Rabu, 26 April 2017

Mengenal Dinasti Ur III (Neo-Sumeria)

Dinasti Ur III juga dikenal sebagai kekaisaran Neo-Sumeria, yang berkuasa dari tahun 2112-2004 SM (108 thn) dan berpusat di kota Ur.

Dinasti ini adalah masa penguasaan bangsa Sumeria yang terakhir atas Mesopotamia, setelah beberapa abad di kuasai oleh bangsa Akkad dan Guti, mereka berhasil menguasai kota Isin, Larsa dan Eshnunna.

Ini adalah periode dari konteks sejarah dari figur Abraham dalam Alkitab.

Map Kekuasan Dinasti Ur III (Neo-Sumeria)


Sejarah

Dinasti Ur III muncul setelah kejatuhan Dinasti kekaisaran Akkad. Periode peralihan antara raja Akkad, Shar-Kali-Sharri, dan raja pertama Ur III, Ur-Nammu, tidak terdokumentasi dengan baik, hal ini dikarenakan Mesopotamia memasuki masa kegelapan dan untungnya berlangsung cukup singkat, kemudian diikuti dengan masa perebutan kekuasaan diantara kota-kota di Sumeria dan Akkad.

Pada mulanya kekaisaran Akkad mengalami kemunduran, dan akhirnya kekuasaan mereka atas Mesopotamia dirampas oleh penyerbu dari pegunungan Zagros, yaitu bangsa Guti. Bangsa ini memerintah Mesopotamia dalam periode yang tidak dapat ditentukan secara tepat, ada yang mengatakan 124 thn, ada juga 25 thn.

Bangsa Guti dipercaya buta huruf dan nomaden, mereka tidak kompeten dalam menjalankan roda pemerintahan mereka tidak memiliki pencatatan administratif, serta tidak mampu mengendalikan bidang pertanian, yang merupakan tumpuan utama kekaisaran.Hal ini membuat wilayah ini menjadi lumpuh karena kelaparan dan mereka pun di usir. Raja terakhir bangsa Guti, Tirigan disingkirkan oleh Utu-Hengal dari Uruk, dan memulai masa baru bangsa Sumeria.

Timeline Penguasa

Berikut adalah kronologi para raja Ur III (terdapat 2 versi kronologi, namun yang kita gunakan adalah kronologi tengah).

- Utu-hengal (2119-2113 SM)
- Ur-Nammu (2112-2095 SM)
- Shulgi (2094-2047 SM)
- Amar-Sin (2046-2038 SM)
- Shu-Sin (2037-2029 SM)
- Ibbi-Sin (2028-2004 SM)

Organisasi Politik

Wilayah kekaisaran Ur III dibagi menjadi beberapa provinsi yang masing-masing diperintah oleh seorang gubernur (disebut ensi). Pada wilayah yang rawan akan keamanan, seorang komandan militer akan mengambil alih pemerintahan sipil.

Setiap provinsi berfungsi untuk menarik pajak, yang disebut "bala", dan kemudian akan dikirim ke ibukota. Pajak yang dibayarkan bisa berupa hasil panen atau  ternak. Pemerintah kemudian membagikan barang tersebut sesuai kebutuhan kepada orang-orang yang membutuhkan, termasuk membiayai operasional kuil-kuil.

Sistem Sosial

Pandangan terbaru tentang kelompok buruh pada masa ini terbagi dalam beberapa kelompok:
- Buruh yang bekerja di bawah paksaan.
- Buruh yang bekerja dan mendapatkan jatah ransum dari negara.
- Buruh migran yang berasal dari orang merdeka.

Hal tersebut berbeda dengan gambaran sebelumnya yang dipercaya bahwa buruh adalah sebuah kelas sosial, yang tidak dapat berubah (seperti kasta).

Budak adalah bagian dari kelompok buruh yang sangat penting bagi negara. Pada sebuah naskah kuno disebutkan bahwa beberapa orang menjadi budak karena memiliki akumulasi hutang, dan dijual oleh anggota keluarga.

Satu ciri yang mengejutkan pada periode ini adalah, para budak nampaknya mampu mengumpulkan beberapa aset dan bahkan properti selama hidup nya, sehingga dapat membeli kebebasan. Dalam dokumen ini juga dirincikan tentang negosiasi akan kesepakatan yang dibuat oleh budak dan majikan untuk mendapakan kebebasan.

Kode Hukum

Salah satu ciri khas periode Ur III adalah diciptakannya sebuah undang-undang yang paling awal yang dikenal sebagai "Kode Ur-Nammu." Ia sangat mirip dengan "Kode Hammurabi" yang terkenal pada periode berikutnya, Babylon Lama, mereka memiliki kemiripan dalam struktur pembuka dan isi. Salinan yang cukup banyak, tertulis pada periode Babel Tua, ditemukan di Nippur, Sippar dan Ur.

Kalimat pembuka dari kode hukum ini, ditulis menggunakan sudut pandang orang pertama, dimana sang raja (Ur-Nammu) ingin menegakkan keadilan di kerajaannya, sebuah peran yang sebelumnya tidak pernah dilakukan oleh raja-raja lain.

Ia mengklaim hendak mewujudkan keadilan bagi semua orang, termasuk kelompok-kelompok yang tidak beruntung di kerajaannya, termasuk para janda dan anak yatim.

Perselisihan hukum ditangani oleh para pejabat setempat yang selevel walikota, namun demikian keputusan mereka dapat diajukan banding kepada gubernur, dan dapat dianulir. Terkadang perselisihan hukum dibuka secara umum dengan menyertakan saksi-saksinya di sebuah alun-alun kota atau di depan kuil. Dan  raja digambarkan sebagai hakim agung dari kerajaan.

Industri dan Perdagangan

Pada periode ini dikembangkan sistem irigasi yang sangat kompleks dan sentralisasi pertanian (segala hal dibawah kendali raja). Sejumlah besar tenaga kerja dihimpun untuk bekerja di ladang, saluran irigasi, memanen dan menyemai.

Tekstil adalah sebuah industri penting di Ur III, dan juga dikendalikan oleh kerajaan. Banyak pria, wanita dan anak-anak dipekerjakan untuk menggenjot produksi pakaian wol dan linen.

Seni dan Sastra

Pada periode ini bahasa Akkad telah berkembang luas, dan banyak kota-kota baru, di beri nama dengan nama Akkad. Namun demikian masih banyak naskah-naskah yang diproduksi secara massal, tetap menggunakan bahasa Sumeria, namun terbatas dalam literatur dan dokumen administratif.

Para pejabat pemerintah diharuskan untuk menulis dokumen negara hanya dalam bahasa Sumeria.

Beberapa sejarawan meyakini jika Epos Gilgamesh ditulis pada periode ini dalam bentuk bahasa klasik Sumeria. Dinasti Ur III diyakini sedang berusaha untuk mengklaim sebuah hubungan keluarga dengan raja-raja Uruk di masa lampau. Hal ini terlihat dari klaim para raja Ur III yang sering mengklaim figur  Gilgamesh (memiliki darah illahi), Ninsun, Lugalbanda sebagai leluhur mereka.

Naskah lain dari periode ini, yang dikenal sebagai "The Death of Ur-Nammu (Kematian Ur-Nammu)", berisi adegan di alam baka, dimana Ur-Nammu membawa banyak hadiah kepada saudaranya Gilgamesh.

Perkembangan Kerajaan

Utu-hengal (2119-2113 SM)


Banyak pendapat mengenai latar belakang Utu-hengal (memerintah Sumeria selama 6 thn), ada yang mengatakan ia adalah gubernur Uruk, yang memberontak terhadap penguasa Guti pada tahun 2050 SM. Ia memimpin kota-kota Sumeria melawan raja Guti terakhir, Tirigan.

Setelah peperangan disebuah tempat yang tidak diketahui lokasinya, Utu-Hengal keluar sebagai pemenang, dan Trigan kembali ke daerah asal mereka di Gutium, dalam perjalanan nya ia singgah di sebuah kota bernama Dubrum (lokasinya tidak diketahui), namun ketika penduduk Dubrum mendengar Utu-Hengal menuju kota itu, mereka lalu meringkus Tirigan dan keluarganya sebagai tawanan. Ia di bawa kehadapan Utu-Hengal, dan berjanji untuk meninggalkan tanah Sumeria, dan kembali ke tanah leluhur mereka di Gutium.

Setelah mengalahkan bangsa Guti, Utu-Hengal mengangkat dirinya menjadi raja Sumeria, namun kekuasaan nya tidak berlangsung lama, 7 tahun kemudian ia digantikan oleh Ur-Nammu, seorang gubernur dari kota Ur. Anak perempuan dari Utu-Hengal menikah dengan Ur-Nammu, dan melahirkan Shulgi, raja ke-3 dari Ur III.

/***

Menurut kronologi Alkitab, Terah ayah Abraham lahir pada masa ini yakni sekitar 2126 SM, di kota Ur-Kasdim, kata Kasdim merujuk pada bangsa Chaldean yang menguasai kota ini sekitar 1200 tahun kemudian, sekitar tahun 940 SM (baca: Sejarah Dinasty Bangsa Kasdim), ada yang mengatakan kata Kasdim itu merupakan referensi waktu penulisan kitab kejadian, sekitar tahun 587 SM, yang memang pada masa itu kota Ur didiami oleh bangsa Kasdim, hingga wajar jika disebut Ur-Kasdim

***/

Ur-Nammu (2112-2095 SM)

Selama 18 tahun berkuasa, 17 tahun masa pemerintahannya dikenal luas, namun urutannya tidak dipastikan keakuratannya. Tahun pertama pada masa pemerintahannya mencatat kehancuran bangsa guti, tahun ke-2 mencatat mengenai reformasi hukumnya: "Tahun ketika raja Ur-Nammu, mengatur (orang-orang dikerajaan) dari level terendah hingga tinggi" dan "Tahun ketika Ur-Nammu menegakkan keadilan di negeri ini."

Diantara naskah-naskah tentang Ur-Nammu, tercatat penaklukkannya atas kota Lagash dan merebut tahta atas Sumeria dari tuannya raja Uruk, Utu-Hengal. Ia akhirnya diakui sebagai penguasa regional Ur, Eridu dan Uruk di sebuah upacara penobatan di Nippur.

Ia juga di kenal memulihkan keamanan rute perdagangan darat dan ketertiban umum yang sempat kacau pada masa Gutium. Ur-Nammu dikenal memerintahkan untuk pembangunan sejumlah kuil, yang disebut Ziggurat, termasuk Ziggurat Besar di Ur.

Ia digantikan oleh anaknya Shulgi, karena wafat dalam medan pertempuran melawan orang-orang Guti, setelah ditinggalkan oleh tentaranya, peristiwa ini diperingati dalam puisi-puisi Sumeria.


Shulgi (2094-2047 SM)

Ia memerintah selama 48 tahun. Dan pencapaiannya adalah menyelesaikan pembangunan Ziggurat Besar di Ur. Shulgi terlibat dalam serangkaian perang untuk menuntut balas kepada orang-orang Guti atas kematian ayahnya.

Kota Der, adalah salah satu kota Sumeria yang terpandang dengan kuil dewa ular nya, namun pada tahun ke-20 Shulgi berkuasa, ia mengklaim para dewa memutuskan untuk menghancurkannya sebagai penghukuman.

Pada masa hidupnya banyak diciptakan  puisi yang memuji dirinya, dan pada tahun ke-23 ia berkuasa ia mengklaim sebagai dewa.

Beberapa naskah menyebut Shulgi tidak memiliki ketaatan: "ia tidak melakukan ritual sesuai aturan, ia masih najis dalam ritual pemurnian." ia juga dituduh "memiliki kecenderungan berbuat kriminal, dengan mengambil sebagai barang rampasan perang untuk kepentingan pribadi, yang berasal dari berbagai benda suci di kuil Esagila dan Babel/Babylon (benda-benda milik dewa Marduk)".

Shulgi memperluas wilayah Sumeria dengan menyerang suku-suku di dataran tinggi seperti suku Lullubi, Lulubum, dan Simurum, serta ke wilayah Elam, Anshan. Namun Shulgi tidak pernah mampu untuk memerintah orang-orang di wilayah ini.

Hingga pada tahun ke 37 kekuasaannya, ia memerintahkan pembangunan sebuah tembok besar untuk mencegah berbagai orang asing memasuki Sumeria.

Selain pembangunan tembok pertahanan, penyelesaian Ziggurat Besar di Ur, Shulgi juga menghabiskan banyak sumber daya dan waktunya untuk memperluas, memelihara jalan raya. Dia membangun rumah-rumah penginapan di sepanjang jalan raya, agar para pengguna jalan dapat menemukan tempat beristirahat, atas prestasi ini Samuel Noah Kramer menyebut Shulgi sebagai pembangun rumah penginapan pertama.

Amar-Sin (2046-2038 SM)

Nama ini berarti "dewa bulan yang abadi", ia memerintah selama 47 tahun. Ia dikenal dengan kampanye militernya melawan penguasa Elam, dan dibawah pemerintahannya kekuasan Ur III meluas hingga ke wilayah Lullubi dan Hamazi di pegunungan Zagros, ia berhasil menjadikan wilayah tersebut sebagai provinsi Sumeria. Ia juga mampu meredam pemberontakan di Ashur dimana ia mengangkat seorang gubernur dari orang Akkad, yang bernama Zariqum.

Di bawah pemerintahan Amar-Sin, kota Eridu mulai ditinggalkan penduduknya, karena masalah kandungan kadar garam yang tinggi pada tanah pertaniannya.

Dalam sebuah naskah tertulis
"Amar-Sin ... mengganti qurban persembahan dari lembu dan domba pada festival Akitu di kota Esagila. Ia dinubuatkan akan mati karena ditanduk lembu, namun ia ternyata mati karena gigitan [kalajengking] di sepatunya."

Shu-Sin (2037-2029 SM)

Pada masa ia berkuasa (selama 8 thn) terjadi pemberontakan oleh bangsa Amorit, ia kemudian memerintahkan pembangunan tembok di antara sungai Efrat dan Tigris pada tahun ke-4 ia berkuasa.

Ibbi-Sin (2028-2004 SM)

Selama ia berkuasa (selama 48 thn), kekaisaran Sumeria berulang kali direpotkan oleh bangsa Amorit yang bermigrasi dari barat, beberapa datang sebagai pejuang yang menjarah kota-kota di Mesopotamia, namun sebagian besar datang sebagai immigran dengan hewan gembala mereka, untuk mencari daerah yang lebih hijau.

Ibbi-Sin memerintahkan tembok kota Ur dan Nippur diperkuat, namun usaha ini tidak mampu menghentikan penjarahan atau mempertahankan wilayah kekaisaran Sumeria. Banyak kota-kota mulai jatuh ke tangan bangsa Amorit, mereka lalu menjadi penguasa diberbagai kota.

Seorang bangsa Amorit yang bernama Ishbi-Erra, menjabat sebagai komandan atau jendral dari kota Mari, ia diperintahkan oleh raja Ibbi-Sin untuk membeli gandum dari kota Isin dan Nippur dan dikirim ke kota Ur yang sedang dilanda kelaparan. Ishbi-Erra menjawab ia tidak mampu mengirim gandum karena bangsa Amorit membuat kekacauan di berbagai kota dan memblokade jalan menuju Ur. Ia meminta untuk ditunjuk sebagai pemimpin atau gubernur dari kota Isin dan Nippur. Raja menyetujui permintaan tersebut, dan juga memerintahkan agar ia melipatgandakan (hingga 60x lipat) penawaran gandum untuk segera dikumpulkan dan dikirim ke kota Ur.

Ishbi-Erra berhasil mengantarkan gandum bagi kota Ur. melihat lumpuhnya raja atas kekuasaan diberbagai kota selain kota Ur, ia dikemudian memerdekan diri dan mengklaim sebagai raja Isin dan Nippur pada tahun 2017 SM, Ia adalah dinasti pertama kota Isin pada yang menandai jatuhnya kekuasaan kota-kota Sumeria ketangan bangsa Amorit.

Kekuasaan Ibbi-Sin pun hanya tersisa pada kota Ur, melihat hal tersebut bangsa Elam yang dipimpin oleh Kindattu, bersama koalisi dari suku-suku di Pegunungan Zagros kemudian menaklukkan dan menjarah kota Ur pada tahun 2004 SM, serta membawa Ibbi-Sin ke Elam sebagai tawanan perang dan wafat dinegeri asing.


Para ahli mempercayai jika pada masa Ibbi-Sin, kekaisaran menderita akibat musim kemarau yang panjang - sama halnya dengan kekeringan yang menyebabkan runtuhnya kekaisaran Akkad pada tahun 2193 SM.

Kota Ur dan beberapa kota Sumeria diperintah oleh komandan perang bangsa Elam, namun 8 tahun kemudian (1996 SM) mereka berhasil di usir oleh Ishbi-Erra yang kini berhasil merebut kota-kota Sumeria dari Isin ke hingga Ur.


/***

Secara defacto kota Ur jatuh ketangan bangsa Elam sekitar tahun 2004 SM, dan pada tahun 1996 SM, kota Ur dan bangsa Elam diusir oleh bangsa Amorit.
Abraham lahir sekitar tahun 1996 SM. Beberapa tahun kemudian Abraham beserta ayahnya Terah dan anggota keluarganya meninggalkan kota Ur menuju kota Harran, sebuah kota penting yang merupakan jalur perdaganan dari Karkemis ke kota Ashur. Dan kemudian Abraham berpindah lagi ke tanah Kanaan pada tahun 1921 SM, ketika ia berusia 75 tahun.

Di kota Ur ini lah, kisah perselisihan Abraham dan raja Nimrod tertuang dalam kitab-kitab Apokrip. Yang jika dilihat dari konteks sejarah pada masa itu kemungkinan kota Ur sudah memasuki era dinasti Isin - Larsa (sekitar 2004-1830 SM), pada masa ini kota-kota Mesopotamia mulai dipimpin oleh bangsa Amorit.

Kejadian 11:26-31


26 Setelah Terah hidup tujuh puluh tahun, ia memperanakkan Abram, Nahor dan Haran.

27 Inilah keturunan Terah. Terah memperanakkan Abram, Nahor dan Haran, dan Haran memperanakkan Lot.

28 Ketika Terah, ayahnya, masih hidup, matilah Haran di negeri kelahirannya, di Ur-Kasdim.

29 Abram dan Nahor kedua-duanya kawin; nama isteri Abram ialah Sarai, dan nama isteri Nahor ialah Milka, anak Haran ayah Milka dan Yiska.

30 Sarai itu mandul, tidak mempunyai anak.

31 Lalu Terah membawa Abram, anaknya, serta cucunya, Lot, yaitu anak Haran, dan Sarai, menantunya, isteri Abram, anaknya; ia berangkat bersama-sama dengan mereka dari Ur-Kasdim untuk pergi ke tanah Kanaan, lalu sampailah mereka ke Haran, dan menetap di sana.





***/

Setelah keruntuhan dinasti Ur III (Neo-Sumeria) peta politik di Mesopotamia terbagi ke pada 4 Kekaisaran utama:

1. Kekaisaran Elam (2700–539 SM).
2. Kekaisaran Babylon Tua (Babel I) (1830—1531 SM).
3. Kekaisaran Ashur Tua (2025–1378 SM)
4. Kekaisaran Hittite/Het (1600–1178 SM).
 


Peta Mesopotamia setelah Periode Ur III

Selanjutnya : Dinasti Babylon I (Amorit - Old Babylon)

Sumber :
https://en.wikipedia.org/wiki/Third_Dynasty_of_Ur

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Apakah Abraham Berasal Dari Ur atau Haran?

Abraham berasal dari kota Haran dan bukan dari kota Ur-Kasdim, ya itulah pendapat beberapa para ahli biblikal moderen, mengapa mereka berpen...