Rabu, 16 November 2016

Pengantar Alkitab Ibrani (13)

Kuliah 13 - Kelompok Sejarawan Deutronomis : Nabi-Nabi dan Raja-Raja (Hakim-Hakim -> Samuel 1 & 2) [Oktober 23, 2006]

Bab 1. Perbedaan bangsa Israel Moderen (Israelis) dan Bangsa Israel Purba (Israelites).

Satu hal yang sering disinggung dalam kuliah ini adalah istilah bangsa Israel. Bangsa Israel moderen mengacu pada warga negara Israel setelah tahun 1948. Dan bangsa Israel yang kita bahas, adalah bangsa pada zaman kerajaan Israel & Yehuda, di masa lampau. Kita belum berbicara tentang bangsa Yahudi, karena istilah ini tidak akurat secara historis jika berurusan dengan yang dibicarakan dalam Alkitab.

Ketika kita mencapai masa akhir dari periode biblikal, kita akan melihat bangsa Persia menaklukkan dan berkuasa atas wilayah ini, mereka kemudian menamai wilayah bekas kerajaan Israel dan Yehuda, sebagai provinsi "YEHUD." Mereka mengizinkan bangsa Israel yang hidup di pengasingan, untuk kembali ke kampung halaman nya, dan mereka menjadi penduduk Yehud atau Yehudites (Yahudi).

Dan ini belum akurat sebelum akhir abad ke-6 SM. Juga istilah orang Yahudi belum menjadi istilah untuk etnis tertentu, namun sebagai sebutan untuk penduduk provinsi Yehud. Ibrani (Hebrew) pada dasarnya adalah istilah untuk orang-orang yang berbicara bahasa Ibrani. Walau Ibrani juga bermakna merujuk pada etnis, namun pada dasarnya ia mengacu kepada orang yang berbahasa Ibrani.

Bab 2. Aliansi Kesukuan.

Kita mencapai akhir dari Yosua, dan pembahasan berikut nya adalah kitab Hakim-Hakim. Alkitab menggambarkan situasi sosio-politik orang Israel adalah sebuah kesukuan. Dan ini lah yang ditonjolkan dalam bagian terakhir dari kitab Yosua, kita akan melihat bahwa kesukuan ini berdasarkan wilayah.

Di dalam setiap suku terdapat para tetua klan, dan mereka adalah orang yang mengatur masalah keadilan. Mereka membuat keputusan mengenai regulasi sosial. Dan pada bagian ke-2 kitab Yosua - bagian ke-1 menceritakan tentang penaklukan - berbicara mengenai pembagian tanah/wilayah antara ke-12 suku Israel, yang diklaim sebagai ke-12 anak Yakub. Detail dari 12 anak Yakub, dari istrinya: Leah (6 anak), Rahel (2 anak; Yusuf & Benyamin), Bilha (2 anak), Zilpah (2 anak).

Namun dalam pembagian tanah, suku Lewi tidak mendapatkan bagian, karena mereka berfungsi sebagai kelas imam dalam komunitas Israel, dan tidak memiliki tanah. Lalu tidak ada tanah atas nama suku Yusuf, hal ini dikarenakan Yusuf memiliki 2 orang anak yaitu Efraim & Manasye dan keduanya mendapatkan jatah tanah. Jadi tanah untuk Lewi diberikan kepada anak ke-2 Yusuf.

Dan konsensus diantara para ahli tentang kesukuan di Kanaan adalah, mereka terdiri dari aliansi kesukuan, mungkin tidak tepat 12 suku, karena pada masa yang berbeda mungkin terdapat perbedaan jumlah.

Namun kemudian terdapat suku-suku yang menyembah Yahweh, mungkin tidak secara eksklusif seperti dalam kisah Alkitab. Dan mereka memiliki beberapa kewajiban aliansi bersama untuk mempertahankan diri. Kitab Yosua berfungsi untuk menggambarkan dalam sudut pandang ideal dari realitas ke-12 suku ini.

Di mana ketika mereka memasuki tanah Kanaan, mereka telah terdiri dari 12 suku. Dan Mereka bersatu satu sama lain dalam perjanjian dengan Yahweh, dan menaklukkan tanah Kanaan dalam sebuah koordinasi yang apik.

Namun demikian terdapat unsur kerjasama yang sedikit berbeda dalam kitab Hakim-Hakim, aliansi mereka cenderung terlihat sporadis. Dan tidak telihat lebih dari 2 suku yang saling bekerja-sama dalam sebuah koordinasi yang solid. Dan hal ini menunjukkan bahwa tidak pernah ada sebuah bentuk aliansi kesukuan yang solid dalam tahap awal sejarah Israel.

Tabut perjanjian dikisahkan disirkulasi pada wilayah suku-suku, ia tidak berdiam secara permanen di sebuah wilayah, fenomena tersebut muncul dalam masa belakangan, dimana ia menetap disebuah tempat bernama Shiloh.

Kerjasama hanya muncul dalam kasus yang luar biasa, berdasarkan keputusan para tetua suku. Namun otoritas kadang kala berada pada individu yang inspiratif dibandingkan tetua suku, dan ini dikenal sebagai "Hakim," dan inilah yang tercatat dalam kitab Hakim-Hakim.

Bab 3. Kitab Hakim-Hakim

Kitab Hakim-Hakim diposisikan berada dalam periode transisi antara masa setelah wafatnya Yosua hingga pembentukan sistem monarki. Ini terjadi dalam masa 200 tahun, sekitar tahun 1200-1000 SM atau lebih. Ini adalah rekonstruksi imajinatif yang sarat akan kepentingan menyebarkan ideologis, dalam penggambaran tentang periode transisi.

Jadi kisahnya adalah tentang berbagai pertempuran oleh beberapa suku di wilayah Israel, Dan secara realitas, ini adalah periode ketika wilayah Kanaan mengalami masa transisi dari negera-kota menjadi monarki Israel-Filistin-Aram. Jadi, kita memiliki berbagai bangsa baru yang muncul dari berbagai wilayah Kanaan.

Seperti Yosua, kitab Hakim-Hakim juga terdiri dari berbagai sumber yang digabungkan bersama ke dalam sudut pandang Deuteronomis. Sumber tersebut berupa kumpulan kisah heroik dari tokoh-tokoh lokal, dan yang menarik adalah beberapa dari karakter tokohnya berlatar belakang orang-orang yang terpinggirkan (kelompok marjinal). Kita melihat anak haram dari seorang pelacur dan juga seorang  bandit. Kita akan melihat kisah ini, sangat menarik dan penuh warna, kisah ini bernuansa kisah rakyat yang nyata, ia mengandung berbagai macam informasi.

Jika kita merinci tentang berbagai macam hakim, terdapat 7 hakim utama, dan 6 hakim minor.

Pada bab 1, hakim ini dimulai dengan Otniel,

pada bab 3 muncullah Ehud, yang memimpin Israel melawan Moab; banyak kisah lucu dalam kisah Ehud.

Pada bab 4-5, terdapat kisah Deborah, yang menolong Israel berperang dengan kelompok Kanaan tertentu.

Bab 6-9, bercerita tentang petualangan Gideon berperang dengan orang Midian.

Bab 11-12, kisah tentang Yefta yang berperang dengan orang Amon, serta nasib anak gadisnya yang kemudian ia jadikan korban bakaran, hal ini mirip dengan legenda kuno Yunani, Idomeneus.

Bab 13-16, tentang kisah Samson melawan bangsa Filistin, dimana ia digambarkan memiliki kelemahan yaitu kesukaannya pada perempuan Filistin.

Bab 17-18 tentang Mikah dan patung berhalanya.

Bab 19-21 tentang perang saudara Israel karena masalah gundik suku Lewi. Ini adalah tema utama dari Kitab ini.

Beberapa dari cerita ini nampaknya berasal dari legenda masa lampau dan tidak mengalami interpolasi dari pandangan teologi penyunting kitab. Pandangan teologi penyunting terlihat pada bagian pengantar, yang berfungsi untuk memberi sudut pandang bagi kitab ini.

Hakim-Hakim 1 tersebut menceritakan tentang ringkasan mengenai situasi pada akhir penaklukan Yosua, memberi daftar daerah-daerah yang gagal diambil Yosua dari orang Kanaan. Yang dimulai dari daerah Yehuda hingga ke utara. Mereka cenderung untuk selalu memulai dari daerah selatan yaitu Yehuda.

Kemudian pada Hakim-Hakim 2:1-5, malaikat muncul sebelum kematian Yosua, dan malaikat itu menceritakan tentang penebusan Yahweh terhadap orang Israel dari Mesir dan mengutip perkataan Yahweh: "Aku tidak akan membatalkan perjanjian-Ku dengan kamu untuk selama-lamanya, tetapi janganlah kamu mengikat perjanjian dengan penduduk negeri ini; mezbah mereka haruslah kamu robohkan. Tetapi kamu tidak mendengarkan firman-Ku. Mengapa kamu perbuat demikian?" Kalimat yang sama dapat anda temukan pada Ulangan 12, dan banyak frasa-frasa dalam kitab ini ditemukan pada kitab Ulangan/Deuterunomi: Allah setia terhadap perjanjian-Nya, namun Israel harus pula demikian, jika tidak ia akan dihukum.

Penyunting telah memberi kita gambaran, bahkan sebelum kita mulai membaca kitab ini, tentang apa yang terjadi. Malaikat itu  menceritakan kepada Yosua karena Israel tidak taat, maka Yahweh memutuskan bahwa Ia menunda menghalau orang Kanaan dari hadapan orang Israel. Dia membuat orang kanaan menjadi jerat dan perangkap untuk menguji loyalitas Israel. Jadi ini berbeda dengan gambaran ideal yang kita miliki di bagian pertama dari kitab Yosua.

Pada bagian Hakim-Hakim 2:11 hingga 3:6, merupakan sebuah ringkasan sebelum menceritakan tentang realitas dari masalah Israel. Dan ini adalah bagian yang merupakan ungkapan dari penilaian penulis pada bangsa Israel di periode ini.

Hakim-Hakim 2:10-12
10. Setelah seluruh angkatan itu dikumpulkan kepada nenek moyangnya, bangkitlah sesudah mereka itu angkatan yang lain, yang tidak mengenal TUHAN ataupun perbuatan yang dilakukan-Nya bagi orang Israel. 11. Lalu orang Israel melakukan apa yang jahat di mata TUHAN dan mereka beribadah kepada para Baal. 12. Mereka meninggalkan TUHAN, Allah nenek moyang mereka yang telah membawa mereka keluar dari tanah Mesir, lalu mengikuti allah lain, dari antara allah bangsa-bangsa di sekeliling mereka, dan sujud menyembah kepadanya, sehingga mereka menyakiti hati TUHAN.

Hakim-Hakim 2:18-19
18. Setiap kali apabila TUHAN membangkitkan seorang hakim bagi mereka, maka TUHAN menyertai hakim itu dan menyelamatkan mereka dari tangan musuh mereka selama hakim itu hidup; sebab TUHAN berbelas kasihan mendengar rintihan mereka karena orang-orang yang mendesak dan menindas mereka. 19. Tetapi apabila hakim itu mati, kembalilah mereka berlaku jahat, lebih jahat dari nenek moyang mereka, dengan mengikuti allah lain, beribadah kepadanya dan sujud menyembah kepadanya; dalam hal apapun mereka tidak berhenti dengan perbuatan dan kelakuan mereka yang tegar itu.

Jadi singkatnya, ini adalah pandangan sejarah dari kaum Deuteronomis yang diungkapkan dalam kitab ini, bahwa setiap krisis yang di alami oleh bangsa Israel, disebabkan oleh perselingkuhan mereka dari Yahweh. Dimana mereka menyembah dewa Kanaan, dan karena dosa ini, Yahweh menyerahkan bangsa Israel kepada musuh-musuh mereka, tetapi kemudian Ia berubah mengasihi mereka ketika mendengar tangisan mereka di bawa penindasan, Ia pun lalu mengangkat pemimpin untuk membebaskan Israel. Inilah pola dosa-hukuman-pertobatan-pembebasan yang berulang dalam kitab ini.

Ini adalah sudut pandang dan ideologi Deutronomis, namun dalam kisah ini terdapat sebuah materi kuno yaitu kisah populer dari para pahlawan lokal di masa lampau, dari periode pra-deuteronomis. Salah satu contoh adalah Gideon, kita membaca ia membangun sebuah altar di desanya, meski kita tahu bahwa dalam kitab Ulangan terdapat larangan untuk mendirikan altar ditempat lain  selain di tempat yang ditetapkan Yahweh.

Dan kita juga mengetahui bahwa nama lain dari Gideon adalah Yerubaal, yang berarti Baal akan berjuang. Setelah kematian Gideon, orang-orang di Shechem/Sikhem melanjutkan pemujaan terhadap "Baal Berit" atau Perjanjian Baal, yang juga menarik bahwa terdapat penyatuan antara pemujaan Baal dan agama Perjanjian. Jadi disini kita memiliki beberapa unsur yang ditentang oleh kelompok Deuteronomis.

Kisah Samson juga nampaknya sebagian besar berasal dari masa pra-Deuteronomis. Mungkin ia adalah kisah rakyat yang sangat populer, dan menghibur, tentang legenda seorang pria yang sangat kuat. Di mana ia memiliki kemampuan untuk mengangkat gerbang kota, dia bisa mengikat 300 ekor anjing hutan dan membakarnya dengan api dan seterusnya.

Namun lelaki perkasa ini memiliki kelemahan besar, yaitu kesukaannya terhadap wanita asing, terutama para wanita Filistin. Jadi kita dapat melihat bagaimana kisah ini menjadi materi bagi editor dari kelompok Deuteronomis, yang menegaskan bahwa penyembahan dewa-dewa asing berasal dari pernikahan dengan wanita asing, dan ini adalah fatal bagi Israel.

Dan ini adalah ketidakmampuan untuk menahan jerat penyembahan berhala yang pada akhirnya akan membawa kepada kehancuran. Anda harus menyadari bahwa penyuntingan terakhir akan narasi sejarah ini ditulis di pengasingan, di Babel. Pengasingan lah yang akan terjadi apabila orang-orang tersebut melakukan penyembahan berhala.

Jadi para pemimpin yang diangkat oleh Yahweh disebut sebagai Hakim. Ini adalah istilah yang juga sering digunakan dalam naskah-naskah samawi lain untuk merujuk kepada para pemimpin, kadang ia adalah manusia dan kadang illahi.

Jadi dalam naskah Alkitab ini merujuk pada seorang pemimpin, dan memiliki berbagai macam kewenangan, tidak selalu berkaitan dengan hal-hal peradilan/hukum. Ia juga berfungsi sebagai pemimpin militer pada masa kritis. Mereka memiliki kualitas karismatik, yang kadang disebut dengan kalimat, "Roh Yahweh menghinggapi dia." Para Hakim ini kadang kala mengerahkan pasukan dari 2 atau 3 suku, kadang-kadang terdiri dari 1 atau 2 klan, yang menunjukkan bahwa tidak terdapat entitas nasional yang riil pada saat itu.

Setiap Hakim memiliki latar belakang dan kelas sosial yang berbeda, bahkan terdapat Hakim wanita yaitu Deborah. Para Hakim ini dipilih Yahweh bukan berdasarkan kesalehan mereka, beberapa dari para hakim tampaknya berkarakter penipu, mirip dengan Yakub. Gideon dipilih karena kelemahannya, bukan karena kekuatannya. Namun demikian ia berubah menjadi pejuang yang tangguh, dan ia jelas-jelas bukan seorang pemuja Yahweh yang taat. Yefta adalah seorang kriminal, penjahat. Samson hampir pasti tidak bisa dijadikan sebagai panutan moral. Jadi mereka tidak di maksud kan untuk menjadi pahlawan ideal, namun pahlawan populer.

Terdapat tema perselisihan dalam kitab Hakim-Hakim yang berlanjut hingga kitab Samuel, yaitu mengenai raja dan sistem monarki. Dalam Hakim-Hakim 8, orang-orang meminta kepada Gideon, untuk menjadi raja, namun ia menjawab:

Hakim-Hakim 8:23
Jawab Gideon kepada mereka: "Aku tidak akan memerintah kamu dan juga anakku tidak akan memerintah kamu tetapi YAHWEH yang memerintah kamu."

Namun setelah Gideon wafat, anaknya yang bernama Abimelekh yang berarti "Ayahku ada adalah raja," menjadi raja yang kejam, dan merupakan bencana bagi Israel. Posisi Hakim bersifat sementara.

Yahweh lah yang dipandang sebagai raja abadi Israel. Otoritas sementara dari para hakim berasal dari kerajaan Allah. Penulis kitab Hakim-Hakim mempunyai gagasan untuk menentang sistem monarki di Israel, namun fakta yang ia tampilkan adalah Israel lambat laun akan menuju pada sistem monarki.

Pada bagian akhir dari kitab Hakim-Hakim digambarkan bahwa Israel secara lambat-laun menuju pada kekacauan dan akhirnya terlibat perang saudara. Bab 18 dibuka dengan pernyataan tak menyenangkan, yang terus berulang-ulang dipaparkan: "Pada zaman itu tidak ada raja di antara orang Israel", lalu pada bab 19:1, 21:25. Kalimat tambahan yang berulang adalah: "setiap orang berbuat apa yang benar menurut pandangannya sendiri," pada bab 21:25.

Pada akhir kitab Hakim-Hakim, orang Israel menemukan sebagian dari kaum mereka menjadi bertingkah diluar kendali, mereka melakukan pesta seks disertai kekerasan dan pemerkosaan masal, dan terjadilah perang saudara.

Gundik seorang kaum Lewi di perkosa massal dan dibunuh oleh kaum Benyamin. Dan kekejaman ini dibalaskan oleh semua suku-suku lain. Orang Lewi itu mengambil mayat gundiknya, memotongnya menjadi 12 bagian, dan mengirimkan bagian tubuhnya kepada semua suku sebagai panggilan untuk berperang dan memusnahkan suku Benyamin.

Banyak dari para ahli mengamati bahwa ini adalah kisah ironis dan tragis, karena pada suatu waktu, suku-suku Israel bersama-sama membantai salah satu dari mereka. Namun mereka akhirnya menyadari kekeliruan ini, ketika menyaksikan suku Benyamin mendekati kepunahan. Sehingga suku-suku lainnya kemudian mengatur untuk menculik wanita di Shiloh untuk menjadi pasangan bagi kaum Benyamin yang tersisa.


Mutilasi gundik, imam Lewi yang memicu perang Gibeah yaitu pemusnahan suku Benyamin.

Jadi sebagai penutup atas kisah tragis dan biadab, pemerkosaan, pembunuhan, perang saudara, penculikan, kawin paksa, sejarawan Deuteruomis menutup Kitab Hakim-Hakim dengan kalimat: "Pada zaman itu tidak ada raja di antara orang Israel; setiap orang berbuat apa yang benar menurut pandangannya sendiri."

Kelompok Deutronomis menjelaskan tentang kemerosotan moral dan sosial Israel pada periode akhir para hakim sebagai masa senja, dan sistem monarki sebagai fajar - walau pada masa monarki Israel tetap jatuh dalam penyembahan berhala. Solusi pada situasi periode Hakim-Hakim nampaknya adalah kehadiran seorang raja.

Pandangan Deutronomis mengenai institusi dari struktur kerajaan Allah - adalah semacam "theokrasi" yang mana orang Yahudi menggambarkan periode ini sebagai, sebuah kerajaan di mana Allah adalah raja, dan masyarakat yang dipimpin oleh hakim yang mendapat karunia - namun struktur tersebut gagal dalam menegakkan stabilitas.

Ia gagal untuk memberi kepemimpinan melawan musuh-musuh Israel baik dari dalam atau dari luar. Kita melihat bangsa Amon dan Moab di timur, Filistin di barat, dan Aram di utara, kemudian berhasil menundukkan hampir seluruh Israel. Jadi suku-suku ini nampaknya menyadari kebutuhan atas otoritas yang terpusat yang kuat, dan permintaan seorang raja muncul di Israel menguat.

Bab 4. Samuel, Figur Transisi dan Hakim Terakhir.

Dalam pencarian tatanan politik terbaru, orang Israel berpaling kepada nabi Samuel. Samuel adalah nabi dan Hakim terakhir Israel, mereka memintanya untuk mengangkat & mengurapi seorang raja bagi mereka. Hal ini terdapat dalam kitab Samuel, yang menceritakan masa transisi menuju periode monarki.

(I Samuel)

Dalam kitab 1 Samuel, kita memiliki bab pembuka pada 1-4 yang menceritakan kelahiran dan karir dari hakim terakhir Israel. Bab 5-7 menceritakan krisis akibat invasi bangsa Filistin, dan pada masa ini Tabut Perjanjian direbut dan dibawa ke daerah Filistin. Bab 8-15 menceritakan tentang Samuel dan Saul yang akan menjadi raja pertama Israel. Dan kemudian bagian terakhir bab 16-31, yang berisi tentang Saul dan Daud.

Jadi 1 Samuel dibuka dengan kisah kelahiran Samuel oleh Hannah, dan ia mendedikasikan anaknya bagi Yahweh di sebuah kuil di  Shiloh. Pada periode sebelum monarki, Shiloh merupakan tempat terpenting dalam kehidupan keagamaan Israel. Nabi Yeremiah menyebut Shiloh adalah tempat pertama Yahweh menetapkan namanya berdiam. Anda mengingat Deuteronomis selalu berbicara tentang sebuah tempat dimana nama Yahweh berdiam. Jadi awalnya adalah Shiloh.

Ada 3 krisis di Israel setelah masa kelahiran Samuel. Imam pada masa itu adalah Eli - ia mungkin bertindak sebagai hakim, jika mengikuti pola kepemimpinan Israel pada periode ini - yang digambarkan telah memasuki masa tua nya, dan semua keturunannya berakhlak rendah. Dan ini terlihat dari tulisan di Alkitab, "pada masa itu firman Yahweh jarang." Jadi terdapat semacam krisis kepemimpinan keagamaan (krisis ke-1).

Terdapat juga krisis dalam kepemimpinan politik (krisis ke-2). Kedua anak Eli, yaitu Hofni dan Pinehas menurut naskah adalah orang dursila, mereka menodai qurban untuk Yahweh, dan berzinah dengan perempuan di pintu kuil. Akibatnya Yahweh mematikan keduanya di hari yang sama ketika berperang dengan bangsa Filistin. Yahweh lalu mengangkat imam kepercayaan-Nya yakni Samuel yang juga bertindak sebagai nabi. Dan pada saat itu tidak ada kelanjutan imam dari suku Lewi dari imam Eli.

Krisis ke-3, adalah krisis militer. Bangsa Israel menderita kekalahan besar di tangan bangsa Filistin. Tabut Perjanjian direbut oleh bangsa Filistin. Imam Eli ketika mendengar berita hilangnya Tabut serta kematian ke-2 anaknya, lalu meninggal.

Jadi ketika kita melihat sosok Samuel, ia adalah penjawab dari semua krisis ini. Pada Bab 3 terdapat pernyataan bahwa firman Yahweh kepada Israel muncul melalui Samuel. Dan ini menimbulkan beberapa harapan. Bab 7, Samuel melarang Israel untuk menyembah dewa asing dan Asteroth, serta melayani Yahweh, dengan demikian Yahweh akan membebaskan mereka dari penderitaan.

Orang Israel merespon perkataan Samuel, dan menjadikannya sebagai pemimpin. Dan Samuel juga menjadi pemimpin militer bagi Israel, melalui doa dan qurban, dan ia berhasil membawa kemenangan atas bangsa Filistin, Yahweh menebarkan ketakutan di hati bangsa Filistin.

Jadi sosok Samuel memiliki banyak fungsi, ia adalah Imam, ia berada di kuil, mempersembahkan qurban, membangun altar. Ia juga seorang peramal dan nabi. Dia menerima firman Yahweh. Ia yang bertugas untuk mengurapi seorang raja atas Israel. Dia juga seorang hakim dalam arti pemimpin Israel.

Ia berpindah-pindah tempat dalam menegakkan keadilan, namun sebagian besar berada dalam wilayah Benyamin. Walau Samuel memberikan sedikit rasa aman, namun ancaman bangsa Filistin tetap muncul. Dan karena akibat berbagai macam masalah, perwakilan 12 suku Israel lalu mendatangi Samuel untuk meminta diangkat seorang raja. Jadi Samuel adalah semacam tokoh transisi dari periode konferedasi kesukuan menjadi Israel sebagai bangsa dengan sistem monarki.

Pada bab 8 terdapat contoh klasik dari perspektif anti-monariki. Samuel awalnya menentang gagasan monarki, namun Yahweh berfirman

1 Samuel 8:7-9
7. YAHWEH berfirman kepada Samuel: "Dengarkanlah perkataan bangsa itu dalam segala hal yang dikatakan mereka kepadamu, sebab bukan engkau yang mereka tolak, tetapi Akulah yang mereka tolak, supaya jangan Aku menjadi raja atas mereka. 8. Tepat seperti yang dilakukan mereka kepada-Ku sejak hari Aku menuntun mereka keluar dari Mesir sampai hari ini, yakni meninggalkan Daku dan beribadah kepada allah lain, demikianlah juga dilakukan mereka kepadamu. 9. Oleh sebab itu dengarkanlah permintaan mereka, hanya peringatkanlah mereka dengan sungguh-sungguh dan beritahukanlah kepada mereka apa yang menjadi hak raja yang akan memerintah mereka."

Dan Samuel lalu memperingatkan tentang tirani dari para raja-raja

1 Samuel 8:11-18
11. katanya: "Inilah yang menjadi hak raja yang akan memerintah kamu itu: anak-anakmu laki-laki akan diambilnya dan dipekerjakannya pada keretanya dan pada kudanya, dan mereka akan berlari di depan keretanya;
12. ia akan menjadikan mereka kepala pasukan seribu dan kepala pasukan lima puluh; mereka akan membajak ladangnya dan mengerjakan penuaian baginya; senjata-senjatanya dan perkakas keretanya akan dibuat mereka.
13. Anak-anakmu perempuan akan diambilnya sebagai juru campur rempah-rempah, juru masak dan juru makanan.
14. Selanjutnya dari ladangmu, kebun anggurmu dan kebun zaitunmu akan diambilnya yang paling baik dan akan diberikannya kepada pegawai-pegawainya
15. dari gandummu dan hasil kebun anggurmu akan diambilnya sepersepuluh dan akan diberikannya kepada pegawai-pegawai istananya dan kepada pegawai-pegawainya yang lain.
16. Budak-budakmu laki-laki dan budak-budakmu perempuan, ternakmu yang terbaik dan keledai-keledaimu akan diambilnya dan dipakainya untuk pekerjaannya.
17. Dari kambing dombamu akan diambilnya sepersepuluh, dan kamu sendiri akan menjadi budaknya.
18. Pada waktu itu kamu akan berteriak karena rajamu yang kamu pilih itu, tetapi YAHWEH tidak akan menjawab kamu pada waktu itu."

Namun Israel menolak peringatan Samuel,

1 Samuel 8:19-20
19. Tetapi bangsa itu menolak mendengarkan perkataan Samuel dan mereka berkata: "Tidak, harus ada raja atas kami;
20. maka kami pun akan sama seperti segala bangsa-bangsa lain; raja kami akan menghakimi kami dan memimpin kami dalam perang."

Jadi ini adalah penolakan secara nyata, tidak hanya Yahweh tetapi juga ciri khas Israel dari bangsa-bangsa lain. Yaitu menjadi bangsa yang kudus, dan memiliki sistem hukum yang berbeda dengan negara lain. Dalam bab 12, Samuel menyatakan pengunduran dirinya, dan mengangkat seorang raja untuk Israel, dan ia memperingati Israel agar mereka melayani Yahweh dengan sepenuh hati, dan jika mereka berbuat jahat dan tidak mematuhi perintah Yahweh, maka Yahweh akan melenyapkan Israel dan raja nya.

Beberapa ahli berpendapat bahwa penyunting yang menyusun naskah ini menggunakan sudut pandang anti-monarki, dalam menarasikan perjalanan sejarah Israel dalam menuju sistem monarki. Penulis memberikan implikasi dan evaluasi dari sejarah para raja Israel, dari sudut pandang masa kemudian, yaitu mereka yang berada dalam pengasingan, dan itu berarti sistem monarki adalah bencana bagi Israel. Penilaian negatif yang dinarasikan oleh para penyunting Deuteronomis tentang asal-asul dari institusi monarki: bahwa Yahweh sendiri telah memperingatkan pada masa transisi, pada saat permintaan ini diajukan, bahwa permintaan Israel berpotensi untuk menjadi bencana.

Bab 5. Saul dan Daud sebagai Perwakilan Dari Pertentangan Dalam Monarki.

Tidak hanya terjadi pertentangan dalam istitusi negara, terdapat juga pertentangan tentang raja pertama. Mengenai Saul, terjadi 3 kisah berbeda tentang pengangkatannya menjadi raja. Pada 1 Samuel 9,10 pemilihan Saul oleh Samuel hanya diketahui oleh mereka berdua, Samuel mengurapi Saul sebagai raja dengan minyak, dan hal ini dilakukan di rumah Samuel di tanah Zuf pegunungan Eframim.

Prosesi pengurapan atas raja juga ditemukan dalam banyak budaya di Timur-Tengah kuno, misalnya bangsa Het. Di Israel, hal ini menjadi ritual sebagai dedikasi atau proses pen-kudusan seseorang bagi Allah. Hal ini dilakukan oleh imam tinggi dengan menggunakan minyak suci. Kemudian pada bagian 1 Samuel 10, pada pertemuan semua suku Israel di Mizpah, Samuel memilih Saul berdasarkan semacam undian dari antara seluruh rakyat. Namun pada 1 Samuel 11, Saul memimpin pertempuran Israel atas bangsa Ammon, dan ia dipilih berdasarkan pengakuan terpopuler di Gilgal.

3 Kisah diatas bisa dipandang sebagai sebuah proses dimana Saul secara perlahan-lahan menuju posisi raja. Namun bisa juga dipandang sebagai kisah yang berbeda tentang Saul dan merupakan hasil pelestarian dari berbagai sumber kuno. Dan secara keseluruhan Saul digambarkan dengan sangat positif, tubuhnya tinggi besar, tampan, kharismatik, memimpin kemenangan.

Bahkan ia dikatakan turut bernubuat bersama para nabi, dan roh Yahweh bersemayam padanya. Bernubuat disini dimana ia dalam keadaan semacam mengoceh sambil menari dengan riang gembira. Dia membela suku nya yakni Benyamin dari serangan bangsa Ammon. Dia dipuji oleh semua suku sebagai pemimpin di masa perang. Sebagai raja ia mendapatkan beberapa kemenangan militer.

Namun ketika tokoh Daud masuk dalam kisah ini, yakni di 1 Samuel 16, penilaian atas Saul berubah menjadi negatif. Mungkin hal ini karena penulis kitab berasal dari kalangan yang setia kepada dinasti Daud (dari kalangan Yehuda). Dan Daud akan menggantikan Saul sebagai raja ke-2. Mungkin juga penilaian negatif ini dikarenakan kegagalan Saul dalam peperangan yang menyebabkan ia bunuh diri. Dan hal ini dipandang sebagai kesalahan fatal.

1 Samuel 16:14-15
14. Tetapi Roh TUHAN (Yahweh) telah mundur dari pada Saul, dan sekarang ia diganggu oleh roh jahat yang dari pada TUHAN (Yahweh). 
15. Lalu berkatalah hamba-hamba Saul kepadanya: "Ketahuilah, roh jahat yang dari pada Allah (Elohim) mengganggu engkau; 

Demikianlah jika dahulu roh Yahweh dikatakan bersemayam atas nya, sekarang dikatakan dikuasai oleh roh jahat dari Yahweh. Dia lalu dikatakan selalu melakukan kesalahan. Hal ini dimulai ketika ia tidak mematuhi instruksi Samuel, hingga ia tidak mendapat dukungan dari Samuel dan akhirnya oleh Yahweh. Hal ini dimulai pada bab 13. Ketika dalam sebuah pertempuran dia melihat semangat dari pasukannya yang menurun, ia kemudian melakukan sebuah ritual persembahan qurban.

Dia seharusnya menunggu kedatangan Samuel, dan ritual itu dilakukan oleh Samuel. Namun Saul merampas fungsi dari seorang Imam, dan hal ini memancing kemarahan Samuel. Hingga Samuel kemudian bernubuat bahwa Yahweh tidak akan membangun sebuah dinasti Saul atas Israel, meskipun di masa kemudian, banyak raja-raja melakukan ritual persembahan qurban namun tidak mendapatkan hukuman.

Ini adalah sebuah hal yang menarik karena Daud juga akan melakukan hal yang sama namun itu tidak menjadi masalah. Jadi tindakan Saul ini memicu kemarahan pertama Samuel dan mengatakan bahwa dinasti Saul tidak akan terbentuk.

Pada bab 15, terdapat kejadian ke-2 mengenai ketidaktaatan dan penolakan Samuel. Saul melawan perintah Samuel, ketika ia tidak membunuh Agag raja kaum Amalek, musuh Israel, serta mengambil rampasan perang berupa ternak yang gemuk. Tindakan Saul ini bertentangan dengan perintah Yahweh yaitu: pemusnahan secara masal, dimana seluruh kaum Amalek dan jarahan dimusnahkan untuk Yahweh. Samuel lalu menyampaikan kepada Saul bahwa Yahweh telah menyesal untuk memilih Saul sebagai raja. Dan telah memutuskan untuk memilih orang lain sebagai raja atas Israel.

1 Samuel 15
2. Beginilah firman TUHAN semesta alam: Aku akan membalas apa yang dilakukan orang Amalek kepada orang Israel, karena orang Amalek menghalang-halangi mereka, ketika orang Israel pergi dari Mesir.
3. Jadi pergilah sekarang, kalahkanlah orang Amalek, tumpaslah segala yang ada padanya, dan janganlah ada belas kasihan kepadanya. Bunuhlah semuanya, laki-laki maupun perempuan, kanak-kanak maupun anak-anak yang menyusu, lembu maupun domba, unta maupun keledai."
...
10. Lalu datanglah firman TUHAN kepada Samuel, demikian:
11. "Aku menyesal, karena Aku telah menjadikan Saul raja, sebab ia telah berbalik dari pada Aku dan tidak melaksanakan firman-Ku." Maka sakit hatilah Samuel dan ia berseru-seru kepada TUHAN semalam-malaman.
...
28. Kemudian berkatalah Samuel kepadanya: "TUHAN telah mengoyakkan dari padamu jabatan raja atas Israel pada hari ini dan telah memberikannya kepada orang lain yang lebih baik dari padamu.

Akibat keputusan tersebut, Saul tampaknya tenggelam dalam depresi dan paranoia. Menjelang akhir hidupnya ia digambarkan terobsesi untuk membunuh Daud, karena dianggapnya sebagai ancaman. Saul juga marah terhadap anaknya sendiri yakni Yonathan sang penerus tahta Saul, yang memiliki persahabatan dekat dengan Daud, bahkan sangat mendukung Daud.

Pada suatu saat Saul bahkan membunuh 85 imam yang dia percaya memberi perlindungan untuk Daud. Jadi semua peristiwa antara Saul dan Daud, menggambarkan Saul sebagai orang yang paranoid, dan Daud dipandang sebagai korban yang tak berdosa, karena ia sebenarnya sangat loyal kepada Saul.

Daud memiliki 2 kesempatan untuk menghabisi Saul namun ia mengatakan bahwa ia tidak akan mengangkat tangannya melawan orang yang diurapi Yahweh. Dipercaya oleh para ahli bahwa penggambaran Saul dan Daud ini adalah cerminan dari pandangan penulis yang bersifat apologis kepada dinasti Daud.

Kemunculan Daud dalam narasi ini dikisahkan dalam 3 versi:

kisah Ke-1 Samuel, secara diam-diam mengurapi Daud sebagai raja. Samuel juga digambarkan melakukan hal yang sama pada Saul. Daud juga adalah anak termuda dari saudaranya, ini melangkahi hak kesulungan - kasus peninggian derajat dari orang rendah sering terjadi dalam Alkitab.

kisah Ke-2 kita pertama kali melihat Daud ketika ia dipanggil untuk bermain musik bagi Saul.

Kisah ke-3, Daud diperkenalkan dalam pertempuran legendaris dengan Goliat.

Pandangan positif dari karakter Saul tidak sepenuhnya dihilangkan oleh penulis Alkitab. Dalam ratapan Daud, ketika ia mendengar tentang kematian Saul, ia memerintahkan orang-orang Yehuda untuk menyanyikan pujian untuk Saul.

2 Samuel 1
19. Kepermaianmu, hai Israel, mati terbunuh di bukit-bukitmu! Betapa gugur para pahlawan!
..
23. Saul dan Yonatan, orang-orang yang dicintai dan yang ramah, dalam hidup dan matinya tidak terpisah. Mereka lebih cepat dari burung rajawali, mereka lebih kuat dari singa.
24. Hai anak-anak perempuan Israel, menangislah karena Saul, yang mendandani kamu dengan pakaian mewah dari kain kirmizi, yang menyematkan perhiasan emas pada pakaianmu.
25. Betapa gugur para pahlawan di tengah-tengah pertempuran! Yonatan mati terbunuh di bukit-bukitmu.
26. Merasa susah aku karena engkau, saudaraku Yonatan, engkau sangat ramah kepadaku; bagiku cintamu lebih ajaib dari pada cinta perempuan.
27. Betapa gugur para pahlawan dan musnah senjata-senjata perang!

Namun, penggambaran Daud yang meratapi Saul dan Yonathan dalam hal ini, juga berfungsi sebagai apologis. Daud dibersihkan dari segala sesuatu yang menginginkan kematian Saul. Bagian berikut dari kitab Samuel, adalah mengenai pertemuan Saul dan Daud, dan berlangsung hingga akhir dari kitab 1 Samuel.

Bagian pertama dari kisah Daud, memiliki nuansa novel historis. Terdapat banyak pidato dan dialog. Sehingga memiliki nuansa novel fiksi. Jika dilihat dari klaim raja-raja dari negeri Yehuda disebut sebagai Dinasti Daud selama berabad-abad, dan ditemukannya sebuah catatan arkeologi dari abad ke-9 SM yang tertulis mengenai dinasti Daud. Saya rasa sebagaian dari ilmuwan mungkin melihat figur Daud adalah tokoh yang nyata. Daud digambarkan dengan cara yang manusiawi, dia tidak memiliki karakter illahi, bahkan tidak pula memiliki karakter orang saleh.

(II Samuel)

Pada 2 Samuel 1-5, terlihat penggambaran yang bersimpati dan menguntungkan Daud. Namun tidak sepenuhnya berupa sanjungan, terdapat beberapa kritikan halus terhadapnya. Ia jelas adalah tokoh pahlawan, namun terkesan memiliki jiwa oportunis. Dia juga adalah seorang penjahat, ia melayani bangsa Filistin sebagai tentara bayaran (mercenary), dan bertindak dengan tidak patut. Jadi catatan ini bukan murni sebuah propaganda istana, walau mengandung pembelaan untuk Daud. Pada bagian berikut Daud digambarkan dengan buruk, yaitu pada bagian kitab 2 Samuel.

Setelah kematian Saul (suku Benyamin), Daud dinobatkan sebagai raja di Hebron atas sukunya sendiri, Yehuda. Ia kemudian berhasil memenangkan perebutan kekuasaan dari keturunan Saul yaitu Isyboshet, yang berkuasa di wilayah utara. Dan akhirnya kesemua suku memilihnya menjadi raja, dan terbentuklah kerajaan yang bersatu antara Israel dan Yehuda.

Ketika pemerintahannya telah aman, dan semua suku telah mendukungnya, Daud kemudian merebut Yerusalem dari orang Yebus, serta meluncurkan serangan kepada bangsa-bangsa disekitar Israel.

Narasi Alkitab menggambarkan dia sebagai tuan dari sebuah kerajaan besar yang membentang dari wilayah pegunungan hingga ke laut dan gurun pasir. Namun sedikit sekali bukti yang bisa menunjukkan bahwa bangsa Israel pernah berkuasa secara penuh pada kawasan ini. Tetapi mungkin saja Daud mampu mengambil keuntungan dari kekosongan kekuasaan pada saat cengkraman Mesir pada tanah Kanaan mengendur, sewaktu migrasi dari orang-orang laut di seluruh wilayah ini, serta tekanan dari orang-orang yang hidup di gurun pasir yang bermigrasi ke wilayah adi daya pada saat itu sedang mengalami guncangan, yaitu Mesopotamia dan Mesir. (Pada saat Daud kemungkinan berkuasa 1000 SM, wilayah Mesopotamia dan Mesir sedang mengalami kemunduran - dark ages)

Jadi Daud dan Israel mengambil keuntungan dari kekacauan dan mendirikan sebuah negara merdeka, dan mungkin saja Daud mampu mendominasi daerah ini untuk sementara waktu, mengakhiri ancaman bangsa Filistin misalnya, atau bahkan mendapatkan upeti dari beberapa negara tentangga seperti Ammon, Moab dan Edom.

Bab 6. Perjanjian Daud.

Nabi Nathan adalah perantara dari janji yang diberikan Yahweh kepada Daud, sebuah janji yang menjadi dasar keimanan dalam keabadian kerajaan Daud. Ini adalah bagian yang sangat penting dalam pembangunan sebuah ideologi kerajaan;

2 Samuel 7:8-16
8. Oleh sebab itu, beginilah kaukatakan kepada hamba-Ku Daud: Beginilah firman TUHAN semesta alam: Akulah yang mengambil engkau dari padang, ketika menggiring kambing domba, untuk menjadi raja atas umat-Ku Israel.9. Aku telah menyertai engkau di segala tempat yang kaujalani dan telah melenyapkan segala musuhmu dari depanmu. Aku membuat besar namamu seperti nama orang-orang besar yang ada di bumi. 10. Aku menentukan tempat bagi umat-Ku Israel dan menanamkannya, sehingga ia dapat diam di tempatnya sendiri dengan tidak lagi dikejutkan dan tidak pula ditindas oleh orang-orang lalim seperti dahulu, 11. sejak Aku mengangkat hakim-hakim atas umat-Ku Israel. Aku mengaruniakan keamanan kepadamu dari pada semua musuhmu. Juga diberitahukan TUHAN kepadamu: TUHAN akan memberikan keturunan kepadamu. 12. Apabila umurmu sudah genap dan engkau telah mendapat perhentian bersama-sama dengan nenek moyangmu, maka Aku akan membangkitkan keturunanmu yang kemudian, anak kandungmu, dan Aku akan mengokohkan kerajaannya. 13. Dialah yang akan mendirikan rumah bagi nama-Ku dan Aku akan mengokohkan takhta kerajaannya untuk selama-lamanya. 14. Aku akan menjadi Bapanya, dan ia akan menjadi anak-Ku. Apabila ia melakukan kesalahan, maka Aku akan menghukum dia dengan rotan yang dipakai orang dan dengan pukulan yang diberikan anak-anak manusia. 15. Tetapi kasih setia-Ku tidak akan hilang dari padanya, seperti yang Kuhilangkan dari pada Saul, yang telah Kujauhkan dari hadapanmu.16. Keluarga dan kerajaanmu akan kokoh untuk selama-lamanya di hadapan-Ku, takhtamu akan kokoh untuk selama-lamanya."

Ini adalah sebuah bagian yang mengandung gagasan tentang perjanjian yang kekal dan tanpa ada syarat antara Yahweh dan Dinasti Daud. Dan ini adalah perjanjian ke-4 setelah: Perjanjian Nuh, Perjanjian Patriakh Abraham, Perjanjian Sinai.

Perhatikan, bahwa Yahweh berkata bahwa Daud dan keturunannya dapat dihukum karena dosa, namun tidak akan diambil hak kerajaan dari mereka seperti yang dilakukan terhadap Saul.

Jadi Yahweh berjanji untuk melestarikan Dinasti Daud, dan implikasinya akan kita lihat kemudian, pada keyakinan Yerusalem sebagai sebuah kota suci. Selain itu pada keyakinan dalam pembebasan Israel dari musuh-musuh karena Yahweh terikat pada Daud dan dinastinya.

Daud menjadi figur ideal dalam tradisi biblikal dan pasca-biblikal. Bahkan setelah kerajannya jatuh ketangan bangsa Babel pada tahun 586 SM, janji akan dinasti Daud diyakini kekal. Orang-orang melihat ke masa depan untuk pemulihan garis keturunan Daud, atau mesias. Kata Ibrani untuk Mesias berarti "yang diurapi dengan minyak suci."

Jadi raja Daud adalah Mesias Yahweh, raja yang diurapi. Dan di pengasingan, Israel akan berdoa untuk munculnya Mesias baru, yang berarti raja baru dari dinasti Daud, yang ditunjuk dan diurapi Yahweh untuk menyelamatkan mereka dari musuh dan membangun kembali bangsa mereka dalam kedamaian seperti yang pernah dilakukan Daud.

Illustrasi Mesias


Jadi pengharapan bangsa Yahudi untuk Mesias, kita berbicara dalam sudut pandang periode pasca-biblikal dimana adalah benar untuk mengatakan istilah "bangsa Yahudi". Mesias dalam terminologi politik dan nasionalisme, yang melibatkan restorasi bangsa di tanah Kanaan di bawah seorang raja keturunan Daud.

Di kuliah mendatang kita akan membahas mengenai ideologi kerajaan yang muncul untuk menentang ideologi Sinai dan perjanjian-perjanjian lain yang lebih tua.

Kembali ke Index Artikel

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Apakah Abraham Berasal Dari Ur atau Haran?

Abraham berasal dari kota Haran dan bukan dari kota Ur-Kasdim, ya itulah pendapat beberapa para ahli biblikal moderen, mengapa mereka berpen...