memberontak terhadap pemerintah Romawi, mereka mengusir pasukan Romawi keluar dari Yerusalem. Dan pada tahun 70, setelah 4 tahun berperang, pasukan Romawi berhasil merebut Yerusalem, dan mereka menghancurkan Bait Allah hingga rata dengan tanah.

Sejak penghancuran Bait Allah di Yerusalem, orang-orang Yahudi tidak dapat melakukan ritual qurban sebagai bentuk ketaatan. Orang-orang Yahudi kemudian mengganti praktek ritual dengan membaca dan mempelajari Taurat, serta berdoa di Synagog. Sehingga perubahan paling radikal dalam Yudaisme terjadi setelah tahun 70.

Semua kelompok etnis di dunia kuno pada wilayah Mediterania, memiliki praktik ritual qurban dalam agama mereka. Dan sejak tahun 70, praktis, bangsa Yahudi adalah satu-satunya etnis yang berhenti melakukan ritual qurban, karena mereka tidak memiliki tempat untuk melaksanakannya. Tahun 74 adalah akhir dari perang Yahudi, dan hal ini ditandai dengan jatuhnya benteng terakhir pemberontak Yahudi di Masada. Benteng ini dibangun oleh Herodes Agung. Dan saat ini menjadi sebuah kuil.

etelah periode ini, kita akan melihat Yudaisme yang berbeda dan dikenal sebagai Yudaisme Rabbinikal. Para rabi adalah guru dan penafsir dari hukum Taurat, mereka menjadi pusat dari Yudaisme, bukan imam. Pada saat ini anda sering menemukan orang Yahudi bernama Cohen, ini berarti "imam" dan ia berasal dari keluarga imam, status imam di dapat dari keturunan, namun dalam Yudaisme para imam sudah tidak memiliki peranan. Para rabbi lah yang berperan, dan pada awal tahun 200 Masehi para rabbi mulai mengembangkan literatur mereka: Misnah, Talmud Babilonia, Talmud Yerusalem.

Terdapat satu lagi pemberontakan Yahudi yang terjadi pada tahun 132-135, dan dikenal sebagai pemberontakan Bar Kokhba, namun berhasil ditumpas oleh Kaisar Hadrian pada tahun 135, dan kali ini Yerusalem dihancurkan secara total, setelah dibangun kembali, namanya di ubah menjadi Aelia Capitolina, dan orang Yahudi dilarang untuk memasuki Yerusalem dalam waktu yang lama, dan untuk menghapus Yehuda dari peta, dengan menamakan wilayah ini sebagai Filistin (Palestina) nama musuh klasik bangsa Yahudi.

Proses Hellenisasi sangat berperan dalam menyatukan dunia di sekitar Mediterania, dan ketika orang Romawi merebut wilayah ini, pada zaman Yesus seluruh wilayah Palestina telah ter-hellenisasi namun pada tingkat tertentu saja (penguasa Romawi tidak berusaha untuk mengganti bahasa Yunani menjadi Latin). orang-orang dipedesaan tidak berbicara dalam bahasa Yunani, yang ditemukan adalah orang-orang berbahasa Ibrani atau Aramaik. Namun para kelas elit diperkotaan berbicara dalam bahasa Yunani, dan beberapa dari mereka telah terpapar oleh budaya Yunani.

Peta Provinsi Romawi di Palestina
Satu hal mengenai Yudea dan Yerusalem yang sangat kecil, walau Yudaisme dan agama Kristen dimulai dari wilayah ini. Namun dalam standar dunia Greko - Romawi, Yudea adalah sebuah tempat terpencil dan tidak signifikan. Ia bukan tempat yang penting dan besar secara ekonomi dan politik. Walau selama dinasti Hasmonean berdiri, mereka tidaklah kuat dan penting, mereka tidak pernah benar-benar independen; dan selalu bergantung pada penguasa yang lebih kuat di Suriah, Mesir atau Roma.

Satu hal yang penting tentang Yudaisme mereka memiliki ideologi kekaisaran. Dalam Alkitab Ibrani, Yahweh berjanji kepada Daud, bahwa keturunannya akan menjadi raja atas dunia, seluruh bangsa akan berbondong-bondong ke yerusalem untuk menyembah Yahweh di Bait Allah, ia penuh bahasa akan Yerusalem sebagai pusat dunia. Namun ketika orang-orang Yahudi melihat sekeliling mereka, mereka akan berpikir, kita tidak pernah melihat hal tersebut selama berabad-abad. Orang-orang Yahudi memiliki ideologi kekaisaran dan imipian untuk mendominasi dunia yang tertanam dalam kitab suci mereka, dan kenyataanya situasi mereka sangat kontras, justru sebaliknya yang mereka temui, dan pada saat realitas pusaran ideologi Yudaisme yang tidak sesuai kenyataan memenuhi orang Yahudi, lahirlah Yesus.

Artikel ini berasal dari kuliah 3 & 4, Prof Dale B. Martin, pada mata pelajaran Pengantar Sejarah dan Literatur Perjanjian Baru.
http://oyc.yale.edu/religious-studies/rlst-152#sessions

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Apakah Abraham Berasal Dari Ur atau Haran?

Abraham berasal dari kota Haran dan bukan dari kota Ur-Kasdim, ya itulah pendapat beberapa para ahli biblikal moderen, mengapa mereka berpen...