Minggu, 04 Desember 2016

Pengantar Alkitab Ibrani (15)

Kuliah 15 - Nabi-Nabi: Para Nabi Non-Kitab [Oktober 30, 2006]

Bab 1. Penutup Sejarawan Deuteronomis.

Terakhir kita membahas tentang kelompok sejarawan Deuteronomis dan penafsiran mereka terhadap kemalangan yang menimpa Israel, sebuah penafsiran yang memungkinkan bangsa Ibrani untuk tetap utuh, walau mengalami penghancuran negara, kuil, dan institusi dasar kebangsaan mereka. Dan menurut Deuteronomis, penyebab kehancuran tersebut adalah penyembahan berhala, khususnya ketidak-taatan para raja, yang akibatnya adalah penghukuman secara nasional yaitu penghancuran dan pengasingan.

Dalam kitab 2 Raja-Raja, jika seorang raja menegakkan aturan agar semua ritual kurban hanya di lakukan di kuil Yerusalem (Bait Allah), ia akan menerima berkah/pujian, dan kesalahannya akan dikesampingkan. Namun jika ia tidak menegakkan aturan sentralisasi ritual di kuil Yerusalem, apa pun pencapaiannya ia tidak akan mendapat berkah/pujian.

(Konsep Hukuman Yang Tertunda)

Sekarang sejarawan Deuteronomis menyadari bahwa berdasarkan catatan sejarah kecenderungan diatas tidaklah sejalan dengan pola penafsiran mereka. Karena ada beberapa raja yang baik, namun hanya memerintah dalam waktu singkat, dan ada raja yang buruk dalam pandangan mereka, namun memerintah dalam waktu yang lama. Manasseh adalah contohnya. Ia memerintah selama 50 tahun dan dipandang sebagai raja yang paling buruk dari semua raja.

Kadang-kala terjadi sebuah bencana yang seketika mendera, walau saat itu diperintah oleh raja yang menurut pandangan Deuteronomis, adalah raja yang baik, karena ia taat kepada Yahweh. Dan kadang-kala bencana tidak seketika datang pada saat raja yang jahat sedang bertahta, namun bencana baru datang  pada saat raja tersebut berlalu. Jadi Deuteronomis mempunyai penafsiran baru, yaitu tentang hukuman yang tertunda atau ditangguhkan.

Contohnya, kesalahan Salomon yang mengizinkan dibangunnya altar-altar penyembahan bagi dewa-dewi asing untuk menyenangkan istri-istrinya, dijadikan kambing hitam sebagai penyebab terpecahnya kerajaan. Namun hukuman ini ditangguhkan hingga kematiannya, dan  baru menimpa Israel ketika anaknya berkuasa.

Deuteronomis melihat kejatuhan Israel ditangan bangsa Ashur pada tahun 722 SM sebagai hukuman yang ditangguhkan atas dosa-dosa Yerobeam (922 SM) karena ia mendirikan 2 pusat pemujaan di kota Dan dan Beth-El, dan mendirikan patung anak lembu emas, ia dipandang sebagai dosa besar, namun bangsa ini baru dihukum 200 tahun kemudian.

Dan untuk kerajaan selatan Yehuda: Kita menemukan beberapa raja yang baik dalam pandangan Deuteronomis, yaitu Hizkiah - ia dipandang positif karena mereformasi keagamaan dan menyingkirkan altar berhala serta mempertahankan eksistensi negeri Yehuda melawan kekuatan Ashur. Namun justru anaknya Manasseh yang memerintah cukup lama dipandang luar biasa jahat, dia mengubah kuil Yerusalem menjadi kuil pagan, dan ini adalah masa penderitaan yang besar bagi loyalis Yahweh, karena ia memerintah cukup lama.

Cucunya Yosia, kemudian naik tahta ketika berusia 8 tahun, disekitar tahun 630 SM. Dan dalam pandangan Deuteronomis, Yosia adalah raja yang saleh. Anda dapat menemukan kisahnya pada 2 Raja-Raja 22, dimana ia mereformasi Kuil Yerusalem ketika ia berusia 25 atau 26 tahun; dia menemukan kitab Taurat, membacanya, dan merasa bersalah karena selama ini instruksi Taurat tidak dilaksanakan. Yosia kemudian memerintahkan pemusnahan setiap altar dan patung berhala diseluruh pelosok negeri. Dia mengundang semua imam ke Yerusalem dan mensentralisasi ritual ibadah di Bait Allah.

Jadi Yosia dianggap raja yang sangat baik, namun akibat dosa Manasseh, kakeknya, yang terlampau besar untuk itu hukuman harus  dijatuhkan. Demikianlah seorang nabi wanita bernama Hulda, mengatakan kepada Yosia bahwa Yahweh berencana untuk menjatuhkan hukuman atas Yehuda akibat dosa-dosa yang lampau, namun hal itu akan terjadi setelah Yosia wafat, karena ia mendapat berkah Yahweh.

Dan terjadilah pada generasi berikutnya Yehuda jatuh ketangan bangsa Babel, pada tahun 586 SM, tembok Yerusalem berhasil ditembus dan Bait Allah dihancurkan, raja pada saat itu adalah Zedekiah, ia dibutakan dan dalam keadaan terantai ia dibuang dengan seluruh pembesar Yehuda ke Babel, dan hanya orang-orang miskin yang tertinggal di Yehuda.

Ini adalah upaya Deuteronomis menjelaskan segala anomali yang terjadi dalam pandangan historiosophy mereka. Dan penafsiran ini sangat mengagumkan. Karena di masa lampau, jika sebuah bangsa kalah dalam peperangan, akan di lihat sebagai kekalahan dari dewa bangsa itu oleh dewa bangsa penakluk (pertempuran para dewa). Dan Israel seharusnya berbalik menyembah dewa Babel yaitu Marduk, berpaling dari Yahweh. Tidak diragukan ada orang Israel yang melakukan hal ini, namun tidak semua melakukan.

Untuk yang setia, kekalahan tidak lah menyebabkan keputusasaan atau murtad, karena hal ini dapat dijelaskan oleh mereka yang seperti sejarawan Deuteronomis dalam kerangka monotheistik.

Hal ini tidak menimbulkan keraguan akan kekuasaan Yahweh atas alam semesta, bahkan ini adalah bukti bagi Yahweh. Bahwa Ia menghukum Israel karena dosa penyembahan berhala, dan melanggar perjanjian-Nya. Untuk itu Ia menghukum Israel dan membuang mereka ke Babel. Bangsa Ashur dan Babel hanyalah alat dari  Yahweh.

Pernyataan historiosophy dari sejarawan Deuteronomis ditemukan dalam

2 Raja-Raja 17:6-20
6. Dalam tahun kesembilan zaman Hosea maka raja Asyur merebut Samaria. Ia mengangkut orang-orang Israel ke Asyur ke dalam pembuangan dan menyuruh mereka tinggal di Halah, di tepi sungai Habor, yakni sungai negeri Gozan, dan di kota-kota orang Madai.
7. Hal itu terjadi, karena orang Israel telah berdosa kepada TUHAN, Allah mereka, yang telah menuntun mereka dari tanah Mesir dari kekuasaan Firaun, raja Mesir, dan karena mereka telah menyembah allah lain,
8. dan telah hidup menurut adat istiadat bangsa-bangsa yang telah dihalau TUHAN dari depan orang Israel, dan menurut ketetapan yang telah dibuat raja-raja Israel.
9. Dan orang Israel telah menjalankan hal-hal yang tidak patut terhadap TUHAN, Allah mereka. Mereka mendirikan bukit-bukit pengorbanan di manapun mereka diam, baik dekat menara penjagaan maupun di kota yang berkubu;
10. mereka mendirikan tugu-tugu berhala dan tiang-tiang berhala di atas setiap bukit yang tinggi dan di bawah setiap pohon yang rimbun;
11. di sana di atas segala bukit itu mereka membakar korban seperti bangsa-bangsa yang telah diangkut TUHAN tertawan dari depan mereka; mereka melakukan hal-hal yang jahat sehingga mereka menimbulkan sakit hati TUHAN;
12. mereka beribadah kepada berhala-berhala, walaupun TUHAN telah berfirman kepada mereka: "Janganlah kamu berbuat seperti itu!"
13. TUHAN telah memperingatkan kepada orang Israel dan kepada orang Yehuda dengan perantaraan semua nabi dan semua tukang tilik: "Berbaliklah kamu dari pada jalan-jalanmu yang jahat itu dan tetaplah ikuti segala perintah dan ketetapan-Ku, sesuai dengan segala undang-undang yang telah Kuperintahkan kepada nenek moyangmu dan yang telah Kusampaikan kepada mereka dengan perantaraan hamba-hamba-Ku, para nabi."
14. Tetapi mereka tidak mau mendengarkan, melainkan mereka menegarkan tengkuknya seperti nenek moyangnya yang tidak percaya kepada TUHAN, Allah mereka.
15. Mereka menolak ketetapan-Nya dan perjanjian-Nya, yang telah diadakan dengan nenek moyang mereka, juga peraturan-peraturan-Nya yang telah diperingatkan-Nya kepada mereka; mereka mengikuti dewa kesia-siaan, sehingga mereka mengikuti bangsa-bangsa yang di sekeliling mereka, walaupun TUHAN telah memerintahkan kepada mereka: janganlah berbuat seperti mereka itu.
16. Mereka telah meninggalkan segala perintah TUHAN, Allah mereka, dan telah membuat dua anak lembu tuangan; juga mereka membuat patung Asyera, sujud menyembah kepada segenap tentara langit dan beribadah kepada Baal.
17. Tambahan pula mereka mempersembahkan anak-anaknya sebagai korban dalam api dan melakukan tenung dan telaah dan memperbudak diri dengan melakukan yang jahat di mata TUHAN, sehingga mereka menimbulkan sakit hati-Nya.
18. Sebab itu TUHAN sangat murka kepada Israel, dan menjauhkan mereka dari hadapan-Nya; tidak ada yang tinggal kecuali suku Yehuda saja. --
19. Juga Yehuda tidak berpegang pada perintah TUHAN, Allah mereka, tetapi mereka hidup menurut ketetapan yang telah dibuat Israel,
20. jadi TUHAN menolak segenap keturunan Israel: Ia menindas mereka dan menyerahkan mereka ke dalam tangan perampok-perampok, sampai habis mereka dibuang-Nya dari hadapan-Nya. --

Ini adalah akhir yang sangat menyedihkan jika kita kilas balik dari kitab Kejadian 1. Namun jika Deuteronomis meletakkan kesalahan pada penyembahan berhala, terutama yang dilakukan oleh kalangan istana, jawaban yang berbeda akan diberikan oleh nabi-nabi klasik Israel, yang lebih menekankan penafsiran untuk memperteguh ke-imam-an kepada Yahweh, terutama bagi mereka yang berpikir bahwa Yahweh telah meninggalkan umat-Nya.

Kita akan beralih kepada jawaban kenabian atas krisis besar yang dihadapi bangsa Israel pada kuliah mendatang. Dalam kuliah ini, kita akan membahas tentang fenomena nubuat dari beberapa nabi, yang muncul dalam narasi sejarah terutama dalam kitab Raja-Raja.

Bab 2. Pengenalan Terhadap Fenomena Nubuat Bangsa Israel.

Kitab-kitab sejarah yang telah kita bahas disebut sebagai kitab "Nabi-Nabi Terdahulu" (Former Prophets) - ingat, bagian dari kitab nabi-nabi (Neviim) terbagi atas nabi-nabi terdahulu & nabi-nabi kemudian; bagian dari kitab nabi-nabi terdahulu adalah narasi sejarah; yang membentang dari Yosua hingga  Raja-Raja. Di dalam nya kita memiliki beberapa nabi yang muncul, dan mereka adalah salah satu figur utama dalam drama nasional. Para nabi dari abad ke 9-10 SM yang dikaitkan dengan kuil atau dengan istana raja.

Namun mulai dari abad ke-8 SM, kita menemukan nabi-nabi yang ucapannya dibuat dalam bentuk tertulis, dan kita mengenal nya dalam kitab-kitab yang diattributkan menurut nama si nabi. Nabi-nabi yang ucapannya dibuat dalam bentuk kitab, disebut sebagai nabi klasik atau nabi-nabi ber-kitab.

Dan nabi-nabi klasik, seperti Deuteronomist, berusaha untuk memahami penderitaan dan kekalahan Israel, dan mereka datang dengan penjelasan dan penghiburan, kita akan membahas hal ini dikuliah berikut.

Saat ini kita akan melihat fenomena dari nubuat di Israel kuno dengan membandingkan beberapa narasi dalam kitab Samuel dan Raja-Raja yang menampilkan karakter nabi. Hal tersebut akan memberikan latar belakang yang sangat penting untuk kuliah berikutnya.

Praktek bernubuat, adalah sesuatu yang umum dan meluas dipraktekkan di dunia kuno, dan memiliki bentuk yang berbeda dalam setiap komunitas. Kita mengenal adanya "nabi ekstatis" dari naskah-naskah yang berasal dari millenium ke-2 SM di Mesopotamia.

Pada abad ke-7 SM bangsa Ashur, memiliki banyak jenis nabi ekstatis, tugas utama mereka adalah untuk menyampaikan firman/nubuat/pesan-pesan illahi bagi para raja, biasanya sesuatu yang menyenangkan bagi raja. Adalah hal yang bijaksana untuk memberi ramalan yang baik untuk menyenangkan raja. Dan kita juga memiliki nabi ekstatis dalam Alkitab, khususnya pada periode awal.

Terminologi ekstasi dalam konteks ini adalah merujuk pada kondisi ketika seseorang dirasuki oleh roh yang menyebabkan seseorang kehilangan kendali akan kontrol diri dan logika, sebagaimana kondisi normal.

Ekstatis melibatkan musik dan tarian; manifestasi emosionalnya kadang kala dalam bentuk kejang-kejang atau kegilaan. Kadang kala mereka menggeliat dan mengoceh, dan Alkitab menyebut jenis ekstatis ini sebagai kondisi dimana Roh dari Yahweh hinggap kepada nabi, atau menguasai para nabi, dan menjadikan mereka sebagai alat untuk menyampaikan kehendak dan perkataan illahi.

Kita melihat prilaku aneh ini dari banyak nabi-nabi. Yehezkiel contohnya dilaporkan berprilaku yang tidak lazim ketika ia menjadi alat untuk menyampaikan pesan-pesan Yahweh. Dipercaya hal ini adalah warisan dari nubuat ekstatis yang lazim pada periode Timur-Tengah Kuno.

Namun tidak semua para nabi memiliki karakter ekstatis ini. Kata Ibrani untuk nabi adalah "navi," yang berarti orang yang dipanggil atau orang yang mengumumkan. Atau seseorang yang dipanggil untuk menyampaikan pesan atau perkataan illahi.

Selain itu dalam Alkitab juga mempunyai fenomena nubuat Rasul. Rasul berarti penyampai pesan, atau orang yang diutus  Allah dengan misi tertentu. Seorang rasul  kadang kala dipilih walau berlawanan dengan kehendak mereka, namun si rasul diharuskan untuk menyampaikan firman Allah kepada dunia.

Hal ini berbeda dengan nabi yang ditugaskan oleh klien dan diberi imbalan untuk sesuatu yang illahi. Rasul dalam Alkitab adalah alat dari Yahweh untuk mengungkapkan diri-Nya dan kehendak-Nya kepada umat-Nya.

Para ahli mencatat bahwa Musa adalah Rasul pertama dalam Alkitab. Dan dalam banyak hal Musa memiliki kesamaan dengan nabi-nabi berikutnya ketika ia dipanggil dan merespon panggilan illahi.

Pertama-tama tahapannya adalah, terdapat pertemuan tak terduga dengan Allah. Mungkin ia berupa penglihatan atau sebuah suara panggilan.

Kemudian kita menemukan ke-enggangan dari si individu untuk menjawab panggilan itu, namun pada akhirnya orang tersebut dibuat kewalahan dan akhirnya menyerah kepada Allah. Hal ini banyak terjadi dalam kitab nabi-nabi.

Jadi dalam Alkitab pesan-pesan atau nubuat dari rasul berbeda dengan nubuat ekstatis. Ini juga berbeda dari ramalan.

Ramalan adalah upaya untuk mengungkap pikiran illahi atau kehendak illahi, melalui beberapa teknik, dan kadang kala melibatkan manipulasi zat-zat tertentu,  mungkin dengan memeriksa isi perut dari binatang kurban. Praktek jenis ini atau sihir dan mantra untuk berkonsultasi dengan dunia roh dikutuk oleh Deuteronomis.

Ritual demikian adalah salah satu bagian penting yang dikutuk oleh Deuteronomis dan dianggap sebagai praktek-praktek asing Israel.

Namun fakta di mana kelompok Deuteronomis mempolemikkan hal ini, justru menandakan bahwa praktek-praktek demikian adalah hal lazim dan populer dalam keagamaan komunitas Israel-Yehuda.

Kita dapat membaca dalam Alkitab pada kisah penyihir dari Endor - ketika Saul pergi kepada penyihir untuk memanggil roh Samuel dan berkonsultasi dengannya. Selain itu kita juga melihat praktek ramalan dalam keagamaan Yahwis, yang dilakukan oleh para imam. Mereka meminta petunjuk Yahweh melalui sebuah benda yang disebut urim dan tummim, lambang urim-tummim dapat anda lihat pada logo universitas Yale.


Batu Urim Tummim

1 Samuel 14:41-42
41. Lalu berkatalah Saul: "Ya, TUHAN, Allah Israel, mengapa Engkau tidak menjawab hamba-Mu pada hari ini? Jika kesalahan itu ada padaku atau pada anakku Yonatan, ya TUHAN, Allah Israel, tunjukkanlah kiranya Urim; tetapi jika kesalahan itu ada pada umat-Mu Israel, tunjukkanlah Tumim." Lalu didapati Yonatan dan Saul, tetapi rakyat itu terluput.
42. Kata Saul: "Buanglah undi antara aku dan anakku Yonatan." Lalu didapati Yonatan.


Urim dan tummim tidak diterjemahkan dalam Alkitab karena kita tidak mengetahui apa arti sebenarnya, mungkin berhubungan dengan kata cahaya, namun ia seperti kata abrakadabra, atau kata tanpa makna.

Urim dan tummim adalah batu berwarna yang sering dipakai oleh para imam untuk bertanya kepada Yahweh dan menerima jawaban "ya atau tidak" dan Deuteronomis menerima praktek seperti ini.

Nabi Ibrani tidak selalu menjadi peramal, mereka berbicara dalam sebuah situasi untuk mengungkapkan maksud Yahweh terhadap sebuah situasi konkrit saat itu pula.

Dan tujuan melakukan itu adalah untuk memberi pemahaman agar orang-orang berubah dan kembali mentaati perjanjian, dan untuk menghindari azab yang akan datang atau mencegah bencana di masa depan.

Ada beberapa nabi wanita di Israel seperti Miriam, Deborah, Hulda, dan Noaja namun mereka tidak memiliki kitab di dalam kumpulan kitab Neviim.

Pada masa Israel kuno, nubuat para nabi berhubungan sangat erat dengan kerajaan, raja adalah orang yang diurapi Yahweh.
Pada kisah Saul dan Daud terdapat fenomena nubuat yang sangat kuat. Saul diurapi oleh Samuel, dan ia dikatakan ikut bernubuat dalam kumpulan nabi ekstatis, ia dipenuhi oleh roh Yahweh.

1 Samuel 10:5-6;10-11
5. Sesudah itu engkau akan sampai ke Gibea Allah, tempat kedudukan pasukan orang Filistin. Dan apabila engkau masuk kota, engkau akan berjumpa di sana dengan serombongan nabi, yang turun dari bukit pengorbanan dengan gambus, rebana, suling dan kecapi di depan mereka; mereka sendiri akan kepenuhan seperti nabi.
6. Maka Roh TUHAN akan berkuasa atasmu; engkau akan kepenuhan bersama-sama dengan mereka dan berubah menjadi manusia lain.
....
10. Ketika mereka sampai di Gibea dari sana, maka bertemulah ia dengan serombongan nabi; Roh Allah berkuasa atasnya dan Saul turut kepenuhan seperti nabi di tengah-tengah mereka.
11. Dan semua orang yang mengenalnya dari dahulu melihat dengan heran, bahwa ia bernubuat bersama-sama dengan nabi-nabi itu; lalu berkatalah orang banyak yang satu kepada yang lain: "Apakah gerangan yang terjadi dengan anak Kish itu? Apa Saul juga termasuk golongan nabi?"

Kita juga melihat pada kisah Daud yang juga bernubuat untuk dirinya. Ia juga menerima roh Yahweh atau karisma, dan juga diurapi oleh nabi.

Namun pada raja berikutnya, mereka tidak lagi bernubuat. Nabi selain mengurapi raja, mereka juga mengumumkan kejatuhan sang raja, mereka adalah sosok yang berkuasa mengangkat dan menghentikan raja.

Kita juga melihat nabi yang berada pada pihak oposisi terhadap raja, setiap raja memiliki nabi yang menjadi duri baginya. Samuel terhadap Saul, Nathan terhadap Daud, Elia, Elisa & Mikha terhadap dinasti Ahab, dan lain-lain.

Jadi sikap oposisi para nabi untuk raja adalah semacam pengawasan Yahweh atas raja, dan ini adalah tema penting dari seluruh kitab nabi-nabi terdahulu. Yang mana akan memberi kita pemahaman akan tulisan para nabi-nabi yang akan datang kemudian. Mereka sangat sering memberi kritikan atas kebijakan kerajaan.

Sangat sering motif sastra diperkenalkan tentang oposisi dari nabi seperti berikut. Firman Yahweh datang kepada nabi X, melawan raja Y. Dan anda akan melihat isi firman: karena anda telah berbuat dosa Aku akan menghancurkan engkau, Aku akan mengambil tahtamu dan seterusnya.

Bab 3. Peran Para Nabi: Yes Men Vs Nabi Asli.

Berdasarkan berbagai naskah kuno kita mengetahui bahwa para raja Ashur, Israel dan Yehuda, mempekerjakan para nabi di dalam istana, mereka royal terhadap raja dan ini bertentangan dengan Nabi "Asli" atau yang benar menurut Alkitab.

Nabi asli akan memberitakan firman Yahweh bukan mendukung segala kebijakan raja. Dan mereka akan tetap menyatakan perkataan itu entah raja ingin mendengar atau tidak.

(Mikha bin Yimla)

Contoh klasiknya adalah Mikha bin Yimla. Mikha menyampaikan pesan Yahweh meskipun tidak menyenangkan raja Yosafat & Ahab dan akhirnya ia dijebloskan ke penjara (1 Raja-Raja 22) - Jangan tertukar dengan Mikha pada kitab Mikha yang hidup pada masa Yotam, Ahas dan Hizkia.

Kisah ini merupakan kritikan bagi nabi Yes-Man yang dipekerjakan di istana raja, untuk mendukung segala kebijakan raja.

Ahab adalah raja dari Israel di utara pada abad ke-9 SM. Dan selama pemerintahan nya, kerajaan utara dan selatan, atau Israel dan Yehuda, berdamai dan membentuk aliansi.

Aliansi ini ingin merebut kembali beberapa wilayah di utara yang hilang, di wilayah Suriah moderen. Namun mereka tidak serta melakukan ekspedisi militer tanpa berkonsultasi terlebih dahulu dengan para nabi untuk mendapatkan nubuat yang menguntungkan dari Yahweh.

Nabi-nabi dari raja Ahab yang berjumlah 400 dimintai pendapat apakah raja boleh berperang ke wilayah Ramoth-Gilead, dan kata mereka:

1 Raja-Raja 22:6-8
6. Lalu raja Israel mengumpulkan para nabi, kira-kira empat ratus orang banyaknya, kemudian bertanyalah ia kepada mereka: "Apakah aku boleh pergi berperang melawan Ramot-Gilead atau aku membatalkannya?" Jawab mereka: "Majulah! Yahweh akan menyerahkannya ke dalam tangan raja."
7. Tetapi Yosafat bertanya: "Tidak adakah lagi di sini seorang nabi Yahweh, supaya dengan perantaraannya kita dapat meminta petunjuk?"
8. Jawab raja Israel kepada Yosafat: "Masih ada seorang lagi yang dengan perantaraannya dapat diminta petunjuk Yahweh. Tetapi aku membenci dia, sebab tidak pernah ia menubuatkan yang baik tentang aku, melainkan malapetaka. Orang itu ialah Mikha bin Yimla." Kata Yosafat: "Janganlah raja berkata demikian."
9. Kemudian raja Israel memanggil seorang pegawai istana, katanya: "Jemputlah Mikha bin Yimla dengan segera!"
10. Sementara raja Israel dan Yosafat, raja Yehuda, duduk masing-masing di atas takhtanya dengan pakaian kebesaran, di suatu tempat pengirikan di depan pintu gerbang Samaria, sedang semua nabi itu bernubuat di depan mereka,
11. maka Zedekia bin Kenaana membuat tanduk-tanduk besi, lalu berkata: "Beginilah firman Yahweh: Dengan ini engkau akan menanduk Aram sampai engkau menghabiskan mereka."
12. Juga semua nabi itu bernubuat demikian, katanya: "Majulah ke Ramot-Gilead, dan engkau akan beruntung; Yahweh akan menyerahkannya ke dalam tangan raja."
13. Suruhan yang pergi memanggil Mikha itu, berkata kepadanya: "Ketahuilah, nabi-nabi itu sudah sepakat meramalkan yang baik bagi raja, hendaklah engkau juga berbicara seperti salah seorang dari pada mereka dan meramalkan yang baik."
14. Tetapi Mikha menjawab: "Demi Yahweh yang hidup, sesungguhnya, apa yang akan difirmankan Yahweh kepadaku, itulah yang akan kukatakan."
15. Setelah ia sampai kepada raja, bertanyalah raja kepadanya: "Mikha, apakah kami boleh pergi berperang melawan Ramot-Gilead atau kami membatalkannya?" Jawabnya kepadanya: "Majulah dan engkau akan beruntung, sebab Yahweh akan menyerahkannya ke dalam tangan raja."

Namun raja mengetahui bahwa Mikha tidak mendapat penglihatan ketika ia memberi jawaban, maka raja sekali lagi meminta jawaban yang sebenarnya.
Dan Mikha pun mendapat penglihatan berupa domba tanpa gembala.

16. Tetapi raja berkata kepadanya: "Sampai berapa kali aku menyuruh engkau bersumpah, supaya engkau mengatakan kepadaku tidak lain dari kebenaran demi nama Yahweh?" 17. Lalu jawabnya: "Telah kulihat seluruh Israel bercerai-berai di gunung-gunung seperti domba-domba yang tidak mempunyai gembala, sebab itu Yahweh berfirman: Mereka ini tidak punya tuan; baiklah masing-masing pulang ke rumahnya dengan selamat."
18. Kemudian raja Israel berkata kepada Yosafat: "Bukankah telah kukatakan kepadamu: Tidak pernah ia menubuatkan yang baik tentang aku, melainkan hanya malapetaka?"

Mikha kemudian mendapat penglihatan, ke-2 dimana ia melihat Yahweh dengan bala tentara-Nya, sedang bersiasat untuk menjerumuskan Ahab agar tewas dipeperangan.

19. Kata Mikha: "Sebab itu dengarkanlah firman Yahweh. Aku telah melihat Yahweh sedang duduk di atas takhta-Nya dan segenap tentara sorga berdiri di dekat-Nya, di sebelah kanan-Nya dan di sebelah kiri-Nya.
20. Dan Yahweh berfirman: Siapakah yang akan membujuk Ahab untuk maju berperang, supaya ia tewas di Ramot-Gilead? Maka yang seorang berkata begini, yang lain berkata begitu.
21. Kemudian tampillah suatu roh, lalu berdiri di hadapan Yahweh. Ia berkata: Aku ini akan membujuknya. Yahweh bertanya kepadanya: Dengan apa?
22. Jawabnya: Aku akan keluar dan menjadi roh dusta dalam mulut semua nabinya. Ia berfirman: Biarlah engkau membujuknya, dan engkau akan berhasil pula. Keluarlah dan perbuatlah demikian!
23. Karena itu, sesungguhnya Yahweh telah menaruh roh dusta ke dalam mulut semua nabimu ini, sebab Yahweh telah menetapkan untuk menimpakan malapetaka kepadamu."
24. Sesudah itu tampillah Zedekia bin Kenaana, ditamparnyalah pipi Mikha serta berkata: "Mana boleh Roh Yahweh pindah dari padaku untuk berbicara kepadamu?"
25. Tetapi Mikha menjawab: "Sesungguhnya engkau akan melihatnya pada hari engkau lari dari satu kamar ke kamar yang lain untuk menyembunyikan diri."

Jadi semua ini adalah rencana Yahweh, untuk menyiapkan sebuah bencana bagi Ahab, mungkin sebagai hukuman atas segala dosa-dosanya, seperti ketika Ia mengeraskan hati Firaun, agar ia dapat di hukum karena menolak permohonan Musa untuk membiarkan orang Israel keluar dari Mesir. Ini adalah cara Yahweh untuk memastikan kematian atau hukuman.

Disini raja menjadi kesal dan tidak mengetahui kepada siapa ia harus percaya, ia tidak membunuh Mikha pada saat itu juga namun menjebloskannya kedalam penjara, untuk melihat hasil pertempuran. Dan Mikha setuju dengan mengatakan :

2 Raja-Raja 22:28
Tetapi jawab Mikha: "Jika benar-benar engkau pulang dengan selamat, tentulah Yahweh tidak berfirman dengan perantaraanku!" Lalu disambungnya: "Dengarlah, hai bangsa-bangsa sekalian!"

Perkataan Mikha terbukti akurat, walau raja bersiasat dalam peperangan dengan menyamar agar tidak ada yang mengetahui bahwa ia adalah raja, namun ia akhirnya terbunuh dalam peperangan melalui anak panah yang dilepaskan secara acak dan pasukannya tercerai-berai.

Kisah Mikha adalah polemik dari penulis Alkitab untuk menegaskan potret dari nabi yang sesungguhnya tidak seperti para rombongan nabi-nabi yang dipekerjakan di Istana. Mikha adalah seorang yang bertekad untuk memberitakan firman Allah, bahkan jika itu adalah bertentangan dengan keinginan raja atau pandangan mayoritas. Dia akan tetap memberitakan penghakiman Yahweh, dan itu menjadi penghakiman atas bangsa, ia akan menjadi pesan bencana, dan ini pada akhirnya akan dipahami sebagai tanda dari seorang nabi yang benar. Jadi nabi "bencana" adalah tanda bagi nabi yang benar.

Bab 4. Peranan Para Nabi: Pejuang Yahweh, Pentabis & Pengkudeta Raja dan Pembuat Mujizat.

Peranan kedua dari para nabi yang terdapat dalam narasi sejarah: Kita melihat nabi sebagai pejuang bagi Yahweh. Kita dapat melihatnya dalam Pejuang "fanatik" Yahwist, Elia dan Elisa. Kisah Elia terdapat dalam 1 Raja-Raja 17-19 dan 21. Kisah Elisa pada 2 Raja-Raja 2-9 dan 13.

Materi ini adalah contoh yang bagus tentang terdapatnya berbagai unit independen dari sebuah tradisi, atau cerita populer yang dimasukkan kedalam sejarah Deuteronomis.

Mereka sangat kental dengan nuansa "cerita rakyat"; mereka memiliki banyak drama dan warna, banyak keajaiban, hewan-hewan berprilaku dengan tidak lazim. Kita menemukan 2 nabi yang keduanya bermujizat menggandakan makanan, memprediksi kematian istri Ahab, ratu Izebel. Keduanya juga membelah sungai Yordan dan sebagainya.

Dan kisah rakyat ini diselipkan kedalam kerangka narasi sejarah raja-raja dari kerajaan utara, Israel. Jadi kisah ini disesuaikan dengan pandangan mazhab Deuteronomis, yang berbasis di kerajaan selatan, Yehuda. Mereka disesuaikan dengan tujuan untuk mengecam kerajaan utara, Israel, dengan para raja nya sebagai penyembah berhala.

(Elia)

Elia berasal dari Tisbe daerah Gilead, di sisi timur sungai Yordan, adalah karakter yang sangat dramatis di mana pada akhir ceritanya ia diangkat ke langit oleh "angin Allah". Dia memerangi para penyembah Baal dan Asyera, yang diperkenalkan oleh istri raja Ahab, Izebel.

Tindakan pertama Elia adalah mengumumkan akan datangnya kekeringan, dia mengumumkan dalam nama Yahweh.

Hal ini adalah tantangan langsung terhadap Baal, karena Baal dipercaya sebagai pengendali hujan, dan mengontrol kesuburan tanah. Jadi tujuan Elia adalah menunjukkan bahwa Yahweh lah yang mengontrol segalanya, bukan Baal.

Kita telah menemukan bukti arkeologis bawah Baal sebenarnya di sembah oleh kerajaan di utara hingga masa kehancurannya. Jadi sangat mungkin jika di kerajaan utara tidak terjadi konflik antar pemuja Baal dan pemuja Yahweh. Namun dalam kisah Elia, sejarawan deuteronomis menggambarkan tentang perjuangan eksklusifitas penyembahan Yahweh (menegaskan superioritas Yahweh atas Baal).

Izebel beserta 450 nabi Baal nya, memusuhi serta menganiaya para nabi Yahweh. Dan Elia yang berada pada situasi yang berjuang untuk Yahweh. Ia tidak mentolerir penyembahan selain kepada Yahweh, dan ia melakukan berbagai mujizat dalam nama Yahweh untuk menunjukkan bahwa Ia adalah Allah dan bukan Baal, yang memberi kehidupan.

Contoh lain adalah ketika ia membangkitkan anak yang telah mati; memperbanyak minyak dan tepung dan sebagainya, ini semua dalam nama Yahweh, dan hanya Ia lah yang memiliki kekuatan sejati, bukan Baal.

Seperti yang pernah kita bahas sebelumnya, bahwa terdapat beberapa ahli yang berpendapat bahwa agama biblikal (Yahwisme eksklusif yang cenderung kepada monotheisme) adalah tidak sama dengan praktek real yang dilakukan oleh orang Israel-Yehuda. Dan mereka meyakini jika agama biblikal, mungkin berasal dari aktivitas para nabi seperti Elia dan Elisa di utara, yang melakukan penentangan terhadap penyembah Baal. Dan setelah jatuhnya kerajaan utara, tradisi-tradisi pemujaan yang eksklusif hanya terhadap Yahwe ini, datang ke selatan dan akhirnya di adopsi oleh kelompok Deuteronomis.

Konflik antara 2 sekte, penyembah Yahweh dan penyembah Baal, mencapai klimaks dalam cerita 1 Raja-Raja 18, dimana Elia menantang para nabi Baal dalam sebuah kontes untuk mendatangkan hujan.

Telah disebutkan bahwa terjadi kekeringan yang parah melanda Israel, dan menurut Elia ini adalah hukuman Yahweh atas dosa Ahab yang memperkenalkan penyembahan Baal dalam skala luas.

Ketika semua nabi dan rakyat berkumpul di gunung Karmel tempat diadakannya kontes, Elia berkata "Berapa lama lagi kamu berlaku timpang dan bercabang hati? Kalau Yahweh itu Allah, ikutilah Dia, dan kalau Baal, ikutilah dia." Tetapi rakyat itu tidak menjawabnya sepatah katapun.

Jadi terdapat 2 pilihan, dan sepertinya pada tahap yang luas tidak terdapat masalah dalam integrasi Yahweisme dan Baal, namun terdapat beberapa nabi yang menuntut eksklusivitas atas Yahweh.

Dua ekor lembu kemudian disembelih, dan diletakkan diatas mezbah Baal dan mezbah Yahweh. Dilanjutkan dengan 450 nabi Baal memohon untuk mengirimkan api guna  membakar qurban persembahan, dan dewa yang mengirimkan api adalah benar-benar Allah.

Demikianlah para nabi Baal memanggil dewa nya dari pagi hingga sore, dan ini diceritakan dalam kisah penuh sindirian.

1 Raja-Raja 18:26-41
26. Mereka mengambil lembu yang diberikan kepada mereka, mengolahnya dan memanggil nama Baal dari pagi sampai tengah hari, katanya: "Ya Baal, jawablah kami!" Tetapi tidak ada suara, tidak ada yang menjawab. Sementara itu mereka berjingkat-jingkat di sekeliling mezbah yang dibuat mereka itu.
27. Pada waktu tengah hari Elia mulai mengejek mereka, katanya: "Panggillah lebih keras, bukankah dia allah? Mungkin ia merenung, mungkin ada urusannya, mungkin ia bepergian; barangkali ia tidur, dan belum terjaga."
28. Maka mereka memanggil lebih keras serta menoreh-noreh dirinya dengan pedang dan tombak, seperti kebiasaan mereka, sehingga darah bercucuran dari tubuh mereka.
29. Sesudah lewat tengah hari, mereka kerasukan sampai waktu mempersembahkan korban petang, tetapi tidak ada suara, tidak ada yang menjawab, tidak ada tanda perhatian.
30. Kata Elia kepada seluruh rakyat itu: "Datanglah dekat kepadaku!" Maka mendekatlah seluruh rakyat itu kepadanya. Lalu ia memperbaiki mezbah Yahweh yang telah diruntuhkan itu.
31. Kemudian Elia mengambil dua belas batu, menurut jumlah suku keturunan Yakub. --Kepada Yakub ini telah datang firman Yahweh: "Engkau akan bernama Israel." --
32. Ia mendirikan batu-batu itu menjadi mezbah demi nama Yahweh dan membuat suatu parit sekeliling mezbah itu yang dapat memuat dua sukat benih.
33. Ia menyusun kayu api, memotong lembu itu dan menaruh potongan-potongannya di atas kayu api itu.
34. Sesudah itu ia berkata: "Penuhilah empat buyung dengan air, dan tuangkan ke atas korban bakaran dan ke atas kayu api itu!" Kemudian katanya: "Buatlah begitu untuk kedua kalinya!" Dan mereka berbuat begitu untuk kedua kalinya. Kemudian katanya: "Buatlah begitu untuk ketiga kalinya!" Dan mereka berbuat begitu untuk ketiga kalinya,
35. sehingga air mengalir sekeliling mezbah itu; bahkan parit itupun penuh dengan air.
36. Kemudian pada waktu mempersembahkan korban petang, tampillah nabi Elia dan berkata: "Ya Yahweh, Allah Abraham, Ishak dan Israel, pada hari ini biarlah diketahui orang, bahwa Engkaulah Allah di tengah-tengah Israel dan bahwa aku ini hamba-Mu dan bahwa atas firman-Mulah aku melakukan segala perkara ini.
37. Jawablah aku, ya Yahweh, jawablah aku, supaya bangsa ini mengetahui, bahwa Engkaulah Allah, ya Yahweh, dan Engkaulah yang membuat hati mereka tobat kembali."
38. Lalu turunlah api TUHAN menyambar habis korban bakaran, kayu api, batu dan tanah itu, bahkan air yang dalam parit itu habis dijilatnya.
39. Ketika seluruh rakyat melihat kejadian itu, sujudlah mereka serta berkata: "TUHAN, Dialah Allah! TUHAN, Dialah Allah!"
40. Kata Elia kepada mereka: "Tangkaplah nabi-nabi Baal itu, seorangpun dari mereka tidak boleh luput." Setelah ditangkap, Elia membawa mereka ke sungai Kison dan menyembelih mereka di sana.
41. Kemudian berkatalah Elia kepada Ahab: "Pergilah, makanlah dan minumlah, sebab bunyi derau hujan sudah kedengaran.

Bahasa yang digunakan untuk menggambarkan badai dalam kisah Elia adalah bahasa yang biasanya digunakan untuk dewa badai, Baal. Hal ini mengarah pada titik awal dari kisah sindiran ini bahwa Yahweh adalah Allah yang nyata pengendali badai, bukan Baal. Yahweh mengontrol alam, bukan Baal. Ia adalah Allah yang hidup; Baal diam dan tak berdaya, dan pilihan Israel harus jelas. Yahweh harus menjadi satu-satunya Allah bagi Israel; dan menariknya nama Elia berarti El-i-Yahu berarti Allahku [Eli] adalah Yahweh.

Izebel menjadi murka atas hal ini dan ia mengancam Elia dengan hukuman mati. Elia kemudian melarikan diri ke padang gurun dan menghabiskan masa 40 hari 40 malam di sebuah gunung yang disebut Horeb atau Sinai. Gunung dimana wahyu diturunkan kepada Musa, dan musa juga menghabiskan masa 40 hari dan 40 malam disana. Banyak para ahli melihat kesamaan Elia dan Musa dan hal ini adalah sebuah kesengajaan.

Elia dalam keputusasaan di Sinai, dan perasaan gagal dalam perjuangannya untuk Yahweh, ingin mati. Dan ia bersembunyi dalam celah batu, ketika Yahweh menampakkan wajah-Nya.

1 Raja-Raja 19:9-12
9. Di sana masuklah ia ke dalam sebuah gua dan bermalam di situ. Maka firman TUHAN datang kepadanya, demikian: "Apakah kerjamu di sini, hai Elia?"
10. Jawabnya: "Aku bekerja segiat-giatnya bagi TUHAN, Allah semesta alam, karena orang Israel meninggalkan perjanjian-Mu, meruntuhkan mezbah-mezbah-Mu dan membunuh nabi-nabi-Mu dengan pedang; hanya aku seorang dirilah yang masih hidup dan mereka ingin mencabut nyawaku."
11. Lalu firman-Nya: "Keluarlah dan berdiri di atas gunung itu di hadapan TUHAN!" Maka TUHAN lalu! Angin besar dan kuat, yang membelah gunung-gunung dan memecahkan bukit-bukit batu, mendahului TUHAN. Tetapi tidak ada TUHAN dalam angin itu. Dan sesudah angin itu datanglah gempa. Tetapi tidak ada TUHAN dalam gempa itu.
12. Dan sesudah gempa itu datanglah api. Tetapi tidak ada TUHAN dalam api itu. Dan sesudah api itu datanglah bunyi angin sepoi-sepoi basa.

Elia nampaknya mengalami pembaharuan di Sinai, di gunung yang merupakan sumber dari perjanjian Israel dengan Allah. Dan berbagai theofani seperti gempa bumi, angin, dan api, dalam narasi ini nampaknya untuk mengkoreksi pemahaman yang mungkin muncul bahwa Yahweh tidak berada dalam fenomena alam, termasuk badai seperti yang terjadi pada kisah kontes Yahweh vs Baal, di gunung Karmel. Hal ini untuk menjelaskan bahwa Yahweh bukanlah dewa alam seperti Baal yang merupakan dewa badai.

Yahweh lalu memerintahkan Elia untuk turun gunung dan menemui orang-orang, ia harus menyulut pemberontakan atau revolusi di istana raja:

1 Raja-Raja 19:15-17
15. Firman TUHAN kepadanya: "Pergilah, kembalilah ke jalanmu, melalui padang gurun ke Damsyik, dan setelah engkau sampai, engkau harus mengurapi Hazael menjadi raja atas Aram.
16. Juga Yehu, cucu Nimsi, haruslah kauurapi menjadi raja atas Israel, dan Elisa bin Safat, dari Abel-Mehola, harus kauurapi menjadi nabi menggantikan engkau.
17. Maka siapa yang terluput dari pedang Hazael akan dibunuh oleh Yehu; dan siapa yang terluput dari pedang Yehu akan dibunuh oleh Elisa.

Namun Elia hanya melakukan pengurapan terhadap Elisa untuk menjadi nabi penggantinya, dan Elisa yang akan melakukan pengurapan terhadap Hazael untuk menjadi raja Aram, dan utusan Elisa yang mengurapi Yehu menjadi raja Israel.

Yang terpenting dalam kisah ini adalah penekanan bahwa Yahweh bukanlah dewa alam dan Allah Israel bertindak dalam sejarah; Yahweh memberitahukan kepada manusia bahwa ia turut berperan dalam sejarah. Nabi-nabi Nya tidak dapat melarikan diri, dan mereka berperan dalam terjadinya rencana Yahweh bagi bangsa-bangsa.

Kita telah melihat para nabi pejuang Yahweh, terutama Elia dan Elisa. Kisah Elia berakhir dengan Elia naik ke surga dengan mengendarai kereta menyala api dalam angin badai, dan ini berkontribusi terhadap keyakinan bahwa Elia tidak pernah mati. Dan Elia akan menjadi pertanda bagi Mesias. Dia akan datang kembali untuk mengumumkan kedatangan Mesias.

(Elisa)

Elia mewariskan jubah kenabiannya kepada muridnya Elisa. Elisa sangat aktif terlibat dalam arena politik yang juga merupakan salah satu peran nabi-nabi, seperti halnya Samuel yang mengurapi Saul dan Daud menjadi raja.

Elisa mengutus seorang pengikutnya, yang merupakan nabi pula secara diam-diam untuk mengurapi Yehu, seorang panglima perang Ahab dan Yoram, untuk menjadi raja atas Israel.

Dan ini adalah pertanda dimulainya perang sipil yang berdarah, Yehu akan membantai semua keluarga Ahab, dan semua pendukungnya di Israel. Dia mengumpulkan semua penyembah Baal dalam sebuah kuil besar yang dibangun Ahab di Samaria, lalu membantai mereka kemudian merubuhkan kuil tersebut. Jadi ini adalah pertempuran besar-besaran antara pemuja Yahweh terhadap pemuja Baal.

Kita tidak akan membahas Elisa secara detail, namun hanya bagian-bagian penting dalam karir kenabiannya, yaitu sebagai pembuat mujizat. Seperti Elia, Elisa melakukan mujizat seperti membuat kapak besi mengapung diatas air; membangkitkan orang mati; membuat bejana minyak selalu terisi tanpa habis; memakan sup beracun; memberi makan 100 orang dari 20 roti; menyembuhkan orang kusta.

Kisah-kisah legendaris penuh mujizat ini merupakan kisah relijius yang populer terhadap orang-orang suci. Orang-orang akan berpaling kepada para orang suci pembuat mujizat pada saat sakit atau mengalami krisis, ketika membutuhkan bantuan. Dan aktivitas relijius ini, jelas meluas di dunia kuno Timur-Tengah dan Israel, kepercayaan populer terhadap orang-orang berkarismatik pembuat mujizat ini sangat menonjol dalam Perjanjian Baru.

Bab 5. Peranan Para Nabi: Sebagai Hati Nurani Raja.

Peranan lain dari para nabi sangat baik digambarkan pada kisah nabi Nathan. Ia adalah contoh klasik dari seorang nabi yang berfungsi sebagai suara dari hati nurani raja.

Dalam 2 Samuel 11-12, kita menemukan kisah penyatuan Daud dan Batsyeba. Seperti kita ketahui, Batsyeba adalah istri dari Uria seorang perwira Daud, dan Batsyeba kemudian hamil. Mengetahui hal tersebut, Daud berusaha menghindar, ia meliburkan Uria dari pertempuran, dan menyuruhnya pulang kerumah untuk menghamimpiri istrinya, namun Uria menolak tawaran Daud dan menginginkan tetap di medan perang.

Daud kemudian menyusun siasat dengan mengirim Uria digaris depan pertempuran dan mengatur pasukan untuk mundur agar Uria mati terbunuh. Jadi dosa Daud adalah pembunuhan dan perzinahan.

Namun posisi raja tidak lah berada di atas hukum, Yahweh mengutus nabi Nathan untuk menceritakan sebuah perumpamaan, yang terdapat dalam

2 Samuel 12:1-7.
1. TUHAN mengutus Natan kepada Daud. Ia datang kepada Daud dan berkata kepadanya:"Ada dua orang dalam suatu kota: yang seorang kaya, yang lain miskin.
2. Si kaya mempunyai sangat banyak kambing domba dan lembu sapi;
3. si miskin tidak mempunyai apa-apa, selain dari seekor anak domba betina yang kecil, yang dibeli dan dipeliharanya. Anak domba itu menjadi besar padanya bersama-sama dengan anak-anaknya, makan dari suapnya dan minum dari pialanya dan tidur di pangkuannya, seperti seorang anak perempuan baginya.
4. Pada suatu waktu orang kaya itu mendapat tamu; dan ia merasa sayang mengambil seekor dari kambing dombanya atau lembunya untuk memasaknya bagi pengembara yang datang kepadanya itu. Jadi ia mengambil anak domba betina kepunyaan si miskin itu, dan memasaknya bagi orang yang datang kepadanya itu."
5. Lalu Daud menjadi sangat marah karena orang itu dan ia berkata kepada Natan: "Demi TUHAN yang hidup: orang yang melakukan itu harus dihukum mati.
6. Dan anak domba betina itu harus dibayar gantinya empat kali lipat, karena ia telah melakukan hal itu dan oleh karena ia tidak kenal belas kasihan."
7. Kemudian berkatalah Natan kepada Daud: "Engkaulah orang itu!

Ini adalah kisah yang indah, dan juga Nathan tidak lah mendapatkan hukuman atas hal tersebut. Ini juga adalah ciri khas dari pandangan narator Alkitab terhadap monarki, di mana raja harus tunduk terhadap ajaran dan perintah Yahweh, terhadap nabi Yahweh.

Kita melihat Daud mengakui kesalahannya dan bertobat. Namun Daud tidak dapat menghindar dari hukuman ini. Anak dari perzinahan mereka kemudian wafat, dan terdapat banyak perselisihan dan pengkhianatan di masa depan dalam kehidupan rumah tangga Daud.

Elia berfungsi sebagai hati nurani dari raja Ahab, kita lihat pada 1 Raja-Raja 21, pada kisah kebun anggur Nabot di lembah Yizreel. Raja Ahab sangat menginginkan kebun ini, dan ratu Izebel kemudian melontarkan tuduhan palsu terhadap Nabot yakni penghinaan terhadap Allah dan raja. Dan ia pun di rajam hingga mati, harta bendanya kemudian di sita oleh raja.

Tidak lama kemudian Elia muncul dan mengumumkan azab atas Ahab dan keturunannya. Ahab mengakui dosa, ia bertobat dan hukumannya tertunda, dan kemudian ia tewas dalam pertempuran di Ramot-Gilead. Walau dalam cerita ini kita melihat fungsi nabi sebagai pembuat masalah bagi istana Israel.

Bab 6. Pengantar Menuju Para Nabi Klasik.

Dan sekarang kita akan berpindah pada pembahasan periode nubuat nabi-nabi klasik atau nabi berkitab. Dan kita mulai dengana 2 nabi yaitu Amos dan Hosea, dan nabi terakhir adalah Maleakhi.

Periode ini membentang selama 320 tahun, Dari sekitar tahun 750 SM hingga 430 SM. Dan para nabi ini menanggapi  berbagai krisis yang dihadapi oleh bangsa Israel dan Yehuda.
Kita dapat mengelompokkan mereka kedalam 4 periode krisis:

1. Krisis bangsa Ashur, sekitar Kejatuhan Israel ke tangan bangsa Ashur pada tahun 722 SM. (Amos, Hosea, Yesaya, Mikha)

2. Krisis bangsa Babel, sekitar kejatuhan Yehuda ke tangan bangsa Babel pada tahun 586 SM. (Nahum, Habakuk, Yeremia)

3. Krisis di masa pembuangan Babel. (Yehezkiel)

4. Krisis di masa restorasi komunitas, setelah kembali ke tanah Yehuda. (Haggai, Zakharia, Yoel, Maleakhi)

Jadi pada abad ke-8 SM, kekaisaran bangsa Ashur mengancam Israel dan Yehuda, kita melihat ada 2 nabi di kerajaan utara, Israel: yaitu nabi Amos dan Hosea. Kedua nabi ini bernubuat dan memperingatkan datangnya kehancuran ini, sebagai hukuman atas pelanggaran Perjanjian Sinai/Musa. Israel kemudian jatuh pada tahun 722 SM. Ancaman bangsa Ashur terjadi pula di kerajaan selatan, Yehuda. Dan terdapat 2 nabi disana yaitu Yesaya dan Mikha, dan mereka membawa pesan yang mirip.

Peristiwa jatuhnya Niniwe/Nineveh ibukota kerajaan Ashur ketangan bangsa Babel/Neo-Babilon, pada tahun 612 SM, menjadi sesuatu yang dirayakan oleh nabi Nahum; bangsa Babel kemudian menjadi penguasa Levant, Yehuda yang menjadi negeri vassal kemudian memberontak. Dan para nabi seperti Habakuk dan Yeremia, yang bernubuat di kerajaan selatan, Yehuda. Yeremia menegaskan ketundukan politik kepada bangsa Babel, karena ia melihat mereka sebagai alat hukuman Yahweh.

Kemudian nabi pada masa pembuangan seperti Yehezkiel, muncul untuk menghibur orang-orang di pengasingan, di negeri Babel.

Dan nabi setelah masa pembuangan, ketika orang-orang Yehuda kembali ke tanah air mereka, dan menghadapi kehidupan yang sangat keras dan penuh kemiskinan.

Terdapat pula nabi-nabi seperti Haggai, Zakharia yang menjanjikan masa depan yang lebih baik pada masa restorasi Bait Allah. Serta Yoel dan Maleakhi yang membawa harapan eskatologis. Ini lah bingkai besar yang membantu kita memahami pembahasan kitab-kitab tersebut.

Kembali ke Index Artikel

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Apakah Abraham Berasal Dari Ur atau Haran?

Abraham berasal dari kota Haran dan bukan dari kota Ur-Kasdim, ya itulah pendapat beberapa para ahli biblikal moderen, mengapa mereka berpen...