Kamis, 05 Februari 2015

Sejarah asal-usul bangsa Israel dari tinjauan arkeologis - Part IV


B. BUKTI ARKEOLOGI DARI PALESTINA

Dalam penelitian terhadap berbagai situs bersejarah di sekitar Palestina, para ilmuwan sering berbeda pendapat tentang kapan dan bagaimana proses pemukiman itu terjadi. Contoh nya adalah situs kota Hazor. Alkitab memberi kita dua kisah bagaimana kota ini jatuh ketangan bangsa Israel.

Pertama, kota ini ini diserang dan dimusnahkan oleh bangsa Israel dibawah komando Yoshua (Yoshua 11:10); kisah kedua, bangsa Israel bermukim disekitar Hazor dan secara perlahan mereka menguasai kota tersebut (Hakim 4:1-2; 23-4).

Berdasarkan keterangan ilmuwan yang menggali di situs Hazor (Yadin), ia menemukan bukti arkeologi yang mendukung kisah Yoshua. Ketika menggali pada lapisan tanah di situs ini, ia menemukan bukti di lapisan ke-13, bahwa Hazor dihancurkan pada akhir abad ke-13 SM, dan pada lapisan ke-12 adalah bukti dari pemukiman bangsa Israel pada abad ke-12 SM, persis seperti kisah Yoshua.

Dan Ilmuwan lain yaitu Aharoni (1957), mengatakan ia menemukan bukti reruntuhan pemukiman bangsa Israel di sekitar Hazor sebelum hancurnya kota itu, yang mana hal ini cocok dengan kisah pada kitab Hakim-hakim.

Akan tetapi baru-baru ini ilmuwan lain yang menggali di situs tersebut bernama Israel Finkelstein (1988), mengatakan bahwa berdasarkan lapisan reruntuhan di Hazor, pemukiman bangsa Israel baru muncul pada lapisan ke-8 dan 7 sekitar tahun 1250-1100 SM, yang mana jaraknya 150 tahun dengan lapisan ke-13 seperti kesimpulan Yadin.

Situs Kota Hazor
Dengan menghiraukan perbedaan penanggalan reruntuhan di Hazor, kita mendapatkan gambaran bahwa, kebudayaan Kanaan di Hazor tergantikan oleh kebudayaan baru di sekitar era awal Zaman Besi (1200-1000 SM), dan pemukim baru ini kita sebut sebagai bangsa Israel atau proto-Israel.

Dengan semakin banyaknya penemuan arkologi baru, dari proyek-proyek penggalian dan survei, hal ini turut menyebabkan semakin bertambahnya teori-teori baru tengan asal-muasal bangsa Israel. Dan banyak dari teori tersebut menonjolkan peran para kaum nomaden dan semi nomeden pada pemukiman di daerah dataran tinggi pada era awal Zaman Besi (1200-1000 SM), yang seakan  menantang paradigma mengenai asal- usul dari bangsa Kanaan.

Ada beberapa ilmuwan mencoba menyempurnakan teori penyusupan secara damai, dengan memfokuskan penelitian pada askpek arkeologi yang berkaitan dengan bahasa, para ilmuwan ini percaya mereka dapat mencari jejak para pemukim ini ke para penggembala nomaden dari wilayah Transjordan.

Dari banyaknya teori yang dikemukakan, teori dari Israel Finkelstein lah yang paling banyak dibahas pada saat sekarang ini. Ia dianggap berhasil menyatukan teori asal-usul bangsa Israel dari dari Kanaan dan kaum Nomaden.

Bunimovitz mempunyai sebuah model untuk teori Finkelstein. Menurutnya ada sebuah fluktuasi jangka panjang pada proses pemukiman bangsa Israel ini, yang mana terjadi perambahan pemukiman baru, perpindahan penduduk, serta kembalinya sekelompok pemukim, yang sebelumnya meninggalkan wilayah ini.

Namun transisi ini tidak umum terjadi di daerah dataran tinggi, tetapi lebih jamak pada daerah perbatasan, yakni diantara dataran rendah dan dataran tinggi.

Menurutnya, proto-Israel berasal dari penduduk pedesaan dan para nomaden di era pertengahan Zaman Perunggu (1800-1550 SM), mereka berpindah dari dataran tinggi ke dataran rendah, namun setelah beberapa saat, atau pada era akhir Zaman Perunggu (1550-1200 SM), kelompok ini kembali lagi ke daerah dataran tinggi, hal ini disebabkan oleh munculnya tekanan dari bangsa Mesir.

Ada sebuah trend baru tentang data-data arkeologi pada komunitas non-Israel di daerah Transjordan. Hal ini dirintis oleh Albrecht Alt pada penelitiannya tentang pola pemukiman pada era awal Zaman Besi. Albrecht melihat ada relasi kuat antara pemukim di Cisjordan (Israel) dan Transjordan (Ammon, Moab, dan Edom). Selama beberapa dekade belakangan ini, terjadi sebuah usaha menyamakan pendapat tentang bagaimana peran para kaum nomaden dalam pembentukan komunitas di wilayah Transjordan hingga terbentuklah bangsa Ammon, Moab dan Edom.

Efek lain adalah muncul sebuah teori Hibrid yang menggabungkan antara berasal dari bangsa Kanaan, kaum nomaden, dan penggabungan dengan para migran dari wilayah lain. Ilmuwan penganut teori ini cenderung menonjolkan tentang masalah komplesitas dari pemukiman tersebut.

Dalam memilah teori asal-usul bangsa Israel adalah praktek umum untuk meninjau secara detail bukti-bukti arkeologi. Terutama hal detail mengenai variasi fitur artifak yang sering nampak pada pemukiman ini. Diantaranya guci keramik berleher bundar (collared-rim pithoi), motif pilar rumah dengan empat ruangan, pola agrikultur, penampungan air, serta binatang peliharaan. Berikut akan kita bahas secara detail mengenai temuan arkeologi tersebut.

Perbandingan guci berleher bundar dan manusia
Kita mulai dengan guci, guci ini berukuran besar dan akan sangat berat jika dibawa bepergian dengan berjalan kaki. Ada ratusan guci seperti ini ditemukan, guci ini adalah jenis guci berleher bulat serta memiliki pegangan yang kecil, guci seperti ini berhasil digali dibanyak wilayah di dataran tinggi pada era Zaman Besi.

Para ilmuwan sering berdebat mengenai mengapa terdapat begitu banyak guci seperti ini di wilayah tersebut. Ada yang berspekulasi bahwa guci tersebut digunakan untuk  menyimpan air, tetapi banyak yang mengatakan untuk penampungan anggur atau minyak zaitun.

Satu debat yang sangat penting adalah berkaitan dengan etnisitas: apakah guci sejenis ini adalah ciri khas bangsa Israel? selama beberapa saat jawabannya adalah "iya", tapi pada tahun terakhir, para ilmuwan mengindentifikasi bahwa guci seperti itu adalah model guci umum, yang digunakan oleh bangsa Kanaan, dan  digunakan pula oleh orang-orang yang tinggal di luar wilayah dataran tinggi ini.

Guci ini secara umum berukuran besar, tetapi berdinding tipis, dipastikan jika masyarakat pedesaan ini tidak memiliki keahlian meproduksi guci semacam ini. Selain itu ukuran guci ini sangan seragam baik dalam hal ukuran atau bentuk. Para ilmuwan berkesimpulan bahwa benda ini pasti diproduksi disebuah rumah produksi khusus dan dikirim kemari.

Dan keseragaman itu bukan tanpa sebab tapi mempunyai tujuan, yakni sebagai usaha standarisasi pengukuran cairan, mungkin atas perintah dari penguasa Mesir yang berkuasa di wilayah Palestina selama era akhir Zaman Perunggu.



Rumah dengan 4 ruangan

Rumah dengan 4 ruangan juga tidak lepas dari perdebatan. Menurut beberapa ilmuwan, popularitas desain rumah demikian sangat berkaitan dengan fungsinya bagi aktivitas kaum agraris dan penggembala.  Belakangan ditemukan pula desain rumah seperti ini, pada area lain diluar teritori bangsa Israel.

Bagi ilmuwan yang mendukung pendapat bahwa rumah 4 ruangan adalah ciri khas etnis Israel mempunyai cara pandang yang berbeda, mereka berpandangan bahwa desain rumah demikian adalah usaha untuk meniru rumah tenda para kaum nomaden, sebelum mereka menetap, akan tetapi pendapat ini tidak diterima secara luas.

Satu pendapat yang mendukung desain rumah dengan etnisitas, adalah dari penelitian yang mengkombinasikan desain rumah dengan nilai sosial egaliterian yang berkembang di masyarakat proto-Israel, dan menurut mereka rancangan rumah ini berbeda dengan standar rumah di daerah Kanaan yang berhirarki.

Rumah dengan desain empat ruangan ini muncul secara sporadis selama era awal Zaman Besi di wilayah Cisjordan dan Transjordan, dan menjadi dominan di pertengahan era Zaman Besi (1000 - 586 SM), lalu hilang sejak kejatuhan kerajaan selatan (Israel, kerajaan utara adalah Yehuda) disekitar tahun 586 SM.

Perkebunan dengan teknik terasering
Fitur berikutnya yang menjadi tanda etnisitas bangsa Israel adalah, tempat penampungan air berlapis tanah liat (lime-plastered cistern), serta teknik bercocok tanam sistem terasering. Akan tetapi dua fitur ini kurang diterima secara luas dikalangan ilmuwan karena praktek semacam ini sudah sangat umum ditemukan di era Zaman Perunggu (1550-1200 SM).

Salah satu indikasi penting yang menjadi fitur unik bangsa Israel adalah jenis hewan ternak. Melalui penelitian ekstensif di dataran tinggi Palestina, yakni   pengumpulan sisa tulang-belulang hewan, diketahui jika hewan ternak utama yang dipelihara oleh komunitas ini adalah sapi dan domba, diketahui pula jika  hampir tidak ditemukannya tulang babi.

Hal ini sangat kontras dengan di wilayah penduduk di Kanaan, di mana tulang babi sangat banyak ditemukan. Penemuan ini sesuai dengan gambaran Alkitab mengenai perspektif bangsa Israel terhadap babi yang dianggap hewan kotor dan ditabukan untuk di konsumsi.


Namun tulang babi sebenarnya ditemukan pula di beberapa wilayah di dataran tinggi, walau dalam jumlah yang sedikit, dan tidak diketahui secara pasti apakah kurang nya tulang babi ini dapat menjadi penanda khusus untuk etnis Israel. Sebab adalah kebiasaan kaum nomad ataupun kaum penggembala untuk tidak memelihara babi yang membutuhkan sumber air yang banyak.

Para ilmuwan yang menggunakan sekumpulan fitur yang dijelaskan diatas untuk mengindetifikasi bangsa Israel secara teknis dikenal dengan istilah "culture area" untuk menganalisa ethnoarchaeology (arkeologi-etnis).  Teknik ini mengidentifikasi aspek sosial masyarakat lampau dengan kombinasi peninggalan arkeologi yang muncul secara bersamaan di sebuah wilayah.

Dalam hal asal-usul bangsa Israel dimana sisi penting sudut pandang ini? Harus di akui bahwa dalam kasus Israel kuno, tidak ada jejak peninggalan arkeologi yang eksklusif milik etnis ini. Namun jejak arkeologi ini jika dikombinasikan dengan narasi yang ada di Alkitab, maka dapat diketahui bahwa area ini adalah sisa-sisa peninggalan nenek moyang bangsa Israel pada era Zaman Besi (1200-1000 SM).

Bersambung Part V

Index Sejarah Asal-Usul Bangsa Israel Dari Tinjauan Arkeologis

Artikel ini adalah terjemahan dari judul asli "Religion, Identity and the Origins of Ancient Israel"
yang berarti "Agama, Identitas dan Asal-Usul Bangsa Israel Kuno" karya K.L. Spark, dan dapat di download di :  https://www.academia.edu/1059820/Religion_Identity_and_the_Origins_of_Ancient_Israel

K . L. Sparks, Eastern University, 1300 Eagle Road, St. Davids, PA
19312, USA. Email: ksparks@eastern.edu.
https://eastern.academia.edu/KentonSparks

Sebelumnya Part III

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Apakah Abraham Berasal Dari Ur atau Haran?

Abraham berasal dari kota Haran dan bukan dari kota Ur-Kasdim, ya itulah pendapat beberapa para ahli biblikal moderen, mengapa mereka berpen...