Senin, 24 Oktober 2016

Pengantar Alkitab Ibrani (5)

Kuliah 5 - Pendekatan Kritis Alkitab : Pengantar Kejadian 12-50 [September 20, 2006]

Bab 1. Dokumenter Hipotesis Wellhausen & Karakteristik dari Sumber Alkitab.

Terakhir kita membahas tentang adanya perbedaan, dari sumber-sumber yang digunakan oleh para penulis Alkitab dalam penyusunannya. Dan saya menyebut tentang Richard Simon sebagai orang yang mungkin pertama kali berpendapat bahwa, Musa bukanlah penulis seluruh Taurat.

Pada pertengahan abad ke-18, seorang bernama Jean Astruc memperhatikan penggunaan kata Yahweh dan Elohim dalam ayat-ayat Alkitab. Dan atas dasar ini, ia beserta peneliti lain berkesimpulan, jika mereka telah berhasil mengidentifikasi sebuah sumber penulis Alkitab yang di kenal dengan sumber J dan E. Huruf J berasal dari bahasa Jerman dari kata Yahweh, yang dibaca dengan huruf 'J'.

Namun Astruc sebenarnya mempertahankan gagasan tentang kepenulisan Taurat oleh Musa. Menurutnya, Musa menulis Torah menggunakan 2 buah sumber dokumen yang terpisah, yang ia identifikasi sebagai sumber J dan E. Kedua sumber ini menyebut nama yang berbeda untuk Allah, dan Musa lalu menyusun Taurat menurut sumber-sumber tersebut.

Beberapa abad kemudian hasil karya Astruc dikembangkan oleh peneliti Jerman, yang mengindentifikasi adanya sumber-sumber lain yang digunakan dalam penyusunan Torah/Pentateukh.

Dan pada tahun 1878 Julius Wellhausen menulis buku berjudul "The History of Israel" - Sejarah Israel, dan dari buku ini, kita mengenal sebuah "teori" yang bernama Hipotesis Dokumenter, yang menjadi "teori" untuk sumber Alkitab.

Sebuah Hipotesis yang menjelaskan, bahwa pada bagian sejarah dan narasi dalam Alkitab - yakni Kitab Kejadian sampai 2 Raja-Raja - sebenarnya terdiri dari 4 sumber dokumen, yang kemudian dijalin dan dikombinasikan menjadi yang kita kenal saat ini. Dan ia mengatakan bahwa dokumen-dokumen ini berasal dari periode yang berbeda, dan mencerminkan berbagai kepentingan dan permasalahan. Dan 4 dokumen ini, kemudian di jalin bersama-sama oleh seseorang atau sekelompok orang dan menjadi inti dari narasi Alkitab.

Wellhausen berpendapat bahwa dalam sumber-sumber tersebut, tidak terkandung banyak petunjuk mengenai waktu atau masa, dan situasi yang mereka ceritakan, namun banyak memberi kita informasi mengenai berbagai  kepercayaan dan praktik-praktik dari bangsa Israel di masa lampau.

Karyanya seketika menjadi sensasi. Ia menggugat klaim tradisional tentang proses penulisan oleh Musa dan Allah. Hal ini masih diperdebatkan oleh para kelompok konservatif dan otoritas Katolik Roma, namun para sarjana Katolik Roma (institusi pendidikan) mengadopsi dan mengajarkan hal ini.

4 sumber yang diidentifikasi oleh Wellhausen adalah sumber J dan E, serta P (priestly) dari para imam/paderi, dan D (Deuteronomy) yang banyak terdapat dalam kitab Ulangan.

Berdasarkan sumber J, pengetahuan tentang nama pribadi Allah, yaitu Yahweh, di mulai sejak manusia pertama, yaitu Adam. Dan ini nampak pada Kejadian 4, Adam nampaknya telah mengenal nama ini dan memanggil Allah dengan Yahweh.

Jika kita melihat pada sumber lain seperti P dan juga E, nama Yahweh belum dikenal oleh umat manusia, hingga ia memilih untuk mengungkapkannya kepada Musa, dan ini terjadi pada pada masa Keluaran. Jadi dalam Keluaran 6:2-3, yang disebut oleh kritikus sebagai sumber P, sumber Paderi/Priestly, Allah menampakkan diri kepada Musa..

Keluaran 6:2-3
Selanjutnya berfirmanlah Allah (Elohim) kepada Musa: "Akulah Tuhan (Yahweh). Aku telah menampakkan diri kepada Abraham, Ishak dan yakub sebagai Allah yang Maha Kuasa (El-Shaddai), tetapi dengan nama-Ku Tuhan (Yahweh) Aku belum menyatakan diri."

Jadi sumber P (Priestly) mempunyai perangkat theologi yang berbeda, tentang nama Allah, atau pengungkapan tentang nama Allah. Dan hal yang sama nampak pada keluaran 3:3-16, yang disebut sebagai sumber E,

Keluaran 3:13-15
Lalu Musa berkata kepada Allah: "Tetapi apabila aku mendapatkan orang Israel dan berkata kepada mereka: Allah nenek moyangmu telah mengutus aku kepadamu, dan mereka bertanya kepadaku: bagaimana tentang nama-Nya? - apakah yang harus kujawab kepada mereka?"
Firman Allah kepada Musah: "AKU ADALAH AKU." Lagi firman-Nya: "Beginilah kau katakan kepada orang Israel itu: AKULAH AKU telah mengutus ku kepadamu.
Selanjutnya berfirmanlah Allah kepada Musa: "Beginilah kau katakan kepada orang Israel: Tuhan (Yahweh), Allah nenek moyangmu, Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub, telah mengutus aku kepadamu: itulah nama-Ku untuk selama-lamanya dan itulah sebutan-Ku turun-temurun."

Jadi ketika anda menemukan sebuah blok ayat yang sesuai dengan nama dari illahi namun juga dengan asumsi mereka tentang apakah manusia mengetahui nama dari illahi, maka anda dapat menganalisa blok ayat tersebut dan mulai untuk mengidentifikasi beberapa ciri-ciri tertentu : gaya mereka, terminologi yang mereka gunakan. Para Kritiktikus membuat daftar dari apa yang mereka percaya sebagai karakteristik utama dari berbagai sumber.

*** Sumber Dokumen J (Jahweh/Jahwist)***

Karakteristik utama dari sumber J, yang di mulai pada versi ke-2 penciptaan, pada Kejadian 2:4, bagian ke 2 dari ayat 4:
1. Memakai nama personal Yahweh sebagai illahi dari waktu penciptaan, pada Alkitab di tulis Tuhan (Kejadian 2:4);
2. Menggambarkan Tuhan secara antromorfis. Pada saat Tuhan menyuruh Nuh menutup pintu dari bahtera dan ketika Tuhan mencium kurban bakaran Nuh. Tuhan makan bersama Abraham dan tawar-menawar dengannya. Tuhan bertemu dengan Musa serta berusaha membunuh Musa pada suatu malam;
3. Sumber J memiliki gaya yang penuh semangat dan sangat membumi;
4. Menyebut gunung Sinai untuk merujuk pada tempat di mana bangsa Israel dengan Musa akan memulai perjanjian dengan Tuhan.

Bagaimana dengan penanggalan? para kritikus merasa petunjuk untuk menentukan penangglan sumber J dapat ditemukan pada bagian di mana Allah menjanjikan untuk memberikan tanah perjanjian untuk bangsa Israel. Batas-batas tanah yang diberikan adalah di antara sungai Nil dan Efrat. Di percaya oleh beberapa orang bahwa ini adalah perbatasan dari Kerajaan Israel di bawah pemerintahan Daud dan Salomon.

Penanggalan untuk pemerintahan Daud biasa disebutkan pada tahun 1000 SM, pada dasarnya ini adalah tanggal di mulai nya masa monarki. Jadi di permulaan abad ke-10 SM. Argumennya adalah di bawah pemerintahan Daud dan Salomon kekaisaran mencapai batas ini dan menurut mereka penulis berasal dari abad ke-10 SM yang sedang mencari pembenaran atas kepemilikan Tanah di antara sungai Nil dan Efrat; ini adalah penggambaran dari kerajaan yang menjadi penggenapan Tanah Perjanjian, yang di buat oleh Allah kepada nenek moyang Israel. Karena itu sumber J ditanggalkan pada abad ke-10 SM dan kemungkinan pada masa pemerintahan Salomon.

Selain itu sumber J, ternyata mencerminkan kepentingan negeri selatan, ingat kita pernah membahas secara ringkas tentang perpecahan kerajaan Israel setelah kematian Salomon pada akhir abad ke-10 SM. Kerajaan terbagi ke dalam kerajaan utara yang di sebut Israel dan kerajaan selatan yang lebih kecil di sebut Yehuda. Jadi kritikus memutuskan ini adalah dokumen dari negeri Yehuda dari abad ke-10 SM.

*** Sumber Dokumen E (Elohim/Elohist) ***

Sumber J jarang digunakan dalam bentuk yang besar. Jadi kadang-kadang terdapat kesulitan untuk mengisolasinya, dan ada banyak perdebatan dengan ini, namun karakteristik sumber E adalah :
1. Menggunakan Elohim, ini adalah bentuk jamak dari kata dewa, tetapi ketika digunakan dalam bentuk tunggal itu mengacu pada Allah Israel;
2. Memiliki sedikit unsur antromorfis dalam menggambarkan Allah.
3. Allah nampak lebih jauh. Tidak ada kejadian pertemuan Allah dan manusia, dengan bertatap muka dalam sumber E; kebanyakan komunikasi adalah melalui secara tidak langsung, melalui mimpi dan utusan.
4. Terdapat penekanan pada nabi dan nubuat, Miriam, Musa - mereka disebut sebagai nabi dalam sumber E;
5. Gaya sastranya lebih abstrak, sedikit kurang indah;
6. Menggunakan nama Gunung Horeb, untuk menunjukkan di mana perjanjian di buat; jadi kadang kala anda akan membaca gunung Horeb bukannya gunung Sinai, atau anda akan menemukan nama mereka digunakan secara bergantian.

Sumber E nampak lebih mengutamakan permasalahan suku-suku utara. Dan para penganut pemahaman ini memutuskan bahwa dokumen ini di susun di kerajaan utara sekitar abad ke-9 SM.

Dan kemudian, menurut hipotesis ini, sumber J dan E kemudian digabungkan. Sumber utama adalah J, dan E digunakan untuk melengkapi, ini kemungkinan terjadi di suatu tempat pada akhir abad ke-8 SM; dan ini lah tulang punggung atau sumber dari narasi dalam Pentatukh/Taurat : yang mencakup sejarah awal manusia, nenek moyang bangsa Israel yang sering di sebut Patriakh dan matriakh - Kisah mereka tertulis di kitab Kejadian; Kisah Musa yang keluar dari Mesir dalam kitab Keluaran; Kisah pengembaraan mereka di padang gurun pada kitab Bilangan; Juru tulis atau editor yang anonim kemudian  mengkombinasi kisah-kisah ini, tidak mempermasalahkan untuk menghapus materi yang akan nampak berulang, atau materi yang jadinya akan  berkontradiksi, seperti yang telah kita lihat.

*** Sumber Dokumen D (Deuteronomic) ***

Secara esensi sumber D, berasal dari kitab Ulangan (Deuteronomy). Kitab ini berbeda dari kitab lain yang bersifat narasi atau berbentuk cerita, ia adalah buku pidato. Menggambarkan tentang isi pidato yang disampaikan oleh Musa ketika bangsa Israel sedang berada di sisi timur sungai Yordan dan bersiap untuk memasuki tanah Kanaan, tanah perjanjian.

Menurut kritikus kitab ini tidak mencerminkan kepentingan para kelompok nomaden, karena ia memiliki hukum-hukum yang berhubungan dengan kehidupan masyarakat agraris. Dan ciri utama dari sumber D memungkinkan penanggalan atas dokumen ini: D adalah sumber dalam Alkitab yang secara tegas menetapkan bahwa hanya boleh terdapat 1 tempat khusus yang menjadi pusat pemujaan terhadap Yahweh. Allah tidak boleh di puja pada altar-altar darurat. Persembahan hewan kurban tidak boleh berada di wilayah pemukiman  penduduk. Semua persembahan kurban haruslah pada satu tempat kudus, di mana "Allah menghendaki nama-Nya untuk berdiam." Ia tidak menyebut Yerusalem, sehingga kaum Samaritan berpikir itu adalah gunung Gerizim, selain itu mereka merasa telah memilih lokasi yang tepat untuk mendirikan kuil dan berwenang untuk mempersembahkan kurban di sana. Mereka berpikir jika kaum Yahudi telah keliru ketika mereka berpikir tempat itu berada di Yerusalem.

Ini adalah pandangan yang berbeda dibanding kitab lain dalam Alkitab. Jadi anda akan membaca tentang kisah dari para patriakh yang mengembara di seluruh negeri dan mereka mempersembahkan kurban. Akan ada pula kitab yang secara jelas menyatakan bahwa memang pernah terdapat kuil lokal dan imam lokal yang mempersembahkan kurban di seluruh pelosok negeri. Namun kitab Ulangan secara jelas mengatakan bahwa harus ada satu tempat suci yang terpusat. Dan semua altar dan tempat suci lain harus dihancurkan.

Dan kita mengetahui bahwa peristiwa pemusatan pemujaan terhadap Yahweh adalah bagian terpenting dari reformasi agama yang dilakukan oleh Yosia, raja Yehuda pada tahun 622 SM. Peristiwa ini terdapat pada bagian kisah sejarah dalam Alkitab, ketika itu kuil - Bait Allah di Yerusalem - sedang diperbaharui. Sebuah kitab ditemukan, dan kitab tersebut mengatakan harus ada pemusatan pemujaan.

Raja Yosia berkata: Apa yang telah kita lakukan? singkirkan setiap altar di pelosok negeri, semuanya harus dipusatkan di Yerusalem. Jadi reformasi yang dilakukan oleh Yosia, menyebabkan para ahli untuk menghubungkannya dengan kitab Ulangan, sebagai buku yang menjadi sumber adanya sentralisasi, dan penanggalan ditetapkan pada masa Yosia yaitu di akhir abad ke-7 SM.

Namun terdapat masalah dari sumber D ini, karena ia banyak mencerminkan tentang tradisi dari kerajaan di utara, kepentingan suku-suku yang berada di Utara. Kerajaan di utara atau kerajaan Israel jatuh pada tahun 722 SM; jadi terdapat sebuah "teori" tentang buku ini: ia adalah sebuah sumber tua yang awalnya disusun di utara pada abad ke-8 SM. Ketika kerajaan ditaklukkan oleh bangsa Ashur, banyak dari penduduk Israel melarikan diri ke kerajaan selatan, kitab ulangan (sumber D) dibawa ke Yerusalem, dan di simpan di Bait Allah di mana 100 tahun kemudian ditemukan dan sentralisasi kemudian dilakukan oleh raja Yosia.

*** Sumber Dokumen P (Priestly) ***

Sumber dokumen P (Priestly) atau Paderi/Imam, kebanyakan ditemukan pada buku Imamat dan pada bagian non-narasi dalam kitab Bilangan. Karakteristik utama dari sumber P adalah :
1. Memiliki perhatian yang besar dengan institusi keagamaan, tata-cara ritual kurban, pelaksanaan hari Sabat dan hari suci lainnya, ritual sunat, paskah, hukum Kosher (makanan Halal dan Haram), kesucian ritual dan kesucian etika. Sumber P tidak mempunyai gaya narasi (bercerita), Kitab Kejadian 1 yakni versi ke-1 dari penciptaan, dipercaya adalah sisipan dari sumber P. Ia teratur dan sistematis, Allah adalah sesuatu yang luar biasa abstrak.
2. Memiliki pandangan bahwa Allah adalah transenden, dan jauh dibanding dengan sumber J; umumnya dalam sumber P, Allah tersembunyi dan yang terungkap hanya Kavod-Nya. Kata ini sering diterjemahkan sebagai "kemuliaan," namun sebenarnya itu mengacu pada sebuah awan yang bercahaya. Allah digambarkan sebagai api yang membuat awan bercahaya (tiang awan & tiang api). Ia berjalan bersama bangsa Israel dalam bentuk itu selama pengembaraan di padang gurun.
3. Mereka tertarik dengan konsep perjanjian, sensus (penghitungan), silsilah. Semua bagian yang ceritanya berhubungan dengan hal-hal seperti itu, dikaitkan dengan sumber P.

Sumber P sering digunakan sebagai penghubung atau jembatan antara cerita yang berbeda, atau digunakan sebagai pembuka dan penutup sebuah cerita. Para kritikus merasa kelompok P adalah penulis yang bertanggung jawab dalam editing akhir Alkitab, menyatukan bersama sumber-sumber J dan E dan D dan menambahkan materi mereka (P) dan akhirnya menyunting karya tersebut.
Wellhausen menafsirkan penanggalan untuk sumber P pada sebelum atau sesudah periode pembuangan di Babel. Periode setelah kejatuhan kerajaan selatan pada tahun 586 SM ketika bangsa Babel mengangkut banyak dari orang Yahudi ke pengasingan di Babel. (Kebanyakan mereka adalah penduduk yang terpelajar dan memiliki keahlian atau berdarah bangsawan)

Jadi bagian narasi dalam sumber P, J dan E adalah sebuah kisah paralel yang berkelanjutan tentang sejarah dunia, jika anda menghitungnya dari kisah penciptaan hingga kematian Musa. Kritikus percaya bahwa mereka memiliki gaya yang seragam, kosakata yang seragam, tema yang juga seragam, dan memiliki kerangka kronologi.

Menurut Wellhausen, secara kronologi kelompok paderi - imam - Priestly mengambil dari semua bahan yang lebih tua ini, kemudian menambahkan materi mereka - menjalin mereka, membuat kisah pembuka, menutup dengan kesimpulan - memasukkan sebagian besar dokumen P yaitu Imamat dan Bilangan, dan juga Torah - dan mereka melakukan ini ketika [setelah] dipengasingan di negeri Babel - dan selesailah kitab Torah ini, yang merupakan sebuah dokumen/tradisi selama 500 tahun dari sebuah aktivitas keagamaan. Tentu saja ini adalah gambaran yang sangat, sangat berbeda dari klaim tradisional tentang kepenulisan Pentateukh oleh satu orang, yakni Musa di sekitar abad ke-14 SM.

Bab 2. Tujuan dari Kritik Historis dan Sumber Literatur.

Ada beberapa istilah yang berbeda yang kita gunakan untuk dalam menjelaskan tentang studi moderen atas Alkitab pada abad ke-19. Yang pertama adalah kritik literatur/sastra, karena proses pelaksanaannya  dengan menganalisa fitur sastra dari sebuah naskah : istilah, gaya dan corak.

Namun tujuan dari kritik literatur ini adalah lebih besar, bukan hanya sekedar mengidentifikasi dan mengisolasi sebuah sumber. Salah satu tujuan kritik atas naskah Alkitab adalah untuk membuat penanggalan relatif diantara sumber-sumber itu, kemudian digunakan sebagai rekonstruksi sejarah, terutama untuk rekonstruksi sejarah agama Israel, dan situasi historis dari para penulis sumber.

Karena tujuan yang lebih luas, maka penamaan ini kemudian dikenal menjadi Kritik Sejarah/Historis. Dan tujuan utamanya adalah untuk menata sumber ini sesuai dengan penanggalan relatif mereka dalam skala kepastian yang tinggi, dan mencatat perubahan yang terjadi dalam keagamaan Israel.

Karya Wellhausen menjadi sangat terkenal dan brilliant, namun jelas tercermin sebuah pandangan bias dari abad ke-19 yang umumnya dimiliki oleh ilmuwan dari Jerman, yang sangat mempercayai superioritas Ke-kristenan atas Yudaisme. Dalam tulisannya Wellhausen seringkali merendahkan Yudaisme, dia menggambarkan Yudaisme pada akhir periode biblikal sebagai pohon mati, yang terpelintir dan menyimpang. Ia memendam kebencian terhadap praktek pemujaan: para Imam/rabbi dan ritual mereka, hal ini sejalan dengan pergolakan yang terjadi di Jerman pada masa itu, pergerakan kaum Protestan. Dan bias ini sangat jelas terbaca pada karyanya, terutama pada penanggalan atas sumber, dan gambarannya tentang tahapan evolusi keagamaan di Israel.

Contoh bias Wellhausen adalah, para kritikus sebelum Wellhausen semua berpikir jika P, materi dari para Imam, adalah materi tertua dalam Alkitab, bahwa ia adalah sumber yang paling awal. Namun Wellhausen membantahnya, ia menanggalkan sumber ini sebagai sumber yang paling akhir, karena materi para imam, yang berisi gerakan pemujaan/kultus, ritual - adalah jelas sebagai tahap dari sebuah kemerosotan agama, yang menunjukkan semacam prilaku rasa bersalah, ia bukan agama roh yang murni, jadi pada tahap akhir dari keagamaan di Israel, telah memasuki kematian dan sedang menunggu kelahiran dalam bentuk baru dengan kedatangan seseorang pada abad ke-1 masehi. Jadi jelas ia membuat penanggalan atas dokumen/materi P berdasarkan pandangan bias dan ideologi agama yang ia miliki. Ia melihat bahwa materi P berasal dari masa setelah pengasingan di Babel, sekitar tahun 586 SM, dan ini adalah salah satu pendapat Wellhausen yang kontroversial dan diperdebatkan hingga hari ini.

Namun metode dari Kritik Sejarah dan hipotesis dokumenter tidak lah mewarisi  pandangan bias dari Wellhausen. Mereka murni hanyalah sebagai alat untuk menganalisa: membaca naskah dan mencari fitur-fiturnya dan mencari kesimpulan dari apa yang ditemukan. Mereka dapat digunakan pada naskah apa saja, dan sangat berguna. Oleh karena beberapa aktivis awal, dari metode ini memiliki bias ideologi dalam penggunaannya, maka kita mesti mewaspadai hal tersebut.

*** Kelemahan Hipotesis Dokumenter ***

Hipotesis dokumenter bekerja dengan sangat baik jika anda memiliki sebuah kisah paralel. Namun ia kurang berfungsi ketika kisah yang dijalin itu dipilih secara tidak terkontrol sehingga menuju titik absurditas. Perlu diingat bahwa ini hanya lah sebuah hipotesis.

Dan tidak pernah ada sumber yang diasumsikan oleh para kritikus ini telah ditemukan secara independen: kita tidak memiliki salinan J, E, P atau D. Jadi rekonstruksi ini didasarkan pada dugaan-dugaan. Beberapa dugaan ini sangat baik, dan beberapa dari mereka akhirnya terbukti dan beberapa belum atau tidak terbukti.

Beberapa kriteria lalu dibuat untuk memisahkan sumber yang tidak berdasar dan yang subjektif. Kadang-kadang mereka didasarkan pada asumsi yang tak berdasar tentang cara naskah disusun di masa lalu. Mungkin kita menyadari bahwa memang bukan lah sesuatu yang umum, jika kita menggunakan dua buah istilah yang berbeda, dalam satu cerita, namun kadang kita menemukan naskah dari abad ke-16 & 17 SM yang menggunakan 2 istilah untuk menyebut hal yang sama.

Jadi kriteria tersebut harus mampu memisahkan sebuah sumber yang tidak mematuhi  konvensi sastra/literatur kuno. Pengulangan tidak selalu menjadi tanda bahwa terdapat sumber ganda; seringkali berfungsi sebagai ekspresi retorika. Istilah yang bervariasi tidak juga menjadi tanda adanya sumber ganda; seringkali bergungsi sebagai ekspresi estetika.

Kebanyakan ahli biblkal hari ini menerima beberapa versi dari "teori" Wellhausen - ya, banyak yang merasa Alkitab disusun dari berbagai sumber. Kita tidak selalu memiliki keyakinan kuat, meskipun, dalam beberapa rincian dan kesimpulan yang dibuat oleh Wellhausen dan oleh banyak ilmuwan lainnya yang muncul setelah dia.

Beberapa meragukan keberadaan E, beberapa membela bahwa sumber P berasal dari zaman yang lebih tua. Ada juga yang berpendapat bahwa semuanya berasal dari zaman setelah pengasingan di Babel dengan kata lain semua berasal dari abad ke-5 SM. Ia ditulis pada abad ke-4, ke-3 pada masa pemerintahan Persia. Tidak ada yang datang sebelum zaman Persia.

Para ahli dari negeri Skandinavia tidak terlalu antusias dengan metode kritik sumber. Banyak dari institusi pendidikan Alkitab di Kopenhagen lebih suka melihat Alkitab sebagai narasi lisan yang tumbuh dan berakumulasi sejalan dengan waktu.

Kita harus mengingat bahwa apa pun sumber yang di jalin bersama, mereka di jalin dengan keahlian tingkat tinggi, baik itu oleh redaktur akhir, atau para redaktur lainnya, mereka menginginkan kitab ini dibaca sebagai satu kesatuan, serta mempunyai arti yang mendalam. Sekitar 30 tahun terakhir, kritik sumber telah mengalami pembaharuan dengan berbagai metodologi baru dalam mempelajari Alkitab, dan kita akan melihat beberapa dari metode itu.

Bab 3. Generasi Para Leluhur.

Sekarang kita membahas Kejadian 10; ia berisi tabel silsilah bangsa-bangsa. Yang mana dalam tabel tersebut, berbagai bangsa dan negeri digambarkan memiliki nenek moyang yang sama, yaitu melalui Nuh, beserta 3 anaknya, Yafet, Ham dan Sem.

Keturunan Sem dikenal dengan istilah bangsa Semit/samawi. Alkitab membawa pemahaman bahwa manusia pada dasarnya mempunyai akar yang sama, yang disatukan oleh bahasa yang sama. Cerita pada Kejadian 11 (Menara Babel) dapat dipahami sebagai mitos etiologis, kisah yang berfungsi untuk menjelaskan diversifikasi bahasa: ketika kita memperhatikan sekeliling kita, kita melihat fakta bahwa manusia dipisahkan oleh bahasa dan sebagainya. Jadi bagaimana kita menjelaskan perbedaan dari berbagai bahasa ini, penyebaran dari berbagai etnis di seluruh bumi, jika kita semua sebenarnya berasal dari moyang yang sama.

Kejadian 11 bertindak sebagai penghubung antara bagian pertama dari Kejadian yang berbicara dalam skala alam semesta, dan apa-apa saja yang akan terjadi pada Kejadian 12 (Abram dipanggil Allah), yang mana fokus cerita akan berpusat pada satu etnis, dan satu wilayah.

Babel, disebut "bavel" dalam bahasa Ibrani, dan Babilon sebagai nama lainnya. Menara Babel dalam kisah ini di identifikasi oleh para ilmuwan dengan menara termasyur Ziggurat Marduk di Babel. Alkitab mempunyai sikap yang bermusuhan dengan bangsa Babel - karena bangsa ini menghancurkan mereka pada tahun 586 SM - karena agresifitas imperialisme mereka.

Cerita ini bernuansa satir atau bernada sindiran. Kata Babel, Bavel, berarti Gerbang Allah. namun ia menjadi dasar untuk permainan kata-kata dalam bahasa Ibrani, balal, yang juga mendekati arti bahasa yang membingungkan.
Jadi menara agung yang menjadi kebanggan bangsa Babel pada masa lalu digambarkan oleh penulis Alkitab sebagai kebingungan bahasa manusia.

Pembangunan Ziggurat Marduk digambarkan sebagai hal yang tidak berkenan di hadapan Allah. Mengapa? ada banyak kemungkinan penafsiran, beberapa memandang pembangunan menara sebagai usaha untuk menyerang surga agar mereka dapat menaiki menara dan mencapai langit.

Yang lain melihat pembangunan ini menentang perintah Allah untuk berkembang biak dan bertambah banyak serta menyebar memenuhi bumi. Namun orang-orang malah berkumpul di satu tempat dan mencoba mencapai ketinggian langit. Jadi ini tampak sebagai pembangkangan yang nyata terhadap rencana Allah bagi manusia, dan Allah menggagalkan rencana ini, dan Ia pun mencerai-beraikan mereka, keseluruh permukaan bumi, juga mengacaukan bahasa mereka. Sekali lagi terdapat kurva belajar bagi Allah. Ia harus terus menyesuaikan hal-hal, tergantung apa yang manusia lakukan.

Beberapa penafsir melihat kisah ini mewakili penolakan terhadap aspek tertentu dari peradaban. Arsitektur monumental, istana kerajaan yang mewah, ini adalah sesuatu yang dipandang rendah oleh penulis Alkitab. Hal ini adalah ambisi-ambisi yang dipandang negatif. Mereka menyebabkan manusia membanggakan diri, sebuah indikasi dari arogansi atas kemandirian - sesuatu yang ditentang oleh para nabi - dan dalam nuansa spiritual, melupakan Allah. Jadi saat ini manusia tercerai-berai, kehilangan persatuan mereka, dan ini juga adalah masa di mana mereka menyembah berbagai dewa-dewi.

Pada bagian awal Kejadian 11 kita melihat gambaran mengenai latar belakang yang universal tentang sejarah Israel, yang meliputi masa 2500 tahun. Dan Kejadian 12 hingga 50, akan membahas tentang 4 generasi dari para leluhur. Mereka adalah Abraham dan Sarah; anak mereka Ishak, istrinya Rebekah/Ribka; anak mereka Yakub, beserta 2 istrinya Rahel dan Lea, saya tidak membahas istri lainnya; namun akhirnya ia memiliki 12 anak lelaki dan 1 anak perempuan.

Jadi perhatian Allah dalam naskah Alkitab bergeser secara dramatis. Mengapa? Ketika Kejadian 11 anda akan merasa Allah agak menjauh. Segala sesuatu tidak berjalan dengan baik. Meskipun Allah menciptakan bumi yang setara dengan surga, ia menciptakan manusia menurut gambar-Nya, ia menyediakan segala kebutuhan manusia, namun kebebasan moral manusia tidak digunakan secara baik.

Banyak ilmuwan seperti Kaufman, Sarna, dan lain-lain mengatakan bahwa salah satu perbedaan antar mitos-mitos dari Israel dan Mitologi tetangga mereka adalah: Mitologi Mesopotamia memiliki konsep tentang perseteruan kosmik antar kejahatan dan kebaikan, sedangkan dalam mitos Alkitab hal ini diganti dengan perseteruan antara kehendak Allah dan pemberontakan manusia. Jadi kedua nya juga mengandung konsep perjuangan, namun dalam kendaraan yang berbeda.

Dalam narasi Adam dan Hawa, Kain, generasi banjir, pembangungan menara Babel - Allah terus-menerus ditolak atau digagalkan oleh para karakter ini, Jadi dia menarik perhatian dan memilih untuk mengungkapkan dirinya untuk satu kelompok kecil, seolah-olah mengatakan, "Oke, saya tidak bisa mencapai setiap manusia, biar kita lihat apa Saya bisa menemukan 1 orang/kelompok, dan memulai sesuatu dari sana."

Dan dalam Kejadian 12 dimulailah narasi sejarah Alkitab, kita membaca bahwa Allah memanggil Abram untuk meninggalkan tanah nenek moyangnya dan memulai perjalanan menuju tanah yang akan ditunjukkan Allah kepadanya, ini adalah permulaan dari tahap baru dalam narasi Alkitab, dan anda akan merasakan sesuatu yang berbeda dalam bab ini.

Bab 4. Metodologi Kritik Yang Digunakan Dalam Pembelajaran Alkitab.

Metode Kritik yang ingin saya fokuskan adalah pada hipotesis penyusunan naskah, pada kompilasi dari 4 sumber menjadi Taurat. Para ilmuwan membuat pertanyaan "tentang sumber dari masa pra-sejarah? apa sumber mereka?" dan Kita mengingat tentang kesimpulan mengenai J, E, P dan D yang berasal dari abad ke-10 hingga ke-6 SM.

Perlu diketahui bahwa banyak dari kisah yang berlatar belakang pada masa sebelum tahun 1000 SM (masa sebelum monarki), memiliki fakta jika ternyata  kisah tersebut, baru ditulis ratusan tahun kemudian, sebenarnya kita tidak benar-benar tahu tentang sejarah Israel dan keagamaan Israel sebelum tahun 1000 SM. (apa yang bisa kita konfirmasi adalah setelah tahun 1000 SM)

Kesimpulan tentang penanggalan ini tidak memuaskan banyak orang, karena penulis J, E, P dan D mungkin tidak duduk pada mesin ketik dan menciptakan dokumen mereka secara spontan. Mereka tidak mungkin menemukan semua ritual pemujaan dan praktek-praktek keagamaan ini secara tiba-tiba. Lebih masuk akal jika mereka mengambil dari sebuah tradisi di masa lalu: sebuah cerita kuno, kebiasaan kuno, hukum kuno, dan praktek ritual kuno.

Para ilmuwan pada gelombang baru di bidang pembelajaran Alkitab mempertanyakan hal-hal baru; mereka mempertanyakan : apakah materi yang dikumpulkan oleh penyusun dokumen J atau E atau P? dari mana mereka mengambil inspirasinya? Apakah mereka menggunakan materi kuno, dan jika demikian bisa kah kita mengetahui seperti apa mereka? Apakah ada materi kuno yang mengandung kemiripan dengan tradisi awal dari bangsa Israel? Dan jika ada, maka kita mungkin memiliki akses untuk mengetahui informasi mengenai sejarah bangsa Israel sebelum tahun 1000 SM. Sekarang muncul lah pendekatan analisis terhadap Alkitab yang berbeda dengan hipotesis klasik yang hanya berputar pada naskah.

(Dokumen Awal Torah)

Salah satu ilmuwan terkemuka yang mengemukakan pertanyaan ini adalah Hermann Gunkel. Ia memiliki pengetahuan yang mendalam tentang tradisi-tradisi lisan dari berbagai budaya, berbagai bangsa, dan hal ini membuatnya bertanya: Dapatkah kita menganalisa 4 sumber dokumen ini dan mendapatkan gambaran tentang perkembangannya pada tahap awal? Apa yang terjadi pada masa kompilasi dan penyusunannya?

Gunkel menemukan petunjuk dari Alkitab yang mungkin merupakan sumber sebelumnya. Dalam

Bilangan 21:14
"Itulah sebabnya dikatakan dalam kitab peperangan TUHAN (YAHWEH): "Waheb di Sufa dan lembah-lembah ke sungai Arnon."

Ini adalah sebuah syair pendek, yang menerangkan tentang batas antara Moab dan orang Amorit, dan ia mengutipnya dari Kitab Peperangan Yahweh. Ia seakan-akan menjadikan  kitab Peperangan Yahweh sebagai sumber bagi penulis dalam membuat kitab Bilangan. Dan ini membuat kitab peperangan itu  terlihat seolah-olah sebagai kitab yang akrab bagi pembacanya.

kita juga memiliki penyebutan sebuah kitab Orang Jujur - Kitab Yashar/Jascher di:

Yoshua 10:13
"Maka berhentilah matahari dan bulanpun tidak bergerak, sampai bangsa itu membalaskan dendamnya kepada musuhnya. Bukankah hal itu telah tertulis dalam Kitab Orang Jujur? Matahari tidak bergerak di tengah langit dan lambat-lambat terbenam kira-kira sehari penuh."

2 Samuel 1:18
"dan ia memberi perintah untuk mengajarkan nyanyian ini kepada bani Yehuda; itu ada tertulis dalam Kitab Orang Jujur."

Pada kitab Samuel, kita melihat Daud meratap atas kematian Saul, dan sahabatnya Yonatan. Tampaknya kitab ini adalah sebuah lagi epik yang menceritakan aksi kepahlawanan tokoh-tokoh kuno Israel. Dan Daud mengutip lagu itu, memakainya untuk meratapi kematian keduanya. Jadi ini adalah salah satu sumber yang digunakan ke dalam kitab Samuel. Hal seperti ini lumrah terjadi pada setiap literatur di segala zaman dan bangsa.

Gunkel lalu memulai perhatiannya pada unit terkecil ini, yang ia mengidentifikasi tema atau bentuk dari sumber mereka. Dan ia menamai metode ini sebagai "kritik pembentukan", bentuk dalam bahasa Jerman adalah "Gattung", ia meyakini apa yang dilakukan olehnya adalah untuk pengidentifikasi sumber tua pra-sastra yang diambil dan dimasukkan ke dalam J, E, P dan D.

Contoh dari Gattung atau bentuk yang akan dapat di-identifikasi adalah seperti : himne, pepatah - kita sering melihat naskah Alkitab yang mengutip pepatah yang nampaknya sering diucapkan oleh orang-orang pada masa lampau - hukum, ritual, cerita rakyat dalam bentuk puisi, legenda, lagu, fragmen mitologi.

Jadi misalnya (tentang legenda atau mitologi) pada:

Kejadian 6:1-4
1.Ketika manusia itu mulai bertambah banyak jumlahnya di muka bumi, dan bagi mereka lahir anak-anak perempuan,
2. maka anak-anak Allah melihat, bahwa anak-anak perempuan manusia itu cantik-cantik, lalu mereka mengambil isteri dari antara perempuan-perempuan itu, siapa saja yang disukai mereka.
3. Berfirmanlah TUHAN: "Roh-Ku tidak akan selama-lamanya tinggal di dalam manusia, karena manusia itu adalah daging, tetapi umurnya akan seratus dua puluh tahun saja."
4. Pada waktu itu orang-orang raksasa [Nephilim] pada di bumi, dan juga pada waktu sesudahnya, ketika anak-anak Allah menghampiri anak-anak perempuan manusia, dan perempuan-perempuan itu melahirkan anak bagi mereka; inilah orang-orang yang gagah perkasa di zaman purbakala, orang-orang yang kenamaan.

Ini adalah fragmen dari sebuah mitologi atau legenda yang lebih tua dan dimasukkan ke Alkitab. Ini menjelaskan asal-usul dari para pahlawan dan orang ternama di masa lampau.

Ia juga membahas tentang kisah etiologi. Kita telah membahas hal ini sebelumnya - legenda yang menceritakan asal usul dari nama, ritual, atau institusi. Ada banyak kisah etologi, dan ada legenda etnologis yang menceritakan tentang asal-usul dari sebuah bangsa : contohnya bangsa Moab dan Amon - dan kisah bangsa Sodom dan Gomorah adalah kisah yang tidak menyanjung dalam Alkitab. Jelas orang Israel tidak peduli terhadap bangsa-bangsa ini dan menggambarkan mereka dengan asal-asul mereka dengan gambaran negatif.

Kita juga memiliki legenda etimologis, karena mereka menjelaskan asal-usul dari nama sesuatu. Ia di beri nama tertentu karena hubungan etimologi dengan kejadian sebelumnya.

Jadi kesemua ini menurut Gunkel kemungkinan adalah tradisi yang lebih tua yang di ambil dan di adaptasi oleh penulis Alkitab, dan mereka mempertahankan sebagai kenangan sejarah. Dan yang lebih penting, melebihi dari proses penceritaan ini adalah, ia harus memiliki beberapa fungsi untuk menjadi ekspresi budaya dan arti dalam kehidupan. Dari mengisolasi hal-hal ini kita mendapatkan gambaran mengenai unsur kemasyarakatan dan budaya Israel kuno sebelum abad ke-10 SM.

Jadi metode Kritik bentuk bukan hanya sekedar mengidentifikasi berbagai jenis materi, ia mempertanyakan fungsi mereka, Apa fungsi mereka pada kehidupan, dalam konteks budaya mereka? Apa yang dapat diberitahu oleh sejumlah naskah liturgi yang kita miliki? apa yang dapat kita ketahui dari sejumlah naskah hukum legal peradilan? serta dari sejumlah pepatah atau kebijaksanaan yang di temui dalam Alkitab?

Perkembangan dari metodologi "Kritik bentuk" adalah "Kritik tradisi." Ia berfokus pada transmisi atau proses pewarisan dari berbagai tradisi. Yang mengalami perubahan dari tradisi lisan hingga menjadi tradisi sastra yang kemudian mencapai bentuknya dalam sebuah naskah. Anda bisa membayangkannya seperti sebuah cerita yang kemudian diceritakan kembali, ia jelas akan mengalami perubahan dan penyesuaian.

Metodologi Kritik tradisi memperhatikan hal ini. Melihat paralel dengan Mesopotamia kuno adalah sangat membantu. Anda melihat bagaimana beberapa corak dan tema akan berganti, ketika proses pentransmisiannya ke dalam budaya dan kemasyarakatan Israel, dan lagi, untuk menyediakan beberapa fungsi budaya atau tujuan.

Jadi naskah Pentateukh saat ini jelas telah mengalami proses transmisi yang dalam jangka waktu sangat, sangat panjang. Transmisi Alkitab serupa dengan transmisi literatur Yunani klasik, Homer, Odysssey, Illiad : mereka juga memiliki sejarah panjang dari proses oral, dan mengalami transformasi di sepanjang zaman.

Kadang detail dari proses itu tercermin dalam Alkitab. Tradisi di salah satu kitab dari Alkitab, akan di ambil pada kitab berikutnya dalam Alkitab, dan di tulis dengan paradigma yang berbeda. kitab Ulangan sebagai contoh, ia menceritakan ulang peristiwa yang terjadi pada kitab Keluaran, dan kadang-kadang terdapat perbedaan yang mengejutkan, atau terjadi penekanan baru dan kisahnya menjadi berbeda.

Kitab Tawarikh 1 dan 2 adalah pengerjaan ulang dan penceritaan kembali dari materi yang ada di kitab Kejadian hingga kitab Raja-Raja, dan ia banyak membersihkan hal-hal memalukan. Ia menekankan tema nya sendiri dalam menceritakan kembali kisah-kisah tersebut.

Hukum-hukum pada masa awal menjadi bahan interpretasi. Kitab Yehezkiel terlihat melakukan beberapa penafsiran baru terhadap materi hukum yang berada pada kitab Imamat. Ini adalah beberapa hal yang menjadi perhatian "kritik tradisi." Hal-hal seperti ini telah terjadi - dan kita dapat melihatnya - di dalam Alkitab, dan asumsinya adalah hal itu terjadi sebelum materi itu masuk ke dalam Alkitab.

Jadi ini adalah jenis metodologi kritik yang menekankan situasi kehidupan yang nyata beserta latar belakang sejarah dari materi yang menjadi sumber Alkitab, hubungan mereka dengan kebudayaan yang lebih luas.

Inilah berbagai jenis analisis dalam mempelajari Alkitab - secara analisis yang dimaksudkan dengan duduk membaca dan menganalisa fitur-fitur sastra dari naskah, dan menarik kesimpulan - kebanyakan analisa ini dikembangkan oleh ilmuwan Jerman - yang sangat berbeda dengan ilmuwan dari Amerika Utara, yang menekankan korelasi data dalam Alkitab dengan data arkeologis.

(Analisa Alkitab & Arkeologi)

William F. Albright, adalah salah seorang ilmuwan terkemuka mengenai Studi Alkitab dari Amerika, dan ia juga adalah ahli Arkeologi untuk Palestina dan Ashur. Ia memusatkan perhatiannya untuk membuktikan hubungan antara Alkitab dengan data Arkeologi di Timur Tengah. Kebanyakan pendapat Albright tentang bukti arkeologi, mendukung kebenaran sejarah dalam Alkitab, namun pendapatnya saat ini banyak mendapat penolakan.

Terdapat beberapa masalah jika kita melihat Alkitab sebagai sumber sejarah. Akan muncul masalah pada kronologi: Banyak peristiwa memiliki beberapa penanggalan. Banyak angka-angka dalam Alkitab cendering menggunakan nomor ideal (nomor cantik); mereka cenderung menggunakan angka 5 dan kelipatannya, atau kelipatan 5 ditambah 7. Kita memiliki 10 generasi dari Adam hingga Nuh. Anda memiliki 10 generasi dari Nuh hingga Abraham. Hal-hal ini menimbulkan kecurigaan.

Salah satu contoh kejadian yang berulang dan mencurigakan, hal-hal yang terjadi pada 2 atau lebih dari para leluhur: 2 kali Abraham pergi ke wilayah asing dan mengatakan bahwa istrinya adalah saudarinya. Ishak melakukan hal yang sama.

Apakah ada tradisi yang menjadi dasar dari kisah para leluhur ini?
Apa kemungkinan terjadinya hal ini? Apakah secara historis hal ini masuk akal? Jadi ada banyak alasan untuk merasa kronologi masa kehidupan para leluhur, adalah bukan catatan sejarah yang akurat.

Namun pada abad ke-20, ilmuwan yang berafiliasi pada pandangan Albright perpendapat bahwa banyak tradisi dari kitab Kejadian mengandung refleksi otentik dari periode sejarah dan mereka mengklaim memiliki bukti untuk ini.

Sumber, kuliah prof. Christine Hayes, dari YALE univ : http://oyc.yale.edu/religious-studie...t-145#sessions

Kembali ke Index Artikel

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Apakah Abraham Berasal Dari Ur atau Haran?

Abraham berasal dari kota Haran dan bukan dari kota Ur-Kasdim, ya itulah pendapat beberapa para ahli biblikal moderen, mengapa mereka berpen...