Minggu, 25 Desember 2016

Pengantar Alkitab Ibrani (18)

Kuliah 18 - Kitab Para Nabi-Nabi Kemudian: Mikha, Zefanya, Nahum & Habbakuk [November 8, 2006]

Bab 1. Struktur Kitab Mikha.

Kita telah membahas tentang nabi pada krisis Ashur, dimana terdapat 2 nabi di kerajaan utara, Israel, yaitu Amos dan Hosea, dan nabi di kerajaan selatan, Yehuda, terdapat Yesaya, Mikha adalah nabi kontemporer Yesaya di Yehuda.

Mikha dikisahkan berasal dari kota Moreshet, sekitar 40 KM barat daya Yerusalem. Ia adalah nabi terakhir dari abad ke-8 SM. Ia adalah seorang nabi di daerah pedesaan, dan berkhotbah untuk kaum petani miskin sekitar tahun 740 - 700 SM.

Ia mengecam kerajaan Israel di utara sana, sedangkan ia sedang berbicara dengan orang Yehuda. Kecaman terhadap kerajaan Israel adalah karena mereka telah jatuh dalam penyembahan berhala, dan ia akan jatuh karena hal tersebut.

Ia juga sama seperti nabi lainya yang telah kita bahas, mengecam orang-orang karena kebobrokan moral. Pemiliki tanah yang serakah, para pedagang yang tidak jujur, dan para aristokrat dan para pemimpin seperti imam, hakim, keluarga istana dan para nabi palsu.

Perbedaan terbesar antara Yesaya dan Mikha walau keduanya berasal dari Yehuda pada periode yang sama yaitu krisis Ashur, terletank dalam pandangannya mengenai Yerusalem sebagai kota yang korup, ia ditakdirkan untuk hancur, namun Yesaya mengatakan Yerusalem adalah kota yang diteguhkan. Mikha juga mengkritisi dinasti Daud, dan ia menertawakan gagasan bahwa hadirnya bait Allah di Yerusalem akan melindungi dan meluputkan kota  dari bencana. Dia mengatakan bahwa Yahweh akan menghancurkan Yerusalem dan rumah-Nya jika perlu.

Mikha 3:9-12
9. Baiklah dengarkan ini, hai para kepala kaum Yakub, dan para pemimpin kaum Israel! Hai kamu yang muak terhadap keadilan dan yang membengkokkan segala yang lurus,
10. hai kamu yang mendirikan Sion dengan darah dan Yerusalem dengan kelaliman!
11. Para kepalanya memutuskan hukum karena suap, dan para imamnya memberi pengajaran karena bayaran, para nabinya menenung karena uang, padahal mereka bersandar kepada Yahweh dengan berkata: "Bukankah Yahweh ada di tengah-tengah kita! Tidak akan datang malapetaka menimpa kita!"
12. Sebab itu oleh karena kamu maka Sion akan dibajak seperti ladang, dan Yerusalem akan menjadi timbunan puing, dan gunung Bait Suci akan menjadi bukit yang berhutan.

Yesaya memiliki keyakinan bahwa Yahweh tidak akan pernah membiarkan kota-Nya yang kudus untuk dihancurkan. Kehadiran-Nya di tengah kota adalah jaminan bahwa kota itu akan bertahan, namun Mikha mengatakan tidak setuju akan hal tersebut.

Salah satu bagian yang terkenal dalam kitab ini adalah pada Mikha 6, disana terdapat pernyataan gugatan (riv) akan pelanggaran perjanjian. Dan strukturnya adalah sebagai berikut:

pada ayat 1-2, adalah pernyataan panggilan akan sebuah kasus, jadi Mikha bertindak sebagai pengacara Yahweh dan memanggil terdakwa, para saksi adalah pegunungan, untuk mendengar gugatan Yahweh atas Israel.

Mikha 6
2.Dengarlah, hai gunung-gunung, pengaduan TUHAN, dan pasanglah telinga, hai dasar-dasar bumi! Sebab TUHAN mempunyai pengaduan terhadap umat-Nya, dan Ia beperkara dengan Israel.


Pada ayat 3-5 adalah membahas mengenai biaya gugatan dari Yahweh. Melalui pengacaranya, ia mengingatkan Israel akan kasih Yahweh pada peristiwa keluaran dari Mesir hingga memasuki tanah perjanjian, dan Israel nampaknya telah melupakan pengorbanan Yahweh atas Israel, dan kewajiban yang harus dipikul oleh Israel.

3. "Umat-Ku, apakah yang telah Kulakukan kepadamu? Dengan apakah engkau telah Kulelahkan? Jawablah Aku!
4. Sebab Aku telah menuntun engkau keluar dari tanah Mesir dan telah membebaskan engkau dari rumah perbudakan dan telah mengutus Musa dan Harun dan Miryam sebagai penganjurmu.
5. Umat-Ku, baiklah ingat apa yang dirancangkan oleh Balak, raja Moab, dan apa yang dijawab kepadanya oleh Bileam bin Beor dan apa yang telah terjadi dari Sitim sampai ke Gilgal, supaya engkau mengakui perbuatan-perbuatan keadilan dari TUHAN."


Pada ayat 6-7, kita melihat pembelaan dari terdakwa. Kali ini Israel yang berbicara, namun sebenarnya ia tidak memiliki pembelaan, ia mengetahui akibatnya dan hanya mengharapkan sebuah perdamaian.

6. "Dengan apakah aku akan pergi menghadap TUHAN dan tunduk menyembah kepada Allah yang di tempat tinggi? Akan pergikah aku menghadap Dia dengan korban bakaran, dengan anak lembu berumur setahun?
7. Berkenankah TUHAN kepada ribuan domba jantan, kepada puluhan ribu curahan minyak? Akan kupersembahkankah anak sulungku karena pelanggaranku dan buah kandunganku karena dosaku sendiri?"


Dan pengacara Yahweh menjawab dengan:

8. "Hai manusia, telah diberitahukan kepadamu apa yang baik. Dan apakah yang dituntut (riv) Yahweh dari padamu: selain berlaku adil, mencintai kesetiaan, dan hidup dengan rendah hati di hadapan Allahmu?" 

Bab 2. Paradoks Umum Dalam Kitab Nabi Klasik.

Dalam kitab Mikha secara terstruktur terdapat pasangan nubuat yang berulang secara bergantian: 3 mengenai kiamat dan 3 mengenai restorasi. Jadi polanya adalah: azab -> restorasi -> azab -> restorasi, azab -> restorasi.

Dan nubuatan terakhir menceritakan mengenai kemuliaan zion yang akan datang di masa depan. Bagian restorasi ini mungkin nampat sedikit melenceng dari rentetan kecaman atas Yehuda dalam nubuatan Mikha.

Ada beberapa ahli yang berpendapat bahwa bagian restorasi dan janji tanpa syarat atas keteguhan kerajaan Daud, dan prediksi optimis akan perdamaian global, merupakan interpolasi oleh editor di masa kemudian. Dan bagian ini muncul pula dalam kitab Yesaya. Namun sebenarnya kasus ini adalah sesuatu yang sulit, karena tulisan para nabi ini sebenarnya berfluktuasi secara ekstrim diantara kecaman dan penghiburan. Jadi bisa saja pergeseran tema tidak berarti diasumsikan terjadi interpolasi - kontradiksi adalah hal yang mungkin.

Anakronisme adalah panduan yang sangat baik untuk sebuah interpolasi. Jadi bagian Mikha yang secara eksplisit mengacu pada pembuangan Babel yang baru terhadi pada tahun 586 SM (abad ke-6 SM) sedangkan ia hidup pada abad ke-8 SM. Ia juga menyinggung mengenai pembangunan kembali tembok Yerusalem, yang terjadi sekitar tahun 445 SM (abad ke-5 SM). Jadi bagian itu adalah mungkin merupakan hasil interpolasi dari editor akhir, namun diletakkan pada abad ke-8 SM, dalam struktur pengulangan yang bagus dan silih berganti: azab-restorasi, azab-restorasi, azab-restorasi.

Ini adalah ciri khas dari paradoks umum yang ditemukan dalam kitab nabi klasik di mana mereka mencoba untuk menyeimbangkan antara penghakiman Yahweh dan cinta yang penuh belas kasih terhadap umat-Nya. Paradoks terletak dari usaha pelestarian nubuat para nabi seperti Mikha, oleh para imam di Bait Allah, meskipun para imam ini sering menjadi sasaran kecaman dari para nabi, terutama Mikha.

{*** Konteks Sejarah Nabi Abad ke-7 SM ***}

Kita telah menyelesaikan pembahasan mengenai para nabi abad ke-8 SM, pada periode krisis Ashur. Yerusalem yang selamat dari pengepungan bangsa Ashur pada tahun 701 SM, menaikkan spirit akan kepercayaan ideologi kerajaan, dan gagasan hubungan Yahweh dengan Zion, Yerusalem, dinasti Daud. Namun demikian ketika Yehuda memasuki abad ke 7 SM, sekitar tahun 600 SM, keadaan nya sangatlah rapuh setelah mengalami pengepungan. Dan sekitar tahun itu pula bangsa Ashur telah mencapai puncak masa ke-emasan nya (sedang memasuki masa kemunduran).

Di Yehuda, raja Manasseh memerintah selama hampir 50 tahun, sekitar tahun 690 - 640 SM. Sejarawan Deuteronomis memberikan porsi 18 ayat untuk Manasseh yang memerintah selama 50 tahun, dan semua ayat tentangnya adalah negatif. Sangat kontras dengan pemberitaan mengenai ayah nya raja Hizkia, dan cucu nya, raja Yosia.

Manasseh rupanya adalah pengikut setia para raja Ashur, dan Yehuda dikenal  sebagai vassal yang setia dalam catatan bangsa Ashur. Berdasarkan laporan penulis Alkitab, ia membatalkan reformasi yang telah dilakukan ayahnya, raja Hizkia, yang diceritakan oleh penulis bahwa Hizkia menghancurkan altar dan patung berhala. Manasseh mengadopsi adat istiadat Ashur ke Yehuda. Dan selanjutnya keadaan bangsa Ashur menuju akhir abad ke-7 semakin melemah, ia telah berekspansi secara berlebihan dan tak mampu menangani negara yang sangat luas ini, beberapa negari vassal nya kemudian melepaskan diri.

Yosia naik takhta pada tahun 640 SM melihat Ashur telah melemah, dan memutuskan untuk turut menyatakan kemerdekaan Yehuda dari status negeri vassal. ia kemudian melaksanakan serangkaian reformasi pada tahun 622 SM. Yang meliputi pemurnian kultus di Yehuda, yang kemungkinan akibat pengaruh agama Ashur. Ia melakukan sentralisasi pemujaan terhadap satu Allah yaitu Yahweh dan itu hanya boleh dilakukan di Yerusalem. Sentralisasi kultus ini dilaksanakan dengan agenda politik, yaitu pemutusan pengaruh Ashur.

Ashur yang terus menurun, memasuki masa akhir nya dalam sejarah, pada tahun 612 SM, ibu kota mereka Nineveh jatuh ketangan serbuan aliansi bangsa Babel dan Media (Mede). Jadi peristiwa ini adalah sangat bagus bagi Yehuda. Yosia adalah raja yang populer, namun ia memerintah hanya beberapa tahun saja, ia mati dalam pertempuran melawan Mesir di Megiddo pada tahun 609 SM.

Yosia nampaknya beraliansi dengan Babel yang menguasai Mesopotamia, atas perintah raja Babel ia mencegat bala tentara Mesir (Firaun Necho II) yang hendak membantu raja Ashur, merebut kota Harran. Inilah  latar belakang sejarah, periode nabi yang akan kita bahas.

Bab 3. Kitab Zefanya.

Pembahasan selanjutnya adalah pada nabi Zenfanya dan Yeremia pada periode krisis Babel. Zefanya adalah seorang nabi di Yehuda, yang bernubuat pada pemerintahan raja Yosia. Namun beberapa nubuatnya dipercaya berasal dari sebelum gerakan reformasi oleh Yosia di tahun 622 SM. Dan nubuat tersebut cenderung pesimistis dan suram. Yehuda di kecam karena kemurtadan; karena kemerosotan yang terjadi sejak raja Manasseh. Yahweh telah murka, dan penghukuman-Nya telah dekat.

Zefanya mengatakan akan terjadi sebuah kehancuran global. Semua mahluk hidup, hewan dan manusia akan dimusnahkan. Hal itu serupa dengan yang telah kita lihat dalam kitab Amos sebagai "Hari Yahweh," yang begitu dinantikan, namun ia bukan hari kemenangan, melainkan sebuah hari kehancuran yang gelap dan penuh keputus-asaan.

Zefanya 1:14-18
14. Sudah dekat hari Yahweh yang hebat itu, sudah dekat dan datang dengan cepat sekali! Dengar, hari Yahweh pahit, pahlawanpun akan menangis.
15. Hari kegemasan hari itu, hari kesusahan dan kesulitan, hari kemusnahan dan pemusnahan, hari kegelapan dan kesuraman, hari berawan dan kelam,
16. hari peniupan sangkakala dan pekik tempur terhadap kota-kota yang berkubu dan terhadap menara penjuru yang tinggi.
17. Aku akan menyusahkan manusia, sehingga mereka berjalan seperti orang buta, sebab mereka telah berdosa kepada Yahweh. Darah mereka akan tercurah seperti debu dan usus mereka seperti tahi.
18. Mereka tidak dapat diselamatkan oleh perak atau emas mereka pada hari kegemasan Yahweh, dan seluruh bumi akan dimakan habis oleh api cemburu-Nya; sebab kebinasaan, malah kebinasaan dahsyat diadakan-Nya terhadap segenap penduduk bumi.

Anda dapat melihat mengapa orang tidak nyaman mendengarkan nubuat Zefanya, namun pada saat yang sama, Zefanya juga memberikan pengharapan, akan adanya sisa Yehuda yang rendah hati, akan berlindung pada Yahweh. Orang buangan tersebut, akan diselamatkan dari para penindas mereka, bahkan mereka akan membuat bangsa-bangsa lain bergabung dalam penyembahan terhadap Yahweh.

Zefanya 3
11. Pada hari itu engkau tidak akan mendapat malu karena segala perbuatan durhaka yang kaulakukan terhadap Aku, sebab pada waktu itu Aku akan menyingkirkan dari padamu orang-orangmu yang ria congkak, dan engkau tidak akan lagi meninggikan dirimu di gunung-Ku yang kudus.
12. Di antaramu akan Kubiarkan hidup suatu umat yang rendah hati dan lemah, dan mereka akan mencari perlindungan pada nama Yahweh,
13. yakni sisa Israel itu. Mereka tidak akan melakukan kelaliman atau berbicara bohong; dalam mulut mereka tidak akan terdapat lidah penipu; ya, mereka akan seperti domba yang makan rumput dan berbaring dengan tidak ada yang mengganggunya."

{**

Akan terjadi pengumpulan orang-orang terbuang.

**}

20. Pada waktu itu Aku akan membawa kamu pulang, yakni pada waktu Aku mengumpulkan kamu, sebab Aku mau membuat kamu menjadi kenamaan dan kepujian di antara segala bangsa di bumi dengan memulihkan keadaanmu di depan mata mereka," firman Yahweh.

Ada satu ayat tertentu yang nampak seperti kesukacitaan. Seperti sebuah pengumuman tentang keselamatan dan terjadi saat sekarang, dan sebagai pemberian hadian, banyak ahli biblikal berkesimpulan itu adalah reaksi Zefanya terhadap Yosia. Reformasi yang dilakukan Yosia nampaknya dianggap sebagai penyelamat yang dirindukan oleh bangsa.

14. Bersorak-sorailah, hai puteri Sion, bertempik-soraklah, hai Israel! Bersukacitalah dan beria-rialah dengan segenap hati, hai puteri Yerusalem!
15. Yahweh telah menyingkirkan hukuman yang jatuh atasmu, telah menebas binasa musuhmu. Raja Israel, yakni Yahweh, ada di antaramu; engkau tidak akan takut kepada malapetaka lagi.

Ayat tersebut seperti reaksi atas reformasi yang dipelopori Yosia, dan dipuji sebagai pemulihan kehadiran Yahweh dalam komunitas Yehuda yang  dirindukan. Penghakiman dibatalkan, nubuat-nubuat yang mengerikan tidak terjadi.

Bab 5. Kitab Habakuk

Habakuk hidup selama periode ini, ia menyaksikan penghancuran Yerusalem, ketika penyerbuan bangsa Babel. Kitab Habakuk tidak seperti kitab nabi klasik lainnya, ia tidak mengandung nubuat, kebanyakan isinya berisi renungan filosofis tentang perbuatan Yahweh. Dan kita akan melihat hal seperti ini pada kitab-kitab lain, yaitu tulisan-tulisan yang betema renungan filosifis atas Yahweh.

Bab 1-2, adalah semacam dialog puitis antara Habakuk dan Yahweh, sang nabi mengeluhkan absennya tindakan Yahweh.

Habakuk 1:2-3, 13-14
2. Berapa lama lagi, Yhweh, aku berteriak, tetapi tidak Kaudengar, aku berseru kepada-Mu: "Penindasan!" tetapi tidak Kautolong?
3. Mengapa Engkau memperlihatkan kepadaku kejahatan, sehingga aku memandang kelaliman? Ya, aniaya dan kekerasan ada di depan mataku; perbantahan dan pertikaian terjadi.
...
13. Mata-Mu terlalu suci untuk melihat kejahatan dan Engkau tidak dapat memandang kelaliman. Mengapa Engkau memandangi orang-orang yang berbuat khianat itu dan Engkau berdiam diri, apabila orang fasik menelan orang yang lebih benar dari dia?
14. Engkau menjadikan manusia itu seperti ikan di laut, seperti binatang-binatang melata yang tidak ada pemerintahnya?

Yahweh menanggapi tuduhan tersebut dengan mengatakan bahwa Babel adalah salah satu alat-Nya untuk menegakkan keadilan-Nya, walaupun mereka menganggap kekuatan & keberhasilan itu berasal dari dewa-dewi mereka (dewa Marduk), bukan karena Yahweh. Kita telah sering melihat dalam kitab nabi terdapat gagasan bahwa bangsa penakluk hanyalah alat dari Yahweh.

Habakuk 1:5-6
5. Lihatlah di antara bangsa-bangsa dan perhatikanlah, jadilah heran dan tercengang-cengang, sebab Aku melakukan suatu pekerjaan dalam zamanmu yang tidak akan kamu percayai, jika diceriterakan.
6. Sebab, sesungguhnya, Akulah yang membangkitkan orang Kasdim (Chaldean/Babel), bangsa yang garang dan tangkas itu, yang melintasi lintang bujur bumi untuk menduduki tempat kediaman, yang bukan kepunyaan mereka.

Namun Habakuk sedikit berbeda karena ia tidak mengungkapkan argumen bahwa Yehuda pantas dihukum akan bencana ini. Ada perbedaan besar antara Habakuk dan sejarawan Deuteronomis, yaitu, Habakuk tidak menegaskan bahwa Yehuda menderita karena dosa-dosa mereka.

Habakuk sempat menyinggung mengenai kurangnya keadilan yang nampak pada masyarakat. Sejarawan Deuteronomis dengan tegas mengatakan demi menegakkan keadilan Yahweh, penderitaan adalah sebuah keharusan. Habakuk menolak gagasan seperti ini, kita akan melihat sebuah pandangan baru yang menolak pandangan demikian pada kitab Ayub.

Habakuk 1:4
Itulah sebabnya hukum kehilangan kekuatannya dan tidak pernah muncul keadilan, sebab orang fasik mengepung orang benar; itulah sebabnya keadilan muncul terbalik.

Orang-orang fasik dan orang saleh akan mengalami nasib yang sama, karena orang fasik lebih menonjol dan menurunkan derajat manusia pada level hewan yang hanya melihat faktor kekuatan bukan pada moralitas. Kita akan melihat Habakuk menanti jawaban Yahweh pada:

Habakuk 2:1-5
1. Aku mau berdiri di tempat pengintaianku dan berdiri tegak di menara, aku mau meninjau dan menantikan apa yang akan difirmankan-Nya kepadaku, dan apa yang akan dijawab-Nya atas pengaduanku.
2. Lalu Yahweh menjawab aku, demikian: "Tuliskanlah penglihatan itu dan ukirkanlah itu pada loh-loh, supaya orang sambil lalu dapat membacanya.
3. Sebab penglihatan itu masih menanti saatnya, tetapi ia bersegera menuju kesudahannya dengan tidak menipu; apabila berlambat-lambat, nantikanlah itu, sebab itu sungguh-sungguh akan datang dan tidak akan bertangguh.
4. Sesungguhnya, orang yang membusungkan dada, tidak lurus hatinya, tetapi orang yang benar itu akan hidup oleh percayanya.
5. Orang sombong dan khianat dia yang melagak, tetapi ia tidak akan tetap ada; ia mengangakan mulutnya seperti dunia orang mati dan tidak kenyang-kenyang seperti maut, sehingga segala suku bangsa dikumpulkannya dan segala bangsa dihimpunkannya."

Ini bukan jawaban yang bermakna luas, Orang-orang benar hanya perlu unuk memiliki keyakinan bahwa keadilan akan menang dan iman tersebut harus terus dipertahankan ketika melalui berbagai mancam cobaan. Jawaban lebih dalam terdapat dalam kitab Ayub.

Pada Habakuk 3, temanya sedikit bergeser. Dan para ahli biblikal meyakini telah mengalami interpolasi. Perlu anda ketahui pergeseran secara dramatis dalam tema dan nada, adalah hal yang tidak lazim dalam kitab nabi klasik, jadi kita harus memperhatikan hal tersebut. Dalam Habakuk 3 ini, Yahweh digambarkan sebagai dewa perang. Ia menggelegar dari timur, melemparkan tombak-Nya, dan membalas dendam Israel kepada musuh-musuh-Nya.

Hal ini mungkin adalah usaha editor akhir untuk menanggapi keraguan Habakuk, bahwa Yahweh akan menegakkan keadilan - hal itu adalah segera - dan sedang dinantikan oleh Habakuk. Gambaran sosok prajurit illahi adalah jawaban atas pertanyaan pada pembuka kitab Habakuk: Berapa lama Yahweh akan diam menyaksikan bagaimana Babel memperkosa dan menjarah?

Namun bisa saja, itu karena Habakuk membuat kitab nya bernuansa paradoks seperti yang telah kita lihat pada kitab nabi klasik lainnya. Dimana secara khusus menampilkan pandangan paradoks bahwa keadilan Yahweh memang datang secara lambat, namun demikian orang-orang saleh harus tetap memiliki keyakinan penuh akan kepastian datangnya penghukuman, yaitu pembalasan Yahweh. Dan kita akan melihat secara detail pada kitab-kitab yang bertema apokaliptik.

Bab 6. Struktur dan Fitur Kitab Yeremia.

Sekarang kita membahas kitab Yeremia, yang hidup pada saat kehancuran akhir Yehuda, dan menyaksikan kejatuhan Yerusalem di tangan bangsa Babel pada tahun 586 SM.

Kitab ini merupakan salah satu dari 3 kitab nabi klasik yang panjang :
1. Kitab Yesaya pada krisis Ashur.
2. Kitab Yeremia pada krisis Babel.
3. Kitab Yehezkiel pada masa pembuangan di Babel.

Yeremia lahir dari keluarga imam di sebuah desa dekat Yerusalem, Anathoth, dan ia mulai bernubuat ketika masih muda. Ia hidup semasa dengan raja Yosia dan menyaksikan reformasi singkat yang dilaksanakan Yosia: yaitu menyingkirkan pengaruh Ashur yang diterapkan oleh raja Manasseh, pembaharuan perjanjian dan segala kebijakan raja yang dipuji oleh penulis Alkitab. Ketika Yosia wafat, Yeremia ikut meratapi kematiannya bersama seluruh rakyat.

Yeremia turut menyaksikan kehancuran dan pembuangan bangsa Yehuda. Kitab ini adalah kumpulan dari berbagai jenis materi dengan tema yang beragam. Pengkategorian kitab ini tidak begitu jelas, tidak pula terurut secara kronologis, anda akan sulit  memahami kitab ini dengan membacanya dari awal hingga akhir. Terdapat kumpulan ramalan, nubuat, kecaman terhadap berbagai bangsa asing, kisah-kisah, narasi biografi, puisi, lampiran sejarah singkat yang menyerupai 2 Raja-Raja 24-25.

Sastra sejarah dari kitab ini juga cukup kompleks karena terdapat berbagai variasi dalam beragam versi Alkitab. Septuaginta yang merupakan Alkitab terjemahan Yunani, yang berasal dari abad ke-3 SM, bagian kitab Yeremia nya lebih pendek, dan susunannya berbeda dengan Alkitab Ibrani moderen. Kitab Yeremia pada Dead Sea Scrolls juga berbeda dengan Alkitab Ibrani kita saat ini. Jadi ini membuktikan bahwa kitab ini memiliki nuansa yang "terbuka" ketika di susun di masa lampau.

Di temukan 3 tema utama dari kitab ini:
1. Ucapan-ucapan yang berupa puisi yang secara umum dikaitkan dengan Yeremia.
2. Kisah biografi pendek dan narasi mengenai Yeremia, yang dikaitkan dengan asisten nya yang bernama Baruch ben Nereiah. Ia adalah juru tulis yang membantu Yeremia, dan kisah biografi ini kemungkinan ditulis oleh Baruch.
3. Catatan editorial mengenai Yeremia dengan gaya bahasa sejarawan Deuteronomis. Secara umum kitab ini memiliki hubungan dekat dengan ideologi kitab Ulangan.

Strutur kitab ini secara ringkas adalah sebagai berikut :
Bab 1-25, berisi pengenalan dan kisah mengenai panggilan Yeremia, beberapa potongan pendek nubuat, puisi, narasi biografi.
Bab 26-29, berisi beberapa kisah pertemuannya dengan nabi lain atau berbagai figur-figur otoritas.
Bab 30-33, berisi nubuat mengenai pengharapan dan penghiburan.
Bab 34-45, berisi kisah puitis sekitar masa penghancuran terakhir.
Bab 46-51, berisi nubuat terhadap berbagai bangsa, yang diakhiri dengan jatuhnya Yerusalem yang diambil dari 2 Raja-Raja. Para ahli meyakini beberapa dari nubuat ini adalah interpolasi dari penulis lain dari masa kemudian.

Yeremia memberitakan sebuah malapetaka yang tidak dapat dihindari, karena dosa bangsa yang melanggar perjanjian, dan hal itu merupakan esensi dari eksistensi bangsa.

Deskripsinya cukup jelas dan menakutkan. Ia mencela para pemimpin Israel, para nabi yang bekerja disekitar raja, dan sering ditemui oleh Yeremia. Para nabi tersebut adalah pembohong, karena mereka menubuatkan datangnya masa damai. Ia juga mencela para imam dan khususnya kepada raja Yoyakim anak Yosia.

Ia dapat dibandingkan dengan Mikha yang juga mengecam gagasan mengenai keteguhan Zion, bahwa ia tidak dapat digoyahkan untuk selamanya. Selama ketidakadilan dan penindasan terus dilakukan di Yehuda, kehadiran Bait Allah bukanlah jaminan akan keamanan. Yehuda akan menderita nasib yang pantas. Yahweh lalu memerintahkan Yeremia untuk pergi ke gerbang Bait Allah dan menyampaikan dengan apa yang dikenal sebagai "Khotbah Mengenai Bait Allah" pada :

Yeremia 7
3. Beginilah firman TUHAN semesta alam, Allah Israel: Perbaikilah tingkah langkahmu dan perbuatanmu, maka Aku mau diam bersama-sama kamu di tempat ini.
4. Janganlah percaya kepada perkataan dusta yang berbunyi: Ini bait TUHAN, bait TUHAN, bait TUHAN,
5. melainkan jika kamu sungguh-sungguh memperbaiki tingkah langkahmu dan perbuatanmu, jika kamu sungguh-sungguh melaksanakan keadilan di antara kamu masing-masing,
6. tidak menindas orang asing, yatim dan janda, tidak menumpahkan darah orang yang tak bersalah di tempat ini dan tidak mengikuti allah lain, yang menjadi kemalanganmu sendiri,

Kalimat diatas mengingatkan kita akan ayat-ayat pada kitab Ulangan serta 10 perintah Allah. Kecaman Yeremia terhadap kepercayaan yang mengakar kuat, mengenai perlindungan Yahweh atas Yerusalem, disertai rujukan sejarah yaitu kota Shiloh.

Kita mengingat ketika periode Hakim-Hakim, Tabut Perjanjian terus berpindah-pindah tempat, dan akhirnya beristirahat di Shiloh dalam pengawalan imam Eli dan anak-anaknya. Pada waktu itu orang Filistin berhasil menghancurkan kuil di Shiloh dan merebut Tabut Perjanjian Filistin.

Jadi kehadiran Tabut Perjanjian tidak menjadi jaminan. Dan keyakinan atas perlindungan Yahweh, yang tidak akan membiarkan Bait Allah, Yerusalem, dan raja yang di urapi nya untuk hancur, Yeremia mengatakan hal itu adalah sebuah ilusi.

Pesan politiknya menyerupai para nabi pendahulunya. Ia mengatakan bahwa adalah menyedihkan melihat Yehuda sibuk mencari aliansi untuk bertahan dan melawan kekuatan-kekuatan besar, hal itu adalah sia-sia. Dan secara dramatis ia menyatakan bahwa kehancuran dan perbudakan adalah hal yang tidak dapat dihindari. Ia berparade mengelilingi Yerusalem dengan memanggul tengkuk kayu ketika akan menyampaikan pesannya. Hal ini terdapat pada Yeremia 27-28.

Dalam Yeremia 27:6, ia mengklaim "Dan sekarang, Aku menyerahkan segala negeri ini ke dalam tangan hamba-Ku, yakni Nebukadnezar, raja Babel; juga binatang di padang telah Kuserahkan supaya tunduk kepadanya."

Ia mengejutkan penduduk Yerusalem, dengan perkataan ini, dan pada beberapa bagian, Yeremia mendesak raja untuk menyerah kepada kekuatan Babel, sebab itu adalah tanda kepasrahan terhadap kehendak Yahweh.

Untuk memastikan segala perkataannya, yang tidak populer, dapat dilestarikan, Yeremia menyuruh asistennya Baruch untuk mencatat segala yang diperintahkan Yahweh kepadanya. Bab 36 memberi kita informasi akan peristiwa tersebut. Ini menarik karena dalam narasi, Yahweh lah yang secara khusus memerintahkan penulisannya:

Yeremia 36
1. Dalam tahun yang keempat pemerintahan Yoyakim bin Yosia, raja Yehuda, datanglah firman ini dari Yahweh kepada Yeremia, bunyinya:
2. "Ambillah kitab gulungan dan tulislah di dalamnya segala perkataan yang telah Kufirmankan kepadamu mengenai Israel, Yehuda dan segala bangsa, dari sejak Aku berbicara kepadamu, yakni dari sejak zaman Yosia, sampai waktu ini.
...
4. Jadi Yeremia memanggil Barukh bin Neria, lalu Barukh menuliskan dalam kitab gulungan itu langsung dari mulut Yeremia segala perkataan yang telah difirmankan Yahweh kepadanya.

Pada saat ini Yeremia mengasingkan diri, karena secara politis ia tidak populer, sehingga ia memerintahkan Baruch untuk pergi ke Bait Allah dan membacakan kepada semua orang. Para pejabat melapor kepada raja, mengenai pesan subversif yang dibacakan Baruch.

Kemudian Baruch juga ikut mengasingkan diri; gulungan itu lalu disobek dan dibakar oleh raja. Dan kembali Yahweh menyuruh Yeremia itu menulis ulang firman yang telah dibakar, namun kali ini dengan beberapa tambahan.

Melihat hal tersebut, beberapa ahli biblikal, berpendapat bahwa apa yang ditulis oleh Baruch kemungkinan adalah yang kemudian menjadi isi dari bab 1-25 kitab ini. Kisah ini juga memberi kita beberapa informasi mengenai proses nubuat, yang tampaknya berupa spontanitas. Penulisan kitab Yeremia berkomitmen pada memori sang nabi.

Kita melihat Yeremia mengalami penolakan, penghinaan dan penganiayaan dari sesama orang Yahudi. Mereka memandangnya sebagai penghkhianat (karena menyarankan agar menyerah terhadap Babel), ia dicambuk, dipenjara. Dan hidup dalam persembunyian, ia mengalami permasalahan hidup pada masa yang sulit. Kita juga dapat melihat terdapat informasi mengenai keadaan emosional sang nabi, yang mana tidak kita dapat pada kitab lain. Ia sangat menderita; ia menangisi Yerusalem pada bab 8-9.

Kita dapat merasakan gejolak penderitaannya, pada kelompok ayat yang disebut sebagai "Pengakuan Yeremia" yang tersebar dalam bab 11, 12, 15, 17, 18, 20. Beberapa orang mempertanyakan keasliannya, namun hal tersebut menggambarkan potret yang menarik dari Yeremia. Ia mengutuk hari ia dilahirkan; ia menuduh Yahweh telah menipunya, karena menyuruhnya untuk menjadi utusan Yahweh namun hanya mendapatkan penghinaan dan rasa malu, dan ia tidak dapat menanggungnya. Namun firman Yahweh yang berkecamuk dalam dirinya mengharuskan ia bernubuat, dan ia merasakan lebih baik tidak dilahirkan dari pada merasakan penderitaan tiada henti. Berikut ayat-ayat tersebut:

Yeremia 20:7-18
7. Engkau telah membujuk aku, ya Yahweh, dan aku telah membiarkan diriku dibujuk; Engkau terlalu kuat bagiku dan Engkau menundukkan aku. Aku telah menjadi tertawaan sepanjang hari, semuanya mereka mengolok-olokkan aku.
8. Sebab setiap kali aku berbicara, terpaksa aku berteriak, terpaksa berseru: "Kelaliman! Aniaya!" Sebab firman Yahweh telah menjadi cela dan cemooh bagiku, sepanjang hari.
9. Tetapi apabila aku berpikir: "Aku tidak mau mengingat Dia dan tidak mau mengucapkan firman lagi demi nama-Nya", maka dalam hatiku ada sesuatu yang seperti api yang menyala-nyala, terkurung dalam tulang-tulangku; aku berlelah-lelah untuk menahannya, tetapi aku tidak sanggup.
10. Aku telah mendengar bisikan banyak orang: "Kegentaran datang dari segala jurusan! Adukanlah dia! Kita mau mengadukan dia!" Semua orang sahabat karibku mengintai apakah aku tersandung jatuh: "Barangkali ia membiarkan dirinya dibujuk, sehingga kita dapat mengalahkan dia dan dapat melakukan pembalasan kita terhadap dia!"
11. Tetapi Yahweh menyertai aku seperti pahlawan yang gagah, sebab itu orang-orang yang mengejar aku akan tersandung jatuh dan mereka tidak dapat berbuat apa-apa. Mereka akan menjadi malu sekali, sebab mereka tidak berhasil, suatu noda yang selama-lamanya tidak terlupakan!
12. Ya Yahweh semesta alam, yang menguji orang benar, yang melihat batin dan hati, biarlah aku melihat pembalasan-Mu terhadap mereka, sebab kepada-Mulah kuserahkan perkaraku.
13. Menyanyilah untuk Yahweh, pujilah Yahweh! Sebab ia telah melepaskan nyawa orang miskin dari tangan orang-orang yang berbuat jahat.
14. Terkutuklah hari ketika aku dilahirkan! Biarlah jangan diberkati hari ketika ibuku melahirkan aku!
15. Terkutuklah orang yang membawa kabar kepada bapaku dengan mengatakan: "Seorang anak laki-laki telah dilahirkan bagimu!" yang membuat dia bersukacita dengan sangat.
16. Terjadilah kepada hari itu seperti kepada kota-kota yang ditunggangbalikkan Yahweh tanpa belas kasihan! Didengarnyalah kiranya teriakan pada waktu pagi dan hiruk-pikuk pada waktu tengah hari!
17. Karena hari itu tidak membunuh aku selagi di kandungan, sehingga ibuku menjadi kuburanku, dan ia mengandung untuk selamanya!
18. Mengapa gerangan aku keluar dari kandungan, melihat kesusahan dan kedukaan, sehingga hari-hariku habis berlalu dalam malu?

Yang menarik adalah walau Yeremia mengkritik sangat keras para kelompok otoritas & keagaamaan (seperti para pemuka istana, juru tulis, para nabi, para imam) dan menyebut mereka sebagai pembohong, namun kata-kata Yeremia dilestarikan oleh para juru tulis istana, yakni para editor Deuteronomis.

Setelah kejatuhan Yehuda, Yeremia menyingkir ke negeri Mesir dan wafat di sana. Dia tidak berhenti dari pekerjaannya, di mana ia terus mengecam orang-orang. Kita memiliki catatan tentang bagaimana ia mencela orang-orang Yehuda yang mengungsi di Mesir karena menyembah ratu surga:

Yeremia 44
1. Firman yang datang kepada Yeremia untuk semua orang Yehuda yang diam di tanah Mesir, di Migdol, di Tahpanhes, di Memfis dan di tanah Patros:
...
8. Mengapa kamu mau menimbulkan sakit hati-Ku dengan perbuatan tanganmu, yakni membakar korban kepada allah lain di tanah Mesir yang kamu masuki untuk tinggal sebagai orang asing di sana? Mengapa kamu mau menjadi kutuk dan aib di antara segala bangsa di bumi?
...
18. Tetapi sejak kami berhenti membakar korban dan mempersembahkan korban curahan kepada ratu sorga, maka kami kekurangan segala-galanya dan kami dihabiskan oleh pedang dan kelaparan
...
29. Inilah tanda bagimu, demikianlah firman TUHAN, bahwa Aku akan menghukum kamu di tempat ini, supaya kamu mengetahui bahwa perkataan-perkataan-Ku terhadap kamu akan sungguh-sungguh terwujud untuk kecelakaanmu.
30. Beginilah firman TUHAN: Sesungguhnya, Aku menyerahkan Firaun, Hofra, raja Mesir, ke dalam tangan musuhnya dan ke dalam tangan orang-orang yang berusaha mencabut nyawanya, sama seperti Aku telah menyerahkan Zedekia, raja Yehuda, ke dalam tangan Nebukadnezar, raja Babel, musuhnya yang berusaha mencabut nyawanya."


Bab 7. Fitur Unit Dari Pesang Penghiburan Yeremia.

Seperti para nabi sebelumnya, Yeremia juga menyeimbangi pesan-pesannya dengan penghiburan, ada beberapa fitur yang menarik dan unik dari penghiburan ala Yeremia. Bagian itu dapat ditemukan pada bab 30-33 di mana terdapat nubuat penuh pengharapan. Dia membayangkan sebuah restorasi; masa pembuangan akan berakhir, dan sebuah fakta menarik adalah Yeremia adalah satu-satu nya yang mengutarakan, masa waktu dari kekuasaan para bangsa Babel, selama 70 tahun.

Yeremia di Yerusalem menulis surat kepada orang buangan gelombang pertama di babel pada tahun 597 SM, hal ini dapat ditemukan pada Yeremia 29, ia berisi nasehat yang luar biasa, ia menyarankan orang buangan ini untuk menetap dan tinggal disana menanti waktu untuk kembali. Ada batas waktu mereka berada disana. Dia juga memperingatkan mereka untuk tidak mendengarkan para nabi palsu yang mengatakan bahwa mereka akan kembali dengan segera, itu adalah penipuan. Orang Yehuda ini harus melayani raja Babel agar terus hidup.

Yeremia 29:4-7
4. "Beginilah firman TUHAN semesta alam, Allah Israel, kepada semua orang buangan yang diangkut ke dalam pembuangan dari Yerusalem ke Babel:
5. Dirikanlah rumah untuk kamu diami; buatlah kebun untuk kamu nikmati hasilnya;
6. ambillah isteri untuk memperanakkan anak laki-laki dan perempuan; ambilkanlah isteri bagi anakmu laki-laki dan carikanlah suami bagi anakmu perempuan, supaya mereka melahirkan anak laki-laki dan perempuan, agar di sana kamu bertambah banyak dan jangan berkurang!
7. Usahakanlah kesejahteraan kota ke mana kamu Aku buang, dan berdoalah untuk kota itu kepada TUHAN, sebab kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu.

Dengan kata lain pesan ini adalah, mereka masih menetap untuk jangka waktu yang lama, dan jangan tertipu oleh ucapan para nabi palsu yang mengatakan bahwa waktu kembali sudah dekat. Yahweh memiliki rencana lain. Dan itu adalah rencana baik bukan kehancuran, dan itu adalah memberikan masa depan yang penuh pengharapan.

Setelah 70 tahun, kata Yeremia, akan ada perang besar, dan semua bangsa akan kembali ke tanah air mereka, termasuk Yehuda & Israel. Zion akan diakui sebagai kota suci dan dinasti Daud akan kembali memerintah. Sebuah perjanjian baru akan dibuat oleh Israel. Dan kali ini itu adalah perjanjian yang akan terukir di hati, dan menjadi sifat manusia.

Yeremia 31:31-34
31. Sesungguhnya, akan datang waktunya, demikianlah firman Yahweh, Aku akan mengadakan perjanjian baru dengan kaum Israel dan kaum Yehuda,
32. bukan seperti perjanjian yang telah Kuadakan dengan nenek moyang mereka pada waktu Aku memegang tangan mereka untuk membawa mereka keluar dari tanah Mesir; perjanjian-Ku itu telah mereka ingkari, meskipun Aku menjadi tuan yang berkuasa atas mereka, demikianlah firman Yahweh.
33. Tetapi beginilah perjanjian yang Kuadakan dengan kaum Israel sesudah waktu itu, demikianlah firman Yahweh: Aku akan menaruh Taurat-Ku dalam batin mereka dan menuliskannya dalam hati mereka; maka Aku akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi umat-Ku.
34. Dan tidak usah lagi orang mengajar sesamanya atau mengajar saudaranya dengan mengatakan: Kenallah Yahweh! Sebab mereka semua, besar kecil, akan mengenal Aku, demikianlah firman Yahweh, sebab Aku akan mengampuni kesalahan mereka dan tidak lagi mengingat dosa mereka."

Ini adalah gagasan yang luar biasa. Ia nampaknya mengungkapkan beberapa ketidakpuasan dengan unsur kehendak bebas pada manusia, dan dinyatakan sebagai sangat penting dalam Alkitab.

Kehendak bebas yang bisa menjatuhkan pilihan pada hal yang buruk dan menimbulkan ketidak-taatan serta kejahatan. Yeremia menjadi kewalahan karena hal itu. Sehingga dalam inspirasi yang ideal dan utopis, yang walau tidak menghilangkan kehendak bebas, ia menggambarkan situasi di mana manusia di desain untuk mematuhi perjanjian Yahweh. Ini adalah hal yang akan dikembangkan dalam kitab berikutnya.

Terdapat sebuah bagian yang indah di mana Yeremia menggambarkan masa restorasi dari Bait Allah. Menyajikan persembahan (lagi), menyanyikan mazmur dan pujian, dan ini sangat kontras dengan

Yeremia 25:10
Aku akan melenyapkan dari antara mereka suara kegirangan dan suara sukacita, suara pengantin laki-laki dan pengantin perempuan, bunyi batu kilangan dan cahaya pelita.

dan

Yeremia 33:10-11
10. Beginilah firman yahweh: Di tempat ini, yang kamu katakan telah menjadi reruntuhan tanpa manusia dan tanpa hewan, di kota-kota Yehuda dan di jalan-jalan Yerusalem yang sunyi sepi itu tanpa manusia, tanpa penduduk dan tanpa hewan,
11. akan terdengar lagi suara kegirangan dan suara sukacita, suara pengantin laki-laki dan suara pengantin perempuan, suara orang-orang yang mengatakan: Bersyukurlah kepada Yahweh semesta alam, sebab Yahweh itu baik, bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya!, sambil mempersembahkan korban syukur di rumah Yahweh. Sebab Aku akan memulihkan keadaan negeri ini seperti dahulu, firman yahweh.

Ringkasan Akhir.

Berikut ringkasan mengenai para nabi yang hidup di masa akhir kehancuran (sebelum kita membahas mengenai masa di pengasingan pada kuliah mendatang):

Kejatuhan Yerusalem menghancurkan fondasi dari negara dan wilayah, serta budaya dan keagamaan Israel. Bangsa Babel telah membakar Bait Allah hingga rata dengan tanah, mereka mendeportasi penduduk Yerusalem menuju pengasingan di babel, dan hanya menyisakan orang-orang kelas bawah untuk bercocok tanam, mereka hanya mendeportasi orang-orang yang memiliki keahlian dan berpendidikan, hal ini untuk mencegah timbulnya pemberontakan.

Peristiwa itu adalah akhir dari rentetan tragedi yang telah dimulai berabad-abad sebelumnya, dan ditafsirkan sebagai penggenapan dari kutukan perjanjian. Ini adalah akhir dari monarki dinasti Daud. Walaupun sejarawan Deuteronomis menutup peristiwa ini dengan anak raja Yoyakim masih tetap hidup dan tinggal di Babel, ini seperti memberi pengharapan bahwa garis keturunan itu tidak benar-benar musnah.

Sekarang semua institusi di Yehuda telah berakhir, akhir dari kuil, para imam, dan Israel sebagai bangsa. Hal ini adalah sebuah ujian besar bagi Israel. Dan pilihan untuk membaca peristiwa ini adalah, Yahweh telah meninggalkan mereka, atau kah Yahweh telah dikalahkan oleh dewa Marduk, sesembahan bangsa Babel. Dan Israel berasimilasi terhadap negeri baru mereka. Tentu saja terdapat orang Israel yang mengarah pada jalan ini, namun sebagian yang lain, yang memiliki akar kuat akan Yahwinisme  tidak akan berpaling, dan orang-orang ini lah yang meninggalkan kita literatur Alkitab.

Bagaimana kepercayaan ini bisa bertahan hidup, diluar dari kerangka budaya nasional Israel, yang jauh dari Bait Allah dan tanah air mereka, yang telah terbuang dan tersebar di beberapa wilayah? Dapatkan keagamaan Israel bertahan hidup tanpa fondasi dan institusi dan berada di negeri asing, ataukah musnah seperti keagamaan nasional bangsa lain? Kita akan mendengar rintihan pilu dan keputusasaan, yang mereka alami saat itu dalam ayat-ayat kitab Mazmur.

Mazmur 137:1-6
1. Di tepi sungai-sungai Babel, di sanalah kita duduk sambil menangis, apabila kita mengingat Sion.
2. Pada pohon-pohon gandarusa di tempat itu kita menggantungkan kecapi kita.
3. Sebab di sanalah orang-orang yang menawan kita meminta kepada kita memperdengarkan nyanyian, dan orang-orang yang menyiksa kita meminta nyanyian sukacita: "Nyanyikanlah bagi kami nyanyian dari Sion!"
4. Bagaimanakah kita menyanyikan nyanyian TUHAN di negeri asing?
5. Jika aku melupakan engkau, hai Yerusalem, biarlah menjadi kering tangan kananku!
6. Biarlah lidahku melekat pada langit-langitku, jika aku tidak mengingat engkau, jika aku tidak jadikan Yerusalem puncak sukacitaku!

Ini adalah pesan dari para nabi yang membantu beberapa orang Israel (Yehuda) untuk memahami situasi mereka, dan cara ini membuat mereka berbeda dan menjadi resisten terhadap asimilasi. Dan mungkin ini adalah alasan untuk melestarikan tulisan-tulisan para nabi, meskipun mereka dahulu dihina dan diacuhkan pada masa hidup mereka sendiri.

Yahweh tidak dikalahkan! Klaim mereka. Bencana besar yang menimpa bangsa bukanlah menggugurkan kekuasaan dan perjanjian-Nya, malah itu adalah bukti. Para nabi telah berkata benar, ketika mereka mengatakan bahwa kehancuran akan menimpa jika orang-orang tidak berpaling dari segala pelanggaran terhadap perintah Yahweh.

Jadi, bukannya kehilangan iman kepada Yahweh, kekalahan dan pengasingan jika dilihat dari sudut pandang para nabi, memiliki potensi untuk meyakinkan orang-orang Yahudi, akan sebuah kebutuhan untuk menunjukkkan pengabdian mutlak dan tak terbagi kepada Yahweh dan perintah-Nya, sehingga paradoks terbesar mengenai keputusasaan nasional dapat diubah oleh para nabi menjadi sebuah kesempatan untuk pembaharuan iman.

Kontribusi terbesar dari para nabi adalah penekanan mereka pada keinginan Yahweh akan nilai moralitas seperti yang tertuang dalam perjanjian kuno. Kontribusi terbesar Yeremia adalah pada desakan perjanjian yahweh yang kekal dengan umat-nya, bahkan jika mereka berada di luar dari tanah perjanjian, dan meskipun telah kehilangan simbol-simbol keagamaan bangsa seperti Bait Allah, kota suci, dinasti Daud.

Penekanan bahwa hubungan orang yang setia dengan Yahweh tidak akan hancur, bahkan di negeri asing/penyembah berhala, ketika ditambahkan kedalam gagasan Yeremia mengenai sebuah perjanjian yang baru, orang-orang di pembuangan ini menemukan sebuah ide baru yang akan mengubah bangsa Israel kedalam agama Yahudi atau Yudaisme.

Berikutnya kita akan membahas 2 nabi pada periode setelah kehancuran yang membantu bangsa ini merumuskan sebuah respon yang layak atas tragedi yang telah menimpa mereka. Ini adalah titik dimana kita akan mulai menggunakan istilah Yudaisme.

Kembali ke Index Artikel

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Apakah Abraham Berasal Dari Ur atau Haran?

Abraham berasal dari kota Haran dan bukan dari kota Ur-Kasdim, ya itulah pendapat beberapa para ahli biblikal moderen, mengapa mereka berpen...