Bab 1. Pendapat Ilmuwan Tentang Akurasi Sejarah Dalam Alkitab.
Pendapat ilmuwan mengenai kisah para leluhur/Patriak pada kitab Kejadian 12-50, terbelah menjadi 2 kubu; ini sesuatu yang perlu anda ketahui. Beberapa ilmuwan akan merujuk ke beberapa ayat Alkitab untuk dijadikan bukti atas keaslian dan kekunoan, dari cerita patriak. Contohnya, Nahum Sarna, yang berpendapat bahwa penggambaran Abraham, Ishak dan Yakub sebagai orang asing di tanah Kanaan, bukanlah suatu hal yang nyaman bagi orang yang ingin membangun sebuah klaim atas kepemilikan sebuah tanah air.
Dan jika mitos tentang asal-usul mereka, adalah sebuah pemalsuan dari para penulis di masa kemudian, maka seharusnya akan ditulis dengan cerita yang menggambarkan tentang para leluhur bangsa dengan lebih lembut terhadap klaim atas tanah tersebut.
Ia juga menjelaskan mengenai kisah para patriak, yang melakukan beberapa praktik terlarang dan dicelah oleh doktrin agama. Yakub menikahi 2 wanita bersaudara secara bersamaan, ini adalah sesuatu yang terlarang dalam kitab Ulangan. Bukankah sang penulis seharusnya membereskan catatan kurang nyaman dari patriak ini, jika ini adalah sesuatu yang di tulis pada masa kemudian?
Ia juga memaparkan tentang hubungan antar etnis dalam kisah patriak tidak sesuai dengan realitas pada masa kemudian. Contohnya, bangsa Aram yang digambarkan sebagai kerabat dekat Israel, Ulangan 26:5 "..Bapaku dahulu seorang Aram, seorang pengembara...", dan juga pasangan dari para leluhur bangsa Israel selalu dipilih dari orang-orang Aram, yang dianggap sebagai kerabat dekat.
Namun pada masa monarki, yaitu periode setelah tahun 1000 SM, terjadi hubungan yang buruk dengan orang Aram. Mereka adalah musuh bebunyutan Israel. Jadi mengapa penulis Alkitab dari periode yang telah menyaksikan perselisihan dengan Aram, justru menggambarkan bangsa Aram sebagai kerabat dekat mereka? Hal ini mungkin terjadi jika memang ada tradisi tua yang menceritakan hal ini.
Menurut Sarna dan beberapa ilmuwan lainnya, tradisi tentang Patriak tidak seluruhnya pemalsuan dari penulis yang berasal dari periode berikut. Mereka mengandung beberapa kenangan otentik dari situasi sejarah pada masa lampau.
Sebuah pelestarian tentang kisah kuno mengenai para leluhur yang berasal dari kaum semi-nomaden, yang mana mereka hidup di tenda-tenda. Dan dari waktu ke waktu, mereka mengembara hingga ke negeri Mesir atau Mesopotamia, untuk mencari sumber makanan bagi ternak mereka. Dan berbagai rincian mengenai bahasa, kebiasaan, hukum dan agama mereka, sangat cocok dengan kelaziman periode akhir zaman perunggu: 1550-1200 SM.
Namun di sisi lain, kita juga memiliki ilmuwan yang melihat cerita tentang para leluhur seluruhnya adalah pemalsuan tentang kisah masa lalu. Dan pendapat mereka bervariasi dalam menentukan penanggalan penulisan cerita ini: paling awal pada periode monarki, dan paling akhir pada abad ke-4 SM, atau zaman kekuasaan bangsa Persia atau Yunani.
Sebuah karya yang diterbitkan pada tahun 1970 oleh Thomas Thompson dan Jon Van seters mengatakan bahwa kisah-kisah ini dipenuhi dengan anakronisme, dan kronologi mereka membingungkan. Hal-hal demikian adalah sebuah kepastian dalam pandangan mereka, jika disimpulkan bahwa penyusunan Alkitab adalah pada masa yang sangat akhir yaitu Zaman Hellenistik (sekitar tahun 300 SM).
(Dukungan Arkeologi)
Jadi kita memiliki 2 pandangan ekstrim yang sama-sama merujuk pada bukti internal, yakni dari Alkitab itu sendiri. Demikianlah kita juga akan melihat 2 pandangan ekstrim ini dalam bidang arkeologi.
Pada masa awal, dikenal istilah biblikal arkeologi (arkeologi Alktiab). Sebuah nama yang menarik, karena menunjukkan bahwa arkeologi digunakan untuk menjadi bukti untuk memverifikasi kisah-kisah dari Alkitab. Atau bidang arkeologi untuk mendukung naskah Alkitab.
Sekilas telah kita bahas mengenai William F. Albright, seorang arkeolog terkenal dari Amerika. Dia sangat percaya bahwa temuan arkeologi adalah bukti eksternal penting yang menjadi bukti dasar akan historitas dan kebenaran Alkitab, dalam hal ini adalah kisah patriak.
Kemudian muncullah beberapa temuan arkeologi yang luar biasa. Para ilmuwan yang berbagi pandangan dengan Albright menunjuk pada berbagai naskah dan tablet tanah liat (loh batu) yang ditemukan di sebuah situs yang berasal dari millenium ke-2 SM ( 2000 - 1000 SM). Situs itu adalah Nuzi dan Mari. Lokasi mereka sangat dekat dengan wilayah yang di identifikasi dalam Alkitab sebagai tanah leluhur dari patriak-Abraham di Mesopotamia (kota Harran), sebelum mereka berpindah ke Tanah Kanaan.
Rekonstruksi rute perjalanan Abraham sekitar tahun 1900an SM |
Di situs bernama Nuzi, sebuah tablet tanah liat kuno ditemukan, dan diyakini penemuan ini adalah pencerahan mengenai adat istiadat dan tradisi dalam Alkitab. Kita mendapatkan informasi tentang adanya kebiasaan praktik adopsi untuk tujuan pewarisan, khususnya pengadopsian seorang budak, karena sang majikan tidak memiliki anak kandung.
Para ahli biblikal sangat bersemangat mengenai penemuan ini. Mereka menunjuk ayat dalam Alkitab di mana Abraham berkeluh terhadap Allah karena hambanya, Eliezer yang akan mewarisi janji Allah karena Abraham tidak memiliki anak.
Juga disebut dalam naskah Nuzi, jika seorang istri mandul, dia wajib untuk memberikan pembantunya sebagai pengganti untuk melahirkan anak bagi suaminya. Dan ini adalah sesuatu yang terjadi pada beberapa leluhur wanita/matriak yang mengalami ketidaksuburan : Sarah, Rahel dan Lea. Ada persamaan lain dalam hal hukum keluarga dan pernikahan yang berhubungan dengan beberapa rincian dalam Alkitab.
Naskah dari Mari yang berasal dari abad ke-18 SM, juga berisi nama-nama yang sesuai dengan nama Israel: Benyamin (Ben-Yamina), Laban, Ismail. Jadi para ahli biblikal, merasa telah menemukan korelasi antara Alkitab dan arkeologi. Mereka menegaskan bahwa para patriak adalah orang-orang yang nyata dan kebiasaan mereka, praktek-praktek mereka, hukum dan institusi sosial mereka bisa diverifikasi dengan temuan arkeologi dari millenium ke-2 SM.
(Bantahan Dari Data Arkeologi)
Namun, hal tersebut mendapat bantahan, para ilmuwan ini dituding telah salah membaca atau salah menafsirkan dokumen kuno ini, karena mereka sedang berupaya untuk menemukan kesamaan dengan Alkitab. Pembacaan dokumen tersebut belumlah sempurna, namun mereka membuat teks-teks itu terlihat seperti sesuai dengan klaim mereka atas Alkitab.
Dan ilmuwan skeptis seperti Thomas Thompson dan Jon Van Seters, menunjukkan bahwa banyak dari kebiasaan atau tradisi dalam Alkitab, memiliki paralel dengan kebiasaan umum di Mesopotamia, dan bahkan tradisi itu masih dipraktekkan secara umum hingga ke millenium ke-1 (1000-0 SM).
Jadi rujukan mengenai kebiasaan dalam kisah patriak bukanlah petunjuk untuk menentukan sebuah penanggalan. Kebiasaan ini bisa berasal dari periode mana saja, dari millenium ke-2 atau ke-1 (2999 - 1 SM).
Selanjutnya dari waktu ke waktu, semakin banyak perbedaan, antara catatan arkeologi dan naskah Alkitab yang terungkap. Dan saat ini terminologi Biblikal Arkeologi, telah berubah nama menjadi Arkeologi Palestina atau Arkeologi Timur Dekat (Timur-Tengah) atau Arkeologi Levant.
Beberapa dari para arkeolog ini, menjadi tidak tertarik untuk menunjukkan korelasi antara data arkeologi dan kisah-kisah Alkitab. Mereka lebih fokus pada usaha rekonstruksi terbaik atas sejarah dari wilayah ini, berdasarkan bukti arkeologi, tanpa intervensi Alkitab.
Dan kesimpulan dari rekonstruksi para ilmuwan seringkali membantah klaim Alkitab. Kita akan melihat hal ini dengan lebih jelas di kuliah mendatang dalam pembahasan kitab Yoshua, dalam narasi mengenai invasi kilat bangsa Israel atas tanah Kanaan, di mana bukti arkeologi tidak mendukung cerita seperti itu.
(Alkitab bukanlah dokumen sejarah namun literatur sastra)
Namun bagi orang-orang yang memandang Alkitab sebagai dokumen historis yang akurat - yang muncul akibat kebutuhan ideologi. Banyak yang menjadi khawatir jika ternyata banyak informasi sejarah dalam Akitab adalah tidak benar, maka Alkitab tidak dapat diandalkan sebagai sumber pengajaran dan inspirasi agama. Ini adalah sesuatu yang tidak mereka inginkan.
Sebenarnya hal tersebut sangat disayangkan, karena terdapat beban yang sangat berat diletakkan pada perpustakaan kecil yang berisi berbagai tulisan dari zaman kuno, dan menarik ini. Orang yang menyamakan kebenaran dengan fakta sejarah pasti akan berakhir melihat Alkitab dengan rendah, ia naif dan matanya seakan melihat sebuah jaring kebohongan yang buruk, karena ia penuh dengan unsur-unsur yang tidak benar secara harfiah.
Cara pandang seperti ini adalah sebuah kesalahan. Perumpamaan mengenai kisah Hamlet yang merupakan karya Shakespeare, yang berlatar belakang negeri Denmark, dan itu adalah sebuah tempat yang yang nyata, namun demikian Hamlet bukan lah figur historis (tokoh sejarah).
Namun demikian kisah Hamlet tidak menjadi naif dan dilihat sebagai kisah yang penuh dengan jaring kebohongan di mata kita. Hal ini karena kita menyadari, bahwa ketika kita membaca atau menonton Hamlet kita mengetahui bahwa ia bukanlah sebuah karya tulis tentang sejarah, ia hanyalah sebuah karya sastra.
Dan untuk menghormati tema (genre) dan ruang lingkupnya, kita tahu dan menerima bahwa kebenaran yang disampaikan kisah tersebut bukanlah fakta sejarah, namun fakta sosial, politis, etika dan kebenaran sosial. Dan Alkitab layak menyandang sebagai genre/tema yang serupa.
Alkitab tidak berpura-pura menjadi, dan kita tidak harus membacanya seperti pemahaman kita akan sebuah karya "sejarah objektif", dan yang pasti kita akan menemukan beberapa peristiwa yang disebut dalam naskah Alkitab ternyata berkorelasi dengan peristiwa sejarah.
(Beberapa dalam Alkitab, berkorelasi dengan fakta sejarah)
Kita mengetahui tentang invasi Firaun Sisak atas Palestina pada tahun 924 SM. Hal ini disebutkan dalam Alkitab, dan juga disebutkan dalam catatan sejarah Mesir. Kehancuran kerajaan Israel pada tahun 722 SM, penaklukan Yerusalem pada tahun 597 SM, penghancuran bait Allah di Yerusalem pada tahun 586 SM - hal-hal ini tercatat dalam naskah Alkitab dan mereka tercatat pula dalam catatan bangsa Ashur dan Babel; demikian pula dengan peristiwa-peristiwa pada akhir masa monarki di Israel dan Yehuda. Karena korelasi ini, banyak ilmuwan menerima kronologi umum dalam Alkitab pada periode Monarki: di mulai sekitar tahun 1000 SM, urutan raja-raja, pertempuran dan sebagainya.
Namun yang paling penting, adalah sebuah kekeliruan, menurutku jika membaca Alkitab sebagai catatan sejarah. Alkitab adalah sebuah karya sastra. Komposisinya dipengaruhi dan ditentukan oleh teknik sastra.
Dan sejujurnya kita semua tahu bahwa tidak ada yang namanya sejarah objektif yang murni. Kita tidak memiliki akses langsung ke peristiwa masa lalu. Kita hanya dimediasi oleh sebuah materi: peninggalan arkeologis hanya berisi informasi, dan itu harus kita tafsirkan, bahkan bisa saja naskah tersebut adalah sudah merupakan sebuah penafsiran dari sebuah kejadian, dan kemudian kita tafsirkan lagi.
Narasi/cerita dalam Alkitab adalah sebuah penafsiran atas peristiwa, yang kemudian menjadi tradisi, dan terpelihara atau diwariskan selama berabad-abad, yang mana mereka memiliki makna khusus bagi kehidupan etnis Yahudi. Dan bagi perawi Alkitab, kisah-kisah ini adalah sebuah tradisi lisan yang sangat tua dan dipercaya memiliki tujuan illahi.
Narasi diceritakan menurut tujuan mereka, dan mereka tidak bermaksud untuk menulis sebuah karya sejarah, seperti hal nya para sejarawan moderen menulis sejarah. Mereka hanya bertujuan untuk menunjukkan kepada kita, apa yang mereka yakini sebagai campur tangah Allah dalam peristiwa dan pengalaman bangsa Israel.
Seorang ilmuwan, Marc Brettler mengatakan kisah dalam Alkitab bagaikan sebuah cahaya dari peristiwa masa lalu yang dibiaskan melalui lensa-lensa theologi, politis dan ideologi. Bukankah semua narasi sejarah kuno ditulis seperti itu, bahkan narasi sejarah kontemporer juga ditulis demikian. Kita dapat mempelajari sejarah Israel dari sumber Alkitab, seperti sejarawan mempelajari sejarah klasik dari Yunani, dan Roma, meskipun tulisan itu tendensius, dan termotivasi secarah ideologi oleh penulisnya.
Bab 2. Perintah Illahi dan Janji Illahi: Kebenaran Dilepaskan dari Beban Sejarah.
Kita tidak akan mempertanyakan apakah kisah-kisah para leluhur bangsa secara historis adalah akurat. Saya akan berasumsi bahwa mereka bukan fakta historis. Dan ketika kita telah melepaskan diri dari beban historis, kita bebas untuk menghargai kisah ini apa adanya: powerful!, kisah ini sangat hebat dibanding literatur sejenis pada masa mereka, dan kebenaran mereka berada pada sisi sosial, politik, dan moralitas.
Jadi apakah kebenaran yang dikandungnya itu? anda mungkin akan menghabiskan sisa hidup anda untuk menjawab pertanyaan ini. Namun kita mulai dengan mengidentifikasi beberapa dari mereka, pada tema utama Kejadian 12-50. Kita mulai dari kisah Terah dan keluarganya.
(Kisah Abraham)
Ini adalah kisah monumental tentang tema "perintah dan janji illahi". Sekarang, penulis menggambarkan sebuah perintah illahi tentang emigrasi dari figur Abram, anak Terah, yang namanya akan diubah menjadi Abraham.
Ini adalah langkah pertama dalam saga yang akan mengarah pada pembentukan sebuah bangsa yang memiliki perjanjian dengan Allah. Hal ini terdapat pada :
Kejadian 11:27-32
Inilah keturunan Terah. Terah memperanakkan Abram, Nahor dan Haran, dan Haran memperanakkan Lot. Ketika Terah, ayahnya, masih hidup, matilah Haran di negeri kelahirannya, di Ur-Kasdim. Abram dan Nahor kedua-duanya kawin; nama isteri Abram ialah Sarai, dan nama isteri Nahor ialah Milka, anak Haran ayah Milka dan Yiska. Sarai itu mandul, tidak mempunyai anak.
Lalu Terah membawa Abram, anaknya, serta cucunya, Lot, yaitu anak Haran, dan Sarai, menantunya, isteri Abram, anaknya; ia berangkat bersama-sama dengan mereka dari Ur-Kasdim untuk pergi ke tanah Kanaan, lalu sampailah mereka ke Haran, dan menetap di sana. Umur Terah 205 tahun; lalu ia mati di Haran.
Kejadian 12:1
Berfirmanlah TUHAN kepada Abram: "Pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu ini ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu; Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau serta membuat namamu masyhur; dan engkau akan menjadi berkat. Aku akan memberkati orang-orang yang memberkati engkau, dan mengutuk orang-orang yang mengutuk engkau, dan olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat.
Jadi Abram diperintahkan untuk pergi dari negeri mereka dan keluarganya ke lokasi yang sama sekali tidak ditentukan sebelumnya. Hal ini membuat para komentator/ahli tafsir selama beratus tahun memuji Abraham karena iman nya.
Ini adalah sebuah bentuk kebajikan, ke-iman-an adalah kesalehan yang paling utama yang dihubungkan dengan Abram dalam konteks tradisi keagamaan nanti.
Ia dipandang sebagai teladan bagi orang-orang beriman. Perintah ini disertai dengan beberapa janji dari Allah: menjadi bangsa yang besar dan ia akan di berkati. Namun pada bab 11 ditulis bahwa Sarai adalah mandul. Ini nampak sebagai detail yang tidak relevan, yang di masukkan kedalam cerita.
Sebenarnya hal ini adalah bentuk dari kecerdasan sang penulis yang sengaja membenamkan informasi tersebut, karena kita dikondisikan agar menyadari bahwa Abram harus memperlakukan perkataan Allah sebagai Iman, dan dengan begitu sempurna sang penulis menyiapkan berbagai ketegangan dramatis dan kebingungan yang akan terjadi pada beberapa ayat berikutnya, karena Abraham nampaknya tidak menyadari bahwa keturunan itu akan datang dari Sarai yang mandul.
Anda harus membaca kisah ini seperti anda baru membaca untuk pertama kalinya. Anda harus mendisiplinkan diri anda ketika membaca kisah ini seperti anda tidak mengetahui apa yang akan terjadi kemudian, dan tempatkan diri anda pada posisi sang karakter.
Abraham baru saja diberitahu bahwa dia akan menjadi bapa dari bangsa yang besar, namun ia menemui sebuah fakta, jika ia memiliki istri yang mandul. Dia tampaknya tidak menyadari bahwa keturunan itu dari Sarai, dan mengapa ia harus berpikir dari istrinya saat ini?
Perkataan Allah dibuat tidak spesifik. Ia hanya berkata, "Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar." Dia tidak mengatakan apa-apa tentang Sarai, yang mandul itu. Jadi Abraham mungkin berpikir jika ada beberapa pasangan yang disiapkan untuknya di suatu tempat. Sehingga ia menyerahkan Sarai dengan mudahnya ke tangan orang lain, untuk sang Firaun ketika ia berada di Mesir.
Dan ia tidak menolak menerima tawaran Sarai yang menawarkan hambanya, Hagar, untuk melahirkan anak bagi Abraham. Dengan cerdik sang penulis menuntun kita pada Abram yang menganggap jika Ismael adalah sang anak perjanjian.
Namun kemudian seperti menarik karpet dari kaki kita, pada Kejadian 17, Allah akhirnya, mungkin tak sabar, lalu berbicara secara spesifik: Tidak, maksud-Ku melalui Sarah. Dan Sarah akhirnya melahirkan Ishak dan dengan dia Allah membuat perjanjian yang kekal.
Beberapa ayat kemudian, ketika Abraham, Sarah, dan kemenakannya Lot mencapai tanah Kanaan, Allah membuat beberapa janji tambahan. Ia berkata, "Aku akan memberikan negeri ini kepada keturunanmu." Jadi telah ada 3 janji yang diungkapkan dalam drama ini: janji akan keturunan, berkah, dan tanah. Dan ini adalah ketegangan yang ditimbulkan oleh sang penulis dari kisah para leluhur bangsa hingga kisah tentang bangsa Israel dalam kitab berikutnya.
Dalam cerita patriak, terdapat beberapa ketegangan yang membimbangkan dan mengancam pemadaman janji Allah, hal itu diakibatkan oleh para matriak ternyata digambarkan sebagai orang-orang yang mandul. Terdapat beberapa episode yang menegaskan akan pemenuhan janji yang akan digenapi.
Bab 3. Perjanjian antara Allah dan Abraham
Dalam Kejadian 15 (Perjanjian Allah dengan Abram; janji tentang keturunan), janji Allah kepada Abraham akan di formalkan dalam sebuah ritual. Allah dan Abraham dikatakan "memotong" sebuah perjanjian - ini adalah kata kerja yang digunakan pada saat membuat perjanjian - dan "perjanjian" adalah konsep sentral dalam Alkitab. Bahasa Ibrani untuk perjanjian adalah "berit" artinya janji, sumpah, kontrak atau kesepatakan.
Ada 4 perjanjian dalam Alkitab. Mereka diprakarsai oleh Yahweh sebagai ekspresi berkah dan keagungan illahi. Dan 2 perjanjian terdapat dalam kitab Kejadian, yaitu perjanjian dengan Nuh dan Abraham. Perjanjian dengan Nuh mencakup ruang lingkup yang universal. Ia menekankan kesucian hidup dan dalam perjanjian ini, Allah menjanjikan untuk tidak lagi menghancurkan semua kehidupan. Sebaliknya, perjanjian dengan Abraham adalah perjanjian dengan satu individu.
Dalam berbagai naskah kuno di Timur-tengah, kita mengetahui ada 2 jenis utama dari perjanjian:
1. Perjanjian Kedaulatan adalah perjanjian dimana pihak yang superior, mendikte syarat-syarat perjanjian, dan pihak yang inferior menaatinya.
2. Perjanjian paritas adalah perjanjian dimana kedua belah pihak memiliki kedudukan yang sama dan setuju untuk mematuhi ketentuan yang disepakati.
Dan seperti perjanjian kedaulatan di dunia kuno. Allah muncul sebagai pihak superior, sang pemilik dari daerah berdaulat. Ia menghibahkan tanah untuk pihak yang ia sukai. Dan ada sebuah ritual kuno yang mematerai perjanjian itu. Ritual untuk perjanjian ini adalah membagi 2 bangkai hewan yang dikorbankan, seolah-olah mengatakan bahwa mereka setuju untuk menderita nasib yang sama dengan bintang ini jika mereka melanggar perjanjian, lalu kedua belah pihak akan berjalan diantara bangkai hewan tersebut. Dalam kejadian 15, Abraham memotong hewan kurban menjadi 2 bagian, dan hanya Allah yang berjalan diantara kurban dalam bentuk [obor] api.
Hal yang mencolok dari perjanjian Abraham adalah, hanya Allah yang tampaknya diwajibkan oleh perjanjian untuk memenuhi janji yang ia buat. Abraham tampaknya tidak memiliki kewajiban imbalan. Dalam hal ini juga nampak bahwa berdasarkan tradisi, pihak yang diuntungkan dari perjanjian ini adalah Allah, dan ini benar-benar membalikkan bayangan kita.
Penulis juga memberi justifikasi moral atas kepemilikan tanah ini ke Israel. Dalam pandangan penulis Allah adalah pemilik tanah, dan ia yang berhak mengatur siapa saja yang ia kehendaki untuk mendiami tanah itu. Seperti seorang pemilik tanah, jika penduduk yang mendiami tanah itu mencemari tanah itu, mengisinya dengan pertumpahan darah dan patung-patung berhala. Dan ketika tanah itu sudah menjadi begitu tercemar, pemilik tanah akan mengusir penduduknya.
Tapi proses ini ujar Allah belum terjadi; sewa tanah ini belum sampai, dan Israel harus menunggu. Dia mengatakan dalam
Kejadian 15:16
Tetapi keturunan yang keempat akan kembali ke sini, sebab sebelum itu kedurjanaan orang Amori (Amorit) itu belum genap.
Jadi jelas bahwa perjanjian Allah dengan Israel bukan karena Israel memiliki kelebihan khusus atau pilih kasih; ini terungkap secara eksplisit dalam kitab Ulangan. Sebaliknya, Allah sedang mencari pengganti dari penyewa tanah, yang mengikuti aturan moral yang ditetapkan pada tanah itu.
Kejadian 17 (sunat sebagai tanda perjanjian Allah dengan Abraham) tampaknya menjadi versi ke-2 dari perjanjian yang sama. Kali ini para ilmuwan menghubungkannya dengan sumber P (Priestly). Ada beberapa perbedaan penting, penekanan pada tema yang menjadi kepentingan penulis P. Allah menambah janji dalam Kejadian 17 bahwa terdapat garis raja yang akan keluar dari Abraham, dan kemudian, bahwa Abraham dan keturunan laki-lakinya harus disunat sebagai tanda abadi perjanjian ini.
Jadi di sini ada beberapa kewajiban bagi Abraham. "maka dalam dagingmulah perjanjian-Ku itu menjadi perjanjian yang kekal" [Kejadian 17:13]. Kegagalan dalam persunatan sama saja dengan melangar perjanjian. Sekarang kita mengetahui bahwa tradisi sunat telah dikenal pada banyak kebudayaan di Timur-Tengah Kuno. Ritual ini umumnya dilakukan pada saat pubertas dan bukan pada saat lahir, atau 8 hari setelah lahir. Jadi inilah yang berbeda dalam konteks Israel "Anak yang berumur delapan hari haruslah disunat, yakni setiap laki-laki di antara kamu - Kejadian 17:12". Ritual sunat pada budaya lain sebagai ritual pubertas atau ritual kesuburan, dalam naskah Alkitab ia diberi makna baru: menjadi tanda perjanjian kekal Allah dengan Abraham dan keturunan nya.
Bab 4. Kisah Ishak
Pada Kejadian 12, Abram menyerahkan istrinya Sarah kepada Firaun demi mendapatkan posisi diantara orang Mesir, ini masuk akal karena ia tidak mengetahui jika Sarai adalah yang akan mengandung anak perjanjian. Dengan campur tangan Allah, Sarah dikembalikan kepada Abraham. Sarah lalu mengikuti kebiasan di masa lalu dengan menyerahkan hambanya, Hagar, kepada Abraham untuk mengandung anak Abraham.
Sarai yang gusar melihat tingkah Hagar lalu mengusir Hagar dan anaknya Ismael ke padang gurun, dan menangis kepada Allah. Kemudian Allah meyakinkan Hagar bahwa keturunan Ismael akan menjadi bangsa yang besar pula. Umat Islam menganggap Ishmael adalah nenek moyang bangsa Arab dan menjadi pewaris berkat dan janji itu.
Ancaman atas pembatalan janji atas berkah dan keturunan, datang dari Allah sendiri, dan ini nampak pada Kejadian 22 ketika Allah menguji Abraham dengan permintaan yang paling mengerikan. Anak yang dijanjikan, Ishak, yang lahir secara ajaib dari Sarah di usia senja, harus dijadikan kurban persembahan kepada Allah dengan tangan Abraham sendiri. Dan kisah pengurbanan Ishak ini menjadi cerita yang paling memukau dan termasyur dalam literatur dunia.
Cerita ini adalah contoh yang luar biasa dari seni keterampilan sastra oleh penulis Alkitab. Ada sebuah buku oleh Robert Alter yang berjudul "The Art of Biblical Narrative" yang menggambarkan tentang efisiensi ekstrim dari narasi Alkitab, ia sangat ekonomis dalam menceritakan latar belakang fisik dan karaker serta kalimat. Sangat jarang narator berkomentar atau menjelaskan sebuah tindakan atau pikiran atau motif dari sang karakter. Hanya terdapat dialog yang minim dan sederhana. Dan pada beberapa kesempatan narator melanggar prinsip dari percakapan ekonomis - misalnya jika ada kejadian dimana 2 karakter akan berbicara panjang lebar, anda harus menyimak ini karena ini adalah kejadian yang sangat langka dan signifikan.
Narator Alkitab juga sering menyembunyikan rincian dan motif dari para karakter, dalam hal ini Allah, Abram dan Ishak. Yang mana hal ini menuntun kepada ambiugitas dan memunculkan berbagai macam penafsiran. Dan ini adalah karakteristik yang mencolok dari syair Alkitab: bergaya pendek dan singkat, serta menghindari penjelasan detail. Hal ini sangat kontras dengan gaya sastra dari Homer.
Kesan ambiguitas dan ketidakpastian dari cerita ini membuatnya menjadi salah satu naskah yang paling banyak ditafsirkan sepanjang masa. Mengapa Allah menguji Abraham? Apakah sebenarnya Allah benar-benar menginginkan pengorbanan seperti itu? Bagaimana pikiran dan perasaan Abraham ketika ia berjalan - selama 3 hari - bersama Ishak, sambil membawa setumpuk kayu bakar untuk melakukan ritual kurban. Apakah dia benar-benar berniat untuk melakukan perintah ini? Atau ia percaya jika Allah akan membatalkannya pada detik-detik terakhir atau mengetahui jika ia hanya sedang dalam percobaan? Apakah Abraham berniat untuk tetap melakukannya, sambil percaya janji Allah akan tetap terpenuhi? Bagaimana pikiran Ishak, apakah ia tahu apa yang akan terjadi? Berapa umurnya? Dan lain-lain.
Keindahan dari narasi ini adalah sisi efisiensi deskripsi. Ia menawarkan begitu sedikit informasi dan pembaca dipaksa untuk membayangkan berbagai kemungkinan yang tak terhitung. Kita menyaksikan drama dalam berbagai kemungkinan, dengan Abraham yang enggan dan Ishak yang polos. atau Abraham bersemangat melaksanakan perintah Allah bahkan untuk mengorbankan anaknya sendiri, dan Ishak yang suka rela meletakkan lehernya di bawah mata pisau.
Namun tentu saja cerita ini dapat dikontekskan dalam berbagai bidang. Contohnya kita membaca dalam konteks sejarah dari pengorbanan anak-anak di Timur-Tengah Kuno. Meskipun pengorbanan anak itu tegas dikutuk dalam Alkitab. Namun ada beberapa petunjuk bahwa hal itu dilakukan pada masa periode monarki.
Apakah dari kejadian 22 dapat diasumsikan bahwa pengorbanan anak itu dapat di terima atau di tolak? Beberapa ahli berpendapat bahwa inti cerita dari kejadian pengorbanan anak ini adalah hasil editan (penambahan), untuk menentang praktek pengorbanan anak yang saat itu (di masa kemudian) sedang berlangsung (untuk memberi dasar bahwa Allah, sebenarnya menolak pengorbanan anak).
Atau kita dapat membaca cerita ini dalam konteks kesusastraan. Abraham baru saja diizinkan untuk mengusir Ismail. Dan sekarang Allah menginginkan anak kesayangannya dijadikan kurban persembahan. Apa yang sedang ingin diajarkan kepada Abraham? apakah ini semacam percobaan dalam arti penghukuman? Bahasa Ibrani dapat mengakomodir kedua arti itu.
Atau pada Kejadian 22 dapat dikontekskan pada cara lain... Kita mundur sejenak ke kisah Sodom dan Gomorrah, yang mana dalam Kejadian 18-19, konteks cerita ini adalah untuk mengembangkan karakter Abraham.
Pada kisah tersebut Yahweh berkata kepada Abraham bahwa ia ingin menyelidiki laporan tentang kejahatan yang terjadi di kota Sodom - aksi kekerasan dan kekejaman terhadap orang asing - dan berniat untuk menghancurkannya.
Reaksi dari Abraham sangat mengejutkan. Dia keberatan dengan rencana itu, dan ia mulai berdebat dengan Allah:
Kejadian 18:23-25
23. Abraham datang mendekat dan berkata: "Apakah Engkau akan melenyapkan orang benar bersama-sama dengan orang fasik?
24. Bagaimana sekiranya ada lima puluh orang benar dalam kota itu? Apakah Engkau akan melenyapkan tempat itu dan tidakkah Engkau mengampuninya karena kelima puluh orang benar yang ada di dalamnya itu?
25. Jauhlah kiranya dari pada-Mu untuk berbuat demikian, membunuh orang benar bersama-sama dengan orang fasik, sehingga orang benar itu seolah-olah sama dengan orang fasik! Jauhlah kiranya yang demikian dari pada-Mu! Masakan Hakim segenap bumi tidak menghukum dengan adil?"
Pertanyan ini tentu saja hanya retorika belaka. Abraham jelas cukup yakin bahwa Allah tidak akan bertindak dengan tidak adil, Ia tidak akan menghancurkan orang benar bersama dengan orang fasik. Dan ia berhasil membuat Allah untuk mencari orang yang tak berdosa sebelum memutuskan kehancuran atas Sodom.
Namun ke 10 orang tak berdosa (hasil negosiasi) tidak ditemukan. Penulis membuatnya secara jelas. Ia menggambarkan bahwa semua penduduk kota datang untuk menganiaya ke-2 orang asing, yang ternyata adalah mahluk illahi.
Kejadian 19:4
Tetapi sebelum mereka tidur, orang-orang lelaki dari kota Sodom itu, dari yang muda sampai yang tua, bahkan seluruh kota, tidak ada yang terkecuali, datang mengepung rumah itu.
Jadi Sodom bersama 4 kota kembarnya di dataran dekat Laut Mati, akhirnya dihancurkan. Tapi karena permintaan Abraham, Lot diselamatkan. Kejadian 19:29 "maka Allah ingat kepada Abraham, lalu dikeluarkan-Nyalah Lot dari tengah-tengah tempat yang ditunggangbalikkan itu."
Kisah ini sering dijadikan sumber rujukan doktrin, dengan gagasan bahwa pahala dari orang kudus/saleh, dapat menghindarkan orang fasik dari dari musibah. Jadi Lot terhindar karena pahala Abraham. Ini akan menjadi gagasan yang populer dalam kitab berikut.
Dalam kisah ini, kita melihat Abraham memberi pembelaan terhadap kelompok (yang seluruhnya) fasik, dengan alasan cukup tegas bahwa orang yang tidak bersalah tidak boleh dihancurkan secara sembrono. Apakah ini Abraham yang sama yang beberapa bab kemudian, ketika disuruh untuk menyembelih putra satu-satunya, anak yang tak bersalah dan sangat dicintai, sama sekali dia tidak membuat pernyataan keberatan, tapi pada pagi hari berjalan bersamanya menuju tempat pengurbanan? Apa yang kita lakukan adalah menyejajarkan kedua cerita ini, dan yang mana mewakili tindakan yang diinginkan Allah?
Sebelum meninggalkan cerita ini, saya ingin membuat komentar ringkas tentang kisah Sodom dan Gommorah yang sering dikutip sebagai kecaman Alkitab atas prilaku homoseksualitas, seolah-olah Sodom dikutuk untuk kehancuran karena hal tersebut. Bahkan istilah "sodomi" mewakili penafsiran ini.
Gagasan bahwa dosa fundamental Sodom adalah karena perilaku homoseksual tidak ada dalam Tanakh (Alkitab Ibrani). Ia hanya muncul pada dokumen kemudian. Pada Perjanjian Baru dalam agama Kristen, pada kitab Yudas 7:2; Kitab Petrus 2:6-10; dalam penafsiran berikutnya. Penduduk Sodom, seperti generasi banjir, dikutuk oleh "protes terhadap mereka," kata Ibrani tertentu digunaan merujuk pada protes. Ini adalah istilah yang umumnya terkait dengan protes dari korban kekerasan dan penindasan, pertumpahan darah, ketikdak-adilan. Allah mendengar protes para korban, dan memutuskan penghukuman atas Sodom: pelanggaran Sodom adalah pelanggaran akan hukum tak tertulis yaitu: "keramahan terhadap orang asing". Kejahatan mereka adalah menganiaya dan memperkosa orang asing secara beramai-ramai yang seharusnya mereka lindungi.
Kembali kepada Ishak, yang merupakan anak dari perjanjian Allah kepada Abraham, sering digambarkan sebagai patriak yang paling jarang terlihat, atau yang paling pasif dari para leluhur. Mungkin karena ia sangat pasif ketika ayahnya hendak mengorbankan dirinya, juga adalah cara dari penulis untuk menunjukkan karakternya. Sebaliknya, istrinya Ribka digambarkan sebagai matriak yang berperan besar dan energik. Dia sangat ramah membantu orang asing. Dia cekatan dalam menyediakan air untuk tamu dan unta mereka. Ia berada dimana-mana, dan dia melakukan semua ini untuk hamba Abraham yang datang untuk mencarikan istri untuk Ishak. Ribka secara pribadi menerima tawaran untuk dinikahi oleh mempelai laki-laki yang tidak ia kenal dan berada jauh di negeri asing, dan mengabaikan desakan ibu dan adiknya untuk menunda keberangkatannya. Tidak, katanya, saya siap untuk pergi saya akan pergi sekarang. Ada kesan yang alur cerita yang terburu-buru pada kisah pertunangan ini. Kita membacanya di:
Kejadian 24:67
Lalu Ishak membawa Ribka ke dalam kemah Sara, ibunya, dan mengambil dia menjadi isterinya. Ishak mencintainya dan demikian ia dihiburkan setelah ibunya meninggal.
Bab 5. Yakub Sang Penipu
Seperti matriak lainnya, Ribka adalah mandul. Jadi Ishak memohon kepada Allah untuk keturunan. Dan mengandunglah anak kembar oleh Ribka. Anak yang lebih tua bernama Esau - yang akan menjadi ayah dari orang Edom - dan yang lebih muda bernama Yakub, yang akan menjadi bapa dari orang Israel. Yakub adalah patriak yang karakternya paling berkembang, yang paling berwarna-warni dan paling kompleks diantara para leluhur/patriak.
Yakub dikenal sebagai penipu klasik oleh para komentator, yang merupakan tema umum dalam cerita rakyat. Marc Brettler menggambarkan kisah Yakub semacam kisah moral, pesan utama yang disampaikan adalah "menipulah maka anda akan ditipu" [Brettler 2005, 51]. Yakub menipu kakaknya untuk berkah kesulungan, dan pada gilirannya ia ditipu oleh iparnya, istrinya dan terakhir oleh anak-anaknya sendiri.
Ribka diceritakan menderita sakit yang luar biasa selama masa kehamilannya, Allah berkata bahwa kedua anak kembar sedang berseteru di dalam rahim untuk menjadi yang sulung, karena keduanya akan menjadi bapa 2 bangsa, yang tua akan melayani yang muda. seperti yang tertulis pada
Kejadian 25:23
Firman TUHAN kepadanya: "Dua bangsa ada dalam kandunganmu, dan dua suku bangsa akan berpencar dari dalam rahimmu; suku bangsa yang satu akan lebih kuat dari yang lain, dan anak yang tua akan menjadi hamba kepada anak yang muda."
Dan memang, kehidupan nyata Israel dan Edom adalah musuh bebunyutan yang saling berseteru - Esau adalah ayah dari bangsa Edom sesuai dengan naskah Alkitab - dan kemudian, Edom ditundukkan oleh Israel, dibawah raja Daud.
Menurut Nahum Sarna, pengumuman tentang yang tua akan melayani yang lebih muda adalah cara penulis untuk membangun kesan bagi pembaca bahwa anak yang muda, Yakub, adalah anak yang akan mewarisi berkat illahi. Dan hal ini menimbulkan pertanyaan kritis tentang moralitas dari tindakan Ribka dan Yakub yang berusaha merebut hak kesulungan dari Esau.
Apakah kita harus terhibur oleh usaha yang penuh tipu daya oleh keduanya, karena itu memenuhi rencana illahi? atau seperti pendapat Sarna, bahwa kepemilikan Yakub dari hak kesulungan telah ditentukan, itu terlepas dari semua tindakan tipu daya yang dilakukannya?
Dia mengambil keuntungan dari rasa lapar Esau dan menukar hak kesulungan dengan makanan. Ia dan Ribka lalu menipu Ishak yang pikun dan buta untuk mendapatkan berkat kesulungan dari Esau. Jadi dengan memberitahu kita bahwa Yakub telah dipilih dari rahim, penulis mampu mewarnai karakter Yakub pada tahap ini sebagai seorang yang licin: kontras dengan kakeknya Abraham.
Akibat prilaku ini, Esau memusuhi Yakub. Hingga Yakub meninggalkan Kanaan dan berdiam di rumah Laban, paman nya. Dalam perjalanan dari Kanaan menuju Mesopotamia, rumah Laban, Yakub bertemu dengan Allah di sebuah tempat bernama Lus, ketika Yakub sedang tertidur, ia bermimpi melihat tangga yang sangat tinggi hingga kelangit, dan ada malaikat naik dan turun dari tangga itu. Dalam mimpinya, Allah menampakkan diri kepada Yakub dan menegaskan kembali perjanjian dengan Abraham. Ia menjanjikan tanah, keturunan dan sebagai tambahan adalah keselamatan hidup Yakub, hingga ia kembali ke tanah Kanaan. Yakub sangat terkesima : kita dapat membacanya pada
Kejadian 28:16-17
16. Ketika Yakub bangun dari tidurnya, berkatalah ia: "Sesungguhnya TUHAN (Yahweh) ada di tempat ini, dan aku tidak mengetahuinya."
17. Ia takut dan berkata: "Alangkah dahsyatnya tempat ini. Ini tidak lain dari rumah (Beit) Allah (El), ini pintu gerbang sorga."
18. Keesokan harinya pagi-pagi Yakub mengambil batu yang dipakainya sebagai alas kepala dan mendirikan itu menjadi tugu dan menuang minyak ke atasnya.
19. Ia menamai tempat itu Betel; dahulu nama kota itu Lus.
Dan sebuah batu yang ia jadikan bantal, kemudian ia susun dan menjadi pilar (tugu pilar adalah sesuatu yang dilarang dimasa kemudian), semacam batu peringatan. Ia menguduskan batu dengan minyak dan mengganti nama tempat itu menjadi Bethel, Bait-El yang berarti rumah Allah.
Ada satu yang sangat signifikan dalam hal ini, yaitu : meskipun Yakub mendapat penglihatan yang langsung terhadap Allah, ia tidak seperti Abraham, ia masih enggan percaya kepada Allah dan janjinya. Malah ia membuat sumpah bersyarat :
Kejadian 28:20-22
20. Lalu bernazarlah Yakub: "Jika Allah akan menyertai dan akan melindungi aku di jalan yang kutempuh ini, memberikan kepadaku roti untuk dimakan dan pakaian untuk dipakai,
21. sehingga aku selamat kembali ke rumah ayahku, maka TUHAN (Yahweh) akan menjadi Allahku.
22. Dan batu yang kudirikan sebagai tugu ini akan menjadi rumah Allah. Dari segala sesuatu yang Engkau berikan kepadaku akan selalu kupersembahkan sepersepuluh kepada-Mu."
Jadi jika dahulu Allah menguji Abraham, sekarang Yakub menguji Allah. Jika anda dapat melakukan semua yang ku minta: engkau bisa menjadi Allah ku.
Yakub menghabiskan sekitar 20 tahun di rumah Laban pamannya, saudara ibunya. Dan Yakub bertemu dengan 2 anak perempuan Laban, Lea sang putri sulung dan Rahel yang lebih muda. Ia jatuh hati pada Rahel, dan setuju untuk bekerja 7 tahun terhadap Laban untuk mendapatkan Rahel. Ketika 7 tahun berlalu, Laban menipu Yakub dan memberinya si putri sulung Lea, Yakub sang penipu menjadi gusar karen ia sekarang tertipu - yang lebih tua menyamar dalam tudung, sama seperti ia dulu menipu ayahnya.
Namun ia bersedia untuk bekerja selama 7 lagi demi mendapatkan Lea. Rahel, Lea, dan 2 hamba mereka akan mengandung anak Yakub, 1 anak perempuan dan 12 anak lelaki, dari merekalah berasal 12 suku Israel. Namun 2 anak Rahel, sang istri favorit, yaitu Yusuf dan Benyamin, adalah yang paling dicintai oleh Yakub.
Yakub akhirnya meninggalkan Laban dan kembali ke Kanaan. Dan satu kejadian luar biasa kembali terjadi dalam perjalan pulang dari Mesopotamia ke Kanaan. Kejadian ini adalah yang mentransformasi secara signifikan karakter Yakub. Pada suatu malam Yakub bergulat dengan sosok misterius, yang digambarkan adalah perwakilan Allah. Pergulatan ini terjadi ketika ia akan menyeberangi sungai Yabok dan berdamai dengan saudaranya Esau.
Kejadian 32:24-32
24. Lalu tinggallah Yakub seorang diri. Dan seorang laki-laki bergulat dengan dia sampai fajar menyingsing.
25. Ketika orang itu melihat, bahwa ia tidak dapat mengalahkannya, ia memukul sendi pangkal paha Yakub, sehingga sendi pangkal paha itu terpelecok, ketika ia bergulat dengan orang itu.
26. Lalu kata orang itu: "Biarkanlah aku pergi, karena fajar telah menyingsing." Sahut Yakub: "Aku tidak akan membiarkan engkau pergi, jika engkau tidak memberkati aku."
27. Bertanyalah orang itu kepadanya: "Siapakah namamu?" Sahutnya: "Yakub."
28. Lalu kata orang itu: "Namamu tidak akan disebutkan lagi Yakub, tetapi Israel, sebab engkau telah bergumul melawan Allah dan manusia, dan engkau menang."
29. Bertanyalah Yakub: "Katakanlah juga namamu." Tetapi sahutnya: "Mengapa engkau menanyakan namaku?" Lalu diberkatinyalah Yakub di situ.
30. Yakub menamai tempat itu Pniel, sebab katanya: "Aku telah melihat Allah berhadapan muka, tetapi nyawaku tertolong!"
31. Lalu tampaklah kepadanya matahari terbit, ketika ia telah melewati Pniel; dan Yakub pincang karena pangkal pahanya.
32. Itulah sebabnya sampai sekarang orang Israel tidak memakan daging yang menutupi sendi pangkal paha, karena Dia telah memukul sendi pangkal paha Yakub, pada otot pangkal pahanya.
Michael Coogan dan banyak ilmuwan lainnya, melihat kisah ini adalah adaptasi orang Israel terhadap cerita rakyat populer tentang dewa sungai, yang mengancam keselamatan orang yang ingin menyebranginya, atau mahluk penunggu atau raksasa yang menjaga sungai dan harus dikalahkan oleh seorang pahlawan, untuk membuat sungai aman untuk diseberangi.
Dalam versi Israel, kisah ini diadaptasi dan dijadikan sumber sejarah, yang berfungsi sebagai etiologis. Ia menceritakan asal usul sebuah tradisi, tempat, dan tradisi untuk mentabukan bagian tertentu dari hewan untuk di makan. Kita juga di-informasikan mengapa sebuah tempat memiliki nama Pnuel, serta asal usul nama Israel.
Nama adalah tema yang sangat penting pada kisah ini. Dalam konteks Alkitab, nama mengandung esensi dari sang pembawa nama. Menamai sesuatu atau mengetahui nama sesuatu memberikan seseorang kuasa untuk mengontrol si objek. Dan itulah mengapa orang asing itu tidak mengungkapkan namanya kepada Yakub. Ini akan memberikan Yakub kuasa atas dirinya.
Nama Yakub sendiri adalah sebuah permainan kata-kata dalam kisah ini. Namanya dalam bahasa Ibrani terdari dari huruf Y'QB: Ya-a-qov yang berati untuk mengganti, mengambil atau mencabut. Dia terlahirkan dengan menggenggam tumit saudaranya. 'Aqev' adalah kata untuk 'tumit', di dasarkan pada akar itu. Ini adalah upaya untuk menggantikan hak lahir Esau. Penulis menyebutnya pada Kejadian 27:6 Kata Esau: "Bukankah tepat namanya Yakub, karena ia telah dua kali menipu aku. Hak kesulunganku telah dirampasnya, dan sekarang dirampasnya pula berkat yang untukku."
Dan dalam kisah Yakub bergulat. Kata bergulat dalam bahasa ibrani juga terbangun dari kata Y'BQ. Dia bergulat dengan figur illahi misterius di sungai Yabok [YBQ]. Anda melihat semua permainan kata-kata dalam nama-nama ini? Nama Yakub mengisyaratkan akan pergumulan, bergulat, dan tipu daya yang merupakan tema utama dari kisah hidupnya. Namun perjuangannya mencapai puncaknya saat ini. Dan malaikat menamai ia Yisrael, Israel, yang berarti ia yang telah berjuang/bertanding/bertengkar/menentang/melawan [dengan] Allah. Karena seperti yang dikatakan malaikat, dia telah berusaha dan bergumul sepanjang hidupnya dengan manusia, terutama saudaranya, dan sekarang dengan Allah. El berarti dewa. Ini adalah dewa Kanaan.
Sumber, kuliah prof. Christine Hayes, dari YALE univ : http://oyc.yale.edu/religious-studie...t-145#sessions
Kembali ke Index Artikel
Tidak ada komentar:
Posting Komentar