Selasa, 13 Desember 2016

Pengantar Alkitab Ibrani (16)

Kuliah 16 - Kitab Para Nabi-Nabi Kemudian: Amos [November 1, 2006]

Bab 1. Pengantar Kitab Nabi-Nabi Kemudian.

Kitab nabi-nabi kemudian atau para nabi klasik, sering dikaitkan dengan krisis tertentu dalam sejarah bangsa. Kita mulai dengan ringkasan singkat, mengenai periode nabi-nabi.

Dan kita mulai dengan nabi pada krisis bangsa Ashur, di kerajaan utara terdapat nabi Amos dan Hosea, di selatan: Yesaya dan Mikha.

Jadi berpikirlah dengan mengelompokkan 4 kitab ini secara bersama-sama, dan akan mudah untuk mencatat perbedaan di antara mereka.

Kemudian terdapat para nabi pada krisis bangsa Babel. Pada masa ini kerajaan utara, Israel, telah runtuh sejak tahun 722 SM. Demikian pula dengan kekaisaran Ashur runtuh pada tahun 612 SM. Nabi Nahum berbicara tentang kejatuhan Ashur.

Dan setelah itu terjadi kehancuran kerajaan selatan, Yehuda, ketangan bangsa Babel. Dan nabi yang dikaitkan dengan masa itu adalah Yeremiah dan Habakuk.

Dan nabi di pengasingan adalah Yehezkiel.

Dan setelah kembali dari pembuangan atau pada masa restorasi, terdapat nabi Hagai, Yoel, Zakharia dan Maleakhi.

Terdapat 3 kitab nabi-nabi yang cukup panjang yaitu Yesaya, Yeremia dan Yehezkiel, masing-masing terdiri dari 3 krisis yang berbeda. Selain dari kitab tersebut semuanya relatif pendek, dan yang terpendek adalah Obaja. Terdapat perdebatan panjang mengenai sejauh mana kitab nabi-nabi klasik dapat membawa kita pada pemahaman tradisi Israel kuno atau malah kepada norma-norma ciptaan yang kemudian dianggap sebagai tradisi Israel kuno.

Kaufman menjelaskan, kitab nabi-nabi klasik ini adalah sebagai penerus dari Perjanjian Yahweh. Mereka adalah para kelompok konservatif dan radikal. Banyak perkataan-perkataan mereka bernuansa dramatisasi, imajinatif dan berisi kecaman yang berlebihan. Dimana mereka menghukum dan mengejek orang-orang hingga mereka dianiaya sebagai balasannya.

Namun akhirnya bangsa ini kemudian mengabadikan kata-kata mereka dalam warisan suci kuno, yang merupakan sebuah kesaksian terhadap masa krisis pada periode tertentu dalam perubahan realitas politik dan keagamaan.

Kita telah membahas mengenai historiosophy dari mazhab Deuteronomis, dan bagaimana mereka mengembangkannya dalam penafsiran dari bencana nasional bersejarah pada tahun 722 dan 586 SM, dan penafsiran ini memungkinkan bangsa Israel untuk menerima realitas atas kekalahan bangsa mereka, tanpa kehilangan loyalitas kepada Allah mereka, Yahweh.

Kekalahan dan pengasingan mereka sebagai sebuah bangsa, tidak diartikan sebagai ketidakmampuan Yahweh sebagai Allah yang berkuasa atas perjalanan sejarah, atau Allah yang tidak setia, yang menelantarkan perjanjian dan umat-Nya. Namun sebaliknya ditafsirkan sebagai bukti, bahwa Yahweh adalah Allah yang universal dan mengendalikan bangsa lain sebagai alat-Nya.

Yahweh menggunakan bangsa-bangsa asing ini untuk menegakkan penghakiman terhadap umat-Nya, dan ia melakukan ini sebagaimana yang tertuang di dalam perjanjian-Nya, bahwa Ia telah menjanjikan sebuah hukuman bagi dosa  bangsa yakni dosa akan penyembahan berhala.

Para nabi klasik seperti Yesaya, Yeremia, Yehezkiel beserta 12 nabi minor, menggunakan dasar penafsiran ini dalam kitab mereka. Mereka meyakini bahwa kekalahan dan pengasingan adalah bukti kedaulatan Yahweh yang universal, dan penghukuman atas dosa bangsa.

Namun mereka berbeda dari kelompok Deuteronomis dalam 2 hal yang cukup signifikan. Pertama mereka berbeda dalam mengindentifikasi dosa. Para nabi menganggap ada dosa lain dalam masyarakat Israel dan bukan semata penyembahan berhala saja (walau itu adalah yang terpenting). Dan kedua, mereka menekankan akan kemuliaan pada masa restorasi yang akan datang, dan hal ini tidak nampak pada mazhab Deuteronomis.

Kitab nabi-nabi klasik diatur menurut 2 hal yakni: ukuran dan kronologi. Kita menemukan 3 buku pertama dengan ukuran yang sangat panjang: Yesaya, Yeremia dan Yehezkiel, dan dalam urutan kronologi, kita menemukan 3 periode krisis yang berbeda. Dan kemudian kita melihat terdapat 12 nabi minor, yang kronologinya sedikit acak, namun ukuran kitab memainkan peranan dalam pengaturan urutan kitab.

Hal ini adalah sangat umum di dunia kuno - ukuran menentukan urutan buku dalam sebuah korpus (kumpulan tulisan). Kita tidak akan membahas mengikuti urutan kitab kanon, karena mereka tidak diatur secara kronologis; jadi pembahasan kita adalah menurut kronologis, agar kita dapat melihat bagaimana respon mereka dengan latar belakan krisis sejarah.

Bab 2. Struktur dan Fitur Sastra Dalam Kitab Amos.

Secara kronologi kita mulai dari kitab Amos. Amos berkhotbah sewaktu masa yang relatif "stabil", di kerajaan utara, Israel, sekitar tahun 750 SM, di masa pemerintahan Yerobeam II (bin Yoas) - 781-741 SM dan Uzia raja Yehuda.

Pada masa ancaman ambisi imperium bangsa Ashur belum lah terlihat nyata. Ada ayat yang menggambarkan bahwa Amos adalah seorang penggembala. Ia berasal dari kota kecil 25 KM di selatan Yerusalem; jadi ia berasal dari kerajaan selatan,Yehuda, namun berkarir di kerajaan utara.

Ia dipanggil menuju Bethel, yang merupakan salah satu tempat suci di kerajaan Israel, untuk bernubuat. Walau ia digambarkan sebagai seorang penggembala & pengumpul buah ara, namun tutur katanya seperti orang yang terpelajar, jadi ia mungkin termasuk orang yang kaya.

Orang-orang di Israel dikatakan sangat terkejut akan kefasihan dan kecerdasan nya, namun mereka tidak menyukai pesan yang ia wartakan, dan akhirnya ia dipaksa untuk kembali ke Yehuda.

[**

Sebenarnya pada masa kakek Yerobeam II, yaitu Yehu, 841-814 SM, Israel telah menjadi negeri vassal kerajaan Ashur, serta pada masa Ahab bin Omri, Israel berkoalisi dengan raja Aram berperang melawan Ashur (Shalmaneser III) pada perang Qarqar tahun 853 SM. Namun hal tersebut tidak disebutkan di dalam Alkitab, namun terdapat dalam catatan bangsa Ashur.

**]

Kitab Amos dapat dibagi menjadi 4 bagian :

1. Terdapat set nubuat singkat akan penghukuman yang akan datang terhadap Israel dan negeri tetangganya, terdapat dalam bab 1-2.
2. Terdapat rangkaian 3 nubuat pendek, nubuat kepada perempuan Samaria, orang-orang kaya di Samaria dan Yerusalem, kepada Israel secara keseluruhan. Terdapat pada bab 3-6.
3. 5 Penglihatan berupa simbol, ke-1 belalang, ke-2 api, ke-3 tali tambang, ke-4 keranjang buah, ke-5 Yahweh berdiri disebuah mezbah di Behtel. Pada bab 7-9, dan di dalam bab tersebut terdapat narasi di mana Amos terlibat konflik dengan imam di Bethel yaitu Amaziah (berarti Yahweh yang menguatkan.)
4. Penutup pada sebagian dari bab 9.

Kitab Amos adalah titik mulai yang bagus untuk pembahasan kita, karena ia mengandung banyak fitur yang akan menjadi ciri khas dari semua kitab nabi klasik. Serta memperkenalkan beberapa tema utama yang mana akan lihat beberapa variasi tema tersebut  digemakan kembali pada kitab nabi lainnya.

Fitur ke-1, adalah fitur sastra, kita akan melihat sesuatu yang dikenal sebagai "catatan editor," yaitu ayat yang mengandung sudut pandang orang ketiga. Hal ini cukup sering terdapat pada bagian awal sebuah kitab. Semacam sebuah perkenalan atau pengaturan panggung. Dalam kitab Amos terdapat ayat

Amos 1:1
Perkataan yang dinyatakan kepada Amos, salah seorang peternak domba dari Tekoa, tentang Israel pada zaman Uzia, raja Yehuda, dan dalam zaman Yerobeam, anak Yoas, raja Israel, dua tahun sebelum gempa bumi.

Hampir semua kitab nabi terdapat pengenalan seperti ini. Kalimat dari sudut pandang orang ke-3 yang mengidentifikasi tempat, waktu dan sang nabi. Namun terdapat pula sudut pandang orang pertama dimana sang nabi sendiri akan berbicara tentang dirinya.

Kalimat dari orang ke-3 ini mungkin ditulis oleh murid atau orang lain yang bertanggung jawab mengumpulkan nubuat para nabi. Dalam bab 7 kita menemukan contoh tulisan seperti ini lagi, di mana terdapat kisah tentang perselisihan antara Amos dan imam Amazia dari kuil di Bethel.

Fitur ke-2 yaitu kitab kenabian adalah kompilasi dari berbagai materi. Mereka mengalami revisi dan penambahan. Perkataan dari para nabi yang disampaikan dalam berbagai situasi dalam rentang waktu tertentu, mungkin di catat dan di simpan kemudian di kompilasi. Kita mengetahui bahwa orang-orang di dunia Timur-Tengah kuno, menulis dan mentransmisikan hal-hal demikian.

Naskah-naskah ini adalah literatur dan sifatnya tidak terorganisir berdasarkan kronologi, hal ini membuat kitab nubuat para nabi ini sulit untuk dipahami. Dalam pengkompilasian sang editor kadang akan menggabungkan perkataan-perkataan nabi berdasarkan kesesuaian "prinsip sastra" bukan kronologi.

Contoh dalam Amos 3:2 berbunyi: "Hanya kamu yang Kukenal dari segala kaum di muka bumi.." ini adalah penutup dari sebuah nubuat, dan terdapat kata "kenal" sementara terdapat nubuat lain yang bernada sama, yaitu pada Amos 3:3 berbunyi: "Berjalankah dua orang bersama-sama, jika mereka belum berjanji?" hingga mereka digabungkan secara berurutan.

Jadi kita harus memahami bahwa kitab nabi-nabi adalah sebuah antologi nubuat. Mereka dihubungkan berdasarkan prinsip sastra (tema), bukan karena kronologi. Hal ini tidak seperti membaca kitab sejarah dari Yosua hingga Raja-Raja.

Terdapat sebuah pertanyaan menarik menyangkut sejauh mana keaslian dari nubuat dari sang nabi dalam kitab yang di kompilasi ini. Tentu saja tidak ada keraguan bahwa telah terjadi revisi dan penambahan pada proses kompilasinya.

Tidak semua dalam kitab Amos adalah perkataan Amos sendiri. Diyakini bahwa nubuat dari para nabi bersifat penting dan relevansinya bersifat abadi. Oleh karena itu mereka kadang mengalami penambahan.

Dan beberapa dari para ahli percaya bahwa dalam nubuat Amos yang meramalkan kejatuhan Yehuda yang terjadi pada tahun 586 SM, dan Amos yang hidup pada tahun 750 SM, adalah sebuah penambahan atau revisi, kita akan melihat pada beberapa kitab nabi-nabi klasik, dan beberapa dari mereka sangat terlihat jelas.

Kesimpulan demikian terjadi karena melihat ada beberapa perkataan dari para nabi yang tidak mengalami pembaharuan, tidak dimodifikasi, meskipun nubuatnya tidak terjadi atau meleset. Jadi terjadi ketidak inkonsistenan dari perkataan para nabi dan fakta yang kemudian terjadi. Lalu terdapat kecenderungan yang kuat akan pentingnya melestarikan perkataan nabi dengan loyal.

Jadi kita memiliki 2 kecenderungan dalam literatur, yaitu membiarkan kata-kata tersebut utuh, dan kecenderungan untuk menambah atau memodifikasi beberapa bagian dari perkataan para nabi.

Fitur ke-3, kita akan melihat banyak dari kitab para nabi klasik mengandung klaim "panggilan." Para nabi dipanggil oleh Yahweh untuk menyampaikan perkataan-Nya. Kita telah membahas sebelumnya tentang nubuat kerasulan, dimana nabi sebagai seseorang yang diutus oleh Yahweh dengan pesan tertentu, bukan seseorang yang diajak untuk berkonsultasi mengetahui apa yang dipikirkan oleh Yahweh. Panggilan yang tidak dapat di tolak adalah fitur utama dari kitab ini, seperti dalam metafora berikut:

Amos 3:7-8
7. Sungguh, Yahweh ALLAH tidak berbuat sesuatu tanpa menyatakan keputusan-Nya kepada hamba-hamba-Nya, para nabi.
8. Singa telah mengaum, siapakah yang tidak takut? Yahweh ALLAH telah berfirman, siapakah yang tidak bernubuat?"

Kita menemukan banyak metafora dalam naskah nabi-nabi. Dan Amos menggambarkan nubuatnya dalam 2 bentuk metafora, yaitu perkataan dan penglihatan. Begitu banyak dari kitab nabi-nabi yang menggunakan frasa "firman Yahweh datang kepada nabi X." Firman Yahweh datang - semacam sosok Yahweh yang berbicara langsung kepada nabi dalam bahasa manusia, yang kemudian perkataan tersebut diulang oleh para nabi kepada orang-orang.

Kita memahami hal tersebut adalah metafora, dari sebuah gagasan bahwa Yahweh yang berkomunikasi dengan para nabi. Namun selain pendengaran, Amos dan banyak nabi lainnya juga melihat. Demikianlah kata "pelihat" atau "peramal" juga dijadikan sebutan untuk para nabi.

Amos mendapat beberapa jenis penglihatan, terutama dalam 5 penglihatan pada bab 7-9. Pada penglihatan ini, Yahweh sedang berbicara, atau Yahweh sedang melakukan sesuatu. Penglihatan itu mungkin adalah sebuah benda-benda umum atau kejadian umum namun mereka membawa makna simbolis. Jadi penglihatan itu semacam kode.

5 penglihatan Amos mengandung kode khusus bagi Israel.
1. Penglihatan wabah belalang, yang memakan tanaman, setelah raja mengambil bagiannya, yaitu pajak dari hasil kebun itu.
2. Penglihatan berikut adalah api yang menguapkan segala lautan dan memusnahkan tanah pertanian.
3. Penglihatan Yahweh berdiri dekat tembok, dan menggenggam tali tambang (yang digunakan oleh tukang bangunan).
4. Penglihatan Yahweh menghancurkan kuil berhala.
5. Penglihatan buah-buahan musim kemarau dalam keranjang.

Dalam bahasa Ibrani, musim panas atau buah-buahan musim panas adalah "kayits" dan ini adalah sebuah pelesetan karena kata "kets" juga berarti akhir. Jadi "ofkayits" adalah penglihatan yang melambangkan kets, atau akhir dari Israel. Dan penglihatan simbolis ini seringkali adalah sebuah permainan kata-kata (pelesetan).

Fitur ke-4, adalah nubuat terhadap bangsa. Bab 1-2 berisi 7 nubuat yang mencela berbagai bangsa-bangsa. Amos memberi sentuhan dalam hal ini, 6 dari 7 nubuat diarahkan terhadap negara-negara sekitar Israel, dan mereka dicela karean perlakuan yang tidak manusiawi kepada sesama manusia, baik kepada orang Israel atau non-Israel, selama perang dan konflik, dan hukuman itu adalah sebagai balasan atas kejahatan perang yang mereka lakukan. Api illahi kemudian menghacurkan istana dan benteng mereka. Dan kemudian berbalik, jika celaan terhadap bangsa lain atas kekejaman dalam perang, Amos mencela kaumnya, dengan berkata hukuman yang sama dijatuhkan Yahweh terhadap umatnya karena kekejaman yang mereka lakukan pada masa damai.

Jadi nubuat puncak yang ke-7, adalah mengumumkan murka Yahweh terhadap Israel, dan ini adalah yang sangat tidak diinginkan. Dan kita melihat bagaimana Amos menarik pendengar dengan celaan terhadap musuh-musuh Israel, lalu kemudian setelah itu ia memutar dan mencela Israel dengan lebih buruk.

Istilah Israel yang digunakan ini cenderung ambigu, dan ini salah satu masalah dalam tulisan nabi-nabi. Kita tidak bisa benar-benar yakin apakah mereka bernubuat untuk kerajaan utara, Israel, atau kepada kerajaan Israel & Yehuda secara bersamaan, atau keseluruhan suku. Beberapa ayat dalam kitab Amos mengacu pada satu kerajaan (utara), kadang mengacu juga kepada kedua kerajaan. Salah satu kasus yang kita temukan pada nubuat terhadap Yehuda, kerajaan selatan, pada

Amos 2:4-5
4. Beginilah firman TUHAN: "Karena tiga perbuatan jahat Yehuda, bahkan empat, Aku tidak akan menarik kembali keputusan-Ku: Oleh karena mereka telah menolak hukum TUHAN, dan tidak berpegang pada ketetapan-ketetapan-Nya, tetapi disesatkan oleh dewa-dewa kebohongannya, yang diikuti oleh nenek moyangnya, 5. Aku akan melepas api ke dalam Yehuda, sehingga puri Yerusalem dimakan habis."

Banyak ahli mengidentifikasi ayat ini adalah tambahan oleh penyunting di masa kemudian. Pertama, ia ditulis dalam standar gaya bahasa deuteronomis. Dan ketika anda membaca dengan melompati ayat ini, kita akan menemukan sebuah pola sastra yang serasi. Kita memiliki 6 nubuat plus 1 (7 adalah angka cantik orang yahudi). Kita punya 6 nubuat terhadap negara asing, dan 1 nubuat terhadap Israel, dan pola sastra itu adalah, pola sastra utama dari Alkitab.

Dan pola lain yang kita temukan dalam Amos adalah pola 3+1 (yang merupakan penggandaan dari deret 6+1). pola ini dapat kita temukan beberapa kali ketika Amos berkata, "karena 3 perbuatan jahat X, bahkan 4 (3+1)." Jadi dari pengamatan atas pola ini, para ahli berbendapat bahwa nubuat asli tidak menyebutkan kejatuhan Yehuda, yang peristiwanya terjadi setelah masa Amos. Hal ini mungkin adalah pertanda dari para penyunting yang memperbaharui nubuat Amos, sehingga membuat pembaca mengira Amos telah menubuatkan kejatuhan Yehuda.

Kita menemukan jenis pola sastra lain dan berbagai bentuk yang digunakan dalam karya-karya nubuat nabi. Salah satu bentuk sastra berikut adalah himne. Kita menemukan banyak lagu-lagu dan ratapan, terutama berupa penyesalan atau berkabung untuk Israel, seakan kejatuhannya adalah sesuatu hal yang tidak dapat diubah.

Kita juga akan menemukan berbagai pribahasa, seringkali nabi akan mengutip beberapa pepatah lama serta menerapkannya ke beberapa situasi terkini dan memberi makna baru yang radikal, untuk memberi kejutan bagi pembacanya. Dan Amos 3-8 banyak mengandung berbagai macam pribahasa/amsal.

Salah satu bentuk sastra yang penting adalah yang dikenal sebagai RIV atau RIB, yang dalam bahasa Ibrani berarti gugatan hukum, khususnya gugatan perjanjian. Banyak dari kitab nabi-nabi klasik memiliki ayat di mana Yahweh pada dasarnya sedang menggugat kaum-Nya, menuduh mereka telah melanggar perjanjian, melanggar kontrak - bangsa Ibrani mendiami Kanaan adalah bagian dari kontrak terhadap Yahweh.

Dan dalam kitab-kitab ini kita akan menemukan berbagai metafora hukum, dimana orang bersaksi terhadap Israel. Kita akan melihat hal ini banyak terdapat pada kitab Ayub. Kitab nabi klasik mengacu pada berbagai macam bentuk sastra yang pernah populer dalam tradisi sastra Israel kuno, dan hal ini yang memberi kitab ini sangat kaya dan beragam.

Bab 3. Tema Utama Dalam Kitab Amos.

Kitab Amos akan menjadi model bagi kita dalam mengeksplorasi fitur sastra, serta berbagai tema dari kitab nabi-nabi klasik - karena Amos sangat mahir dalam menggambarkan tema tertentu yang menjadi tema standar pada kitab nabi-nabi.

Kaufman adalah salah satu ahli biblikal yang mengamati "fenomena kecaman" terhadap kebobrokan moral dan ketidakadilan sosial dalam literatur nabi klasik. Amos mengkritik dosa-dosa bangsa, termasuk kelompok kelas menengah, kelas elit pemerintah, raja, serta para imam.

Kitab nabi klasik, juga menonjolkan gagasan mengenai perjanjian dengan Yahweh, serta sesama manusia. Keduanya saling terkait. Ini adalah tanda kedekatan Yahweh terhadap kaum papah dan miskin Israel. Amos mencela perlakuan para orang kaya terhadap orang miskin, seperti yang tertulis:

Amos 4:1-3
1. "Dengarlah firman ini, hai lembu-lembu Basan, yang ada di gunung Samaria, yang memeras orang lemah, yang menginjak orang miskin, yang mengatakan kepada tuan-tuanmu: bawalah ke mari, supaya kita minum-minum!
2. Yahweh ALLAH telah bersumpah demi kekudusan-Nya: sesungguhnya, akan datang masanya bagimu, bahwa kamu diangkat dengan kait dan yang tertinggal di antara kamu dengan kail ikan.
3. Kamu akan keluar melalui belahan tembok, masing-masing lurus ke depan, dan kamu akan diseret ke arah Hermon," demikianlah firman Yahweh.

Samaria adalah ibu kota dari kerajaan utara, Israel. Dan terdapat permainan kata yang indah disini, karena perempuan kaya Samaria disebut sebagai sapi lembu-lembu dari Basan. Basan merupakan sebuah daerah yang memiliki padang rumput yang kaya di seberang sungai Yordan (wilayah Suriah).

Dan terdapat praktek sastra Kanaan, yang merujuk Basan untuk kaum bangsawan, dan bahkan para dewa, dengan menggunakan istilah seperti lembu, sapi, atau kambing gunung. Istilah tersebut bukanlah penghinaan, sebagaimana dalam budaya moderen. Jadi ketika Amos memakai istilah lembu dari Basan, dia berbicara kepada perempuan Samaria sebagai lembu dari Basan, ia menyanjung mereka pada permulaan. Namun terdapat permainan kata-kata yang indah di sini, karena perempuan ini akan berakhir seperti lembu gemuk, yang kemudian menjadi potongan daging dalam keranjang penjanggal, yang setelah dinikmati dilempar di tumpukan sampah setelah di nikmati.

Jadi ia memakai istilah "lembu dari Basan," dan akhirnya berakhir tragis, adalah kecaman pedas pada cara orang kaya memperlakukan orang miskin dalam penderitaan:

Amos 6:1, 4-7
1. "Celaka atas orang-orang yang merasa aman di Sion, atas orang-orang yang merasa tenteram di gunung Samaria, atas orang-orang terkemuka dari bangsa yang utama, orang-orang yang kepada mereka kaum Israel biasa datang!
..
4. yang berbaring di tempat tidur dari gading dan duduk berjuntai di ranjang; yang memakan anak-anak domba dari kumpulan kambing domba dan anak-anak lembu dari tengah-tengah kawanan binatang yang tambun;
5. yang bernyanyi-nyanyi mendengar bunyi gambus, dan seperti Daud menciptakan bunyi-bunyian bagi dirinya;
6. yang minum anggur dari bokor, dan berurap dengan minyak yang paling baik, tetapi tidak berduka karena hancurnya keturunan Yusuf!
7. Sebab itu sekarang, mereka akan pergi sebagai orang buangan di kepala barisan, dan berlalulah keriuhan pesta orang-orang yang duduk berjuntai itu."

Ini adalah gambaran tentang para kepala negara, mereka akan berada pada baris terdepan ketika diarak menuju pembuangan. Dan gambaran Amos sangat logis. Kebobrokan moral dan keserakahan dari kaum kelas atas, secara langsung bertanggung jawab atas ketidakadilan sosial yang menurut para nabi membangkitkan murka Yahweh, pada:

Amos 8:4-7
4. Dengarlah ini, kamu yang menginjak-injak orang miskin, dan yang membinasakan orang sengsara di negeri ini
5. dan berpikir: "Bilakah bulan baru berlalu, supaya kita boleh menjual gandum dan bilakah hari Sabat berlalu, supaya kita boleh menawarkan terigu dengan mengecilkan efa, membesarkan syikal, berbuat curang dengan neraca palsu,
6. supaya kita membeli orang lemah karena uang dan orang yang miskin karena sepasang kasut; dan menjual terigu rosokan?"
7. Yahweh telah bersumpah demi kebanggaan Yakub: "Bahwasanya Aku tidak akan melupakan untuk seterusnya segala perbuatan mereka!

Jika kita perhatikan kejahatan yang dikecam bukanlah seperti pembunuhan, pemerkosaan, atau kekerasan fisik lainnya. Namun lebih kepada pelanggaran atas moralitas sosial. Kaufman menjelaskan bahwa kejahatan yang dikecam adalah sebuah kejahatan yang lazim terjadi dalam masyarakat pada era kapan saja. Kejahatan yang dikecam benar-benar tidak dapat ditolerir oleh Yahweh, dan kemudian memutuskan untuk menghancurkan bangsa-bangsa ini. Dalam sehari-hari kita masih sering menemui kejahatan seperti ini, seperti praktik suap-menyuap, kecurangan timbangan, kurangnya beramal untuk orang miskin, ketidakpedulian akan nasib orang berhutang.

Tema ke-2 yang ditunjukkan oleh Kaufman disebut gagasan "keutamaan moral", yang berarti sebuah doktrin bahwa moralitas bukan hanya sebuah kewajiban, bahkan lebih penting dibandingkan kewajiban ritual kurban. Dan Yahweh menuntut dari Israel sebuah moralitas, bukan hanya ritual qurban. Dan kita akan melihat berbagai pendapat mengenai ritual qurban di antara para nabi. Ada yang yang menolak, ada yang menekankan pentingnya ritual ini, namun semua setuju bahwa moralitas adalah yang paling utama. Dan kecamannya sangat keras pada :

Amos 5:21-24
21. "Aku membenci, Aku menghinakan perayaanmu dan Aku tidak senang kepada perkumpulan rayamu.
22. Sungguh, apabila kamu mempersembahkan kepada-Ku korban-korban bakaran dan korban-korban sajianmu, Aku tidak suka, dan korban keselamatanmu berupa ternak yang tambun, Aku tidak mau pandang.
23. Jauhkanlah dari pada-Ku keramaian nyanyian-nyanyianmu, lagu gambusmu tidak mau Aku dengar.
24. Tetapi biarlah keadilan bergulung-gulung seperti air dan kebenaran seperti sungai yang selalu mengalir."

Ini adalah kecaman terhadap kesalehan yang hampa, terhadap pelaksanaan ritual yang hampa. Pelaksanaan ritual dan ketidakadilan sosial, keduanya tidak dapat berjalan bersama. Dan itulah tema yang berulang kali diungkapkan dalam literatur nubuat. Bagi Amos dan para nabi, ketidakadilan adalah sebuah penistaan. Melaksanakan perjanjian (Sinai) adalah sangat penting, itulah sebabnya para nabi sering disebut pengusung perjanjian, yakni untuk membawa kembali orang Israel kepada kewajiban perjanjian (sinai).

Jadi penolakan akan ritual tergantung pada bagaimana kinerja etika dan keadilan dalam masyarakat. Dan konflik budaya yang bersifat internal kadang menyindir atau mengejek kepercayaan atau praktik-praktik dari pihak lawan. Dan pada beberapa nabi, penolakan akan ritual cukup radikal. Ini adalah sebuah gagasan yang belum terbentuk secara kuat dalam Amos. Kita akan melihat beberapa nabi akan menolak ritual bangsa, bukan hanya ritual dari orang fasik, namun terhadap ritual semua orang. Bahkan bila itu dilakukan oleh orang-orang benar, ia tidak memiliki nilai absolut dihadapan Yahweh.

Pandangan serupa sebenarnya juga nampak pada sumber/materi yang khusus berisi ritual, seperti sumber Priestly (Paderi). Mereka sudah bergerak menuju gagasan bahwa ritual kultus adalah ekspresi dari berkah illahi, bukan kebutuhan illahi. Ia tidak memiliki nilai yang nyata bagi Yahweh, dan tidak mempengaruhi kekuatannya. Namun ia diperintahkan kepada manusia sebagai saluran spiritual, sebagai sarana untuk mempertahankan kehadiran Yahweh dalam masyarakat, atau untuk mendapatkan penebusan atas dosa yang mungkin memisahkan seseorang dari Yahweh.

Kaufman berpendapat bahwa para nabi klasik telah mengangkat moralitas menuju tingkat absolut dalam nilai keagamaan, dan mereka melakukan hal ini karena melihat moralitas sebagai esensi dari keillahian. Esensi dari Yahweh adalah moralitasnya, terlihat dari tuntutan-Nya akan pemenuhan keadilan dan kasih sayang dari manusia. Jadi pandangan umum kenabian adalah manusia harus bermetamorfosis menuju imitatio dei (meniru tindakan Allah) dalam moralitas, bukan bertransformasi menjadi mahluk illahi.

Tema ke-3 menurut Kaufman adalah "pandangan sejarah." Pandangan dan interpretasi para nabi terhadap peristiwa bersejarah yakni  bencana pada tahun 722 SM dan 586 SM. Mereka memandang moralitas adalah faktor penentu dalam sejarah bangsa. Ketika Israel menerima perjanjian Yahweh, terdapat tuntutan moral dan keagamaan. Dalam pandangan Deuteronomis satu dosa, dapat menjadi penentu sejarah sebuah bangsa, dan dosa itu adalah penyembahan berhala, khususnya jika dilakukan oleh keluarga istana.

Bab 4. Perbedaan Penafsiran antara Deuteronomis & Nabi Klasik Terhadap Sejarah Israel.

Sejarawan Deuteronomis menyajikan kisah tragis dari Israel & Yehuda, secara esensi dengan urutan penyembahan berhala di ikuti hukuman, dan siklus ini terjadi terus menerus hingga menuju kepada kehancuran total. Walau dosa moralitas dan dosa menurut agama juga mendapatkan hukuman dalam pandangan Deuteronomis, namun hanya penyembahan terdahap dewa asing lah yang membawa kepada kehancuran bangsa, dan pembuangan.


Pandangan ini tertuang dalam 2 Raja-Raja 17, di sana tidak tertuang mengenai dosa moral yang membawa kepada kehancuran bangsa. Penyembahan berhala adalah yang membangkitkan murka Yahweh hingga berujung pada pembuangan.

Pandangan nabi-nabi klasik berbeda. Penghukuman Israel ditentukan oleh faktor moral, bukan hanya karena faktor keagamaan. Walau keduanya nampak saling berkait, namun para nabi klasik lebih mengecam faktor moralitas. Dan tidak mengejutkan jika kita melihat Yahweh akan menghukum generasi atau bangsa ini karena dosa moral, seperti pembunuhan dan kekerasan. Ini adalah sesuatu yang kita telah bahas dalam kasus generasi banjir. Kasus Sodom & Gomorrah - mereka dihukum karena kekejian dan kebobrokan moral: pembunuhan, kekerasan dll. Amos menjelaskan pada:

Amos 2:6-8
6. Beginilah firman TUHAN: "Karena tiga perbuatan jahat Israel, bahkan empat, Aku tidak akan menarik kembali keputusan-Ku: Oleh karena mereka menjual orang benar karena uang dan orang miskin karena sepasang kasut;
7. mereka menginjak-injak kepala orang lemah ke dalam debu dan membelokkan jalan orang sengsara; anak dan ayah pergi menjamah seorang perempuan muda, sehingga melanggar kekudusan nama-Ku;
8. mereka merebahkan diri di samping setiap mezbah di atas pakaian gadaian orang, dan minum anggur orang-orang yang kena denda di rumah Allah mereka.

Bagaimana para nabi klasik melihat kebelakang, kepada tradisi kuno mengenai hubungan Israel dan perjanjian, mengenai kewajiban moral karena pilihan Yahweh; ini menjadi perdebatan panas diantara para ahli biblikal. Namun kita hanya melihat dari sisi keutamaan moralitas dalam agama Israel kuno yang kemungkinan bisa ditelusuri ke zaman para nabi klasik, mungkin Amos yang hidup pada abad ke-8 SM, dan mungkin saja telah ada bahkan sebelum Amos.

Dan yang pasti hal ini bukanlah gagasan baru, yang muncul ketika berada di pembuangan Babel, seperti yang diutarakan oleh beberapa ahli biblikal. Kemungkinan hal ini bukanlah ciptaan sejarawan Deuteronomis.

Perbedaan ke-2 dari Deuteronomis dan nabi klasik berikut adalah, para nabi klasik memberi tambahan atas tragedi dan malapetaka ini dengan pesan tambahan yang berupa pengharapan dan penghiburan. Dan konsep ini adalah sesuatu yang baru dan tidak berada dalam ruang lingkup tulisan sejarawan Deuteronomis.

(Hari Tuhan)

Salah satu hal yang menarik dari kitab para nabi klasik adalah bahwa mereka memberi nuansa baru bagi gagasan-gagasan kuno Israel, yaitu tentang "hari terakhir" (akhirat) atau yang kita sebut sebagai eskatologi. Eskatologi = ilmu (pengetahuan) dari eskaton, dan eskaton berarti akhir, jadi eskatologi adalah ilmu mengenai hari akhir.

Para nabi telah memperingatkan bahwa jika mereka tidak berubah, mereka akan menerima penghukuman karena dosa. Namun pada kenyataannya, orang-orang ini dengan polos, menanti hari yang secara populer dikenal sebagai hari Yahweh.

Para nabi mengacu pada hari Yahweh seakan hari itu adalah sebuah konsep perayaan umum pada budaya di masa lampau. Sebuah gagasan yang populer pada masa itu bahwa pada suatu masa, di masa depan, Yahweh secara dramatis akan turun tangan dalam urusan dunia dan ia akan melakukan hal tersebut  demi Israel. Ia akan memimpin Israel dalam kemenangan atas musuh-musuhnya. Mereka mereka akan menerima penghukuman, dan Israel akan dikembalikan kepada kemuliaan nya. Dan pada hari itu, atau hari Yahweh, dalam pikiran banyak orang, akan menjadi hari yang luar biasa, hari kemenangan bagi Israel dan hari pembalasan atas musuh-musuhnya.

Amos 5:18-20
18. Celakalah mereka yang menginginkan hari Yahweh! Apakah gunanya hari Yahweh itu bagimu? Hari itu kegelapan, bukan terang!
19. Seperti seseorang yang lari terhadap singa, seekor beruang mendatangi dia, dan ketika ia sampai ke rumah, bertopang dengan tangannya ke dinding, seekor ular memagut dia!
20. Bukankah hari Yahweh itu kegelapan dan bukan terang, kelam kabut dan tidak bercahaya?

Amos 8:9-12
9. "Pada hari itu akan terjadi," demikianlah firman Yahweh ALLAH, "Aku akan membuat matahari terbenam di siang hari dan membuat bumi gelap pada hari cerah.
10. Aku akan mengubah perayaan-perayaanmu menjadi perkabungan, dan segala nyanyianmu menjadi ratapan. Aku akan mengenakan kain kabung pada setiap pinggang dan menjadikan gundul setiap kepala. Aku akan membuatnya sebagai perkabungan karena kematian anak tunggal, sehingga akhirnya menjadi seperti hari yang pahit pedih."
11. "Sesungguhnya, waktu akan datang," demikianlah firman Yahweh ALLAH, "Aku akan mengirimkan kelaparan ke negeri ini, bukan kelaparan akan makanan dan bukan kehausan akan air, melainkan akan mendengarkan firman Yahweh.

Ayat diatas bercerita tentang orang-orang yang menanti hari Yahweh. Mereka sangat yakin bahwa itu adalah hari terang, hari berkat, hari kemenangan. Namun Amos menceritakan pandangan yang berbeda, itu bukan hari kemenangan bagi Israel namun hari yang gelap atau kehancuran. Ia adalah hari kiamat, ketika Yahweh akhirnya memanggil orang-orang untuk dihakimi. Jadi ini adalah contoh lain di mana para nabi secara radikal memakai konsep populer yang lebih tua untuk mengejutkan pendengarnya, membalikkan maknanya.

Inti dari gagasan hari Yahweh ditransformasi menjadi hari penghakiman, ini adalah gagasan kuno bahwa Yahweh berkuasa atas perjalanan sejarah, Yahweh mengendalikan nasib dari bangsa-bangsa. Namun pada masa sebelumnya, atau di masa para nabi, mereka bereaksi terhadap gagasan bahwa segala campur tangan Yahweh terhadap berbagai bangsa, adalah selalu dalam membela kepentingan Israel.

Gagasan ini mungkin menjadi semacam pertentangan karena asumsi bahwa Yahweh akan menghukum berbagai bangsa dan membuat mereka tunduk terhadap Israel, di tentang oleh para nabi ini. Dan mereka membuat sebuah klaim yang luar biasa dan sangat mengejutkan.

Yahweh adalah Allah yang berkuasa atas sejarah. Ia memberi perhatiannya kepada semua bangsa, bukan hanya Israel. Namun campur tangannya terhadap bangsa lain tidak berarti membuat mereka menjadi tunduk kepada Israel.

Namun jika perlu, dan jika Israel pantas, maka Yahweh akan membangkitkan bangsa lain sebagai lawan Israel. Dan pada bab 9, akhir dari kitab Amos di mulai dengan penegasan atas gagasan kehancuran total. Dimana Yahweh berkata akan memusnahkan mereka semua hingga tak tersisa, walau mereka bersembunyi di bawah bumi dan di langit, atau di dasar samudera, mereka akan di temukan dan di musnahkan.

Bagaimana dengan perjanjian? Bukankah telah ada garansi terhadap keistimewaan? lagi, bagi Amos, terdapat persyaratan disana, dan pelanggaran atas persyaratan itu berarti penghukuman yang berat. Jadi pada Amos 9:7-8, Amos secara mengejutkan berkata bahwa dalam mata Yahweh, Israel tidaklah berbeda dengan semua bangsa-bangsa. Ia dapat mengangkatnya, namun juga dapat merendahkannya:

Amos 9:7-8
7. "Bukankah kamu sama seperti orang Etiopia bagi-Ku, hai orang Israel?" demikianlah firman Yahweh. "Bukankah Aku telah menuntun orang Israel keluar dari tanah Mesir, orang Filistin dari Kaftor, dan orang Aram dari Kir?
8. Sesungguhnya, Yahweh Allah sudah mengamat-amati kerajaan yang berdosa ini: Aku akan memunahkannya dari muka bumi! Tetapi Aku tidak akan memunahkan keturunan Yakub sama sekali," demikianlah firman Yahweh.

Ini adalah perkataan yang sangat keras. Dan kita harus mengingat jika Amos hidup dimasa yang relatif aman dan makmur, sekitar tahun 750 SM. Kepercayaan diri bangsa sedang tinggi. Orang-orang Israel cukup yakin jika Yahweh beserta dengan mereka.

Mereka merasa tidak dalam bahaya yang nyata. Dan Amos meyakini, meskipun terlihat sehat namun bangsa ini sedang sakit. Mereka bersalah dalam hal kejahatan sosial dan ketidaksetiaan mereka terhadap kewajiban perjanjian.

Dan ia mengatakan bahwa mereka sedang menuju pada kehancuran. Walau konteks sejarah Amos berada pada masa yang relatif aman namun ia kerap kali membahas mengenai musibah, dan kitabnya dianggap cukup depresif.

Namun nabi-nabi berikut yang bernubuat dalam konteks sejarah yang berbeda, pada situasi sejarah yang penuh keputus-asaan, terliat sering mengucapkan kata-kata yang lebih nyaman dan berupa pengharapan.

Namun Amos tidak melakukan hal ini, dia menginginkan terjadi reformasi dan reorientasi bangsa, membangunkan Israel terhadap fakta bahwa dibutuhkan sebuah perubahan.

Amos 5:14-15
14. Carilah yang baik dan jangan yang jahat, supaya kamu hidup; dengan demikian Yahweh, Allah semesta alam, akan menyertai kamu, seperti yang kamu katakan.
15. Bencilah yang jahat dan cintailah yang baik; dan tegakkanlah keadilan di pintu gerbang; mungkin Yahweh, Allah semesta alam, akan mengasihani sisa-sisa keturunan Yusuf.

kata "mungkin Yahweh akan mengasihi.." ini sangat penting dan mengindikasikan konsep fatalisme dalam kitab Amos. Tema utama dari kitab Amos adalah hukuman tidak bisa dihindari.

Dan hal ini menjadi alasan bagi para ahli biblikal untuk meyakini bahwa, ayat-ayat akhir dari kitab ini, Amos 9:8b-15, adalah tambahan dari editor. Hal itu adalah sebuah epilog, dan ditambahkan untuk meringankan nuansa kesuraman dan pesimisme atau fatalisme dari ucapan Amos.

Amos 9:8-15
8a. Sesungguhnya, Yahweh Allah sudah mengamat-amati kerajaan yang berdosa ini: Aku akan memunahkannya dari muka bumi!
8b. Tetapi Aku tidak akan memunahkan keturunan Yakub sama sekali," demikianlah firman Yahweh.
9. "Sebab sesungguhnya, Aku memberi perintah, dan Aku mengiraikan kaum Israel di antara segala bangsa, seperti orang mengiraikan ayak, dan sebiji batu kecilpun tidak akan jatuh ke tanah.
10. Oleh pedang akan mati terbunuh semua orang berdosa di antara umat-Ku yang mengatakan: Malapetaka itu tidak akan menyusul dan tidak akan mencapai kami."
11. "Pada hari itu Aku akan mendirikan kembali pondok Daud yang telah roboh; Aku akan menutup pecahan dindingnya, dan akan mendirikan kembali reruntuhannya; Aku akan membangunnya kembali seperti di zaman dahulu kala,
12. supaya mereka menguasai sisa-sisa bangsa Edom dan segala bangsa yang Kusebut milik-Ku," demikianlah firman Yahweh yang melakukan hal ini.
13. "Sesungguhnya, waktu akan datang," demikianlah firman Yahweh, "bahwa pembajak akan tepat menyusul penuai dan pengirik buah anggur penabur benih; gunung-gunung akan meniriskan anggur baru dan segala bukit akan kebanjiran.
14. Aku akan memulihkan kembali umat-Ku Israel: mereka akan membangun kota-kota yang licin tandas dan mendiaminya; mereka akan menanami kebun-kebun anggur dan minum anggurnya; mereka akan membuat kebun-kebun buah-buahan dan makan buahnya.
15. Maka Aku akan menanam mereka di tanah mereka, dan mereka tidak akan dicabut lagi dari tanah yang telah Kuberikan kepada mereka," firman Yahwe, Allahmu.

Dengan kata lain berdasarkan epilog tersebut, hukuman Yahweh terhadap Israel bukanlah akhir dari cerita. Ini adalah satu langkah dari sebuah proses, dan penderitaan dan hukuman memiliki tujuan. Hal ini untuk membersihkan kekotoran, mereka seakan dimasukkan kedalam saringan. Hanya orang-orang berdosa yang akan binasa. Sisanya yaitu orang-orang benar, akan diizinkan untuk bertahan hidup, dan pada suatu masa yang tersisa akan dikembalikan.

Untuk merangkum kitab Amos, dan memberi pijakan saat membahas kitab nabi klasik lainnya, kita perlu memahami bahwa kitab Amos adalah sebuah set atau kumpulan nubuat/perkataan terhadap berbagai macam situasi di kerajaan utara. Dan ia mengalami beberapa penambahan yang mencerminkan sudut pandang editor dari masa kemudian.

Pesan Amos adalah dosa moralitas akan mendapat hukuman dari Yahweh, dan berskala nasional - kejatuhan bangsa. Ketika kerajaan utara runtuh, itu dipahami sebagai penggenapan dari nubuat Amos. Bangsa Ashur adalah alat Yahweh untuk menghukum.

Perkataan-perkataan nabi Amos kemudian dilestarikan oleh orang-orang Yehuda. Setelah Yehuda runtuh, mungkin editor menambahkan beberapa ayat untuk merefleksikan realitas dimasa kemudian. Dan yang paling signifikan adalah nubuat terhadap kejatuhan Yehuda pada Amos 2:4-5, serta epilog pada Amos 9:8b-15. Yang secara eksplisit mengacu pada kejatuhan kerajaan selatan.

Hal ini mengacu pada masa kemudian di mana keruntuhan kedua kerajaan Daud, dan akan dibangkitkan kembali. Ini mencerminkan pengetahuan mengenai akhir Yehuda, akhir kerajaan Daud. Dan pada kalimat "Pada hari itu" dianggap sebagai sinyal terhadap penyisipan editor. Hal ini merujuk pada masa restorasi Yerusalem.

Kembali ke Index Artikel

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Apakah Abraham Berasal Dari Ur atau Haran?

Abraham berasal dari kota Haran dan bukan dari kota Ur-Kasdim, ya itulah pendapat beberapa para ahli biblikal moderen, mengapa mereka berpen...