Kamis, 03 November 2016

Pengantar Alkitab Ibrani (11)

Kuliah 11 - Di negeri Moab: Kitab Ulangan [Oktober 16, 2006]

Bab 1. Musa Sang Pemimpin

Anda mungkin telah mendengar bawa Musa adalah seorang pemimpin besar dan pemberi hukum pertama pada masa Israel kuno; Namun yang jelas Musa bukanlah penulis atau penyusun segala hukum yang terkandung dalam Alkitab.

Beberapa hukum yang kita baca dalam Alkitab ternyata sudah sangat kuno, mereka adalah warisan hukum dari para bangsa kuno di Timur-Tengah. Namun dalam narasi, hukum-hukum tersebut diselipkan ke zaman Musa, dan Musa  adalah figur sentral dalam narasi Alkitab, dari kitab Keluaran hingga Bilangan dan Ulangan, dan menjadi inspirator serta panutan bagi para pemimpin Israel.

Dalam pandangan Alkitab tidak ada yang bisa memandang wajah Allah dan tetap hidup, namun Musa, berbicara dengan Allah "mulut ke mulut." Jadi mengapa ia tidak di-izinkan untuk melihat hasil akhir dari tugasnya? Mengapa ia tidak di-izinkan untuk memasuki Tanah Perjanjian? Ini adalah pertanyaan yang melanda bangsa Israel kuno, dan Alkitab berisi tradisi untuk menjelaskan misteri besar ini, atau tragedi? Ketika Musa bertanya kepada Allah apakah ia dapat memasuki tanah tersebut pada

Ulangan 3:25-27
25. Biarlah aku menyeberang dan melihat negeri yang baik yang di seberang sungai Yordan, tanah pegunungan yang baik itu, dan gunung Libanon.
26. Tetapi TUHAN murka terhadap aku oleh karena kamu dan tidaklah mendengarkan permohonanku. TUHAN berfirman kepadaku: Cukup! Jangan lagi bicarakan perkara itu dengan Aku.
27. Naiklah ke puncak gunung Pisga dan layangkanlah pandangmu ke barat, ke utara, ke selatan dan ke timur dan lihatlah baik-baik, sebab sungai Yordan ini tidak akan kauseberangi.

Dan Allah menjelaskan alasannya pada

Ulangan 32:49-52
49. "Naiklah ke atas pegunungan Abarim, ke atas gunung Nebo, yang di tanah Moab, di tentangan Yerikho, dan pandanglah tanah Kanaan yang Kuberikan kepada orang Israel menjadi miliknya,
50. kemudian engkau akan mati di atas gunung yang akan kaunaiki itu, supaya engkau dikumpulkan kepada kaum leluhurmu, sama seperti Harun, kakakmu, sudah meninggal di gunung Hor dan dikumpulkan kepada kaum leluhurnya--
51. oleh sebab kamu telah berubah setia terhadap Aku di tengah-tengah orang Israel, dekat mata air Meriba di Kadesh di padang gurun Zin, dan oleh sebab kamu tidak menghormati kekudusan-Ku di tengah-tengah orang Israel.
52. Engkau boleh melihat negeri itu terbentang di depanmu, tetapi tidak boleh masuk ke sana, ke negeri yang Kuberikan kepada orang Israel."

Jadi apa yang terjadi di Meribat-Kadesh yang membuat Allah begitu marah? Anda dapat membacanya pada Kitab Bilangan 20. Namun jawaban yang di dapat disana belum sepenuhnya jelas, tidaklah jelas apa yang telah dilakukan Musa hingga mendapat hukuman tersebut... Ada pendapat yang mengatakan bahwa ini adalah upaya untuk menjelaskan tentang sebuah legenda kuno yang turun temurun tentang seorang pemimpin besar yang meninggal di sisi timur sungai, dan penulis nampaknya menduga ia mungkin telah berdosa.

Dan kisah perpisahan Musa dapat dibaca pada

Ulangan 34:1-12
1. Kemudian naiklah Musa dari dataran Moab ke atas gunung Nebo, yakni ke atas puncak Pisga, yang di tentangan Yerikho, lalu TUHAN memperlihatkan kepadanya seluruh negeri itu: daerah Gilead sampai ke kota Dan,
2. seluruh Naftali, tanah Efraim dan Manasye, seluruh tanah Yehuda sampai laut sebelah barat,
3. Tanah Negeb dan lembah Yordan, lembah Yerikho, kota pohon korma itu, sampai Zoar.
4. Dan berfirmanlah TUHAN kepadanya: "Inilah negeri yang Kujanjikan dengan sumpah kepada Abraham, Ishak dan Yakub; demikian: Kepada keturunanmulah akan Kuberikan negeri itu. Aku mengizinkan engkau melihatnya dengan matamu sendiri, tetapi engkau tidak akan menyeberang ke sana."
5. Lalu matilah Musa, hamba TUHAN itu, di sana di tanah Moab, sesuai dengan firman TUHAN.
6. Dan dikuburkan-Nyalah dia di suatu lembah di tanah Moab, di tentangan Bet-Peor, dan tidak ada orang yang tahu kuburnya sampai hari ini.
7. Musa berumur seratus dua puluh tahun, ketika ia mati; matanya belum kabur dan kekuatannya belum hilang.
8. Orang Israel menangisi Musa di dataran Moab tiga puluh hari lamanya. Maka berakhirlah hari-hari tangis perkabungan karena Musa itu.
9. Dan Yosua bin Nun penuh dengan roh kebijaksanaan, sebab Musa telah meletakkan tangannya ke atasnya. Sebab itu orang Israel mendengarkan dia dan melakukan seperti yang diperintahkan TUHAN kepada Musa.
10. Seperti Musa yang dikenal TUHAN dengan berhadapan muka, tidak ada lagi nabi yang bangkit di antara orang Israel,
11. dalam hal segala tanda dan mujizat, yang dilakukannya atas perintah TUHAN di tanah Mesir terhadap Firaun dan terhadap semua pegawainya dan seluruh negerinya,
12. dan dalam hal segala perbuatan kekuasaan dan segala kedahsyatan yang besar yang dilakukan Musa di depan seluruh orang Israel.

Tidak ada karakter selain Musa, yang di narasikan  sedemikian rupa oleh penulis Alkitab. Kepemimpin atas Israel dari Musa kemudian diteruskan oleh Yosua bin Nun. Kitab Ulangan ditutup dengan transfer otoritas ini. Dan dalam beberapa hal Yosua, seakan menjadi kembaran Musa.

Musa melintasi 'Laut Reed', dan air berdiri tegak sementara bangsa Israel melintasi tanah yang kering. Seperti halnya Yosua melintasi Sungai Yordan ke Tanah Perjanjian, air sungai berdiri tegak dan bangsa Israel melintasi tanah yang kering Yosua 3:13.

Setelah menyeberang, bangsa Israel kemudian merayakan Paskah, ini membuat hubungan yang kuat dengan kisah Musa, yang juga merayakan paskah pertama. Musa mendapatkan penglihatan Allah pada semak yang terbakar, dan ia diperintahkan untuk melepas alas kakinya, karena ia berada di tanah suci. Yosua juga memiliki theofani demikian, setelah ia melintasi sungai Yordan. Ia melihat seorang pria dengan pedang terhunus yang merupakan malaikat Allah dan ia memerintahkan Yosua untuk melepas alas kaki karena ia berada di tanah yang suci.

Musa adalah perwakilan Israel dalam pembuatan perjanjian dengan Allah di Sinai. Yosua adalah pihak yang memediasi pembaharuan perjanjian di sebuah tempat yang bernama Shechem/Sikhem.

Musa mengirim mata-mata untuk mengintai negeri Kanaan; Yosua juga mengirim mata-mata. Musa mengulurkan tongkat selama pertempuran agar Israel menang atas musuh-musuhnya, dan Yosua melakukan hal yang sama dengan lembing.

Jadi ini semua adalah paralel literatur penting dan adalah salah satu sinyal tentang pentingnya Musa dalam tradisi Israel sebagai panutan bagi pemimpin. Dinarasikan, bahwa setelah Israel memasuki tanah perjanjian, Allah meninggikan Yosua di mata seluruh Israael sehingga mereka menghormatinya, seperti mereka menghormati Musa. Saat ini kita akan membahas kita Ulangan dan membahas Yosua pada kuliah berikut.

Jadi pengembaraan bangsa Israel di padang gurun berakhir di tanah Moab, yang terletak di sebelah timur Sungai Yordan, dan itulah keterangan pembuka pada kitab Ulangan. Kemudian Musa memberikan 3 pidato panjang, sebelum bangsa Israel memasuki Tanah Perjanjian. Dan 3 pidato itu yang merupakan porsi terbesar dari kitab Ulangan.

Kitab Ulangan berbeda dengan 4 kitab lainnya dalam Torah/Taurat, karena dalam kitab lain terdapat narator yang identitasnya tidak diketahui, yang bercerita bagaimana Yahweh mengarahkan kata-katanya kepada Musa untuk kemudian disampaikan kepada bangsa Israel.

Musa akan berbicara dengan bangsa Israel atas nama Allah. Namun dalam kitab Ulangan Musa akan berbicara langsung dengan bangsa Israel, sehingga buku ini ditulis hampir secara keseluruhan dalam sudut pandang orang pertama, sedangkan 4 buku lainnya tidak; mereka dalam sudut pandang orang ketiga yang anonim, dan bergaya narasi. Di sini kita melihat pidato langsung dari Musa.

Moshe Weinfeld adalah seorang ahli biblikal terkemuka dalam hal kitab Ulangan. Ia mengatakan kitab ini adalah sebuah ekspresi ideologi yang dibuat dalam bentuk pidato yang dikeluarkan dari mulut seorang pemimpin besar. Ini adalah teknik literatur yang saangat umum dijumpai dikemudian hari dalam sejarah literatur Israel.

Jika menurut kelompok imam/paderi/priestly, Israel menerima hukum-hukumnya (Taurat) di gunung Sinai. Namun dalam kitab Ulangan, hukum tersebut diterima di dataran Moab, 40 tahun setelah Sinai, sebelum Israel menyeberangi sungai Yordan. Di gunung Sinai Israel menerima Dekalog/10 Perintah Allah, namun sisa hukum tampaknya disampaikan di dataran Moab.

Bab 2. Struktur Dasar Kitab Ulangan.

Kita dapat melihat struktur dasar kitab Ulangan dalam beberapa cara, dan menurut isi pidato, kita dapat memilah kitab ke dalam beberapa bagian.

Pidato pertama yang merupakan semacam pengantar dalam bab 1-4, hingga Ulangan 4:43.
Terdapat pendahuluan yang memberitahu kita lokasi, di mana bangsa Israel saat itu sedang berada, dan juga khotbah pertama Musa. Musa dalam khotbahnya memberi kita tinjauan historis, dan tujuan dari tinjauan itu; ia menginginkan bangsa Israel mempelajari sesuatu, untuk menyimpulkan sesuatu dari perjalanan mereka dari Sinai hingga saat itu.

Dan dalam tinjauan itu ia menceritakan kembali kisah, yang sebenarnya dapat kita temukan dalam kitab-kitab sebelumnya, ia memilih beberapa kejadian penting, kita akan melihat bagaimana ia menekankan tentang kesetiaan Allah, dan bagaimana Allah memenuhi segala perjanjian, dan ia mendesak agar bangsa Israel, menjalankan bagian dari kewajiban mereka yaitu mentaati hukum-hukum Allah.

Khotbah ke-2, dari Ulangan 4:44 - 28:6, juga mengandung sedikit tinjauan historis, serta kutipan-kutipan dari ayat kitab sebelumnya, dan juga memberi penafsiran awal. Namun pada bab 12-26, beberapa hukum kemudian dibabarkan oleh Musa, namun sebenarnya merupakan pengulangan dari kitab sebelumnya, dan itu adalah pusat dari hukum Taurat yang juga merupakan inti dari kitab ini.

Kitab Ulangan (Deuteronomy) dalam bahasa Yunani sering di sebut sebagai deutero nomos, yang berarti hukum kedua, pengulangan hukum, yang merupakan fakta dari isi kitab ini. Dalam bahasa Ibrani kitab ini bernama Devarim yang berarti "perkataan-perkataan" yang diambil dari kalimat pertama kitab ini Ulangan 1:1 "Eleh ha-devarim."

Pada bab 27 terdapat perintah mengenai tata cara seremoni peringatan perjanjian, di dekat Sikhem, ketika bangsa Israel telah menyeberangi sungai Yordan. Terdapat informasi dari tradisi bangsa Yunani kuno, tentang upacara sebelum mengkolonisasi sebuah daerah, terutama jika itu dikaitkan dengan perintah dewa, mereka akan melakukan upacara tertentu, seperti pemberkatan dan upacara kutuk. Mereka akan menulis hukum pada pilar batu, dan mendirikan sebuah mezbah untuk qurban - hal ini persis seperti pada Ulangan 27.

Pada bab 28 terdapat daftar dari upah atau berkat untuk Israel jika ia tetap setia kepada Hukum Allah, dan juga hukuman jika mereka melanggarnya. Namun yang penting dari pandangan Deuteronomis adalah nasib Israel ditentukan oleh ketaatan nya pada perjanjian.

Khotbah ke-3 Musa berada pada bab 29-30, yang menekankan tentang akibat dari pelanggaran terhadap perjanjian terhadap bangsa Israel. Dan tergantung dari Israel hendak memilih berkat, atau kutuk dengan akibatnya.

Bagian terakhir dari Kitab ini pada bab 31-34, ini semacam lampiran. Ada beberapa puisi kuno yang ditemukan pada bab 32, yang disebut "Nyanyian Musa;" Kita memiliki perkataan berkat dari Musa pada bab 33, dan kemudian bab 34 adalah kisah kematian Musa.

Beberapa abad yang lampau para ahli biblikal memberi catatan pada pembukaan kitab Ulangan yang berbunyi, " Inilah perkataan-perkataan yang diucapkan Musa kepada seluruh orang Israel di seberang sungai Yordan."

Wilayah yang dimaksud adalah wilayah trans-Yordan daerah bangsa Ammon - Moab, jadi orang yang menulis Kitab ini memiliki sudut pandang sedang berada di wilayah Israel. Ia berkata bahwa Musa ketika itu sedang berada di wilayah Trans-Yordan, sehingga ia memandang ke arah timur.

Dan karena hal ini lah disimpulkan bahwa kitab ini tidak ditulis oleh Musa, karena Musa tidak pernah memasuki tanah Kanaan, dan ia tidak mungkin ia berbicara tentang sesuatu dengan sudut pandang ini. Demikian juga pada bab akhir yang menceritakan tentang kematian dan penguburan Musa, tidaklah mungkin ditulis oleh Musa. Jadi dari hal-hal tersebut disimpulkan bahwa penulisan kitab Ulangan adalah berabad-abad setelah waktu Musa seharusnya hidup, ini jika kita menganggap Musa adalah figur historis.

Berdasarkan analisis ahli biblikal seperti Moshe Weinfeld dan Bernard Leveinson, disimpulkan bahwa inti asli dari kitab Ulangan muncul pada abad ke-8 SM. Dan kemungkinan kitab gulungan yang di kenal sebagai gulungan kitab Torah, yang oleh Kitab Ulangan disebut pada :

Ulangan 1:5
5. Di seberang sungai Yordan, di tanah Moab, mulailah Musa menguraikan hukum Taurat ini

Ulangan 17:18-29
18. Apabila ia duduk di atas takhta kerajaan, maka haruslah ia menyuruh menulis baginya salinan hukum (dalam bahasa Ibrani Hukum ini ditulis dengan kata "Torah") ini menurut kitab yang ada pada imam-imam orang Lewi. 19. Itulah yang harus ada di sampingnya dan haruslah ia membacanya seumur hidupnya untuk belajar takut akan TUHAN, Allahnya, dengan berpegang pada segala isi hukum dan ketetapan ini untuk dilakukannya.

http://alkitab.sabda.org/verse.php?book=ulangan&chapter=17&verse=18
http://thetorah.com/deuteronomy-the-first-torah/

Mungkin hukum itu setara dengan isi Ulangan 12-26, dan akhirnya hukum tersebut lalu dimasukkan kedalam bingkai konsep khotbah Musa, dengan berbagai penambahan seperti pembuka yang berisi review historis, serta penutup.

Dalam hal ini terjadi pembaharuan dan perluasan terhadap hukum-hukum, yang sebenarnya merupakan refleksi terhadap pengalaman dimasa pembuangan. Pada tahun 586 SM, Yerusalem dihancurkan dan bangsa Israel dibuang di Babilon.

Dan pada masa tertentu kitab Ulangan ditambahkan kedalam 4 kitab sebelumnya, hingga di kenal sebagai Pentatukh; hal dimaksudkan sebagai bagian kesimpulan; dan tidak seperti kitab Kejadian-Bilangan, hanya pada kitab Ulangan digunakan kata "Torah" sebagai perintah Allah atau wahyu.

Penambahan pada kumpulan kitab sebelumnya yang kemudian di kenal sebagai Torah, diperkirakan terjadi selama dipangasingan sekitar abad ke-6 SM. Kitab Ulangan adalah bagian narasi sejarah yang termasuk dalam rentetan kitab dari Yosua -> Hakim-Hakim -> Samuel I & II -> Raja-Raja I & II. Dan Kitab Ulangan sekaligus berfungsi sebagai pengantar bagi kitab selanjutnya.

Kitab Ulangan adalah semacam sebuah kesimpulan yang sedikit variatif dari kitab Kejadian -> Bilangan, karena ia tidak memiliki akhir kisah yang diharapkan, anda dibuat seperti mengharapkan cerita akan berakhir dengan masuknya bangsa Israel ke Tanah Perjanjian, di bawah kepemimpinan Musa namun hal tersebut tidak terjadi.

Beberapa ahli biblikal berkesimpulan jika kisah penundaan kepemilikan Tanah bagi Israel mungkin sebuah refleksi dari perjalanan sejarah ketika hidup di pengasingan, di mana sebuah pengalaman yang kemudian memicu pertentangan akan gagasan tentang kepemilikan tanah sebagai upah dari perjanjian Israel & Yahweh. Jadi bagi orang yang berada di pengasingan, maka akhir memuaskan bagi mereka adalah Israel tidak memasuki tanah itu.

Kompleksitas dari proses pembentukan kitab Ulangan ini menggarisbawahi fakta, bahwa pemahaman moderen tentang penulisan sebuah buku tidak dapat diterapkan pada Alkitab. Jika kita memikirkan tentang seorang penulis tunggal yang sedang menyusun naskah.

Namun ini bukan cara kerja sebuah naskah diciptakan di masa lampau, khususnya sebuah naskah komunal. Weinfeld menegaskan, para penulis Alkitab atau yang lebih tepat disebut sebagai kolektor, pengumpul, perevisi, editor, dan penterjemah dari naskah/tradisi kuno.

Naskah-naskah kuno umumnya berupa produk dari banyak tangan yang mungkin dikerjakan hingga berabad-abad lamanya, dan selama waktu itu sangat sering terjadi modifikasi atau pengkondisian ulang (recontextualization).

Kita merujuk pada orang-orang yang mentransmisikan dan mengembangkan naskah tersebut sebagai sebuah Mazhab atau sekelompok orang. Jadi ketika kita berbicara tentang Mazhab Deuteronomistis kita membahas tentang sebuah kesatuan naskah yang para penulisnya saling berbagi dalam sebuah ideologi atau orientasi tertentu; dan kita perlu menyadari bahwa beberapa bagian dari naskah tersebut berasal dari masa yang berbeda.

Jadi naskah tersebut adalah hasil pemeliharaan, transmisi dan pengembangan dari banyak tangan/penulis yang berbagi sebuah ideologi tertentu. Pola yang sama terdapat pada Mazhab Priestly/Kelompok Paderi.

Inti dari hukum dalam kitab Ulangan/Deuteronomy terbentang dari bab 5-26, bab 5 dimana materi hukum dimulai - dan berisi versi perluasan dari 10 Perintah Allah, dan hukum lain pada bab 6-26 menyerupai materi hukum dari kitab Keluaran, yang kita sebut sebagai Kode/Hukum Perjanjian, yang nampaknya memiliki relasi dengan hukum-hukum yang berada pada kitab Imamat dan Bilangan.

Pertanyaan yang muncul adalah bagaimana menjelaskan tentang hukum-hukum yang berbeda dalam naskah tersebut? Beberapa dari hukum ini adalah paralel satu sama lain namun ada juga yang tidak. Penjelasannya adalah hukum pada kitab Ulangan sebagai respons atau modifikasi terhadap hukum dalam kitab Keluaran dan Bilangan, atau juga memang terdapat perbedaan hukum, yang merupakan sebuah hasil formulasi independen.

Bab 3. Pembaharuan Dan Revisi Hukum Berdasarkan Gagasan Baru.

Weinfeld berpendapat, kitab Ulangan bergantung pada kitab sebelumnya atau pada 4 kitab dari Pentatukh, dan kelompok D merevisi serta mereformasi sesuai dengan gagasan-gagasan baru: yaitu terdapat sebuah tempat pemujaan atau kuil yang terpusat, dan kedua semangat kemanusiaan.

Ideologi baru tersebut adalah pemicu terjadinya revisi dari materi yang sudah ada. dan Kelompok D bergantung pada sumber E. Hal ini terlihat pada kisah di gunung Sinai, kelompok E menyebutnya sebagai gunung Horeb, dan pada Kitab Ulangan gunung Sinai, juga disebut sebagai gunung Horeb.

Penulis dari kitab Ulangan membatasi wahyu di Sinai hanya untuk Dekalog (10 Perintah Allah), dan hukum lainnya diberikan Musa ketika berada di tanah Moab. Dalam pandangan Weinfeld kitab Ulangan, dengan revisinya adalah sebuah pembaharuan, untuk mengganti kitab sebelumnya, bukan pelengkap.

Kitab Ulangan secara umum tidak mengandung banyak hukum sipil, dan lebih fokus kepada aturan moral-keagamaan - sejenis hukum apodiktis - dan hukum sipilnya nampak mendapat sentuhan semangat kemanusiaan kelompok D.

Misalnya hukum persepuluh, hukum untuk melepaskan budak dan menghapus utang pada tahun Sabat, aturan pelaksaan 3 festival - semua peraturan ini adalah hukum kuno; yang muncul dalam kitab Keluaran, dan sekarang kembali muncul dalam kitab Ulangan namun dengan mengalami modifikasi.

Dalam kitab Ulangan orang Israel yang berhutang hingga menjadi budak, dibebaskan sebagai hadiah atas kemurah-hatian tuan nya. Hal ini tidak muncul pada kitab Keluaran. Contoh lain adalah dalam kitab Ulangan terhadap perluasan dari Kode Perjanjian tentang larangan menganiaya orang asing, yaitu mereka harus dilindungi, ia harus diberi makanan dan sebagainya.

Hubungan antara D terhadap hukum milik kelompok P (priestly/Paderi) atau imam sulit digambarkan. Sumber P nampaknya mewakili kesatuan hukum yang orientasinya berbeda. Ia lebih cenderung berurusan dengan topik ke-sakralan. Seperti D, naskah P juga seringkali mengubah dan merevisi hukum dari kode Perjanjian. Kita melihatnya dalam kasus budak, kelompok Priestly nampaknya menghapuskan praktek memberbudak sesama orang Israel (biasanya akibat hutang-piutang), dan bersikeras bahwa budak hanya dapat diperoleh dari bangsa non Israel.

Pendapat Weinfeld tentang hubungan naskah D dan P, yaitu ketika beberapa hukum P ditemukan dalam kitab Ulangan, mereka disajikan dengan cara yang lebih rasional, atau mengalami desakralisasi. Kita akan melihatnya dalam kasus D membahas qurban, yang berbeda dengan pemahaman kelompok P.

Jadi banyak dari para ahli menyimpulkan bahwa mazhab D memperbaharui dan merevisi hukum sebelumnya, khususnya hukum dalam kode Perjanjian, namun hal ini seringkali terjadi pada lapisan hukum yang lebih tua milik kelompok P; dan mereka melakukannya sebagai respons terhadap keadaan, yakni situasi abad ke-8 dan ke-6 SM.

Jadi kitab Ulangan memberi kita informasi tentang fenomena yang terjadi pada beberapa titik-titik penting dalam sejarah Israel, hal ini nampak pada modifikasi dan penulisan ulang terhadap hukum-hukum dan tradisi terdahulu untuk mengakomodir keadaan dan gagasan-gagasan baru.

Kitab Ulangan itu sendiri adalah semacam proses otorisasi atau gagasan tentang tradisi suci atau kanon, dan juga sebuah proses  penafsiran. Namun gagasan tentang kanon suci ini tidak seperti cara pandang orang moderen mengenai  sebuah kanon suci, yakni naskah tersebut harus absolut dan statis, tidak mengalami perubahan dan berwibawa.

Ini bukan pandangan penulis mengenai kanon suci, mereka memodifikasi, merevisi serta mengulangnya pada bagian tertentu, mereka juga menafsirkan beberapa bagian dalam proses transmisi dan pelestariannya. Justru karena naskah atau tradisi itu dianggap sakral dan berwibawa ia harus beradaptasi dan mampu berbicara tentang situasi baru; jika tidak, maka ia akan menjadi tidak relevan.

Jadi apa keadaan dan situasi yang mengakibatkan terjadinya revisi oleh kelompok Deutronomis? Salah satu perubahan utama yang cukup populer adalah adanya sentralisasi tempat pemujaan/ibadah. Hal ini mewakili perubahan besar dalam praktek keagamaan Israel. Menurut Deutronomis kuil utama akan berlokasi di sebuah tempat yang ditentukan oleh Allah, dan namanya akan berdiam disana - nama tempat itu yakni Yerusalem tidak pernah disebutkan dalam kitab Ulangan, namun Yerusalem akan disebut pada kitab lain dalam bentuk penggenapan.

Sekarang terdapat kesamaan antara program keagamaan oleh kelompok Deutronomis dan reformasi keagamaan besar-besaran yang dilakukan oleh raja Hezkiah pada abad ke-8 SM atau oleh anaknya raja Yosia pada abad ke-7 SM, sekitar tahun 622 SM. Ini adalah reformasi yang tertulis pada kitab 2 Raja-Raja 22.

Reformasi ini telah lama diperhatikan dan menjadi dasar para ahli biblikal untuk menanggalkan materi inti dari kitab Ulangan, yakni pada akhir abad ke-7 SM. Berdasarkan kisah 2 Raja-Raja, ketika renovasi terhadap Bait Allah dikerjakan pada masa raja Yosia, gulungan kitab Taurat ditemukan dan ketika dibaca oleh raja, ia menjadi kecewa karena selama ini perintah tidak ditegakkan. Sekarang istilah gulungan kitab Torah/Taurat tidak pernah muncul dalam kitab Kejadian hingga Bilangan; ia hanya muncul pada kitab Ulangan 17.

Kisah selanjutnya adalah raja Yosia mengumpulkan rakyatnya, dan membacakan isi gulungan itu, orang-orang setuju dengan ajaran taurat dan dimulailah reformasi raja Yosia. Kita melihat ia lalu menyucikan Bait Allah dari unsur-unsur pemujaan kepada Baal dan Asherah. Ia melarang segala bentuk pemujaan dan qurban kecuali pada bait Allah di Yerusalem dan menghancurkan semua mezbah pada bukit pengorbanan di seluruh pelosok Yehuda, di mana para imam-imam lokal dan kaum Lewi mungkin mempersembahkan qurban bagi penduduk sekitar - pada pilar berhala atau kepada Yahweh: ini dianggap sah pada sumber J dan E. Para leluhur melakukan praktek demikian sepanjang masa, membangun altar diseluruh negeri, namun pada kitab Ulangan terdapat perintah untuk menghancurkan tempat ibadah, pertama-tama kepada dewa lain, namun juga penyembahan kepada Yahweh di bukit-bukit pemujaan atau pada kuil di pedesaan.

Setelah program reformasi ini dilakukan, dikisahkan bahwa hari raya Paskah kemudian dirayakan sebagai festival nasional, oleh semua orang di Yerusalem. Itulah prosedur tentang bagaimana cara merayakan paskah menurut D. Hal ini berbeda dengan pernyataan paskah dirayakan disetiap rumah masing-masing (sebagai acara keluarga), pada kitab lain dari Alkitab.

Para ahli berpikir bahwa inti dari hukum-hukum dalam kitab Ulangan diciptakan oleh seklompok orang di kerajaan Israel di Utara yang runtuh pada tahun 722 SM, hal ini terlihat dalam fakta bahwa kitab Ulangan memiliki pertalian dengan tulisan-tulisan dari beberapa nabi yang berasal dari utara pada abad ke-8 SM seperti Hosea. Ia juga memiliki pertalian dengan sumber E, yang terhubung dengan kerajaan Israel di utara. Pada abad ke-9 dan ke-8 SM, kerajaan utara adalah tempat terjadi perselisihan melawan penyembah Baal. Ia juga rumah dari nabi seperti Elia dan Elisa, yang dikenal dengan kefanikan mereka terhadap Yahweisme yang eksklusif.

Jadi beberapa ahli berpendapat bahwa pada abad ke-9 atau ke-8 SM di kerajaan utara, terjadi gerakan pemujaan Yahwehisme yang monoteistik yang berselisih dengan pemuja Baal. Dan kepercayaan Yahweisme ini lalu dibawa ke selatan (Yehuda) pada tahun 722 SM setelah Kerajaan Israel jatuh ketangan bangsa Ashur.

Para pengungsi dari utara ini ke selatan sambil membawa kepercayaan ini. Beberapa dari tulisan-tulisan mereka kemudian disimpan dalam Bait Allah di Yerusalem, dan ratusan tahun kemudian, pada masa Yosia, ketika Bait Allah dipugar, mereka ditemukan.

Kemungkinan naskah-naskah tersebut kemudian dikerjakan ulang dan dikumpulkan kedalam sebuah gulungan besar, dan diperkenalkan sebagai  perintah Musa dan seterusnya.

Sentralisasi pemujaan perlu dipahami dengan disandingkan bersama latar belakang politik yang terjadi pada abad ke-7 SM, yaitu mereka menyaksikan  ancaman bangsa Ashur yang cukup besar, dan kehancuran kerajaan Israel di utara yang di ikuti dengan deportasi 10 suku Israel.

Namun kerajaan Yehuda di selatan berhasil lolos dari kehancuran dengan membayar upeti dan menjadi negeri vassal bangsa Ashur. Tentu saja sentuhan budaya bangsa Ashur dan Israel di utara terhadap Yehuda cukup terasa.

Demikianlah dalam 2 Raja-Raja kita diberitahu bahwa ada bentuk-bentuk ibadah asing yang diperkenalkan di Bait Allah. Reformasi yang dilakukan oleh Yosia ditafsirkan oleh beberapa sebagai usaha untuk menegaskan otonomi politik, sosial budaya dan keagamaan Yehuda.

Segala bentuk pemujaan diseluruh negeri harus diselaraskan; orang-orang diwajibkan dan disatukan ke dalam kultus Yahweisme, diharapkan hal ini akan memurnikan pengaruh asing bangsa Ashur. Dalam konteks sejarah ini kita dapat melihat adanya benang merah antara kitab Ulangan dengan perjanjian bangsa Ashur (Perjanjian negeri berdaulat dan vassal) dari abad ke-7 SM.

Kita telah membahas tentang perjanjian bangsa Het/Hittite dan negeri vassal nya sebagai model perjanjian bangsa Israel dengan Yahweh, yang telah kita bahas dalam kitab Keluaran. Namun dalam kitab Ulangan terlihat yang menjadi model adalah perjanjian bangsa Ashur. Contoh yang mendekati adalah perjanjian yang dilakukan oleh kaisar Ashur, Esarhaddon, sekitar tahun 669 SM.

Perjanjian ini ditemukan sekitar 50 tahun yang lalu, dan Moshe Weinfeld adalah salah seorang ahli yang mendalami perjanjian ini. Di sini kita melihat bahwa sejarah digunakan sebagai wahana berekspresi dan kita melihat adanya  hukum-hukum yang diiringi dengan kutukan; dan ini menarik jika anda membandingkan kutukan pada perjanjian Raja Esarhaddon dengan kitab Ulangan, terdapat korespondensi yang menakjubkan.

Namun jika kitab Ulangan membuat daftar berkat; bangsa Ashur tidak melakukan hal itu. Weinfeld menegaskan bahwa perjanjian bangsa Ashur menuntut sumpah akan loyalitas kepada negeri vassal nya. Kitab Ulangan juga mengandung sebuah unsur sumpah kesetiaan, yaitu kepada Yahweh bukan kepada raja manusia. Di sana juga terkandung nasehat untuk mengasihi Tuhan (Yahweh) Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu (Ulangan 30) - yang berulang-ulang muncul dalam kitab Ulangan - ini adalah bentuk dari loyalitas atau kesetiaan, dan ini paralel dengan perjanjian Ashur di mana negeri vassal diharuskan untuk mencintai raja, harus mendengarkan perintah raja. Jadi ini adalah bentuk sastra politik, namun dipakai kepada Allah.

Dalam Perjanjian Ashur juga diberi peringatan terhadap para nabi (juru bicara para dewa) atau para penafsir mimpi yang mencoba untuk menimbulkan hasutan-hasutan. Jika anda membaca Ulangan 13 kita memiliki sesuatu yang sangat mirip: peringatan terhadap nabi-nabi palsu yang akan mencoba untuk memicu hasutan, dan mengarahkan orang-orang untuk menyembah dewa-dewa lainnya. Beberapa ahli biblikal menyebut hal ini adalah bentuk pemberontakan terhadap perjanjian Ashur yang mencoba mengalihkan kesetiaan rakyat dari penguasa Ashur kepada Allah, kemerdekaan abadi, dan ini adalah bagian dari gerakan nasional.

Kitab Ulangan berbeda dalam gaya, terminologi, pandangan theologi dengan buku lain dalam kitab Torah. Sebagai rangkaian khotbah umum ia mengadopsi nada retoris. Ia bergaya seperti ucapan pengkhotbah ulung yang sangat terampil. Ia seringkali melontarkan kalimat langsung yang kadang dalam bentuk tunggal atau jamak, Musa berbicara dalam nada pribadi, dalam bentuk frasa teguran atau nasehat: untuk melakukan hal ini dengan segenap hati dan jiwa, melakukan hal ini agar engkau diberkati. Tanah Perjanjian digambarkan sebagai negeri yang penuh dengan susu dan madu, dan hanya cukup mematuhi perintah Yahweh Allahmu, ini adalah gaya bahasa yang digunakan pada kitab ini, dan tidak begitu banyak dipakai pada kitab lainnya.

Bab 4. Tema Utama Kitab Ulangan.

Sekarang kita mencoba untuk mengisolasi beberapa tema utama dari kitab Ulangan, sebelum kita menutup pembahasan kita tentang Pentatukh atau Kitab Torah:

Ke-1 seperti yang telah saya sebutkan, sentralisasi kultus atau pemujaan: ini adalah tema utama dalam kitab Ulangan dan itu efek yang sangat penting. Hal ini membawa agama Israel kedalam monotheisme karena kita memiliki desakan untuk menyembah satu dewa dalam satu tempat kudus utamanya. Ritual qurban dilaksanakan hanya pada ziarah ke Yerusalem, yang berarti bahwa penyembelihan hewan untuk daging di pedesaan tidak lagi memiliki nilai sakralitas. Ia hanya menjadi praktek sehari-hari, tidak memiliki nilai kesucian. Ada bukti bahwa sebelum reformasi keagamaan, jika anda ingin membunuh hewan untuk memakan dagingnya, desa memiliki semacam altar di sebuah lapangan, dan anda akan mencurahkan darahnya dan memberikan kembali kepada Allah (Elohim).

Terdapat nilai sakralitas pada masa sebelumnya. Sekarang membunuh hewan di pedesaan adalah praktek umum untuk sehari-hari, kuil-kuil di pedesaan ditutup. Akibatnya banyak kaum imam yaitu kelompok Lewi di pedesaan yang kehilangan pekerjaan. Hal ini lah yang mungkin menjadi penjelasan mengapa kitab Ulangan membuat ketentuan atau peraturan khusus bagi orang-orang Lewi, untuk menjamin kesejahteraan sosial mereka. Karena mereka tidak memperoleh penghasilan lagi dari kuil lokal. Dan banyak dari mereka yang pergi ke Yerusalem, akibatnya terjadi perselisihan yang nyata dengan para imam di Yerusalem.

Terdapat pula perubahan pada abstraksi ketuhanan; secara konsisten terdapat kalimat bahwa tempat kudus (kuil) adalah tempat di mana Yahweh memilih untuk membuat namanya berdiam. Allah sendiri tidak pernah mengatakan untuk tinggal di kuil, atau kuil itu adalah rumah Allah. Namun kuil dibangun untuk nama-Nya. Weinfeld menegaskan bahwa ini adalah sebuah upaya untuk memerangi kepercayaan populer di masa lampau bahwa Allah benar-benar berdiam di sebuah kuil. Secara implisit dalam sumber sebelumnya, dikatakan bahwa Allah bertahta diatas kerub/Cherubim, pada kerub, yang menjaga Tabut Perjanjian (Tabernakel). Kitab Ulangan menekankan bahwa fungsi Tabut secara eksklusif sebagai tempat penyimpanan loh batu perjanjian. Penutup Tabut tidak disebutkan, kerub tidak disebutkan.

Jadi kuil dipahami sebagai rumah ibadah, seperti halnya tempat pemujaan, di mana orang Israel dan orang asing dapat memanjatkan doa kepada Allah yang berdiam di Surga. Ini tidak berarti ritual qurban dihapuskan, ia adalah bentuk pelayanan untuk Yahweh dan juga sangat penting dalam kitab Ulangan. Namun ia kurang membahas secara detail tentang hal-hal ritual kultus, namun hal yang berbeda adalah qurban persembahan yang dikhususkan untuk kaum Lewi, juga dibagikan untuk orang asing, anak yatim, dan janda.

Jadi ia menekankan kewajiban untuk berbagi dengan anggota masyarakat yang kurang beruntung, kitab Ulangan memberi kesan tentang tujuan utama dari ritual qurban adalah untuk kemanusiaan, atau secara personal - menjalankan kewajiban beragama atau terima kasih kepada Allah dan sebagainya.

Kitab Ulangan juga menekankan keadilan sosial dan etika pribadi serta rasa tanggung jawab sosial. Sifat Allah yang pengasih terhadap orang yang lemah dan tertindas adalah model prilaku yang luhur bagi Israel. Allah membantu anak yatim, janda dan orang asing, dan itulah dasar perintah bagi Israel untuk turut membantu mereka.

Tema lanjutan tentang kitab Ulangan adalah fakta dalam konsep perjanjian memerlukan wawasan bahwa setiap individu bangsa Israel terikat dalam ikatan perjanjian dengan Allah.

Ulangan 5:2-3
2. TUHAN, Allah kita, telah mengikat perjanjian dengan kita di Horeb. 3. Bukan dengan nenek moyang kita TUHAN mengikat perjanjian itu, tetapi dengan kita, kita yang ada di sini pada hari ini, kita semuanya yang masih hidup.

Ini menarik karena terdapat satu generasi yang telah berlalu, yaitu mereka yang melihat proses keluaran dari Mesir ke gunung  Sinai, yang mengalami perbudakan. Jadi sekarang adalah anak-anak mereka yang ada disana pada hari itu. Hingga setiap generasi Israel harus melihat dirinya sendiri yang berdiri di gunung suci dan turut terikat perjanjian dengan Allah, oleh karena itu diperlukan kewajiban untuk mempelajari hukum dan membaca kisah ini sehari-hari, bagi generasi Israel; ini adalah petunjuk dalam kitab Ulangan.

Dalam Ulangan 31, dijelaskan bahwa setiap tahun ke-7, kitab Torah harus dibacakan di publik. Dan Weinfeld berpendapat bahwa dibanyak kebudayaan kuno di Timur-Tengah, tugas ini dilakukan oleh raja, di mana ia membacakan hukum yang ia ciptakan. Dan hanya di Israel satu-satunya hukum itu sebagai petunjuk untuk raja dan rakyat. Dan harus dibacakan keras-keras kepada setiap orang secara rutin setiap 7 tahun.

Tema lanjutan dari kitab ulangan adalah penekanan pada cinta atau kasih. Weinfeld menunjukkan bahwa perjanjian Ashur menekankan cinta dari negeri vassal kepada raja, namun hal ini tidak berlaku 2 arah, yaitu raja kepada para negeri vassal. Dan Kitab ulangan menekankan kasih Allah yang tak berkesudahan dan Israel tidak layak untuk hal itu, dan itu dinyatakan dalam tindakan Allah yang dashyat untuk Israel.

Kelompok D memperjelas bahwa kasih Allah harus dibalas oleh pihak Israel. Kasih Allah yang dimaksud adalah loyalitas, wahana ekspresi untuk cinta dan loyalitas itu adalah menaati Taurat Yahweh. Segala perintah, petunjuk dan hukum yang harus dilaksanakan untuk memastikan kemakmuran dan kesejahteraan Israel.

Gagasan penting dalam kitab Ulangan yang termasyur adalah "SHEMA." Ini adalah ekspresi utama dari kasih Allah di Israel dan ia dijadikan sebagai bagian penting dalam liturgi Yudaisme, pada tahap awal keagamaan hingga hari ini. Seperti pada :

Ulangan 6:4-9
4. Dengarlah, hai orang Israel (Shema Yisrael): TUHAN (Yahweh) itu Allah kita, TUHAN (Yahweh) itu esa! 5. Kasihilah TUHAN (Yahweh), Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu. 6. Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan, 7. haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun. 8. Haruslah juga engkau mengikatkannya sebagai tanda pada tanganmu dan haruslah itu menjadi lambang di dahimu, 9. dan haruslah engkau menuliskannya pada tiang pintu rumahmu dan pada pintu gerbangmu.

Jadi cinta dan kesetiaan kepada Yahweh adalah fondasi dari Taurat, namun  pemenuhannya melalui: mempelajari, mengamalkan, mengajarkan dan mentransmisikan (menjaga, memelihara kepada keturunan).

Gagasan utama lainnya dalam kitab Ulangan adalah Israel sebagai umat pilihan. Kita menemukannya untuk pertama kalinya. Ini adalah ekpresi dari kekhususan Israel dan hubungan yang unik dengan Allah. Hal ini diungkapkan melalui istilah "BACHAR" yang berarti "Untuk memilih." Yahweh telah memilih Israel melalui kasih karunia yang ia anugerahkan, sebagai hak milik-Nya, pada

Ulangan 10:14-15
14. Sesungguhnya, TUHAN, Allahmulah yang empunya langit, bahkan langit yang mengatasi segala langit, dan bumi dengan segala isinya; 15. tetapi hanya oleh nenek moyangmulah hati TUHAN terpikat sehingga Ia mengasihi mereka, dan keturunan merekalah, yakni kamu, yang dipilih-Nya dari segala bangsa, seperti sekarang ini.

Gagasan ini mungkin berakar dari situasi politik di Timur-Tengah kuno, di mana penguasa kadang kala menentukan satu negeri vassal sebagai favorit (berstatus properti khusus); dan kata yang yang sama muncul dalam kitab Keluaran. Jadi Keluaran mengandung pernyataan tentang kebanggaan nasional, ketinggian martabat bangsa.

Kembali ke Index Artikel

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Apakah Abraham Berasal Dari Ur atau Haran?

Abraham berasal dari kota Haran dan bukan dari kota Ur-Kasdim, ya itulah pendapat beberapa para ahli biblikal moderen, mengapa mereka berpen...