Senin, 24 Oktober 2016

Pengantar Alkitab Ibrani (3)

Kuliah 3 - Alkitab dalam Latar Kebudayaan Timur-Tengah Kuno.

Bab 1. Kisah Penciptaan dalam Enuma Elish.

Salah satu ilmuwan yang menulis secara fasih dan mendalam tentang adaptasi corak budaya Timur-Tengah kuno kedalam literatur Akitab adalah Nahum Sarna. Dan kita akan membahas cukup dalam tentang karya Sarna juga karya ilmuwan lainnya yang mendedikasikan waktu mereka untuk mebandingkan legenda di Timur-Tengah kuno dan Alkitab.

Kita mulai dengan kitab Kejadian 1-2, dan kita memakai epik bangsa Babel/Babilon sebagi komparasinya. Epik ini dikenal dengan kata-kata pembukaanya, Enuma Elish, yang secara literal berarti "Ketika di ketinggian".

Epik ini berbicara tentang situasi sebelum penciptaan langit dan bumi. Tidak ada satu pun yang muncul kecuali air, dan air terdiri dari 2 bentuk. Ada air tawar purba, yang dikenal sebagai pemimpin para dewa dan berkelamin laki-laki, bernama dewa Apsu. Serta air laut purba yang juga merupakan pemimpin para dewa, ia berkelamin wanita dan bernama Tiamat.

Tiamat sering digambarkan sebagai naga raksasa yang beringas seperti monster. Berikut saya bacakan cuplikan dari terjemahan Enuma Elish :

    When on high the heaven had not been named,
    Firm ground below had not been called by name,
    Naught but primordial Apsu, their begetter,
    [And] Mummu-Tiamat, she who bore them all,
    Their waters co-mingling as a single body;
    No reed hut had been matted, no marsh land had appeared,
    When no gods whatever had been brought into being,
    Uncalled by name, their destinies undetermined — ;
    Then it was that the gods were formed within them.

ketika langit yang tinggi belum memiliki nama,
dan bumi dibawahnya belum pula menyandang nama,
Adalah sang purba Apsu, si perancangnya,
Dan Mummu-Tiamat, yang melahirkan mereka,
Perairan mereka bercampur menjadi satu;
Belum ada pondok yang tampak, dan belum ada rawa-rawa yang muncul,
Ketika belum ada satu pun dewa yang diciptakan,
Belum pula tersebut nama mereka, takdir mereka belum ditentukan -;
Demikianlah para dewa akan muncul dari mereka.

Terjadi semacam pembauran atau penyatuan dari mahluk illahi utama yang lelaki dan perempuan, sebuah penyatuan sexual antara Apsu dan Tiamat yang memulai terciptanya dewa-dewi dan juga menghasilkan iblis pertama serta monster. Seiring berjalannya waktu, Tiamat dan Apsu menjadi terganggu oleh keributan yang ditimbulkan oleh para dewa muda ini.

    The divine brothers banded together,
    They disturbed Tiamat as they surged back and forth,
    Yea, they troubled the mood of Tiamat
    By their hilarity in the Abode of Heaven.
    …
    Apsu, opening his mouth,
    Said unto resplendent Tiamat:
    "Their ways are verily loathsome unto me.
    By day I find no relief, nor repose by night.
    I will destroy, I will wreck their ways,
    That quiet may be restored. Let us have rest."
    …
    Then answered Mummu, [Mummu Tiamat] giving counsel to Apsu;
    [Ill-wishing] and ungracious was Mummu's advice:
    "Do destroy, my father, the mutinous ways.
    Then shalt thou have relief by day and rest by night."
    When Apsu heard this, his face grew radiant
    Because of the evil he planned against the gods, his sons.

Ketika para dewa muda bersaudara ini berkumpul,
mereka mengganggu Tiamat ketika mereka bercanda dan bermain,
Ya, mereka mengganggu suasana hati Tiamat,
ketika mereka bergembira-ria disurga.
...
Apsu, membuka mulutnya,
Berkata kepada Tiamat yang bercahaya:
"Kelakuan mereka sungguh mengganguku.
Aku tidak menemukan ketenangan, dan tidak dapat beristirahat di malam hari.
Aku akan menghentikan, akan kuhentikan kelakuan mereka,
agar kita mendapatkan ketenangan. Dan dapat beristirahat."
...
Kemudian jawab Mummu, [Tiamat] memberi nasehat kepada Apsu;
Penghancuran adalah saran Mummu:
"Hancurkan lah, ayah, cara ini sungguh keji.
Kemudian engkau akan dapat beristirahat pada siang dan malam hari."
Ketika Apsu mendengar hal ini, wajahnya berseri
Karena kejahatan yang rencanakan atas para dewa, anak-anak mereka.

Jadi ia memutuskan untuk menghancurkan para dewa namun ia digagalkan oleh dewa kombinasi tanah dan air yang bernama Ea. Dan Apsu terbunuh. Tiamat sekarang menjadi murka dan ia bertekat untuk membalas dendam. Dia lalu menyusun rencana untuk menyerang para dewa dengan pasukan yang dikumpulkannya. Para dewa menjadi ketakutan, dan mereka mencari seorang pemimpin untuk memandu mereka melawan bala tentara Tiamat, dan mereka menunjuk Marduk.

Marduk setuju untuk memimpin mereka dalam pertempuran melawan Tiamat dan jendralnya yang bernama Kingu, ia lalu memberi sebuah permintaan agar diberi hak untuk berdaulat.

kebesaran hatinya, ia berkata kepada ayahnya:
"Pencipta para dewa, takdir dari dewa agung,
jika saya memang, sebagai pembalas dendam mu,
untuk mengalahkan Tiamat dan menyelamatkan nyawamu,
Membentuk majelis, mendeklarasikan takdir utamaku!
..Biarkanlah kata-kata ku, bukan anda, menjadi penentu nasib.
Tidak akan berubah segala sesuatu yang aku ciptakan,
Tidak akan berubah perintah dari bibirku.

Setelah perjanjian ditetapkan. Marduk berhasil memukul Tiamat dalam pertempuran yang sangat sengit, dan berikut rincian kematiannya.

    In fury, Tiamat cried out aloud,
    To the roots her legs shook both together.
    …Then joined issue, Tiamat and Marduk…,
    They strove in single combat, locked in battle.
    The lord [Marduk] spread out his net to enfold her,
    The Evil Wind, which followed behind, he let loose in her face.
    When Tiamat opened her mouth to consume him.
    He drove in the Evil Wind that she close not her lips.
    As the fierce winds charged her belly,
    Her body was distended and her mouth was wide open.
    He released the arrow, it tore her belly,
    It cut through her insides, splitting the heart.
    Having thus subdued her, he extinguished her life.
    He cast down her carcass to stand upon it.

Dengan murka, Tiamat berseru,
Kepada kakinya yang bergetar.
... kemudian keduanya berhadapan, Tiamat dan Marduk ...
Mereka terlibat dalam pertempuran 1 lawan 1.
Tuan [Marduk] menebar jala nya dan terjaring lah ia,
Angin badai, yang mengikut dari belakang, ia meninggalkan luka di wajahnya.
Ketika Tiamat membuka mulut untuk menelannya.
Ia mengeluarkan Angin badai yang membuat bibirnya terkunci.
Ketika Badai angin merobek perutnya,
Tubuhnya membengkak dan mulutnya terbuka lebar.
Ia mencabut panah, yang merobek perutnya,
Itu mencabiknya dari dalam, dan membelah jantungnya.
Setelah menundukkan nya, ia membunuhnya.
Dia melempar mayatnya dan berdiri diatasnya.

Nah, apa yang anda lakukan terhadap bangkai monster raksasa? Anda membangun dunia, dan itulah yang dilakukan oleh Marduk. Dia mengambil bangkai itu, memutilasinya menjadi dua, satu menjadi firmament/cakrawala/surga. Bagian lainnya menjadi tanah, bumi.

    He split her like a shellfish into two parts.
    Half of her he set up and ceiled it as sky,
    Pulled down the bar and posted guards.
    He bade them to allow not her waters to escape.

Dia membelahnya seperti kulit kerang menjadi 2 bagian.
Setengah dari dirinya ia jadikan atap atau langit,
ia menarik kebawah dan menempatkan penjaga disana.
Ia memerintahkan mereka agar perairannya tidak melarikan diri.

Jadi ia menggunakan tubuhnya untuk mendorong perairannya dan hal itu menjadi atap, itulah langit-langit, cakrawala, selembar struktur bangunan yang menahan air. Ketika mereka menumbus pada lubang-lubang kecil, itulah air hujan. Bagian bawah bangkai Tiamat menjadi tanah atau bumi, yang menekan air kebawah. Mereka muncul dalam bentuk mata air dan sungai, laut serta danau.

Begitulah dunia diciptakan, namun hal ini tidak berhenti disana, ia lalu menciptakan berbagai benda langit. "Dia menciptakan tempat berdiam untuk para dewa" - berbagai benda langit dipercaya sebagai tempat tinggal para dewa.


    Fixing their astral likenesses as constellations.
    He determined the year by designating the zones;
    He set up three constellations for each of the twelve months.
    …
    The moon he caused to shine, the night to him entrusting.

Memperbaiki langit seperti rasi bintang.
Dia menentukan tahun dengan membagi zona waktu;
Dia mendirikan 3 rasi bintang untuk setiap 12 bulan.
...
Bulan dibuatnya bersinar, dan berkuasa atas malam hari.

Dan kemudian berbagai keluhan mulai bermunculan. Para dewa menjadi tidak puas terhadap tugas-tugas yang dibebankan atas mereka untuk memelihara alam semesta. Dewa bulan harus bertugas pada malam hari dan menggantung dilangit untuk kemudian turun kembali. Demikian pula matahari harus berguling dilangit dan mereka kurang puas akan tugas ini, mereka ingin dibebaskan dari tugas mereka, dan Marduk memenuhi permintaan mereka.

Ia lalu mengambil darah dari jendral Kingu yang dibunuhnya, sang jendral dari tentara Tiamat, para pemberontak, dan ia menciptakan manusia dengan tujuan untuk membebaskan para dewa dari pekerjaan kasar.

    Blood I will mass and cause bones to be.
    I will establish a savage, "man" shall be his name,
    Verily, savage man I will create.
    He shall be charged with the service of the gods
    That they might be at ease.
    …
    "It was Kingu who contrived the uprising,
    And made Tiamat rebel, and joined battle."
    [So] They bound him, holding him before Ea.
    …[And] Out of [Kingu's] blood they fashioned mankind
    [And] Ea imposed the service and let free the gods.

Darah akan ku kumpulan dan tersisa tulang.
Akan aku ciptakan sang buas, "manusia" adalah namanya,
Sesungguhnya, manusia biadab akan aku ciptakan.
Dia akan ditugaskan untuk melayani para dewa
Agar mereka merasa nyaman.
...
Adalah Kingu sang biang pemberontakan,
Dan membuat Tiamat turut bersamanya, dan ikut bertempur."
[Jadi] mereka membelenggunya, menyeretnya ke hadapan Ea.
[Dan] dari darah [Kingu] yang tercurah mereka menciptakan manusia
[Dan] Ea memerintahkan untuk melayani dan memberi para dewa kebebasan.

Peperangan Tiamat & Marduk

Demikianlah para dewa yang bersyukur sekarang mengakui kedaulatan Marduk dan mereka membangun untuknya sebuah kuil di Babilon, diucapkan "Bab-el" yang berarti gerbang dewa, gerbang para dewa. Babel berarti kota yang merupakan pintu gerbang dewa. Dan perjamuan besar pun dilaksanakan, Marduk dipuji untuk jasa-jasanya dan kerajaannya dikukuhkan, dan berakhirlah Enuma Elish.

Itulah Epik nasional dari kota Babel atau Babilon. Epik ini dibacakan setiap festival Tahun Baru/Akitu, yang merupakan festival penting dalam penanggalan kalender keagamaan. Yang menurut Nahum Sarna memiliki 4 fungsi :

1. Sebagai Theogonis, menjelaskan tentang kisah kelahiran para dewa, dari mana mereka berasal.

2. Sebagai Kosmologis, menjelaskan fenomena kosmik: tanah, langit dan benda-benda langit, serta asal usul mereka. Hal ini juga digunakan sebagai fungsi sosial dan politik, karena gambaran alam semesta atau dunia beserta strukturnya, dipakai untuk melegitimasi struktur masyarakat Babel. Posisi dan fungsi manusia adalah sebagai budak dalam masyarakat Mesopotamia. Posisi Marduk dipuncak hirarki paralel dengan wewenang dan melegitimasi raja Babel.

3. Epik ini juga menjelaskan dan mencerminkan kebangkitan Babel sebagai salah satu kota besar di Mesopotamia kuno. Ini juga menjelaskan tentang kebangkitan untuk kekuasaan, dan kebangkitan Marduk dari dewa lokal dari sebuah kota menjadi dewa yang tertinggi dari sebuah kekaisaran besar.

4. Sebagai Kultik atau pengkultusan, Menurut Sarna dan beberapa ilmuwan lainnya, konflik dan peperangan antara Tiamat dan Marduk yang digambarkan, adalah simbolisasi dari konflik atau peperangan antara kuasa kekacauan dan kuasa kosmos atau keteraturan kosmos. Dan ini adalah konflik abadi. Setiap tahun hal ini tampil dalam siklus musim, dan pada waktu tertentu dalam setahun tampak kuasa dari kekacauan yang berlaku namun ketika musim semi tiba, tatanan kosmis kembali muncul. Jadi epik ini berfungsi sebagai tulisan untuk menampilkan kembali pertempuran purba dalam pemujaan di kuil, dan penampilan tersebut untuk membantu memastikan bahwa kemenangan dari kekuatan kosmos setiap tahun akan selalu menang terhadap kuasa kekacauan dan kematian.

Jadi jika kita mengingat kembali pembahasan kita tentang teori dari Kaufman, kita mungkin dapat menggambarkan paradigma yang diungkapkan oleh dokumen Enuma Elish, dan itulah yang dilakukan oleh Sarna. Kita akan melihat semua pandangan ini dari 3 kategori yang berbeda: dari sudut pandang para dewa, manusia dan dunia.

Pertama para dewa, mereka jelas terbatas. Dewa bisa membuat rencana dan mereka dapat digagalkan oleh dewa lain yang kemudian bisa membunuh dewa tersebut. Mereka tidak memiliki moralitas, beberapa dari mereka adalah lebih baik dari yang lain, namun mereka tidak bermoral baik dan suci. Mereka muncul dari alam purba yang berbeda, pencampuran dari perairan tawar dan asin, itu lah sumber dari segala mahluk dan sumber kekuatan yang paling utama, namun mereka dapat menua, termakan usia, mereka bertempur dan mati. Mereka tidak sepenuhnya baik atau jahat, dan tidak ada kehendak dewa yang mutlak.

Potret manusia muncul sebagai mahluk yang rendah dan tidak lah penting. Mereka adalah budak bagi para dewa, yang hanya meminta pelayanan dan tidak perduli terhadap mereka, dan para dewa menciptakan manusia agar mereka melakukan tugas pemeliharaan di dunia ini. Pada tahap tertentu mereka dipandang hanya sebagai budak dan pion.

Potret tentang dunia yang muncul dari kisah ini adalah sebagai tempat yang netral secara moral. Hal ini berarti, bagi manusia, dunia adalah tempat yang sulit dan berbahaya. Hidup yang terbaik adalah melayani para dewa, untuk mendapatkan berkah dan mungkin perlindungan, namun demikian kehendak dan kekuatan dari para dewa itu adalah terbatas, karena ia bisa saja dikalahkan.

Bab 2. Kisah Penciptaan Dalam Kitab Kejadian

Sekarang kita beralih pada Alkitab, sebenarnya ada 2 kisah penciptaan dan ada beberapa kontradiksi diantara mereka. Dan kita mulai dari yang pertama.

Jika kita membaca kisah dalam Alkitab akan muncul gambar yang berbeda. Allah biblikal dalam cerita ini disajikan sebagai mahluk yang tertinggi dan tak terbatas. Hal ini karena tidak adanya mitologi. Saya menggunakan istilah mitologi dalam arti yang digunakan oleh Kaufman. Yaitu cerita yang berhubungan dengan kelahiran dan kisah kehidupan para dewa dan mahluk setengah dewa, kadangkala tokoh legenda. Kisah penciptaan dalam Alkitab adalah non-mitologi karena tidak ada biografi Allah disana. Allah tidak terlahirkan, tidak ada theogoni disana.

Ini juga waktu yang tepat untuk menjelaskan perbedaan antara mitologi dan mitos: 

Mitos adalah istilah yang digunakan untuk merujuk pada cerita tradisional. Seringkali kisahnya fantastis, dan berkaitan dengan peristiwa imajinatif yang diklaim terjadi dalam sejarah manusia, bukan di alam primordial yaitu sebelum terjadinya waktu, dan mitos dirancang untuk menjelaskan beberapa kegiatan atau ritual atau kebiasaan/tradisi atau fenomena alam atau eksistensi dari sesuatu, kadang kala ia adalah cerita yang dipakai untuk menjelaskan sebuah kebenaran secara terselebung, contohnya adalah perumpamaan, atau alegori.

Dan demikianlah klaim yang sering disebut bahwa Alkitab tidak memiliki mitologi, yang memang tidak fokus pada kisah tentang kehidupan para dewa, namun ia secara meyakinkan mengandung mitos. Ia memiliki cerita-cerita tradisional dan legenda-legenda, beberapa cukup fantastis, dan tujuannya adalah untuk menjelaskan bagaimana, mengapa serta apakah sesuatu itu.

Kembali kepada kitab Kejadian 1, kita tidak memiliki theogoni dan mitologi dalam bab pembukaan ini, sebaliknya kita memiliki satu dewa tertinggi, yang menjadi pencipta dan berdaulat atas dunia, yang tidak terlahirkan, dan tidak ada yang setara dengannya, dan sebagainya... Penciptaan terjadi melalui kehendak-Nya. "Ketika Allah mulai menciptakan langit dan bumi,...... Berfirmanlah Allah: 'Jadilah terang.' Lalu terang itu jadi. " Ia mengungkapkan kehendak-Nya bahwa jadilah cahaya, dan cahaya itu muncul, dan ini berbeda dengan kosmologi di Timur-Tengah kuno yang selalu melibatkan aktivitas sexual dalam karya penciptaan. Setiap penciptaan adalah hasil dari perkawinan, hasil pencampuran antara jantan dan betina yang pertama. Sebenarnya ini memiliki kemiripan dengan kisah penciptaan di Mesir kuno, dimana dewa Ptah hanya berkehendak "biarkan ini menjadi." Bunyinya sangat mirip dengan Kejadian 1, namun masih terjadi aktivitas sexual yang mengikuti ekspresi kehendak mereka, sehingga masih tetap berbeda.

Sekarang kita melihat gambaran tentang manusia, dalam Alkitab kemunculan manusia berbeda dengan Enuma Elish. Dalam kitab Kejadian, manusia adalah sangat penting; Dan sebenarnya kisah tentang manusia ini, muncul pada dua versi kisah penciptaan (pada kejadian 1,2-3). Kedua kisah ini berbeda versi namun keduanya memberi signal tentang posisi unik dan bermartabatnya umat manusia. Dalam versi pertama di kitab Kejadian 1, penciptaan manusia adalah perbuatan Allah yang paling klimaks; setelah Allah beristirahat.

Dan tanda dari pentingnya manusia adalah ia diciptakan menurut gambar Allah (Kejadian 1:26), "Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita." Apakah maksud kalimat ini? Kita lihat kelanjutan dari ayat tersebut, dan kita mendapatkan beberapa jawaban. Karena manusia, akan diberikan tugas khusus dan hak atas dunia yang telah diciptakan. Sebuah ciptaan yang sangat penting sebagai pembeda dalam hal tertentu dengan para binatang. Bagaimana manusia dibedakan dengan binatang? anda pasti mempunyai daftar panjang sebagai jawabannya, dan itu pasti mengandung hal-hal seperti kemampuan bahasa dan pemikiran yang lebih tinggi atau mampu berpikir abstrak, memiliki nurani, pengendalian diri, kehendak bebas. Jadi itulah karakteristik khusus yang diberi kepada manusia agar ia memiliki hak-hak tertentu dan tugas terhadap ciptaan lainnya.

Diciptakan menurut gambar Allah mempunyai implikasi lanjut. Ia menyiratkan bahwa kehidupan manusia itu adalah suci dan layak mendapatkan perawatan dan perlindungan khusus. Dan demikian lah dalam

Kejadian 9:6 kita membaca
"Siapa yang menumpahkan darah manusia, darahnya akan tertumpah oleh manusia, sebab Allah membuat manusia itu menurut gambar-Nya sendiri." 

Ini adalah pernyataan larangan absolut terhadap pembunuhan. Tidak ada cara untuk mengkompensasi sebuah pembunuhan, itu berarti seseorang akan kehilangan nyawanya sendiri. Itulah pandangan Alkitab tentang suci nya kehidupan manusia.

Jadi, konsep tentang citra illahi dalam manusia adalah sebuah gagasan yang sangat hebat, dan ini memutuskan konsep kuno lainnya tentang manusia. Manusia juga bukan lah mahluk rendahan dari Allah, dan juga merupakan antitesis dari konsep kuno lainnya. Dimana dalam Enuma Elish, melayani para dewa adalah tugas yang diberikan kepada manusia agar para dewa mendapat kebebasan - mereka tidak perlu mengkhawatirkan soal apa pun karena manusia akan mengurus para dewa - disini kita memiliki konsep sebaliknya.

Komunikasi pertama dari Allah terhadap manusia yang ciptaan-Nya adalah mengenai perhatian terhadap kebutuhan fisik dan kesejaheraan mahluk-Nya. Dalam :

Kejadian 1:28-29
"Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: 'Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi.' Berfirmanlah Allah: 'Lihatlah, Aku memberikan kepadamu segala tumbuh-tumbuhan yang berbiji di seluruh bumi dan segala pohon-pohonan yang buahnya berbiji; itulah akan menjadi makananmu.'"


Kejadian 2:16
setelah kisah penciptaan, "Lalu TUHAN Allah memberi perintah ini kepada manusia: Semua pohon dalam taman ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas,..." Pikiran pertama-Nya adalah apa yang akan dimakan oleh manusia? Saya ingin kalian bertambah banyak dan berkembang biat, dan sebagainya.

Jadi, manusia dalam kitab Kejadian tidak digambarkan sebagai korban yang tak berdaya dari kekuatan alam yang buta. Mereka bukan mahluk rendah dan hamba dari dewa yang labil. Mereka adalah mahluk dengan keagungan dan bermartabat serta mereka adalah penting, sebuah obyek yang mendapatkan perhatian dari Allah sang pencipta. Mereka adalah ciptaan yang bergantung kepada yang maha kuasa.

Lalu pada kisah versi kedua, penciptaan di mulai pada Kejadian 2:4, kita membaca bahwa manusia pertama di bentuk oleh Allah melalui debu tanah atau tanah liat. Sebenarnya terdapat banyak kisah di Timur-Tengah kuno yang menceritakan bagaimana para dewa membentuk manusia dari tanah liat; kita memiliki gambar-gambar dari para dewa sebagai tukang tembikar dengan roda tembikar sedang membuat banyak anak manusia.

Dewa Khum menciptakan manusia seperti seorang ahli tembikar

Tapi kisah dalam Alkitab walau meminjam dari corak tersebut mereka menambahkan unsur emosi untuk membedakan dan mengangkat derajat manusia.

Pertama, penciptaan manusia dari tanah liat dalam kisah ini, namun sebenarnya ia adalah puncak klimaks dari penciptaan...sebenarnya bukan puncak, tapi yang kedua dari yang paling puncak, saya rasa dalam kisah ini, penciptaan yang paling puncak adalah penciptaan perempuan yang berasal dari laki-laki.

Kedua dan sangat signifikan, nampaknya ini puncak penciptaan! Allah sendiri yang menghembuskan nafas kehidupan, hidup-Nya sendiri kedalam ciptaannya.

Jadi, versi kedua penciptaan seperti halnya yang pertama, terdapat jejak kesucian yang membedakan penciptaan manusia dari ciptaan lainnya. Jadi gagasan ini bahwa manusia adalah pencampuran tanah liat, dia dibentuk dari tanah liat, namun dihidupkan oleh nafas Allah, menghasilkan paradoks yakni semacam pencampuran unsur duniawi dan illahi, ketergantungan dan kebebasan yang menandai keunikan manusia.

Yang harus diperhatikan bahwa dalam versi pertama penciptaan, tidak ada petunjuk bahwa pria dan wanita, adalah tidak setara dalam hubungannya kepada Allah. Kata Adam dalam bahasa Ibrani berarti diciptakan oleh Allah. Sebenarnya ini bukan nama yang tepat, adam adalah istilah umum. ia berarti manusia atau lebih tepatnya penduduk dunia karena ia berasal dari kata adamah, yang berarti tanah atau bumi. Jadi Adam, atau penduduk bumi, adalah sesuatu yang diambil dari tanah. Kejadian 1 menceritakan bahwa Allah menciptakan adam, penduduk dunia, "lelaki dan wanita diciptakan-Nya mereka." Ini adalah kalimat yang menjengkelkan penafsir selama berabad-abad dan telah melahirkan banyak tafsiran yang menarik.

Selain itu, penduduk dunia ini nampaknya terdiri dari lelaki dan wanita, yang merupakan gambar dari Allah. Sehingga disugestikan bahwa Allah bangsa Israel kuno tidak memiliki jenis kelamin atau gender. Adam, sang penduduk bumi, lelaki dan wanita diciptakan menurut gambar Allah. Bahkan dalam versi kedua, tidak lah jelas bahwa wanita berada dibawah pria. Banyak dari ahli tafsir Yudaisme di abad pertengahan dengan senang mengartikan bahwa wanita tidak dibuat dari kepala sehingga tidak dapat memerintah lelaki, tidak terbuat dari kaki hingga lelaki tunduk padanya; ia dibuat dari rusuknya hingga ia harus menjadi pendamping lelaki.

Dan penciptaan wanita, saya katakan adalah puncak sesungguhnya dari sebuah  kreativitas pada versi kedua penciptaan. Dengan penciptaan wanita, maka penciptaan selesai. Jadi kisah penciptaan dalam Alkitab menggambarkan manusia sebagai puncak dan tujuan dari penciptaan: semacam dewa dalam beberapa pandangan, memiliki ciri khas dan karakteristik yang berbeda, dilengkapi dengan fitur-fitur untuk menjadi pengelola dunia yang diciptakan oleh Allah.

Yang terakhir kita membahas tentang gambaran dunia, yang muncul dalam kisah penciptaan Alkitab. Dalam kisah tersebut terdapat penekanan yang sangat kuat pada esensi kebaikan pada dunia. Kita mengingat beberapa gagasan Kaufman, tentang dunia dalam pandangan sistem pagan, adalah sesuatu yang netral secara moralitas, lalu dari alam primordial muncullah kelompok setan, monster, para dewa. Kejahatan adalah sesuatu keharusan yang diperlukan, ia diletakkan dalam struktur kosmos karena kebaikan dan kejahatan ditakdirkan untuk terus berkonflik. Lihatlah perbedaannya dalam Alkitab, setelah selesai menciptakan sesuatu, apa yang dikatakan oleh Allah? "itu baik", lihat pada Kejadian 1:4,10,12,18,21,25.. dan setelah penciptaan mahluk hidup, teks menyatakan bahwa Allah menemukan semua yang dia buat adalah baik. Jadi terdapat 7 kejadian dengan kata "baik". Ini adalah sesuatu yang menarik untuk di simak. Jika anda membaca sebuah bagian dari Alkitab dan anda melihat terdapat sebuah pola berulang, hitunglah mereka. Mungkin anda akan menemukan 7 atau 10 pengulangan kalimat, mereka suka melakukan hal itu, dan ini di sebut Leitwort, pengulangan kata-kata yang menjadi tematik. Ini adalah teknik sastra yang menjadi favorit penulis Alkitab. Jadi kita membaca Kejadian 1 dan melihat pengulangan "dan itu adalah baik...dan ia melihat itu baik," dan kita mendapatkan kesan optimis. Dunia ini baik; manusia adalah penting; mereka memiliki tujuan dan martabat.

Bab 3. Penciptaan dan Tatanan Dunia oleh Allah.

Terjemahan kitab kejadian di mulai dengan kalimat "Pada mulanya" yang berimplikasi bahwa kalimat berikutnya akan menceritakan kepada kita tentang kisah awal dari penciptaan alam semesta. Dan anda mendapatkan kalimat "Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi," dan inilah hal yang pertama terjadi dalam perjalanan waktu, namun ini sepertinya terjemahan yang buruk.

Kejadian 1:1-2 
1. Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi. 
2. Bumi belum berbentuk dan kosong; gelap gulita menutupi samudera raya, dan Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air.

Kata dari bahasa Ibrani (Bereshit = pada mulanya) lebih tepat diterjemahkan seperti  Enuma Elish : disana telah ada sejumlah besar air dan materi lain, lalu terjadilah hal-hal berikutnya ...  sangat mirip dalam bahasa Ibrani. Mungkin lebih tepat diterjemahkan : "Ketika Allah memulai menciptakan langit dan bumi...Ia berfirman, 'Jadilah terang.' Lalu terang itu jadi."

Kisah tersebut menunjukkan bahwa penulis tidak berkeinginan untuk menjelaskan asal-usul dari alam semesta. Ia hanya tertarik untuk menjelaskan, bagaimana dan mengapa dunia menjadi seperti ini. Ketika Allah memulai proses penciptaan langit dan bumi, dan bumi belum terbentuk dan kosong, dan angin-Nya (Roh) melayang di permukaan air, dan Ia lalu berkata, "Jadilah terang dan terang itu jadi." Kita menemukan sebuah fakta bahwa sesuatu telah ada dari pada mulanya; ia cuma belum berbentuk.

Jadi penciptaan dari Alkitab bukan menggambarkan proses penciptaan dari ketiadaan (Creation ex nihilo). Sebaliknya ia adalah proses pengorganisasian dari material yang sudah ada sebelumnya dan menetapkan sebuah keteraturan dari materi yang tidak teratur.

Dan kita memulai dari sejumlah besar materi yang tidak dalam keteraturan dan kemudian 'Ruah' Allah. Kata 'Ruah' ini sesuatu yang anakronistik untuk diterjemahkan sebagai 'Roh'; ini tidak berarti, 'Ruah' ini mengalami evolusi dalam bahasa Ibrani, namun arti sebenarnya adalah 'Angin.'

kalimat ruah (angin) Allah melayang di permukaan air, mengingatkan kita akan pertarungan antara Marduk dan Tiamat: Marduk adalah dewa badai, ia menciptakan angin melawan Tiamat, air primordial, merepresentasi kekuatan kekacauan. Anda pun mendapatkan sebuah kesamaan besar. Kisah kita dimulai dengan pembuka "Ketika diketinggian", "ketika Allah mulai menciptakan"; kita melihat angin yang melayang-layang diatas perairan yang penuh kekacauan, seperti halnya angin dari Marduk yang diarahkan kepada Tiamat.

Mengenai kata "dalam" pada bahasa Ibrani "tihom" adalah hal yang menarik. Sebenarnya, teks tersebut berbunyi "dan ada kegelapan di atas permukaan dalam".

Kata "dalam" atau "perairan dalam (samudra raya)" dalam bahasa Ibrani adalah "Tehom" dan secara etimologi itu persis seperti kata Tiamat: "at" adalah akhiran yang berarti feminim. Jadi Tiam dan Tehom - adalah kata yang sama, kata ini memiliki relasi.

Jadi, angin yang melayang diatas kedalaman (samudra raya), sekarang mengalami demitologi, sehingga seolah-olah mereka melantunkan sebuah kisah yang tidak asing ditelinga pendengarnya walau mengalami modifikasi. Dan si pendongen telah benar-benar mengatur panggung untuk menceritakan kembali kisah pertempuran kosmik yang telah diketahui oleh semua orang.

Ini adalah sebuah kisah yang sudah pasti telah familiar di hati dan telinga orang-orang Israel kuno dan pendengar di Mesopotamia kuno, jadi segala elemen atau unsur kisah tersebut harus ada disana untuk dapat ceritakan kembali. Kita sudah memiliki angin, kekacauan dari masa promordial, lautan raya yang dalam, dan kemudian sebuah kejutan.... tidak ada pertempuran.

Hanya ada kalimat, "Jadilah terang." Dan para pendengar di Timur-Tengah kuno akan memasang kuping mereka: di mana pertempurannya, dimana pembantaiannya, dimana pertumpahan darahnya? Aku pikir aku tahu cerita ini. Jadi ada sesuatu yang baru, ada sesuatu yang berbeda, yang sedang dikomunikasikan dalam cerita ini.

Dan jangan berpikir bahwa para penulis Alkitab tidak menyadari akan corak dari kisah penciptaan yang diikuti dengan pertempuran kosmis, khususnya pada pertempuran dengan perairan, monster naga. Terdapat banyak ayat-ayat puisi dibagian kitab puisi dalam Alkitab yang secara jelas dan eksplisit menggambarkan mitos ini. Jelas sekali bahwa hal-hal tersebut adalah sebuah pengetahuan umum dan ketika diwariskan kepada generasi muda Israel hal ini telah menjadi bagian budaya. Hal ini terdapat dalam kitab Ayub, ataupun Mazmur,

Mazmur 74:12-17
Namun Engkau, ya Allah adalah Rajaku dari zaman purbakala, yang melakukan penyelamatan di atas bumi.
Engkaulah yang membelah laut dengan kekuatan-Mu, yang memecahkan kepala ular-ular naga di atas muka air.
Engkaulah yang meremukkan kepala-kepala Lewiatan, yang memberikannya menjadi makanan penghuni-penghuni padang belantara.
Engkaulah yang membelah mata air dan sungai; Engkaulah yang mengeringkan sungai-sungai yang selalu mengalir.
Punya-Mulah siang, punya-Mulah juga malam. Engkaulah yang menaruh benda penerang dan matahari.
Engkaulah yang menetapkan segala batas bumi, musim kemarau dan musim hujan Engkaulah yang membuat-Nya.

Yesaya 51:9-10
Terjagalah, terjagalah! Kenakanlah kekuatan, hai tangan TUHAN! Terjagalah seperti pada zaman purbakala, pada zaman keturunan yang dahulu kala! Bukankah Engkau yang meremukkan Rahab (ia adalah monster air purbakala), yang menikam naga sampai mati? Bukankah Engkau yang mengeringkan laut, air samudera raya yang hebat? yang membuat laut yang dalam menjadi jalan, supaya orang-orang yang diselamatkan dapat menyeberang?

Segel dari zaman Summeria, Tiamat sebagai ular monster dan dewa Marduk
Ini adalah cerita yang akrab di telinga orang Israel, mereka di kenal di Israel, dan mereka menceritakan di Israel. Mereka adalah cerita dari dewa yang dengan beringas membantai kekuatan dari kekacauan, yang digambarkan melalui monster naga air, sebagai awal sebelum penciptaan. Dan penolakan dari corak cerita ini atau gagasan ini berada di kitab Kejadian 1. Ini adalah demitologis, penghapusan kisah penciptaan dari ranah atau dunia mitology. Ini dilakukan dengan sengaja dan memiliki tujuan. Mereka ingin kita memahami bahwa Allah adalah seorang dewa yang tanpa tanding, dan melalui kuasa firman-Nya kosmos diciptakan.

Dan penulis mengikuti urutan penciptaan dengan mendirikan benda-benda langit, seperti yang di lakukan oleh Marduk. Mereka tidak terjadi dengan sendirinya, namun melalui kuasa illahi, mereka adalah ciptaan Allah. Dalam naskah Alkitab, firmament nampak seperti sebuah dorongan/hentakan/pukulan, kata ini dalam bahasa Ibrani adalah seperti sesuatu yang di pukul, seperti seorang pandai besi menghentakkan palu kepada potongan besi. Dan bentuk firmament itu adalah seperti ini [menunjuk pada papan tulis] dan inilah gambaran tentang dunia oleh orang pada masa itu.

Jadi anda memiliki firmamen, yang dipukuli hingga mampu menahan tekanan dari air purba/promordial diatasnya; anda memiliki daratan yang menahan air disini. Dan mahluk hidup berdiam diruang seperti gelembung/kubah. Itulah gambaran dalam Enuma Elish dan kitab Kejadian 1.

Dan suatu ketika Allah menjadi murka dia membuka beberapa jendela pada firmamen, dan air turun membanjiri bumi. Inilah gambaran tentang dunia yang kita pelajari. Jadi firmamen atau cakrawala berbentuk seperti mangkuk yang terbalik, sebuah lembaran besi yang dipukul sehingga membentuk kubah, dan ini adalah gema Enuma Elish, di mana kita membaca Marduk membagi 2 bangkai Tiamat, seperti kulit kerang. Dia memisahkan air di atas dan air di bawah dan ia menciptakan ruangan untuk menjadi kediaman mahluk hidup di bumi.

Dalam Alkitab kisah penciptaan berlangsung selama 7 hari, dan ada logika dan paralelisme tertentu terhadap 6 hari penciptaan. Ada paralel diantara
hari ke-1 dan ke-4;
hari ke-2 dan ke-5;
dan
hari ke-3 dan ke-6.

Pada hari ke-1, terang dan gelap dipisahkan.
Pada hari ke-4, benda-benda langit mengeluarkan cahaya di siang dan malam hari, diciptakan.

Pada hari ke-2, Firmamen di dirikan. Perairan dipisahkan, kubah terbentuk sehingga kita memiliki langit dan sejumlah perairan terkumpul dibeberapa tempat.
Pada hari ke-5, penghuni langit dan air diciptakan, burung dan ikan.

Pada hari ke-3, daratan dibentuk untuk membuat tempat kering dari air di bumi.
Pada hari ke-6, kita memiliki penghuni daratan yaitu penciptaan hewan.

Namun hari ke-3 dan ke-6, masing-masing memiliki unsur tambahan, dan unsur tambahan yang pertama berpasangan dengan baik dengan tambahan berikutnya dalam hubungan yang penting. Pada hari ke-3 tanaman diciptakan, dan pada hari ke-6, manusia diciptakan setelah penciptaan hewan darat. Jadi implikasinya adalah tanaman adalah untuk manusia.

Dan sesungguhnya, hal ini jelas dinyatakan oleh Allah bahwa manusia di berikan setiap tanaman berbuah dan berbiji untuk dimakan. Hal ini ada di Kejadian 1:29. Itulah yang akan engkau makan. Tidak disebutkan ayam atau lembu, hewan tidak di sebut untuk di makan. Dalam Kejadian 1:30 Allah berfirman bahwa binatang akan diberikan tanaman hijau seperti rerumputan dan daun-daunan untuk dimakan. Dengan kata lain tidak ada kompetisi untuk makanan. Manusia memiliki tanaman yang berbuah dan berbiji, hewan memiliki dedaunan dan rerumputan. Hidup adalah penuh kedamaian. Demikianlah manusia menurut Alkitab diciptakan untuk menjadi vegetarian, dan penciptaan ini digambarkan bebas dari pertumpahan darah dan kekerasan dari setiap jenis mahluk hidup. "dan Allah melihat... semua itu baik."

Jadi pada hari ke-7, Allah beristirahat dari pekerjaan-Nya dan karena hal ini ia memberkati hari ke-7 dan menyatakannya sebagai "suci." Ini adalah kalimat yang pada kuliah yang akan datang akan kita bahas artinya, arti dari suci, namun saat ini yang penting untuk dipahami adalah itu adalah milik Allah. Jika sesuatu itu suci, itu bukan milik anda, itu adalah milik Allah. Dan itu adalah tujuan dari kisah ini, untuk menjelaskan asal-usul Sabat, hari ke-7, sebagai hari suci. Jadi ini adalah mitos dalam arti bahwa kisah ini untuk menjelaskan beberapa kebiasaan atau ritual di kalangan masyarakat.

Bab 4. Kiasan dan Gema dari Budaya Timur-Tengah Kuno.

Jadi kisah dari Israel tentang penciptaan alam semesta, secara nyata mengandung kiasan dan gema dari kosmogoni (kelahiran kosmos) Timur-Tengah Kuno; tapi mungkin Kejadian 1 dapat disebut sebagai demitologisasi dari warisan budaya umum. Terdapat kecenderungan yang jelas terlihat dalam kisah ini, mengarah kepada monotheisme yang digambarkan oleh Kaufman.

Sebuah transformasi dari legenda-legenda yang telah dikenal luas menjadi wahana ekspresi paradigma monotheistik. Dan adalah jelas merupakan agenda utama bagi para penulis Alkitab, dan kita akan berbicara di lain waktu tentang siapa para penulis ini, yang bertanggung jawab menulis Kejadian 1 sebagai lawan atas Kejadian 2 dan 3.
Namun kisah-kisah ini adalah rival, dan secara implisit melawan, mitos atau mitologi dari bangsa-bangsa tentangga Israel. Mereka menolak beberapa unsur namun memasukkan beberapa melalui penggabungan dan modifikasi.

Jadi, satu hal yang sedang aku klaim dalam menjelaskan Kejadian 1 adalah, dalam kisah ini kejahatan di representasikan bukan sebagai realitis fisik. Ia tidak di bangun kedalam struktur dunia. Ketika Allah beristirahat ia memandang kepada segala hal, dan itu adalah baik, segala hal berjalan dengan baik. Namun kemudian kita mengetahui, bahwa kejahatan adalah salah satu kondisi dari keberadaan manusia. Ia adalah realitas kehidupan, jadi bagaimana kita menjelaskan hal tersebut? Dan taman firdaus adalah kisah yang berusaha menjawab pertanyaan itu. Kisahnya bercerita tentang banyak hal, namun menurutku ada satu yang menjadi tujuannya, yaitu untuk menegaskan bahwa kejahatan berasal dari prilaku manusia.

Allah menciptakan dunia yang baik, namun manusia yang memiliki otonomi moral, mereka memiliki kemampuan untuk merusak sesuatu yang baik. Jadi, kisah taman Eden mengkomunikasikan apa yang di identifikasi oleh Kaufman sebagai gagasan utama paradigma monotheistik: bahwa kejahatan bukan merupakan realitas metafisik, ia adalah realitas moral. Artinya kejahatan adalah pada masalah pilihan, tergantung pada teori anda tentang sifat dasar manusia, saya rasa hal juga berarti kejahatan berada dalam tanggung jawab dan kontrol pribadi dari manusia.

Menurut Nahum Sarna, terdapat perbedaan penting antara cerita di Taman Eden dengan paralel nya dari Mesopotamia. Ia mengatakan corak ini terdapat pada pohon kehidupan dan pohon ke-abadian, yang terdapat dalam literatur kuno, mitos, ritual, dan relief ikonografi, dan pencarian terhadap pohon ini atau pencarian atas ke-abadian yang dijanjikan oleh pohon tersebut, menjadi tema utama dalam Epos Gilgamesh di Mesopotamia kuno. Kita akan memiliki banyak waktu untuk mendalami kisah ini di kuliah mendatang. Namun yang berbeda menurut Sarna, kita belum mengungkap paralel di literatur Mesopotamia kuno tentang pohon pengetahuan yang baik dan jahat dalam Alkitab. Ia bukan pohon pengetahuan, tetapi pohon pengetahuan yang baik dan jahat - namanya lebih panjang.

Apa yang signifikan dari fakta yang disebutkan Alkitab tentang pohon ini? Ia menyebut tentang pohon kehidupan dan pohon pengetahuan yang baik dan jahat; dan kemudian hanya fokus kepada pohon pengetahuan yang baik dan jahat. Namun secara virtual mengabaikan keberadaan pohon kehidupan hingga diakhir cerita, dan ini sangat penting.

Namun si pohon kehidupan ini nampaknya menjadi pusat dari banyak mitos pada masa masa lalu, di wilayah itu. Menurut Sarna pohon kehidupan hanya sebagai peran figuran di Taman Eden adalah tanda dari penulis Alkitb yang berusaha memutuskan hasrat akan hidup abadi. Penulis Alkitab bersikeras bahwa perhatian utama dari kehidupan bukan soal kehidupan abadi namun soal moralitas. Dan drama dari kehidupan manusia seharusnya bukan berputar pada pencarian kehidupan abadi, namun pada konflik moral dan ketegangan antara rencana yang baik oleh Allah pada penciptaan dan kehendak bebas dari manusia yang dapat merusak rancangan itu.

Ular berkata kepada Hawa bahwa jika ia memakan buah dari pohon pengetahuan, ia akan menjadi seperti Allah. Dan itu bukan lah perkataan dusta. Dan Allah tahu bahwa, manusia akan menjadi seperti Allah mengetahui yang baik dan jahat. Ini adalah sesuatu tentang Allah: Ia mengetahui apa itu baik dan jahat dan telah memilih baik. Penulis Alkitab menekankan bahwa Allah ini adalah mutlak baik.

Manusia akan menjadi seperti Allah, mengetahui baik dan jahat, bukan karena beberapa materi sihir dalam buah itu; dan buah itu bukan apel, ngomong-ngomong itu adalah hasil dari terjemahan yang keliru. Apakah kita mengetahui buah apakah itu? Tidak, saya rasa tidak ada yang tahu, dan yang jelas itu bukan apel. Itu datangnya dari bahasa Latin yang berbunyi seperti apel, kata "malum" untuk kejahatan sangat mirip dengan kata latin yang berarti apel. Dan juga ikonografi atau gambar-gambar dari masa lampau mulai menggunakan pohon apel sebagai representasiannya, saya tidak tahu apakah pohon apel telah ada pada saat itu disana.

Dan itu bukan karena adanya materi sihir dalam buah itu, namun karena manusia melakukan ketidak-patuhan. Dengan memilih untuk memakan buah dan menantang Allah - ini adalah sesuatu yang dikatakan oleh Allah, "Jangan melakukan itu! Engkau memperoleh apa pun di taman ini," yang diasumsikan, termasuk, anda boleh memakan buah dari pohon kehidupan, bukan? ia tidak mengatakan engkau tidak boleh memakan buah dari pohon itu. Siapa yang berkata mereka tidak boleh memakan buah dari pohon kehidupan? Jangan memakan dari pohon pengetahuan yang baik dan jahat.

Kejadian 2:16-17
Lalu TUHAN (Yahweh) Allah memberi perintah ini kepada manusia: "Semua pohon dalam taman ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas,
tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati."

Murid : Apakah ada semacam penjelasan mengapa Allah berkata engkau tidak boleh memakan buah dari pohon ini padahal ia telah memberi segala buah untuk di makan...

Professor Christine Hayes : Ada sekitar - spekulasi dari ribuan tahun - tentang hal ini, dan ada penafsiran yang indah dan menarik dari kaum gnostik, sebenarnya ada banyak yang menarik... dan ini adalah ranah penafsiran sastra: bacalah dengan lebih dalam, mungkin anda bisa menemukan sesuatu. Mengapa Allah melakukan ini? bukan kah ini seperti menaruh sandungan di depan seseorang yang hampir pasti mereka akan tersandung olehnya? Ini adalah argumen yang di ajukan oleh beberapa komentator. Namun ada yang melihatnya berbeda. Bisa anda baca pada karya Elaine Pagel. Ini adalah sesuatu yang banyak orang berusaha memahaminya selama berabad-abad. Dari mana ini berasal? Siapakah ular dan apa yang ia lakukan disana? mereka semua sangat penting.

Dan ini mungkin bukan menjawab pertanyaan itu - dengan memakan buah dan menyimpang dari perintah Allah, manusia belajar bahwa mereka dapat melakukan itu, bahwa mereka memiliki kehendak bebas dan secara moral mereka bebas memilih. Mereka mengetahuinya. Mereka dapat memilih tindakan mereka apakah mengikuti kehendak Allah atau menyimpang dari Nya. Ini adalah bagian dari rencana Allah bahwa mereka harus mengetahui hal itu, sehingga pilihan mereka untuk menjadi baik akan menjadi berarti. Apakah berarti ketika kita memilih untuk berbuat baik, karena kita tidak punya pilihan untuk melakukan sebaliknya, atau tidak menyadari bahwa anda memiliki pilihan untuk melakukan sebaliknya?

Ada penafsiran yang indah dari komentator abad ke-13 yang berkata Allah memilih mahluk yang mampu membuat keputusan, untuk mematuhinya atau tidak, dan oleh karena itu penting bagi Adam dan Hawa, untuk melakukan perbuatan itu, dan belajar bahwa mereka telah melakukan sesuatu yang menyimpang dari perintah Allah, jadi atas pilihan itu berkah Allah menjadi berarti. Ini adalah penafsiran populer pada banyak sistem theologis selama beratus-ratus tahun.

Jadi tindakan yang membawa mereka pada kesadaran illahi tentang otonomi moral mereka adalah tindakan yang diambil dengan melawan Allah. Jadi kita melihat bahwa memiliki pengetahuan tentang yang baik dan jahat tidak menjamin seseorang akan memiih untuk mendekat kepada kebaikan. Inilah yang ular tidak sebutkan. Ia berkata jika anda memakan buah dari pohon pengetahuan, engkau akan seperti Allah. Itu benar dalam satu hal namun salah pada hal lain. Ia nampaknya diam untuk menunjukkan bahwa hanya "kuasa" dari pilihan moral saja yang seperti Allah. Namun penulis Alkitab akan menegaskan di banyak bagian dari Alkitab bahwa keillahian sejati bukanlah masalah kekuasaan, kekuasaan untuk melakukan apa saja keinginannya. Keillahian yang sejati adalah berusaha meniru kasih Allah.

Kekuasaan harus dijalankan oleh seseorang dengan cara seperti Allah, ia harus baik, penyokong atas kehidupan dan sebagainya. Jadi inilah pernyataan penulis Alkitab bahwa Allah Israel tidak saja maha segala-galanya namun pada dasarnya ia adalah baik. Dua unsur ini tidak dapat dipisahkan, mereka harus bersamaan dalam pandangan penulis Alkitab. Dan akhirnya, manusia akan mempelajari bahwa dibalik kebebasan mereka terdapat tanggung jawab. Tindakan pembangkangan pertama mereka mendapatkan hukuman keras. Jadi mereka belajar dalam kisah ini bahwa pilihan moral dan tidakan manusia memiliki konsekuensi yang harus ditanggung oleh pelakunya.

Jadi, ringkasannya, Nahum Sarna melihat kisah Taman Eden, seperti yang saya jelaskan, sebuah pesan yang sejalan dengan tesis Kaufman tentang paradigma monotheistik. Dia mengatakan bahwa cerita ini menyampaikan gagasan bahwa, kejahatan adalah buah dari prilaku manusia, bukan sifat utama dalam kosmos. Ketidaktaatan adalah penyebab manusia berada dalam keadaan sulit. Kebebasan manusia bisa menjadi tanda atas bencana atau sebuah tantangan atau kesempatan.

Kita telah menyimak beberapa hal pada kitab Kejadian 2 dan 3, sebagai upaya untuk menjelaskan problematika dan paradoks, dari adanya kejahatan dan penderitaan dalam dunia yang diciptakan oleh Allah yang baik, dan ini adalah masalah paradigma monotheistik yang tidak pernah ditaklukkan dengan sempurna.

Sumber, kuliah prof. Christine Hayes, dari YALE univ : http://oyc.yale.edu/religious-studie...t-145#sessions

Kembali ke Index Artikel

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Apakah Abraham Berasal Dari Ur atau Haran?

Abraham berasal dari kota Haran dan bukan dari kota Ur-Kasdim, ya itulah pendapat beberapa para ahli biblikal moderen, mengapa mereka berpen...