Senin, 24 Oktober 2016

Pengantar Alkitab Ibrani (7)

Kuliah 7 - Israel di Mesir: Musa dan Permulaan Yahwenisme (Kejadian 37 - Keluaran 4) [September 27, 2006]

Bab 1. Ia Yang Bergumul: Perubahan Signifikan Pada Yakub.

Terakhir kita membahas kisah misterius tentang Yakub yang berubah nama menjadi Israel. Dan saya menyinggung mengenai sebuah fakta dalam pandangan Alkitab, tentang nama yang entah bagaimana dapat merangkum esensi si pembawa nama. Jika kita mengetahui nama dari sesuatu, hal ini berarti kita memiliki semacam kuasa untuk mengontrol sesuatu itu.

Banyak dari komentator mengamati bahwa perubahan nama menyertai perubahan karakter. Nahum Sarna mengatakan bahwa setelah pergulatan dengan malaikat, karakter Yakub berubah menjadi bersih dari hal-hal negatif hingga usia tua nya. Dan Yakub yang pada awalnya tidak memiliki karakter teladan, kini ia telah berubah menjadi Yakub yang baru, sebagai orang yang jujur. Kita melihat hal ini dalam pertemuannya dengan Esau. Ia menyapa mantan saingan dan musuhnya :

Kejadian 33:10-11
10. Tetapi kata Yakub: "Janganlah kiranya demikian; jikalau aku telah mendapat kasihmu, terimalah persembahanku ini dari tanganku, karena memang melihat mukamu adalah bagiku serasa melihat wajah Allah, dan engkau pun berkenan menyambut aku.
11. Terimalah kiranya pemberian tanda salamku ini, yang telah kubawa kepadamu, sebab Allah telah memberi karunia kepadaku dan aku pun mempunyai segala-galanya." Lalu dibujuk-bujuknyalah Esau, sehingga diterimanya.

Bab 2. Keturunan Yakub : Yusuf dan Saudara-saudaranya.

Sekarang sisa dari kitab kejadian hanya menceritakan kisah Yusuf dan saudara-saudaranya, serta tentang 12 anak-anak Yakub. Ini adalah salah satu drama psikologis yang paling termasyur dalam Alkitab. Cerita yang sangat manusiawi, dan kita jarang melihat intervensi supernatural/illahi dalam kisah ini. Ia sangat fokus pada kisah mengenai hubungan keluarga, pada kecemburuan. Ini seperti novel kecil.

Pendapat para ahli terbelah dalam hal keaslian elemen Mesir dalam cerita ini. Anda akan membaca hal-hal yang sangat beragam dan radikal. Beberapa menunjuk pada munculnya nama-nama, adat istiadat, keagamaan, dan hukum-hukum Mesir, sebagai tanda, bahwa terdapat kenangan historis yang diwariskan dalam cerita ini.

Pendapat lain merujuk pada terjadinya anakronisme, serta kurang detailnya elemen mengenai Mesir, menandakan jika penyusunannya adalah di masa akhir. Seni tafsir mimpi menjadi hal penting dalam kisah ini, dan tafsir mimpi berkembang menjadi semacam "ilmu", khususnya di Mesir dan di beberapa  wilayah Mesopotamia, namun orang-orang Mesir lebih terkenal di dunia kuno sebagai ahli tafsir mimpi.

Yusuf terkenal dengan kemampuannya untuk menafsirkan mimpi, namun narator Alkitab me-monotheis-kan kemampuan ini, mereka menggambarkan bahwa kemampuan Yusuf tersebut, hanyalah menceritakan apa yang diungkapkan oleh Allah, bukan karena bergantung pada ilmu (gaib) tafsir mimpi.

Kisah Yusuf, diawali dengan kecemburuan para saudaranya, karena ia sangat dikasihi oleh ayah mereka Yakub, dan mereka bersekongkol untuk menyingkirkannya. Namun pada saat terakhir, Yehuda meyakinkan saudaranya yang lain agar tidak membunuh Yusuf, melainkan menjualnya sebagai budak, mereka bisa mendapatkan keuntungan finansial dari Yusuf.

Maka dijual lah Yusuf yang rupanya akan berakhir di istana Firaun, dan petualangannya di negeri Mesir, akan menjadi pembuktian mengenai keunggulan karakternya. Ia dengan cepat naik ke posisi pemerintahan yang cukup tinggi, melalui keahliannya menafsirkan mimpi Firaun, yang rupanya berkaitan dengan bencana kelaparan. Yusuf yang kemudian menjadi gubernur,  berwenang untuk mengendalikan pasokan gandum, dan ia sukes melewati 7 tahun bencana kelaparan.

Bencana kelaparan rupanya juga melanda Tanah Kanaan, dan hal ini mendorong saudara-saudara Yusuf pergi ke Mesir, untuk mencari makanan. Yusuf tidak mengungkap identitas dirinya kepada para saudaranya, ia malah memberi mereka sebuah ujian, dan pada akhirnya mereka semua berkumpul di Mesir, dan hidup dengan damai sejahtera selama beberapa generasi.

Itulah garis besar dari kisah Yusuf berserta saudaranya, namun salah satu tema penting dari kisah ini adalah tentang "pemeliharaan oleh Allah." Penulis ingin menggambarkan tentang anak-anak Yakub, beserta kecemburuan dan  konspirasi mereka, serta figur Yusuf sendiri, semuanya adalah instrumen yang tanpa disadari adalah rencana illahi yang besar. Bahkan, Yusuf mengatakan kepada saudara-saudaranya :

Kejadian 50:20
"Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar. "

Kisah Yusuf yang dijual oleh para saudaranya ke Mesir, adalah sebagai panggung, untuk proses reformasi karakter mereka, yang  juga merupakan bagian penting dari cerita ini, yaitu seluruh keturunan Israel akan berdiam di negeri Mesir.

Secara khusus Allah sendiri berkata kepada Yakub dalam

Kejadian 46:4
"Aku sendiri akan menyertai engkau pergi ke Mesir dan tentulah Aku juga akan membawa engkau kembali; dan tangan Yusuf lah yang akan mengatupkan kelopak matamu nanti."

Jadi, singkatnya, suatu rencana sedang terjadi. Penulis ingin menggambarkan bahwa Allah akan ke Mesir, dan akan membawa mereka kembali ke Kanaan. Keturunan Israel di Mesir, menentukan sebuah panggung untuk munculnya firaun yang, kata naskah, tidak mengenal Yusuf dan apa yang telah ia lakukan untuk Mesir.

Firaun baru ini akan memperbudak bangsa Israel, dan begitu menderitanya hidup mereka, membuat tangisan mereka terdengar hingga ke surga - sama dengan tangisan generasi banjir, dan teriakan orang yang ditindas oleh penduduk Sodom dan Gomora.- Dan dengan demikian dimulailah kitab Keluaran, yang akan membawa kita pada kisah keluar dari Mesir menuju gunung Sinai.

Sebagian besar narasi dalam Kejadian 12-50 - dengan pengecualian kisah Yusuf -  di percaya berasal dari sumber J (Jahwist). Dan beberapa tema yang sering dimunculkan oleh sumber J : Yang pertama adalah janji Allah adalah pasti, namun cara dan waktu pemenuhannya tak terduga. Tanah tidak pernah dimiliki oleh para patriakh/leluhur, walau mereka lah yang sebenarnya diberi janji untuk memilikinya. Namun keturunan mereka lah yang akan memiliki tanah tersebut, dan itu terjadi setelah mereka melalui perjuangan yang luar biasa.

Dengan kata lain metode Allah cukup membuat penasaran. Mengapa Ia kadang menentang praktek tradisional di Timur-Tengah Kuno, dimana mengutamakan keistimewaan anak sulung, warisan juga pada anak sulung. Ia memilih Yakub, si penipu, di banding Esau sang anak sulung. Mengapa Ia memilih Yusuf yang arogan, dan memprovokasi saudaranya dengan delusi keagungan. Bandingkan dengan hukum anak sulung yang terdapat pada :

Ulangan 21:15-17
15. "Apabila seorang mempunyai dua orang isteri, yang seorang dicintai dan yang lain tidak dicintainya, dan mereka melahirkan anak-anak lelaki baginya, baik isteri yang dicintai maupun isteri yang tidak dicintai, dan anak sulung adalah dari isteri yang tidak dicintai,
16. maka pada waktu ia membagi warisan harta kepunyaannya kepada anak-anaknya itu, tidaklah boleh ia memberikan bagian anak sulung kepada anak dari isteri yang dicintai merugikan anak dari isteri yang tidak dicintai, yang adalah anak sulung.
17. Tetapi ia harus mengakui anak yang sulung, anak dari isteri yang tidak dicintai itu, dengan memberikan kepadanya dua bagian dari segala kepunyaannya, sebab dialah kegagahannya yang pertama-tama: dialah yang empunya hak kesulungan."

Dan ini tidak terjadi pada Ismail? pada Esau? juga pada saudara Yusuf? dan tidak ada penjelasan dalam naskah. Namun, meskipun banyak awalan yang nampak keliru, dan mereka berada dalam berbagai cobaan, seperti melalui berbagai tahun kelaparan, berbagai kemandulan, benih dari Abraham akhirnya dapat melalui semua ini, dan janji itu kembali ditegaskan: "Aku sendiri akan menyertai engkau pergi ke Mesir dan tentulah Aku juga akan membawa engkau kembali." Dan akhirnya dalam sumber J, Allah muncul untuk mengendalikan sejarah, semua akhirnya berjalan menurut rencana-Nya.

Bab 3. Keluaran: Mitos Nasional Asal-Muasal Bangsa Israel.

Kitab Kejadian diakhiri dengan bangsa Israel menetap di Mesir. Prestasi mereka di Tanah Perjanjian, tidak lebih dari pembelian sebidang tanah untuk pekuburan. Bahkan, Allah telah meninggalkan tanah ini dan bersama-sama dengan Israel ke Mesir, sehingga proses pemenuhan janji itu masih cukup jauh. Kitab keluaran adalah awal dari proses dimana janji-janji itu akan terpenuhi.

Struktur dari kitab Keluaran adalah :

- Bab 1-15: menceritakan kisah Israel di Mesir: munculnya Firaun baru yang tidak mengenal Yusuf; penindasan Israel; mereka diperbudak dalam proyek-proyek negara; pembunuhan anak sulung lelaki dari orang Israel; kelahiran, kehidupan awal, serta panggilan terhadap Musa; perjuangan untuk memperoleh kebebasan, Musa memohon kepada Firaun untuk membiarkan bangsanya pergi dan menyembah Allah mereka di padang gurun; dan pembebasan mereka, Allah membelah laut Reed (bukan Red Sea - Laut Merah) sehingga mereka dapat melaluinya.

- Bab 15(:22)-18: menceritakan perjalanan menuju Sinai, perjalanan yang penuh dengan keluhan. Orang Israel mengeluh karena mereka kelaparan dan Allah mengirim burung puyuh, manna dan air.

- Bab 19-24: ini menceritakan peristiwa penting yaitu theofani, wahyu kepada orang Israel, perjanjian di Sinai.

- Bab 25-40: peristiwa anak lembu emas, instruksi Allah tentang bagaimana membangun dan mendirikan Kemah Suci.

Para kritikus percaya sumber J adalah pemasok utama dari narasi dalam kitab Keluaran. Lalu ditambahkan kutipan dari sumber E, dan kemudian penambahan materi hukum dan ritual serta silsilah dari sumber P.

Nilai historis dari kisah Keluaran juga telah mempesona para ilmuwan dan orang awan, dalam berbagai generasi. Apakah kisah dari kitab Kejadian ini benar-benar terjadi? Jika iya, kapan? Apakah hal ini penting? Dan apakah ada bukti akan kisah ini, secara eksternal di luar Alkitab? Sebenarnya tidak ada bukti langsung akan kisah ini.

Kita mengenal sebuah "Prasasti Kemenangan" yang didirikan oleh Firaun Merneptah,  yang berasal dari tahun 1204 SM, yang berisi tentang klaim kemenangan atas berbagai kelompok di tanah Kanaan. Dan salah satu kelompok yang ia kalahkan adalah Israel.

Beberapa pihak percaya bahwa kelompok orang yang di kenal sebagai Israel memang telah berdiam di tanah Kanaan pada akhir abad ke-13 SM. Apakah mereka tiba di sana setelah eksodus dari Mesir? Tidak ada penjelasan lebih lanjut untuk hal ini. Sumber tersebut perlu dikonfirmasi, apakah ada bukti arkeologi dari sebuah kelompok besar manusia yang memasuki tanah Kanaan pada saat itu?

Kita berasumsi dan bersimulasi dengan hitung-hitungan berdasarkan prasasti Merneptah, anggap lah penyerangan Firaun Merneptah ke tanah Kanaan berlangsung 20 tahun setelah bangsa Israel menetap di Kanaan, jadi hitungan kita pada tahun 1225 SM bangsa Israel telah sampai di Kanaan, dan jika 40 tahun mereka mengembara di padang gurun, maka mereka keluar dari Mesir sekitar tahun 1265.

Ini gambaran timeline dari penjelasan di atas :
- 1204 SM, Firaun Merneptah menyerang Kanaan dan mengalahkan Israel, tercatat pada prasasti Merneptah.
- 1225 SM, Bangsa Israel tiba di tanah Kanaan.
...
40 tahun mengembara di padang gurun
...
-1265 SM, Bangsa Israel keluar dari Mesir, masa hidup Ramses II.
...
430 tahun sejak Yusuf
...
-1695/1700 SM, Yusuf dan keluarganya Memasuki Mesir.

Kita mengetahui bahwa pada tahun 1265 SM, adalah masa dari Dinasti ke-18 Mesir, dan Firaun Ramses II bertahta pada saat itu, ia terkenal akan proyek-proyek pembangunan perkotaan di kawasan delta - wilayah delta terkenal dengan kota Pithom dan Pi-Ramses.

Alkitab menyebut bahwa bangsa Israel berada di Mesir selama 430 tahun, jika kita menambahkan ke dalam tahun simulasi kita, maka Yusuf dan saudaranya memasuki mesir sekitar tahun 1700 SM.

Daya tarik skenario ini adalah, pada tahun 1720 SM, Mesir diserbu dan ditaklukkan oleh bangsa Semit yang dikenal sebagai bangsa Hyksos (arti sebenarnya bangsa Asing) dari Asia. Mereka mendirikan sebuah dinasti bangsa Semit, yang berpusat di utara Mesir, di daerah yang dikenal sebagai Goshen.

Sehingga mungkin saja jika firaun dari dinasti Hyksos, saling membantu antar sesama bangsa Semit lainnya: mereka mungkin telah memasukkan sesama bangsa Semit ke Mesir pada masa kelaparan ke tanah Goshen - yang mana dalam Alkitab tertulis - bangsa Israel hidup di tanah Goshen.

Demikianlah Yusuf yang merupakan bangsa Semit, yang merupakan orang asing di Mesir, dapat diangkat ke posisi penting, jabatan gubernur, adalah tidak mengejutkan, jika kita menganggap rezim Hyksos adalah rezim sesama bangsa Semit.

Pada abad ke-16 SM, orang pribumi Mesir, yang kesal dan mendendam, karena hidup memalukan di bawah kekuasaan bangsa asing/Hyksos, akhirnya bangkit melawan, dan berhasil menggulingkan serta mengusir bangsa Hyksos, mereka akhirnya kembali menguasai seluruh Mesir.

Jadi beberapa ilmuwan berspekulasi bahwa terdapat realitas histori dibalik pernyataan Keluaran 1:18: "bahwa Firaun baru, tidak mengenal Yusuf dan apa yang telah ia lakukan untuk Mesir, dan mulai menindas bangsa Ibrani." Melihat dari pembentukan dinasti pribumi Mesir, hal ini memungkinkan terjadinya  perbudakan terhadap bangsa Semit yang tersisa.

Namun, ada masalah dengan simulasi ini. Alkitab itu sendiri banyak berisi pernyataan yang sangat bertentangan mengenai lamanya bangsa Israel berdiam di Mesir. Keluaran 6:16-20 berkata bahwa orang Israel berdiam di sana selam 4 generasi, jadi mungkin 80 tahun, dari Lewi ke Musa - Lewi adalah leluhur Musa - jadi hanya 4 generasi - yang berarti kedatang mereka di Mesir adalah setelah zaman Hyksos berlalu, bukan 430 tahun; dan kita bahkan tidak tahu apakah migrasi ini terjadi pada periode Hyksos. Jumlah 430 tahun juga adalah sesuatu dari nomor ideal/nomor cantik/nomor favorit penulis Alkitab. Ini adalah angka yang beberapa kali muncul dalam kronologi di Alkitab, dan menimbulkan kecurigaan akan kesahihannya.

Jadi hipotesis Hyksos yang sempat membuat banyak orang bersemangat untuk sesaat, sebenarnya tidak dapat didukung secara baik. Namun, ada beberapa bukti yang menarik mengenai bangsa Semit yang dipekerjakan pada proyek pembangunan pada abad ke-13 SM, namun bagaimana mereka dapat berada di Mesir?

Yang kita ketahui, berdasarkan arkeologi, bahwa kota Pi-Ramses dan Pithom, di bangun kembali pada permulaan abad ke-13 SM tepat di atas situs tua bekas kota-kota bangsa Hyksos - Ibu kota Hyksos berada di Avaris yang terbengkalai karena ditinggalkan penduduknya, di bangun kembali dan menjadi kota Pi-Ramses, daerah delta ini di kenal dalam Alkitab sebagai Goshen. Jadi kota ini baru kembali diduduki pada masa Firaun Ramses II pada abad ke-13 SM.

Kita juga mengetahui bahwa para pejabat Mesir mengizinkan para kaum  nomaden yang kelaparan untuk memasuki wilayah Delta sungai Nil untuk mencari makanan: kita memiliki catatan tertulis. Mengenai keberadaan budak Semit dapat dibuktikan di Mesir pada masa ini, diakhir abad ke-13 SM: kita juga memiliki catatan tentang ini.

Kita mengetahui tentang sekelompok orang yang di sebut Hapiru atau Apiru. Mereka bukanlah sekelompok etnis namun sebagai sekelompok kelas sosial atau anggota masyarakat yang terpinggirkan, namun beberapa mempercayai terdapat hubungan atara kata "Hebrew/Ibrani" dan Habiru. Kita juga tahu jika mereka dipekerjakan pada proyek pembangunan di ibu kota Ramses II. Namun terdapat pula orang yang menolak usaha untuk menghubungkan "Hebrew" dan Hapiru.

Sebuah naskah papirus yang berasal dari abad ke-13 SM menjelaskan tentang kontrol ketat Mesir atas perbatasan mereka, dan terdapat beberapa laporan dari pejabat Mesir tentang pengejaran mereka terhadap para budak yang melarikan diri. Jelas ini kemungkinan yang terjadi di sepanjang masa, dan mereka melarikan diri ke arah gurun pasir. Kisah Keluaran juga mengandung beberapa elemen Mesir. Nama Musa, Harun, Pinehas... ini adalah nama-nama Mesir. Musa hanyalah bagian dari nama Ramses: berarti Lahir dari Ra; m-s-e-s berarti "lahir dari".

Jadi tidak ada yang menguatkan rincian dari cerita Keluaran di Alkitab. Tidak ada catatan dari Mesir tentang Musa, tidak ada catatan tentang tulah dalam  Alkitab, tidak ada catatan tentang Firaun dan bala tentaranya yang musnah. Beberapa ilmuwan berpendapat: kemungkinan kisah ini berasal dari memori sejarah dari bekas budak yang dahulu bekerja pada proyek pembangunan ini, namun mereka melarikan diri dari Mesir pada saat itu. Ini adalah dasar historis untuk kisah Keluaran.

Mengapa anda menciptakan sebuah kisah nasional, yang mana para tokoh nya memiliki nama Mesir? mengapa anda menciptakan mitos nasional yang asal-usulnya atau nenek moyangnya adalah dari para budak? Namun demikian seperti yang sudah saya tekankan di awal cerita patriakh, kita berhadapan dengan sejarah suci, yang mana terdapat tema bahwa Allah pernah bertindak atas nama mereka, menyelamatkan mereka dari perbudakan, dan mengikat mereka untuk sebuah perjanjian yang kekal.

Bab 4. Legenda Musa Kelahiran dan Kehidupan Awal.

Sedikit informasi tentang garis besar kisah Musa dan pertemuannya dengan Allah. Berdasarkan naskah Alkitab, bangsa Israel semakin bertambah banyak dan memenuhi tanah Gosyen/daerah delta sungai Nil yang diberikan kepada mereka sejak zaman Yusuf menjadi gubernur, dan seorang Firaun yang baru, menjadi takut akan jumlah mereka dan ia tidak mengenal Yusuf.

Ia lalu memutuskan untuk menghentikan pertumbuhan ini, dengan membawa semua laki-laki dewasa ke dalam perbudakan, untuk membangun kota perbekalan yaitu Pitom dan Ramses, dan mereka di pekerjakan dalam pembuatan batu bata dari tanah liat. Namun menurut naskah Alkitab "semakin di tindas, makin bertambah banyak dan berkembang mereka."

Kemudian Firaun mengambil langkah drastis yakni, membunuh semua laki-laki Israel yang baru lahir, salah satunya adalah menenggelamkan bayi-bayi Israel ke sungai Nil. Inilah latar belakang kelahiran Musa yang lahir dari keluarga Lewi yang akan menjadi keturunan imam di Israel. Dia disembunyikan selama 3 bulan, kemudian ditempatkan pada keranjang anyam dari alang-alang, yang dilapisi dengan aspal, tar, dan dihanyutkan di sungai Nil.

Namun putri Firaun akhirnya menemukan dan mengadopsi bayi tersebut serta  memberi nama Musa - sebuah nama Mesir. Dan Alkitab menciptakan arti baru bagi etimologis Musa sebagai : "Karena aku telah menariknya dari air."

Kritikus melihat kisah ini penuh dengan ironi. Penyelamatan Musa, yang akan menjatuhkan Firaun, justru di mulai oleh putri Firaun, bahkan Musa hidup dan tumbuh di dalam istana Firaun sendiri.

Selanjutnya, Keutamaan Musa ditunjukkan dalam kisah kelahirannya. Keranjang tempat menaruh bayi musa dalam bahasa Ibrani disebut "Tevah" yang berarti bahtera. Istilah ini digunakan 2 kali dalam Alkitab. Yaitu pada bahterah Nuh, yang berarti sebuah alat keselamatan di perairan.

Selain itu keranjang alang-alang - kata Ibrani untuk alang-alang adalah "Suf" - dan ini adalah petunjuk tentang Musa yang akan memimpin bangsa Israel melalui "Reed Sea" atau dalam bahasa Ibrani "Yam suf", ini bukan laut merah seperti dalam terjemahan Alkitab. Kita akan membicarakan hal ini nanti.

Kisah legendaris ini memiliki paralel dengan kisah kuno di Mesopotamia - adalah sangat umum untuk menemukan kisah kelahiran dari para orang besar, yang disisipkan dengan peristiwa luar biasa. Seperti pada kelahiran raja Cyrus dari Persia, Oedipus, Yesus, dan lain-lain. Dan kritikus melihat paralel kisah kelahiran Musa sangat mirip dengan kisah kelahiran raja besar bangsa Akkad, yaitu Raja Sargon, yang hidup sekitar tahun 2300 SM.

Bayi Sargon (Kisah Hidup Sargon) yang merupakan anak seorang Imam juga ditempatkan dalam keranjang yang dilapisi tar, dihanyutkan ke sungai Efrat, dan diselamatkan oleh tukang kebun kerajaan, dan Sargon kemudian merebut takhta raja tersebut. Hal ini sekaligus menegaskan tentang genre/tema dari dari kisah ini. Tidak banyak keterangan tentang masa kecil Musa dalam Alkitab, namun kita mengetahui bahwa Musa kemudian menyadari identitas dirinya sebagai bagian dari bangsa Israel pada:

Keluaran 2:11-15.
11. Pada waktu itu, ketika Musa telah dewasa, ia keluar mendapatkan saudara-saudaranya untuk melihat kerja paksa mereka; lalu dilihatnyalah seorang Mesir memukul seorang Ibrani, seorang dari saudara-saudaranya itu.
12. Ia menoleh ke sana sini dan ketika dilihatnya tidak ada orang, dibunuhnya orang Mesir itu, dan disembunyikannya mayatnya dalam pasir.
13. Ketika keesokan harinya ia keluar lagi, didapatinya dua orang Ibrani tengah berkelahi. Ia bertanya kepada yang bersalah itu: "Mengapa engkau pukul temanmu?"
14. Tetapi jawabnya: "Siapakah yang mengangkat engkau menjadi pemimpin dan hakim atas kami? Apakah engkau bermaksud membunuh aku, sama seperti engkau telah membunuh orang Mesir itu?" Musa menjadi takut, sebab pikirnya: "Tentulah perkara itu telah ketahuan."
15. Ketika Firaun mendengar tentang perkara itu, dicarinya ikhtiar untuk membunuh Musa. Tetapi Musa melarikan diri dari hadapan Firaun dan tiba di tanah Midian, lalu ia duduk-duduk di tepi sebuah sumur.



Jadi Musa menolong saudaranya yang tertindas dengan membunuh orang Mesir, dan ia kemudian melarikan diri ke wilayah  Midian. Karakter musa ditampakkan sebagai orang yang melindungi para orang tertindas. Dan di sana ia bertemu dengan imam dari negeri Midian yang mempunyai 7 anak wanita. Pada kejadian 2:16-17, Musa lagi-lagi menunjukkan karakternya dengan menolong para wanita itu dalam perselisihan dengan beberapa gembala dalam masalah air. Di sana Musa lalu menikah dengan Rehuellah Zipora. Dan ia berdiam selama 40 tahun diantara mereka.

Bab 5. Gambaran Allah dalam Alkitab.

Sekarang situasi bangsa Israel di Mesir, menurut Alkitab semakin sulit.

Keluaran 2:23-24
23. Lama sesudah itu matilah raja Mesir. Tetapi orang Israel masih mengeluh karena perbudakan, dan mereka berseru-seru, sehingga teriak mereka minta tolong karena perbudakan itu sampai kepada Allah.
24. Allah mendengar mereka mengerang, lalu Ia mengingat kepada perjanjian-Nya dengan Abraham, Ishak dan Yakub.

Dan suatu ketika di padang gurun di sebuah tempat yang dikenal sebagai gunung Allah atau gunung Horeb, yang juga di wilayah Sinai, Musa melihat nyala api pada sebuah semak duri namun tidak terbakar, dan ia mendengar suara:

Keluaran 3:6-10
6. Lagi Ia berfirman: "Akulah Allah ayahmu, Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub." Lalu Musa menutupi mukanya, sebab ia takut memandang Allah.
7. Dan TUHAN berfirman: "Aku telah memperhatikan dengan sungguh kesengsaraan umat-Ku di tanah Mesir, dan Aku telah mendengar seruan mereka yang disebabkan oleh pengerah-pengerah mereka, ya, Aku mengetahui penderitaan mereka.
8. Sebab itu Aku telah turun untuk melepaskan mereka dari tangan orang Mesir dan menuntun mereka keluar dari negeri itu ke suatu negeri yang baik dan luas, suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya, ke tempat orang Kanaan, orang Het, orang Amori, orang Feris, orang Hewi dan orang Yebus.
9. Sekarang seruan orang Israel telah sampai kepada-Ku; juga telah Kulihat, betapa kerasnya orang Mesir menindas mereka.
10. Jadi sekarang, pergilah, Aku mengutus engkau kepada Firaun untuk membawa umat-Ku, orang Israel, keluar dari Mesir."

Musa dengan sungkan menjawab: Siapa saya? Mengapa bukan kakak saya si Harun, dia seorang pembicara yang mahir? Satu hal yang perlu di catat tentang perkataan Musa: "aku ini berat mulut dan berat lidah." Namun seperti yang sudah-sudah yang kita lihat dalam kitab Kejadian, Allah memilih siapa yang Ia pilih, dan tidak ada yang mengerti alasan-Nya.

Musa berkata: Bolehkah aku mengetahui siapa yang mengutus aku? Dia bertanya tentang siapa nama Allah. Dan Allah menjawab dengan kalimat, "Ehyeh asher ehyeh." yang sering diterjemahkan, "Aku adalah Aku", "Dia adalah Dia" atau "Yahweh esher Yahweh" dan disingkat menjadi Yahweh. Ini adalah penjelasan Alkitab tentang nama Yahweh, dan sebagai nama pribadi Allah, namun ada yang berpendapat mungkin ini adalah cara Allah untuk tidak menjawab pertanyaan Musa. Kita telah melihat bagaimana Alkitab mengasosiakan nama dengan "kuasa" untuk mengendalikan, dan Allah menolak untuk mengungkapkan nama-Nya ketika bergulat dengan Yakub, jadi bisa saja kita membaca hal ini secara berbeda: Siapakah Aku? Aku adalah Aku, dan hentikanlah keinginan-tahuan mu.

Ada yang unik dari percakapan semak yang menyala ini. Allah mengenalkan dirinya kepada Musa sebagai Allah dari Abraham, Ishak dan Yakub. Banyak komentator berpendapat bahwa penulis sedang mencoba untuk membangun kesinambungan sejarah yang terputus antara Musa dan janji-janji yang telah diberikan kepada para leluhur Israel. Dan Ia mengungkapkan nama kepada Musa sebagai Yahweh, jadi Yahwenisme dan Pengkultusan Yahweh di mulai sejak Musa.

Kita melihat dalam hal ini, Alkitab memiliki padangan yang berbeda. Berdasarkan sumber J dalam

Kejadian 4:26
"Lahirlah seorang anak laki-laki bagi Set juga dan anak itu dinamainya Enos. Waktu itulah orang mulai memanggil nama Tuhan (Yahweh)"

Nama ini selalu di kenal oleh manusia. J ingin menegaskan kesinambungan langsung antara Allah para leluhur, dan Allah keluaran. Namun sumber P dan E mengatakan hal ini secara berbeda dalam

Keluaran 6:2-3
2. Selanjutnya berfirmanlah Allah kepada Musa: "Akulah TUHAN (Yahweh).
3. Aku telah menampakkan diri kepada Abraham, Ishak dan Yakub sebagai Allah Yang Mahakuasa (El Shaddai), tetapi dengan nama-Ku TUHAN (Yahweh) Aku belum menyatakan diri.

Sekarang, hal ini bertentangan dengan sumber J, dan banyak kritikus melihat bahwa sumber P dan E mewarisi memori saat Israel menyembah dewa Kanaan El (El Shaddai). P dan E ingin mengklaim bahwa Allah yang membuat perjanjian dengan para leluhur adalah Allah keluaran, tapi sekarang dengan nama baru.

Kita akan melihat perbedaan antara keagamaan para patriak/leluhur dan Yahwenisme baru. Terdapat beberapa gelar bagi Allah, dan pada tradisi tentang para leluhur dalam kitab Kejadian - 6 kali menggunakan gelar Allah yaitu El Shaddai, El'Elyon, El Olam, El Roi dan El Beyt El.

Sebelumnya kita membahas tentang naskah penting yang ditemukan pada sebuah situs bernama Ras Shamra, peninggalan bangsa Ugarit kuno. Pada tahun 1928 seorang petani di Suriah menemukan sebuah makam di Ras Shamra, yang lalu digali oleh ilmuwan Perancis, dan ia menemukan semacam  perpustakaan dengan setumpuk tablet yang ditulis dalam bahasa yang sangat mirip dengan bahasa Ibrani.

Bahasa Ibrani adalah dialek dari bahasa Kanaan - para ilmuwan bahkan mengatakan bahwa sangat sulit untuk membedakan antara bahasa Kanaan dan Ibrani - dan naskah-naskah tersebut banyak membahas tentang para dewa keagamaan Kanaan. Termasuk dewa langit, EL, yang merupakan ayah bagi para dewa dan manusia.

El memiliki istri bernama Asherah; dan anak perempuan bernama Anat yang merupakan dewa perang yang beringas; dan juga anak lelaki bernama Baal yang merupakan dewa badai. Ia digambarkan dalam literatur mitologi sebagai penakluk dari dewa laut kuno - Yam, dan dewa kematian - Mot.

Ada kemiripan yang mencolok antara mahluk illahi dalam Alkitab dan dewa Kanaan EL. El adalah pemimpin dari majelis para dewa. Dia dikatakan memiliki jenggot putih yang panjang. Ia tinggl di puncak gunung, di tenda. Julukannya termasuk "Bapa dari semua mahluk," "Lembu/Banteng," "Raja." Ia juga digambarkan sebagai pelindung dari para leluhur (bangsa Ugarit), dewa dari para suku-suku. Dalam naskah tersebut, ia menuntun mereka, melindungi, dan menjanjikan mereka keturunan. Banyak dari ayat-ayat di Alkitab yang penggambarannya menyerupai naskah ini, seperti pemimpin dari majelis mahluk illahi. Dan pada kisah patriak Allah menyebut dirinya Allah bapa, hal ini serupa dengan dewa El.

Banyak dari para patriak/leluhur memiliki nama dengan mengandung elemen El: Israel, Ishmael, Beth-el. El adalah Allah dari para patriak. Dan hal ini kontras setelah masa Musa, orang-orang Israel mulai menggunakan nama dengan elemen Yah atau Yahu yang merupakan bagian dari nama Yahweh: Eliyah dalam bahasa Ibrani adalah Eliyahu.

Ada gambaran lain dalam Alkitab tentang Allah yang sangat mirip dengan dewa badai Baal. Berdasarkan mitologi Kanaan, Baal mengalahkan El, dan merebut posisinya sebagai kepala dari majelis para dewa, jadi terdapat peralihan diantara para dewa, dari El kepada Baal yang menjadi dewa utama.

Seperti Baal, Yahweh juga dikatakan berkendaraan diatas awan, kita memiliki syair tentang ini. Wahyu-wahyu Allah kadang disertai dengan badai, gempa bumi: Baal adalah dewa badai. Juga terdapat potongan syair tentang Yahweh mengalahkan Yam/lautan purba/kekacauan, dan ini adalah corak khas Baal.

Praktek ritual ibadah dari orang Israel dan Yehuda kuno secara jelas juga menyerupai dengan ritual orang Kanaan dan Timur-Tengah Kuno. Ritual keagamaan Kanaan berlangsung di sebuah kuil yang berisi patung-patung pemujaan. Ada pilar batu, mungkin simbol dari para dewa, atau peringatan untuk orang mati. Ada altar untuk hewan kurban, biji-bijian, persembahan minyak.

Kesamaannya dengan Allah Israel adalah Ia di puja di berbagai tempat tinggi/gunung/bukit. Kuil mereka juga memiliki altar-altar, terdapat pilar-pilar pemujaan, dan tiang-tiang kayu : yang dalam Alkitab disebut sebagai simbol Asherah. Kuil-kuil ini dikaitkan dengan ritual untuk menghubungi roh-roh orang mati/leluhur. Sekarang pemujaan seperti ini akan di larang: kitab Ulangan akan mengungkapkan hal ini.

Kitab Ulangan bersikeras agar semua bentuk ibadah harus dilakukan pada satu tempat yang dikuduskan. Dan kuil-kuil atau altar-altar/asherot di luar dari tempat ini harus dimusnahkan. Cerita patriak jelas bukan buatan kelompok D/Deuteronomist/Kitab Ulangan, dan cerita-cerita patriak yang telah memiliki otoritas tradisional yang kuat harus mereka adopsi dengan sedikit modifikasi serius.

Kejadian 28:18
Keesokan harinya pagi-pagi Yakub mengambil batu yang dipakainya sebagai alas kepala dan mendirikan itu menjadi tugu dan menuang minyak ke atasnya.

Ulangan 16:21-22
21. "Janganlah engkau menanam sesuatu pohon sebagai tiang berhala di samping mezbah TUHAN, Allahmu, mezbah yang akan kaubuat bagimu.
22. Janganlah juga kaudirikan bagimu tugu berhala, yang dibenci oleh TUHAN, Allahmu.

Bab 6. Model Konvergen & Divergen Smith.

Kita telah membahas tentang kesamaan besar antara Allah Israel dan dewa tetangganya. Sekarang bagaimana kita memahami tentang munculnya Allah Israel dan keagamaan Israel? Sejauh ini kita telah membahas 2 model yaitu evolusi klasik dari politheisme kepada henotheisme hingga monotheisme. Serta model revolusi dari Kaufman. Keduanya sangat bersebrangan namun memiliki unsur kebenaran didalamnya.

Model evolusi, menarik dari fakta bahwa Yahweh menyerupai dewa tentangga Israel, dan para patriak nampaknya menyembah dewa Kanaan, El. Masalah dalam model evolusi adalah ia menghiraukan sebuah aspek dalam naskah Alkitab yang menunjukkan adalanya polemik/pertentangan yang jelas diantara agama Israel dan tetangganya.

Model revolusi Kaufman berfokus secara eksklusif pada perbedaan-perbedaan antara Yahwenisme dan politheisme Kanaan. Namun ia gagal menjelaskan tentang kesamaan yang hampir identik diantara keduanya.

Model ke-3 muncul sekitar 20-15 tahun yang lalu. Ia melihat keagamaan Israel sebagai bentuk dari evolusi dan penyempurnaan secara alami dari keagamaan Kanaan, dan sekaligus membuat pemutusan radikal terhadap keagamaan Kanaan - salah satu yang terkenal akan model ini adalah Mark S. Smith dan Steven Geller, yang mendalami tentang negosiasi kultural dan ideologi yang membangkitkan monotheisme Israel.

Mark Smith menggambarkan asal muasal dan perkembangan keagamaan Israel sebagai proses dari yang ia sebut konvergensi dan diferensiasi. Ia menggambarkan tentang konvergensi yang melibatkan perpaduan dari berbagai dewa (atau fitur/ciri-ciri) kedalam sosok Yahweh. Ada periode konvergensi atau percampuran dari para dewa.

Serta periode diferensiasi dimana Israel menolak segala akar budaya Kanaan, dan menciptakan identitas yang berbeda. Sebuah titik dimana keinginan untuk memisahkan diri dalam proses pembentukan identitas diri, dimana pertentangan dikembangkan untuk menciptakan Yahweh dalam cara yang berbeda dari dewa Kanaan.

Konvergensi yang di maksud oleh Smith adalah: Kanaan secara jelas merupakan akar dan leluhur dari Israel. Bahas Ibrani itu sendiri pada dasarnya adalah dialek Kanaan. Dewa Kanaan, El, adalah serupa dengan El dalam naskah Alkitab, dewa utama dari leluhur bangsa Israel.

Melalui proses konvergensi, dewa Yahweh yang dipercaya berasal dari daerah di selatan Kanaan, yakni Sinai & Edom, atau apa saja di daerah selatan - namun dewa ini, melalui proses konvergensi dan pencampuran budaya, mulai mengambil karakteristik dari dewa lainnya, pertama El, kemudian Baal, atau munkin juga secara bersamaan.

Dan beberapa askpek dari konvergensi ini kemudian mendapat pertentangan, dan ditolak, hingga menghasilkan Yahweh satu-satunya Allah, bersamaan dengan pembentukan identitas Israel.

Model Smith tentang konvergensi kemudian diferensiasi, memiliki kekuatan dalam penjelasan, model ini dapat menjelaskan  kesamaan antara dewa Israel dan Kanaan, juga mencerahkan tentang mengapa Alkitab sangat keras bereaksi terhadap ke-agamaan bangsa Kanaan dan penyembahan Baal pada khususnya. Hal ini mengingatkan tentang rivalitas antara saudara kandung, yang berjuang dan bergulat untuk membedakan diri satu sama lainnya.

Model Smith menjelaskan Allah Israel adalah produk akhir dari proses budaya, namun tentang kapan dan mengapa diferensiasi ini terjadi? Bagaimana dengan peristiwa pengkultusan Baal yang menggantikan El? kita akan membahasnya di kuliah mendatang.

Yosua 24:14-15
14. Oleh sebab itu, takutlah akan TUHAN (Yahweh) dan beribadahlah kepada-Nya dengan tulus ikhlas dan setia. Jauhkanlah allah (El) yang kepadanya nenek moyangmu telah beribadah di seberang sungai Efrat dan di Mesir, dan beribadahlah kepada TUHAN (Yahweh).
15. Tetapi jika kamu anggap tidak baik untuk beribadah kepada TUHAN (Yahweh), pilihlah pada hari ini kepada siapa kamu akan beribadah; allah yang kepadanya nenek moyangmu beribadah di seberang sungai Efrat, atau allah orang Amori yang negerinya kamu diami ini. Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada TUHAN! (Yahweh)"


Sumber, kuliah prof. Christine Hayes, dari YALE univ : http://oyc.yale.edu/religious-studie...t-145#sessions

Kembali ke Index Artikel

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Apakah Abraham Berasal Dari Ur atau Haran?

Abraham berasal dari kota Haran dan bukan dari kota Ur-Kasdim, ya itulah pendapat beberapa para ahli biblikal moderen, mengapa mereka berpen...