Kamis, 29 Desember 2016

Pengantar Alkitab Ibrani (19)

Kuliah 19 - Kitab Para Nabi-Nabi Kemudian: Sudut Pandang Orang Di Pembuangan [November 13, 2006]

Bab 1. Struktur Dan Penekanan Kitab Yehezkiel.

Sekarang kita membahas nabi yang berasal pada abad ke-6 SM (600-501 SM), mereka fokus pada isu-isu yang berkaitan dengan kehancuran Yerusalem. Apa dan makna dari peristiwa tersebut, dan bagaimana mendamaikannya dengan konsep Israel sebagai umat pilihan Yahweh?

Bagaimana peristiwa penuh kekejaman dan penderitaan ini didamaikan dengan sifat Yahweh yang penuh kasih? Perihal pertanyaan seperti ini akan dibahas lebih detail ketika kita membahas mengenai literatur kebijaksanaan dan kitab Ayub.

Dalam istilah klasik, jika Yahweh adalah Allah, maka Ia adalah mahluk yang jahat, karena membiarkan semua peristiwa buruk ini terjadi, dan jika ia Allah yang baik maka ia tidak memiliki kuasa untuk mencegah kejahatan tersebut. Ini adalah sebuah dilema.

Yehezkiel adalah seorang imam yang di deportasi pada gelombang pertama pada tahun 597 SM (deportasi kedua terjadi pada penghancuran Yerusalem pada tahun 587 SM.) Dengan latar belakang tersebut, nubuatannya penuh dengan refleksi kepentingan imam.

Dia menuduh Israel telah gagal mengamalkan hukum-hukum kultus, ritual Yahwisme, namun ia juga memberi pengharapan dan penghlihatan akan restorasi di masa depan, penglihatan yang terpusat pada kuil baru (Bait Allah) dan Yerusalem.

Terdapat korespondensi mencolok antara Yehezkiel dan materi Priestly dalam hal bahasa dan tema, terutama dalam "Kode H (Holiness = kesucian)." Kitab Yehezkiel lebih mudah dipahami dibandingkan dengan kitab nabi klasik lainnya. Ia cukup terurut secara kronologis.

Bagian ke-1 kitab, bab 1-32, adalah nubuat sebelum kehancuran antara tahun 597-587 SM.
Bab 1-3 khusus menceritakan mengenai bagaimana ia menerima panggilan dan tugas sebagai seorang nabi, kita seakan melihat penghlihatan mengenai pelantikannya.
Bab 4-24, adalah nubuat kutukan terhadap Yehuda dan Israel.
Bab 25-32, adalah nubuat mengenai bangsa-bangsa asing seperti yang kita temukan dalam Yeremia dan Yesaya. Dalam kitab ini Yehezkiel menyebut mereka sebagai bangsa yang tidak bersunat. Nada nubuat pada bagian ini penuh dengan dendam dan keangkuhan, dan memiliki pengaruh yang kuat pada kitab Wahyu di Perjanjian Baru.

Bagian ke-2 kitab, bab 33-48, adalah nubuat setelah kehancuran tahun 587 SM.
Pada bab 33-39, kita melihat mengenai kejatuhan Yerusalem, dan kemudian nubuat mengenai janji dan pengharapan.
Pada bab 40-48, adalah penglihatan Yehezkiel mengenai restorasi, pembangunan kembali Bait Allah dan Yerusalem.

Kitab ini dibuka dengan sebuah narasi mengenai panggilan Yehezkiel sekitar tahun 593 SM dari antara orang-orang buangan Yehuda di sungai Kebar (Chebar), yang merupakan salah satu saluran irigasi besar dari anak sungai Efrat di Babel.

Yehezkiel mendapatkan penglihatan yang luar biasa. Dan banyak penglihatan dalam kitab ini berupa surealistik, semacam halusinasi. Penglihatan itu mengingatkan kita pada penggambaran dewa Baal, dewa badai Kanaan. Jadi terdapat badai, angin, awan besar dan nyala api. Yahweh mengendarai semacam kereta singgasana. Ia bertahta di atas 4 mahluk mitologi. Masing-masing memiliki tubuh manusia dan memiliki 4 wajah: manusia, singa, lembu dan rajawali. Terdapat 4 roda yang besar pada kereta tersebut, dan bersinar seperti batu permata. Singgasananya seperti batu safir, dan duduk sosok mahluk yang berkilau ke-emasan dan terbukus api.

Inilah yang dikenal sebagai Kavod, sebuah kumparan awan atau api yang melindungi kehadiran Yahweh, ia juga merupakan istilah yang digunakan dalam kitab Torah, yaitu pada kitab Keluaran dan Imamat untuk menggambarkan kehadiran Yahweh diantara umat-Nya, sebuah api yang terbungkus dalam awan.

Dalam kitab keluaran 24 kita membaca bahwa Kavod ini yang muncul di Gunung Sinai, mewakili kehadiran Yahweh. Dalam Keluaran 40, awan ini menaungi kemah pertemuan; memenuhi tabernakel, Sekarang dalam penglihatan Yehezkiel, ia mengatakan bahwa itu adalah penampakan kehadirat Yahweh. Ia menekankan sifat transenden dari mahluk illahi, dimana ia mendapatkan penglihatan tentang sesuatu yang seharusnya ia tidak bisa lihat, ini merupakan semacam paradoks.

Sifat-sifat manusia dari sang nabi ditekankan sebagai berbeda dengan sifat-sifat transenden illahi. Ia menekankan kemanusiaan dirinya dengan istilah "Anak Manusia," atau ben adam, yang merupakan istilah Ibrani untuk mahluk fana, mortal, yang seperti Adam.

Kisah pemanggilan Yehezkiel mengingatkan kita akan panggilan terhadap Yeremia dan Yesaya. Dia diutus kepada orang-orang pemberontak yang tidak mendengar. Penugasannya disimbolkan dengan sebuah gulungan yang diserahkan kepadanya, dan pada akhir dari bab 2, kita melihat semacam ratapan, dan ia diperintahkan untuk memakan gulungan itu, namun rasanya manis seperti madu, kemudian berbicara pada orang Israel.

Pada bab 3, Yehezkiel menjalankan tugasnya, dan bertindak seperti penjaga, serta memberi peringatan, dan terserah orang-orang ini apakah mau mengindahkan atau tidak, dan mereka sendiri yang akan menanggung akibatnya.

Pada bab 8, dalam penglihatan, seorang malaikat membawa Yehezkiel mengunjungi Yerusalem dan Bait Allah, disana ia melihat bagaimana kekejian penyembahan berhala yang terjadi di mana-mana. Ini adalah perwakilan yang mensyahkan atau menjelaskan mengapa Yerusalem dan Bait Allah dihancurkan. Ia kemudian menyaksikan terjadinya pembantaian dan kehancuran Yerusalem, kemudian Yehezkiel melihat Kavod, yaitu kehadiran Yahweh yang muncul dari Bait Allah dan bergerak ke arah timur.

Yehezkiel 10:18-19
18. Lalu kemuliaan TUHAN pergi dari ambang pintu Bait Suci dan hinggap di atas kerub-kerub.
19. Dan kerub-kerub itu mengangkat sayap mereka, dan waktu mereka pergi, aku lihat, mereka naik dari tanah dan roda-rodanya bersama-sama dengan mereka. Lalu mereka berhenti dekat pintu gerbang rumah TUHAN yang di sebelah timur, sedang kemuliaan Allah Israel berada di atas mereka.

Yehezkiel 11:23-25
23. Lalu kemuliaan TUHAN naik ke atas dari tengah-tengah kota dan hinggap di atas gunung yang di sebelah timur kota.
24. Dan Roh itu mengangkat aku dan membawa aku kembali di dalam penglihatan yang dari Roh Allah ke negeri Kasdim kepada para buangan. Lalu menghilanglah penglihatan yang kulihat itu dari padaku
25. dan aku sampaikan kepada para buangan itu segala sesuatu yang diperlihatkan TUHAN kepadaku.

Inilah gambaran pada tradisi kuno di Timur Tengah ketika dewa meninggalkan kota-kota mereka dalam kemarahan, agar dihancurkan oleh dewa lain. Perbedaannya pada kitab Yehezkiel adalah, Yahweh meninggalkan kota namun Ia juga yang menghancurkan, bukan dewa lain.

Selain itu, Yahweh tidak memutuskan untuk pensiun di langit, Dia tidak meninggalkan umat-Nya, namun ia menyertai mereka dipembuangan, walau meninggalkan mereka yang di Yehuda. Dalam kitab Yehezkiel mereka yang ditinggalkan adalah mereka yang bersalah. Yahweh lalu bergerak ke timur kepada orang-orang buangan yang hidup dengan benar.

Kemudian pada akhir kitab Yehezkiel, bab 43, kita melihat penglihatan mengenai Bait Allah yang dipulihkan, Yehezkiel melihat kavod akan kembali dari timur menuju Bait Allah.

Yehezkiel 43
2. Sungguh, kemuliaan Allah Israel datang dari sebelah timur dan terdengarlah suara seperti suara air terjun yang menderu dan bumi bersinar karena kemuliaan-Nya.
..
4. Sedang kemuliaan TUHAN masuk di dalam Bait Suci melalui pintu gerbang yang menghadap ke sebelah timur.

Implikasi dari gagasan ini adalah Yahweh tidak terkait dengan tempat tertentu, namun terhadap orang tertentu, Ia akan tetap bersama umat-Nya walau di pengasingan.

Bab 2. Yehezkiel dan Kecaman Terhadap Yerusalem dan Penolakan Atas Hukuman Kolektif.

Yehezkiel turut mewartakan pesan mengenai malapetaka dan penghakiman seperti nubuat nabi pendahulunya dan sezamannya. Namun kecaman yang ia berikan menekankan pada penyembahan berhala rakyat Yehuda, kemudian kebobrokan moral, ini masuk akal karena ia adalah seorang imam. Kecaman terhadap Yerusalem adalah termasuk yang paling keras dalam Alkitab.

Yehezkiel memberitakan bahwa Yerusalem patut untuk hancur. Dia juga mengatakan bahwa pemberontakan terhadap penguasa Babel adalah pengkhianatan terhadap Yahweh. Ia menggunakan berbagai metafora seperti: Yerusalem adalah adik dari Sodom, bahkan lebih keji.

Yerusalem adalah pokok anggur, tapi yang liar dan terbuang untuk terbakar, yang tidak menghasilkan sesuatu yang berguna. Gaya bahasa mengenai kemurnian digunakan dalam metafora kitab ini. Yerusalem benar-benar telah tercemar, dan terdapat segala macam penggambaran yang menimbulkan perasaan jijik dalam ayat-ayatnya. Dan kehancuran adalah obatnya.

Yehezkiel juga sering menunjukkan berbagai tanda atau tindakan yang cukup dramatis dalam menyampaikan nubuatnya. Ini sesuatu yang sering kita lihat pada beberapa nabi lain, kadang sangat aneh dan ekstrim. Hingga ia dituduh gila. Dia memasak makanan diatas api yang bercampur dengan kotoran manusia sebagai simbol akan situasi pada saat pengepungan Nebuchadnezzar dimana orang Yehuda akan terpaksa mengkonsumsi makanan haram (yang tidak bersih). Ia tidak meratapi istrinya yang meninggal sebagai simbol bahwa Yahweh tidak akan meratapi hancurnya Bait Allah.

Ia mengikat dirinya dengan tali; dan berbaring pada sisi kiri selama 390 hari untuk melambangkan 390 tahun pengasingan Israel. Dan kemudian berbaring dengan sisi kanan selama 40 hari, untuk melambangkan pembuangan Yehuda yang menurutnya 40 tahun (Yehezkiel 4). Tidak ada satu pun dari perlambangan pembuangan ini menjadi nyata.

Ia mencukur jenggot serta rambutnya dan membakar 1/3 nya, memotong 1/3 nya, menyebar ke angin 1/3 nya. Dan menyimpan beberapa helai rambut pada jubahnya. Hal ini melambangkan kehancuran dari 1/3 penduduknya, musibah sampar dan kelaparan untuk 1/3 nya, dan pembantaian serta pembuangan untuk 1/3 nya; dan hanya sedikit yang di-izinkan Yahweh untuk selamat (Yehezkiel 5).

Yehezkiel memperjelas bahwa mereka yang mengabaikan peringatan ditakdirkan untuk binasa. Dan mereka yang mendengar akan terhindar, dalam hal ini ia memberi tanggung jawab individu dan ini khas dalam kitab ini. Berikut petikan ayat dari bab 18, untuk anda baca dan bandingkan dengan ayat-ayat atau istilah dalam Torah yang telah kita bahas sebelumnya, dan melihat bagaimana ia telah memodifikasi gagasan-gagasan sebelumnya.

Yehezkiel 18:
1. Maka datanglah firman Yahweh kepadaku:
2. "Ada apa dengan kamu, sehingga kamu mengucapkan kata sindiran ini di tanah Israel: Ayah-ayah makan buah mentah dan gigi anak-anaknya menjadi ngilu?
3. Demi Aku yang hidup, demikianlah firman Yahweh ALLAH, kamu tidak akan mengucapkan kata sindiran ini lagi di Israel.
4. Sungguh, semua jiwa Aku punya! Baik jiwa ayah maupun jiwa anak Aku punya! Dan orang yang berbuat dosa, itu yang harus mati.
...
19. Tetapi kamu berkata: Mengapa anak tidak turut menanggung kesalahan ayahnya? --Karena anak itu melakukan keadilan dan kebenaran, melakukan semua ketetapan-Ku dengan setia, maka ia pasti hidup.
20. Orang yang berbuat dosa, itu yang harus mati. Anak tidak akan turut menanggung kesalahan ayahnya dan ayah tidak akan turut menanggung kesalahan anaknya. Orang benar akan menerima berkat kebenarannya, dan kefasikan orang fasik akan tertanggung atasnya.
21. Tetapi jikalau orang fasik bertobat dari segala dosa yang dilakukannya dan berpegang pada segala ketetapan-Ku serta melakukan keadilan dan kebenaran, ia pasti hidup, ia tidak akan mati.
22. Segala durhaka yang dibuatnya tidak akan diingat-ingat lagi terhadap dia; ia akan hidup karena kebenaran yang dilakukannya.
23. Apakah Aku berkenan kepada kematian orang fasik? demikianlah firman Yahweh ALLAH. Bukankah kepada pertobatannya supaya ia hidup?
24. Jikalau orang benar berbalik dari kebenarannya dan melakukan kecurangan seperti segala kekejian yang dilakukan oleh orang fasik--apakah ia akan hidup? Segala kebenaran yang dilakukannya tidak akan diingat-ingat lagi. Ia harus mati karena ia berobah setia dan karena dosa yang dilakukannya.
...
30. Oleh karena itu Aku akan menghukum kamu masing-masing menurut tindakannya, hai kaum Israel, demikianlah firman Yahweh ALLAH. Bertobatlah dan berpalinglah dari segala durhakamu, supaya itu jangan bagimu menjadi batu sandungan, yang menjatuhkan kamu ke dalam kesalahan.
31. Buangkanlah dari padamu segala durhaka yang kamu buat terhadap Aku dan perbaharuilah hatimu dan rohmu! Mengapakah kamu akan mati, hai kaum Israel?
32. Sebab Aku tidak berkenan kepada kematian seseorang yang harus ditanggungnya, demikianlah firman Yahweh ALLAH. Oleh sebab itu, bertobatlah, supaya kamu hidup!"

Sebuah gagasan penting dalam Torah mengenai hukuman kolektif bahwa Yahweh akan menghukum anak karena dosa-dosa nenek moyang mereka pada generasi ke-4, nampak ditolak oleh Yehezkiel. Namun perlu untuk dicatat bahwa kita sedang membahas tentang keadilan illahi bukan keadilan manusia. Dalam hukum alkitabiah dibidang keadilan manusia, hanya yang bersalah yang dihukum, demikian dalam hukum Israel. Tidak terdapat hukum literal. Namun Yahweh bekerja menurut prinsip yang berbeda - prinsip tanggung jawab bersama, dan prinsip seperti itu dipakai sebagai hukum positif pada bangsa lain.

Dosa dari bapa akan diberatkan kepada anak adalah ekspresi dari pengampunan Yahweh. Keluaran 34:6-7 menggambarkan Yahweh sebagai penyayang dan pengasih dan mentolerir dosa, sebagai belas kasih, ia menurunkan hukuman pada generasi ke-4 atau lebih.

Namun ada yang merasa gagasan itu tidak adil dan ada ayat-ayat lain dalam Alkitab yang mencoba untuk membawa rasa keadilan tersebut, dan mereka menekankan bahwa generasi ke-3 dan ke-4 itu sendiri harus jahat. Seperti dalam kasus Keluaran 20:5

Keluaran 20:5
5. Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya, sebab Aku, Yahweh, Allahmu, adalah Allah yang cemburu, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat dari orang-orang yang membenci Aku,

Keluaran 34:6-7
6. Berjalanlah Yahweh lewat dari depannya dan berseru: "Yahweh, Yahweh, Allah penyayang dan pengasih, panjang sabar, berlimpah kasih-Nya dan setia-Nya,
7. yang meneguhkan kasih setia-Nya kepada beribu-ribu orang, yang mengampuni kesalahan, pelanggaran dan dosa; tetapi tidaklah sekali-kali membebaskan orang yang bersalah dari hukuman, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya dan cucunya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat."

Kitab Tawarikh adalah penulisan ulang dari berbagai materi sejarah, terutama narasi sejarah dalam kitab Raja-Raja, penulisan ulang materi ini dengan tidak berusaha untuk menjelaskan penyebab bencana. Dengan kata lain, ia menolak sudut pandang kelompok Deuteruonomis mengenai hukuman yang tertunda. Ia mengubah cara menarasi kisahnya, sehingga tidak ada yang menderita karena kejahatan yang dilakukan oleh orang lain. Ini bukan dosa dari generasi sebelumnya yang akhirnya ditimpakan kepada anak cucu atau kepada generasi berikut.

Jadi nampak bahwa setelah tahun 586 SM, atau dalam hal ini Yehezkiel. Beberapa menerima gagasan bahwa penderitaan bangsa adalah akibat akumulasi kesalahan dari berbagai generasi sebelumnya, mereka ini adalah kelompok Deuteronomis. Dan beberapa yang lain seperti Yehezkiel, gagasan Deuteronomis nampaknya telah kehilangan beberapa kekuatan penjelasannya, mungkin diakibatkan karena beban kehancuran dan pembuangan nampaknya terlalu berat, dan dirasa tidak sesuai dengan kejahatan individual.

Demikianlah Yehezkiel menolak doktrin tanggung jawab kolektif dalam konsep penegakkan keadilan illahi. Dalam Yehezkiel 18, ia menanggapi konsep penderitaan akibat dosa nenek moyang dengan mengatakan bahwa Yahweh tidak bekerja dengan konsep itu lagi, Yahweh tidak akan lagi menghukum orang secara kolektif. Masing-masing akan dinilai secara per individu. Hanya orang yang berdosa yang akan dihukum - dan ini lah pembeda utama dengan pandangan Deuteronomis.

Bab 3. Sifat Kontradiktif Dalam Naskah Alkitab.

Pada kuliah pertama, sempat disinggung mengenai pola pikir yang keliru mengenai Alkitab, bahwa ia adalah sebuah naskah yang seragam atau memiliki doktrin atau theologi yang tunggal. Dan dijelaskan bahwa Alkitab bukanlah sebuah buku; ia adalah sebuah perpustakaan. Yang berisi karya berbagai macam orang, dalam berbagai periode sejarah yang memiliki situasi historis yang berbeda-beda. Mereka menanggapi berbagai perubahan akan kebutuhan terhadap peristiwa, dan juga mencerminkan berbagai persepsi tentang Allah dan hubungan-Nya dengan penciptaan alam semesta dan Israel.

Mereka tidak melihat Alkitab sebagai buku theologi, yang memiliki argumen rasional dalam mengusung doktrin tertentu tentang Allah. Memahami dan merasionalisasi sejarah bangsa Israel dalam perjanjian dengan Yahweh, ini lah pusat perhatiannya.

Jadi kita akan menemukan banyak penafsiran yang berbeda tentang makna sejarah, sifat Yahweh, dan arti dari perjanjian. Serta banyak kesepakatan pada poin-poin dasar nya, walau terdapat beberapa perbedaan. Contoh nya: manusia memiliki kehendak bebas, yang jelas bisa diasumsikan disetujui oleh semua kitab dalam perpustakaan ini. Namun pada beberapa kasus justru bertentangan, contoh pada kisah Yahweh mengeraskan hati Firaun, Yahweh "menutup telinga" orang-orang agar mereka tidak dapat memahami pesan dari para nabi, atau tidak mengerti hingga pada hari kemudian.

Yang pasti, hanya sebagian kecil ayat yang bertentangan, namun ada. Kita juga akan menemuan perubahan besar dalam periode pembuangan, yang paradigmanya menjauh dari hukuman kolektif lintas generasi. Dan menitikberatkan pada tanggung jawab per individu di hadapan Yahweh.

Ini semacam terjadi sebuah variasi pandangan, yang dianggap tidak melanggar otoritas Alkitab bagi bangsa Israel. Hal ini dikarenakan tuntutan akan konsistensi dari Alkitab, belum muncul pada saat ini. Itu adalah gagasan moderen yang muncul dari idealisme Hellenistik (filsafat), mengenai kebenaran sebagai sesuatu yang tunggal. Hanya pada sesuatu yang tidak mengandung kontradiksi lah yang benar, dan hanya yang benar yang memiliki otoritas.

Itu adalah sebuah gagasan yang asing bagi masyarakat Mesopotamia kuno. Alkitab bukan dimaksudkan untuk menyajikan kebenaran filosofis. Ia adalah penyajian terbaik dari para orang bijak, nabi, ahli hukum dan sastrawan, dan orang-orang visioner lainnya untuk merespon dan menjelaskan krisis bangsa dalam berbagai periode. Dan otoritasnya berasal dari kekuatan penjelasaan dan pemahaman mendalam dari rencana Yahweh terhadap dunia dan Israel.

Jadi wawasan dan pemahaman itu bisa berubah, bahkan dapat saling bertentangan satu sama lain, namun mereka tidak mempermasalahkan hal itu dan kontradiksi itu tidak mempengaruhi otoritas mereka, kemampuannya untuk menjelaskan dan menghibur atau memelihara keyakinan bahwa Yahweh tidak akan pernah meninggalkan mereka.

Bab 4. Penafsiran Yehezkiel Mengenai Kehancuran Yerusalem.

Kembali kepada kitab Yehezkiel, dimana pada bab 33 kita melihat bahwa telah terdengar kabar mengenai kejatuhan Yerusalem. Dan pada tahun 587 atau 586 SM, Yehezkiel mengubah nada nubuatnya dari peringatan akan musibah menjadi pengharapan dan penghiburan.

Sebelum jatuhnya kota, tugas Yehezkiel adalah mengguncang dan menghancurkan ilusi dari rakyat. Namun saat ini orang-orang telah jatuh kedalam keputus-asaan dan penyesalan, dan tugas terbarunya adalah untuk memberikan pengharapan bahwa Yahweh akan memulai sebuah awal yang baru.

Walau penghukuman Israel adalah sesuatu yang pantas untuk diterima, namun menurut Yehezkiel, hal itu bukanlah akhir dari berakhirnya hubungan Yahweh dengan umat-Nya, dan akan muncul Israel baru yang bangkit dari sisa-sisa Yehuda dan Israel. Ia mengungkapkan restorasi ini dalam banyak metafora dan penglihatan.

Bab 34 berisi kecaman untuk para pengembala. Sebenarnya ini adalah metafora yang umum ditemui pada banyak literatur Timur-Tengah kuno untuk menggambarkan hubungan kepemimpinan dari raja dan rakyat yang serupa  penggembala dan ternaknya. Jadi ini adalah kecaman terhadap raja, dan janji akan munculnya satu gembala di masa depan dari keturunan Daud.

Bab 36 menggunakan metafora dari kesucian dan pemurnian. Israel akan dimurnikan dari segala kekotoran di masa lampau. Ia akan menerima perjanjian baru di dasar sanubarinya.

Yehezkiel 36:24-28
24. Aku akan menjemput kamu dari antara bangsa-bangsa dan mengumpulkan kamu dari semua negeri dan akan membawa kamu kembali ke tanahmu.
25. Aku akan mencurahkan kepadamu air jernih, yang akan mentahirkan kamu; dari segala kenajisanmu dan dari semua berhala-berhalamu Aku akan mentahirkan kamu.
26. Kamu akan Kuberikan hati yang baru, dan roh yang baru di dalam batinmu dan Aku akan menjauhkan dari tubuhmu hati yang keras dan Kuberikan kepadamu hati yang taat.
27. Roh-Ku akan Kuberikan diam di dalam batinmu dan Aku akan membuat kamu hidup menurut segala ketetapan-Ku dan tetap berpegang pada peraturan-peraturan-Ku dan melakukannya.
28. Dan kamu akan diam di dalam negeri yang telah Kuberikan kepada nenek moyangmu dan kamu akan menjadi umat-Ku dan Aku akan menjadi Allahmu.

Kita kembali melihat sebuah utopis mengenai desain ulang atas sifat manusiawi seperti dalam kitab Yeremia. Sebuah masalah klasik dalam konsep kehendak bebas.

Metafora lain yang digunakkan pada restorasi Israel baru dari kaum yang tersisa, adalah tentang kebangkitan dari kematian :

Yehezkiel 37
1. Lalu kekuasaan TUHAN meliputi aku dan Ia membawa aku ke luar dengan perantaraan Roh-Nya dan menempatkan aku di tengah-tengah lembah, dan lembah ini penuh dengan tulang-tulang.
2. Ia membawa aku melihat tulang-tulang itu berkeliling-keliling dan sungguh, amat banyak bertaburan di lembah itu; lihat, tulang-tulang itu amat kering.
3. Lalu Ia berfirman kepadaku: "Hai anak manusia, dapatkah tulang-tulang ini dihidupkan kembali?" Aku menjawab: "Ya Tuhan ALLAH, Engkaulah yang mengetahui!"

{** jawaban yang diplomatis dari Yehezkiel **}

4. Lalu firman-Nya kepadaku: "Bernubuatlah mengenai tulang-tulang ini dan katakanlah kepadanya: Hai tulang-tulang yang kering, dengarlah firman TUHAN!
5. Beginilah firman Tuhan ALLAH kepada tulang-tulang ini: Aku memberi nafas hidup di dalammu, supaya kamu hidup kembali.
6. Aku akan memberi urat-urat padamu dan menumbuhkan daging padamu, Aku akan menutupi kamu dengan kulit dan memberikan kamu nafas hidup, supaya kamu hidup kembali. Dan kamu akan mengetahui bahwa Akulah TUHAN."
7. Lalu aku bernubuat seperti diperintahkan kepadaku; dan segera sesudah aku bernubuat, kedengaranlah suara, sungguh, suatu suara berderak-derak, dan tulang-tulang itu bertemu satu sama lain.
8. Sedang aku mengamat-amatinya, lihat, urat-urat ada dan daging tumbuh padanya, kemudian kulit menutupinya, tetapi mereka belum bernafas.
9. Maka firman-Nya kepadaku: "Bernubuatlah kepada nafas hidup itu, bernubuatlah, hai anak manusia, dan katakanlah kepada nafas hidup itu: Beginilah firman Tuhan ALLAH: Hai nafas hidup, datanglah dari keempat penjuru angin, dan berembuslah ke dalam orang-orang yang terbunuh ini, supaya mereka hidup kembali."
10. Lalu aku bernubuat seperti diperintahkan-Nya kepadaku. Dan nafas hidup itu masuk di dalam mereka, sehingga mereka hidup kembali. Mereka menjejakkan kakinya, suatu tentara yang sangat besar.
11. Firman-Nya kepadaku: "Hai anak manusia, tulang-tulang ini adalah seluruh kaum Israel. Sungguh, mereka sendiri mengatakan: Tulang-tulang kami sudah menjadi kering, dan pengharapan kami sudah lenyap, kami sudah hilang.
12. Oleh sebab itu, bernubuatlah dan katakan kepada mereka: Beginilah firman Tuhan ALLAH: Sungguh, Aku membuka kubur-kuburmu dan membangkitkan kamu, hai umat-Ku, dari dalamnya, dan Aku akan membawa kamu ke tanah Israel.
13. Dan kamu akan mengetahui bahwa Akulah TUHAN, pada saat Aku membuka kubur-kuburmu dan membangkitkan kamu, hai umat-Ku, dari dalamnya.
14. Aku akan memberikan Roh-Ku ke dalammu, sehingga kamu hidup kembali dan Aku akan membiarkan kamu tinggal di tanahmu. Dan kamu akan mengetahui bahwa Aku, TUHAN, yang mengatakannya dan membuatnya, demikianlah firman TUHAN."

Dalam penafsiran yang dijabarkan melalui penglihatan, kita diberitahu bahwa tulang-belulang melambangkan Israel sekarang, yang berada di pembuangan. Dalam keputus-asaan mereka berseru: tulang kita mengering, kita sudah mati, pengharapan kita telah hilang.

Dan Yahweh berjanji untuk membangkitkan Israel dari kubur, yang adalah metafora untuk pengasingan, dan kemudian terjadi restorasi ke Tanah Perjanjian sebagai satu bangsa, dibawah pemerintahan 1 raja tunggal. Bagian ini sering di kutip di luar konteks dan ditafsirkan sebagai sumber referensi akan konsep kebangkitan setelah kematian dalam Perjanjian Lama.

Dalam penglihatan Yehezkiel yang utopis, tanah itu dibagi secara merata di antara 12 suku Israel, yang akan dibawa kembali. Dan Yerusalem terletak di bagian tengah dan memiliki 12 gerbang, untuk masing-masing suku yang mengelilinginya. Pada Bait Allah yang baru, akan muncul sebuah sungai yang tidak berhenti memancarkan air, dan air nya akan memenuhi Laut Mati, dan menghasilkan air tawar.

Yehezkiel melihat imam Zadok memimpin di Bait Allah, ia akan dibantu oleh para golongan imam dari kaum Lewi. Dan dalam versi Yehezkiel, tidak akan ada orang asing yang akan diizinkan untuk memasukinya.  Kita akan melihat bahwa paradigma ini tidak dianut oleh orang-orang di masa setelah kehancuran.

Yehezkiel dan Yeremia, juga menekankan untuk tetap menjaga hubungan dengan Yahweh di pengasingan; walau tanpa ritual persembahan. Kita perlu mengingat bahwa praktik ritual persembahan qurban hanya sah jika dilakukan di altar di Yerusalem.

Dan secara perlahan, ibadah baru pun terbentuk; tanpa adanya ritual kurban, yang terdiri dari doa dan pengakuan dosa, puasa, dan bentuk ibadah lain. 3 kali sehari orang-orang Yahudi akan berdoa ke arah Yerusalem, rumah ibadah seperti Sinagog mulai terbentuk, dan keutamaan hari Sabat mulai bertumbuh - Sabat sebagai peringatan perjanjian dan simbol dari keagamaan Yahudi.

Dan juga anda akan menemukan, tidak lama setelah periode ini, untuk pertama kalinya, orang-orang non-Yehuda akan bergabung memuja Yahweh, mereka mengadopsi agama orang Israel, bukan karena mereka sedang berdiam di Tanah Perjanjian dan terpaksa mengikuti hukum-hukum di tanah Israel. Orang-orang ini secara suka rela memilih untuk bergabung dengan komunitas Yehuda. Dan kita melihat sejarah dari bangsa Israel mulai sirna, dan sejarah Yudaisme, sebagai agama, di mulai.

Jadi inti dari kitab Yehezkiel adalah sebuah respon terhadap bencana yang menimpa bangsa dan negara, serta pembuangan: gagasan bahwa penderitaan dan hukuman dari Yahweh adalah layak diterima, hubungan dengan Yahweh tak terputus, dan Yahweh tetap menyertai umat-Nya bahkan di pengasingan.

Respon lain terhadap penghancuran dan pembuangan dapat kita temukan dalam penambahan di kitab Yesaya oleh penulis anonim. Kita mengenal hal itu sebagai Yesaya ke-2, yang terdapat pada Bab 40-55. Yesaya ke-3 terdapat pada bab 56-66. Kedua bagian ini berbeda dengan Yesaya yang hidup pada abad ke-8 SM, keduanya ditulis setelah masa pembuangan. Yerusalem telah dianggap hancur, dan pembacanya ditujukan bagi yang hidup dipengasingan. Babel adalah penindas, bukan lagi Ashur.

Materi yang ditambahkan itu nampaknya juga mengetahui tentang nasib bangsa Babel yang akan ditaklukkan pada tahun 539 SM oleh Cyrus dari Persia. Kita dapat melihat ayat-ayat euforia, hal itu karena Cyrus memerintahkan orang-orang yang diasingkan oleh Babel agar kembali ke tanah air mereka dan membangun kembali kuil-kuil suci mereka.

Juga terlihat perbedaan gaya bahasa dari Yesaya ke-1, ke-2 dan ke-3. Bagian dari Yesaya ke-2 dan ke-3, tidak memiliki data biografi Yesaya. Materi mereka juga berbeda secara theologi, memiliki pemahaman yang berbeda dari perjalanan sejarah, memiliki sikap yang berbeda terhadap bangsa asing, dan memiliki penekanan yang kuat pada pembaharuan monotheisme.

Bab 5. Tema Utama Yesaya Ke-2.

Kita membahas mengenai Yesaya ke-2 yang dipercaya merupakan karya setelah kehancuran Yerusalem. Hal ini terdapat pada Yesaya 40, yang merupakan nubuat penghiburan. Yesaya menggambarkannya seperti prosesi dramatis Yahweh sebagai gembala yang akan memimpin umat-Nya kembali ke Yerusalem.

Yahweh membuka jalan raya dan membawa umat-Nya seperti prosesi keluaran yang baru. Ini berulang pada Yesaya 55. Ini adalah sebuah tema kunci mengenai janji Yahweh selalu terpenuhi, sebuah gagasan tentang pengharapan Israel selama periode pengasingan.

Yesaya 55:10-12
10. Sebab seperti hujan dan salju turun dari langit dan tidak kembali ke situ, melainkan mengairi bumi, membuatnya subur dan menumbuhkan tumbuh-tumbuhan, memberikan benih kepada penabur dan roti kepada orang yang mau makan,
11. demikianlah firman-Ku yang keluar dari mulut-Ku: ia tidak akan kembali kepada-Ku dengan sia-sia, tetapi ia akan melaksanakan apa yang Kukehendaki, dan akan berhasil dalam apa yang Kusuruhkan kepadanya.
12. Sungguh, kamu akan berangkat dengan sukacita dan akan dihantarkan dengan damai; gunung-gunung serta bukit-bukit akan bergembira dan bersorak-sorai di depanmu, dan segala pohon-pohonan di padang akan bertepuk tangan.

Firman Yahweh itu kekal - itu adalah jaminan akan pemenuhan bahwa orang terbuang akan pulang seperti eksodus (keluaran) baru - ini adalah struktur sastra inclusio dimana sesuatu yang disebutkan pada awal akan muncul pada akhir, dan ini adalah seluruh bagian dari Yesaya ke-2 (bab 40-55).

Pada Yesaya ke-2 kita juga melihat pandangan ekstrim akan monotheisme, hal ini dikarenakan penghacuran pada tahun 587 SM memerlukan gagasan bahwa hukuman Israel itu dikontrol oleh Yahweh, dan ia juga mengontrol seluruh bangsa, serta mereka dipakai untuk tujuan penghukuman. Tidak ada kekuatan lain selain Yahweh.

Yesaya 41:4
Siapakah yang melakukan dan mengerjakan semuanya itu? Dia yang dari dahulu memanggil bangkit keturunan-keturunan, Aku, Yahweh, yang terdahulu, dan bagi mereka yang terkemudian Aku tetap Dia juga.

Yahweh juga menyatakan bahwa Ia lah pengendali jatuh bangunnya bangsa-bangsa, dan Ia yang mengangkat Cyrus dari Persia dan menaklukkan Babel.

Yesaya 41:25
Aku telah menggerakkan seorang dari utara dan ia telah datang, dari sebelah matahari terbit Aku telah memanggil dia dengan namanya. Seperti tukang periuk menginjak-injak tanah liat, demikian dia akan menginjak-injak penguasa-penguasa seperti lumpur.
Pada bab 44 terdapat ejekan terhadap para penyembah berhala:

Yesaya 44:26,28
26. Akulah yang menguatkan perkataan hamba-hamba-Ku dan melaksanakan keputusan-keputusan yang diberitakan utusan-utusan-Ku; yang berkata tentang Yerusalem: Baiklah ia didiami! dan tentang kota-kota Yehuda: Baiklah ia dibangun, Aku mau mendirikan kembali reruntuhannya!
...
28. Akulah yang berkata tentang Koresh: Dia gembala-Ku; segala kehendak-Ku akan digenapinya dengan mengatakan tentang Yerusalem: Baiklah ia dibangun! dan tentang Bait Suci: Baiklah diletakkan dasarnya!"

Yesaya 45:1,13
1. Beginilah firman TUHAN: "Inilah firman-Ku kepada orang yang Kuurapi, kepada Koresh yang tangan kanannya Kupegang supaya Aku menundukkan bangsa-bangsa di depannya dan melucuti raja-raja, supaya Aku membuka pintu-pintu di depannya dan supaya pintu-pintu gerbang tidak tinggal tertutup
..
13.Akulah yang menggerakkan Koresh untuk maksud penyelamatan, dan Aku akan meratakan segala jalannya; dialah yang akan membangun kota-Ku dan yang akan melepaskan orang-orang-Ku yang ada dalam pembuangan, tanpa bayaran dan tanpa suap," firman TUHAN semesta alam.

Pada ayat-ayat tersebut, penulis Yesaya ke-2 menggambarkan kesimpulan akhir mengenai Yahweh dalam agama Israel. Yang terdahulu merupakan dewa Kanaan, kemudian menjelma menjadi Allah dari para leluhur Israel, kemudian menjadi Allah bangsa Israel, dan sekarang ia adalah Allah yang universal. Satu-satunya Allah yan hidup, dan Yesaya ke-2 mengklaim sebagai Allah Israel.

Bab 6. Yesaya ke-2: Syair Hamba Yahweh.

Yesaya ke-2 juga terkenal dengan syair akan Hamba Yahweh yang tersebar pada bab 42,49,50, dan paling banyak pada Yesaya 52:13-53:12. Identitas dari hamba Yahweh ini adalah sebuah teka-teki bagi para penafsir Alkitab selama berabad-abad. Kadang-kadang hamba itu merujuk pada sekumpulan figur, kadang pada satu figur.

Pada bab 49 hamba digambarkan sebagai seorang nabi dengan pesan universal dan bukan untuk orang Israel saja, namun kemudian ada beberapa ambiguitas. Hamba yang yang pertama teridentifikasi sebagai nabi, ternyata disebut sebagai Israel.

Yesaya 49:1-3
1. Dengarkanlah aku, hai pulau-pulau, perhatikanlah, hai bangsa-bangsa yang jauh! TUHAN telah memanggil aku sejak dari kandungan telah menyebut namaku sejak dari perut ibuku.
2. Ia telah membuat mulutku sebagai pedang yang tajam dan membuat aku berlindung dalam naungan tangan-Nya. Ia telah membuat aku menjadi anak panah yang runcing dan menyembunyikan aku dalam tabung panah-Nya.
3. Ia berfirman kepadaku: "Engkau adalah hamba-Ku, Israel, dan olehmu Aku akan menyatakan keagungan-Ku."

Namun dalam ayat 5 terlihat bahwa hamba ini memiliki tugas ke Isral untuk membawanya kembali kepada Yahweh, dengan demikian nabi itu bukan Israel.

5. Maka sekarang firman TUHAN, yang membentuk aku sejak dari kandungan untuk menjadi hamba-Nya, untuk mengembalikan Yakub kepada-Nya, dan supaya Israel dikumpulkan kepada-Nya--maka aku dipermuliakan di mata TUHAN, dan Allahku menjadi kekuatanku--,firman-Nya:

[dan misinya tersirat pada ayat 6]

6. "Terlalu sedikit bagimu hanya untuk menjadi hamba-Ku, untuk menegakkan suku-suku Yakub dan untuk mengembalikan orang-orang Israel yang masih terpelihara. Tetapi Aku akan membuat engkau menjadi terang bagi bangsa-bangsa supaya keselamatan yang dari pada-Ku sampai ke ujung bumi."

Dalam bab 50, sebuah ayat yang cukup terkenal karena mengacu pada hamba yang mengalami penganiayaan.

Yesaya 50:6
Aku memberi punggungku kepada orang-orang yang memukul aku, dan pipiku kepada orang-orang yang mencabut janggutku. Aku tidak menyembunyikan mukaku ketika aku dinodai dan diludahi.

Dalam bab 53, terdapat ayat yang cukup terkenal dan mengharukan dalam penggambaran mengenai penderitaan dan kesedihan hamba Yahweh.

Yesaya 53:3-11
3. Ia dihina dan dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan; ia sangat dihina, sehingga orang menutup mukanya terhadap dia dan bagi kitapun dia tidak masuk hitungan.
4. Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah.
5. Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh.
6. Kita sekalian sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil jalannya sendiri, tetapi TUHAN telah menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian.
7. Dia dianiaya, tetapi dia membiarkan diri ditindas dan tidak membuka mulutnya seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian; seperti induk domba yang kelu di depan orang-orang yang menggunting bulunya, ia tidak membuka mulutnya.
8. Sesudah penahanan dan penghukuman ia terambil, dan tentang nasibnya siapakah yang memikirkannya? Sungguh, ia terputus dari negeri orang-orang hidup, dan karena pemberontakan umat-Ku ia kena tulah.
9. Orang menempatkan kuburnya di antara orang-orang fasik, dan dalam matinya ia ada di antara penjahat-penjahat, sekalipun ia tidak berbuat kekerasan dan tipu tidak ada dalam mulutnya.
10. Tetapi TUHAN berkehendak meremukkan dia dengan kesakitan. Apabila ia menyerahkan dirinya sebagai korban penebus salah, ia akan melihat keturunannya, umurnya akan lanjut, dan kehendak TUHAN akan terlaksana olehnya.
11. Sesudah kesusahan jiwanya ia akan melihat terang dan menjadi puas; dan hamba-Ku itu, sebagai orang yang benar, akan membenarkan banyak orang oleh hikmatnya, dan kejahatan mereka dia pikul.

Terdapat banyak upaya untuk menyamakan hamba yang penuh kesengsaraan ini, pada banyak figur. Awalnya, para pengikut Yesus melihat guru merekalah sebagai hamba Yahweh yang dimaksud. Para penulis Perjanjian Baru banyak mengutip ayat-ayat dari kitab Yesaya, khususnya bab 53 ini, dalam menarasikan kisah Yesus. Ia digambarkan sebagai hamba yang tidak bersalah dan benar, yang menderita untuk dosa orang lain. Namun demikian, penulis anonim dari Yesaya ke-2 ini tidak menulis tentang seorang guru karismatik dan penyembuh dari Nazaret, yang hidup 500 tahun kemudian.

Jika dipandang dengan konteks aslinya, kemungkinan terbesar, hamba ini adalah Israel itu sendiri, yang digambarkan secara metaforis sebagai seseorang individu yang merasakan penderitaan dan penghinaan karena dosa-dosa bangsa lain, namun pada masa yang akan datang, pada saat restorasi, akan bangkit rasa takjub diantara bangsa-bangsa akan Israel dan kemudian mereka akan merendahkan diri dihadapan Yahweh.

Namun akan timbul permasalahan jika juga memakai penafsiran ini, dan tidak akan pernah diselesaikan secara memuaskan. Masalah utama pada penafsiran Israel sebagai hamba adalah, terdapat ayat yang menggambarkan hamba memiliki misi untuk Israel. Adalah hal yang aneh Israel diberi misi untuk Israel. Namun masalah ini dipandang terselesaikan, jika kita kita mengingat kembali Israel seringkali diartikan secara bervariasi dalam nubuat para nabi. Jadi mungkin penulis bermaksud sebuah misi oleh Israel yang saleh, kepada Israel yang tersesat.

Namun demikian hamba dalam Yesaya ini memiliki tema yang menonjol bahwa sang hamba memiliki misi untuk dunia. Dan peran itu cukup sesuai untuk Israel. Selain itu terdapat kata "Israel, hamba-Ku" muncul dalam Yesaya ke-2 sekitar 8 kali. Jadi gagasan Israel sebagai hamba Allah kepada bangsa-bangsa jelas merupakan bagian dari konsep Yesaya, dan karena kita sedang membahas bagian sastra dari kitab ini dibandingkan konsep metafisik, jadi tidaklah terlalu mengherankan jika kadang-kadang hamba merujuk pada sekelompok figur, kadang pada satu figur. Hal yang sama berlaku pada kata Israel itu sendiri, yang kadang jamak kadang individu tunggal.

Kita juga melihat bagaimana Yesaya ke-2 memandang peristiwa penghancuran Yerusalem 587 SM. Dan ia memiliki respon positif. Hukuman Israel untuk menderita (bab 40 mengklaim Israel menderita hukuman sangat berat) bukanlah kesia-siaan. Hal ini akan menyebabkan rencana penebusan.

Israel akan disembuhkan dari luka-lukanya. Penderitaan Israel membawa peran baru bagi Israel diantara bangsa-bangsa. Yesaya juga membangkitkan kesadaran diri baru yang mengakar diantara orang Israel dalam pembuangan, Israel melihat diri mereka sebagai hamba Yahweh yang setia, hamba yang loyal kepada Allah nya pada masa suram, untuk melayani dan memberitakan pengetahuan illahi kepada seluruh bangsa-bangsa.

Jadi Israel di pilih dari rahim untuk melayani Yahweh untuk tujuan universal. Penderitaan Israel yang luput dari simpati para bangsa, namun akhirnya menimbulkan pengakuan akan Yahweh dari bangsa lain. Dimana pada suatu waktu Yahweh membuat perjanjian dengan Daud untuk memimpin umat-Nya, Israel, yang juga membuat perjanjian dengan Alah untuk memimpin bangsa lain di dunia menuju kepada jalan Yahweh. ini adalah perluasan dari tujuan Yahweh, yang muncul pada :

Yesaya 55:3-5
3. Sendengkanlah telingamu dan datanglah kepada-Ku; dengarkanlah, maka kamu akan hidup! Aku hendak mengikat perjanjian abadi dengan kamu, menurut kasih setia yang teguh yang Kujanjikan kepada Daud.
4. Sesungguhnya, Aku telah menetapkan dia menjadi saksi bagi bangsa-bangsa, menjadi seorang raja dan pemerintah bagi suku-suku bangsa;
5. sesungguhnya, engkau akan memanggil bangsa yang tidak kaukenal, dan bangsa yang tidak mengenal engkau akan berlari kepadamu, oleh karena TUHAN, Allahmu, dan karena Yang Mahakudus, Allah Israel, yang mengagungkan engkau.

Jadi Yahweh membuat perjanjian kekal dengan Israel, seperti Ia membuat perjanjian dengan Daud. Dan apa yang dahulu dilakukan oleh para raja, imam, nabi untuk Israel, sekarang Israel akan melakukannya untuk dunia. Sebagai penghubung antara Allah yang esa dengan segala bangsa di dunia, ia akan menjadi sinar bagi mereka. Dan mereka semua akan memandang Israel, karena dari padanya akan datang Taurat/Torah, instruksi yang merupakan kehendak illahi serta keselamatan. Ini adalah gagasan misi universal dari Yesaya ke-2.

Kembali ke Index Artikel

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Apakah Abraham Berasal Dari Ur atau Haran?

Abraham berasal dari kota Haran dan bukan dari kota Ur-Kasdim, ya itulah pendapat beberapa para ahli biblikal moderen, mengapa mereka berpen...